Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

T DENGAN POST
ORIF EC FRAKTUR FEMUR DI RUANG RB 3
DI RSUP H. ADAM MALIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktek


Mata kuliah : Keperawatan Luka
Dosen Pembimbing: Adelima CR Simamora, S.Kep, M.Kes

Nani Wijaya Sinaga


P07520321015

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN


JURUSANKEPERAWATAN
PROFESI NERS
2022
1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak
lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan, biasanya patahan lengkap dan fragmen ulang
bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup, kalau kulit
atau salah satu dari rongga tubuh tertembus kadaan ini disebut fraktur terbuka yang
cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi (Wijaya, 2013). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh ruda paksa (Wahid, 2013).

Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperi
degenarasi tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2008).

2. Etiologi Fraktur
Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk mematahkan batang
femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada
pra muda yang mengalami kecelakaan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien
ini mengalami trauma multipel. Pada fraktur femur ini klien mengalami syok hipovolemik
karena kehilanagan banyak darah maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat heba
(muttaqn, 2008)

Penyebab fraktur femur menurut (Wahid, 2013) antara lain :


a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
Post Orif Ec Mal-union Fraktur Femur
Mal-union bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, diperlukan
pengamalan terus-menerus selama perawatan. Mal-union juga menyebabkan pemendekan
tungkai sehingga diperlukan koreksi berupa osteotomi. Faktor penyabab Mal-union ini bisa
disebabkan karena tidak tereduksinya fraktur secara cukup, kegagalan memperahankan
reduksi ketika terjadi penyembuhan, kolaps yang berangsur-angsur pada tulang yang
osteoporotik atau kominuif. Dan untuk terapi Mal-union dilakukan dengan cara fraktur
harus direduksi sedekat mungkin dengan posisi anatomis, angulasi lebih dari 15 derajat
pada ulang panjang aau deformitas rotasional yang nyata mungkin membutuhkan koreksi
dengan manipulasi ulang atau membutuhkan osteopomi dan fiksasi internal (Muttaqin,
2008)

1. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih besar daripada tekanan yang diserap
tulang, maka terjadilah trauma tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur atau gangguan pada tulang biasanya disebabkan
oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka
maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Jejas yang ditimbulkan
karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya pembuluh darah sekitar yang dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah
kompensasi tubuh, sebagai contoh vaskonstriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi
viseral. Karena adanya cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut
adalah peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan
katekolamin- katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer.
Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan mengurangi tekanan nadi (pulse
pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon lain
yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu terjadinya syhok,
termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokinin-
sitokinin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro- sirkulasi dan permeabilitas
pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih disini, mekanisme kompensasi sedikit
mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara kontraksi volume darah
didalam sistem venasistemik. Cara yang paling efektif untuk memulihkan kardiak pada
tingkat seluler, sel dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat
esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme airobik normal dan produksi energi.
Pada keadaan awal terjadi konpensasi dengan berpindah ke etabolisme anaerobik, hal
mana mengakibatkan pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolik
bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosin triphosphat) tidak memadai, maka membran sel tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Pembengkakan retikulum endokplasmik merupakan tanda ultra struktural pertama
dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan di ikuti cedera mitokondrial. Lisosom
pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intra-seluler. Bila proses ini
berjalan terus, terjadilah pembengkakan sel. Juga terjadi penumpukan kalsium intra-
seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cidera seluler yang progresif, penambahan
edema jaringan dan kematian sel. Proses ini memperberat dampak kehilangan darah dan
hipoperfusi. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan

kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala
untuk melakukan aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut callus. Bekuan fibrin direbsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling
membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluhuh darah atau penekanan tersebut saraf
yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan
darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibat kan rusaknya serabut syaraf maupun
jaringan otot (wijaya, 2013).
Klasifikasi fraktur femur
Klasifikasi fraktur femur menurut (Rendy dan margareth, 2012) antara lain:
a. Fraktur tertutup (closed)
Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak
tercemar oleh lingkungan.

b. Fraktur terbuka (open/compoud)

Fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting
yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada
tempat terjadinya fraktur terbuka. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat
terjadinya cedera, terkontamiasi, kemudia kembali hampir pada posisi semula.
2. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Gejala umum fraktur
adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
i. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmentulang
dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
ii. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada struktur lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya otot.
iii. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karen

Saat eksremitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang dinamakan krepitu
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
iv. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam
atau hari setetlah cedera (Wijaya dan Putri, 2013).

Selain itu, menurut Wahid (2013) ada beberapa manifestasi klinis fraktur femur :

a. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti:
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang
b. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur
c. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri. Setelah
terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa nyeri. Pada fraktur
stress, nyeri biasanya timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat.
Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.
d. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf atau
pendarahan)

e. Pergerakan abnormal biasanya kreapitas dapat ditemukan pergerakan persendian


lutut yang sulit digerakaan di bagian distal cidera.

3. Komplikasi
v. Komplikasi dini
Komplikasi dini harus ditangani dengan serius oleh perawat yang melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien fraktur femur.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien fraktur femur adalah sebagai berikut:
1. Syok yaitu terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat tertutup.
2. Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur. Klien
perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
3. Trauma pembuluh darah besar yaitu ujung fragmen tulang menembus jaringan lunak
dan merusak arteri femoralis sehingga menyebabkan kontusi dan oklusi atau
terpotong sama sekali.
4. Trauma saraf yaitu trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat
disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari neorpraksia sampai aksono temesis.
Trauma saraf dapat terjadi pada nervus isikiadikus atau pada cabangnya, yaitu
nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
5. Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring lama, misalnya
distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo emboli.
6. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi. Infeksi dapat
pula terjadi setelah tindakan operasi (muttaqqin,2008).

4. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imbobilisasi dan pengembalian fungsi serta
kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai
reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode
yang di pilih untuk reduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen


tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan
traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi
dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Pada
fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen
tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku,
atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi eksterna
meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin, dan teknik gips. Sedangkan
implant logam digunakan untuk fiksasi interna.
Penatalaksanaan keperawatan menurut (Smeltzer, 2015) adalah sebagai berikut:
vi. Penatalaksanaan fraktur tertutup
1. Informasikan pasien mengenai metode pengontrolan edema dan nyeri yang tepat
(mis, meninggikan ekstremitas setinggi jantung, menggunakan analgesik sesuai
resep)
2. Ajarkan latihan latihan untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak
terganggu dan memperkuat otot yangdiperlukan untuk berpindah tempat dan untuk
menggunakan alat bantu (mis, tongkat, alat bantu berjalan atau walker)

3. Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alatbantu dengan aman.

4. Alat bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan dan
mencari bantuan personal jika diperlukan

5. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai perawatan dir, informasi,


medikasi, pemantauan kemungkinan komplikasi, dan perlunya supervisi layanan
kesehatan yang berkelanjutan.
vii. Penatalaksanan fraktur terbuka
1. Sasaran penatalaksanan adalah untuk mencegah infeksi luka, jaringan lunak,
dan tulang serta untuk meningkatkan pemulihan tulang dan jaringan lunak.
Pada kasus fraktur terbuka, terdapat resiko osteomielitis, tetanus, dan
gasgangren.
2. Berikan antibiotik IV dengan segera saat pasien tiba dirumah sakit bersama
dengan tetanus toksoid jika diperlukan
3. Lakukan irigasi luka dan debridemen
4. Tinggikan ekstremitas untuk meminimalkan edema
5. Kaji status neourovaskular dengan sering
6. Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur, dan pantau tanda-tanda infeksi.
58
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN POST
ORIF EC FRAKTUR FEMUR DEXTRA DI RUANG RB 3
RSUP H. ADAM MALIK

Data diambil tanggal : 21 Juni 2022 Jam : 13.00 WIB

Tgl masuk RS : 20 juni 2022

Ruang rawat/kelas : Rb 3

Diagnosa Medis : Post Operative Closed Frakture femur dextra

No Rekam Medis : 75.70.85

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

klien atas nama Tn. S berusia 50 tahun, bersuku jawa, beragama

islam, mempunyai tingkat pendidikan SD, Pekerjaan wiraswasta. Tn. S

beralamatkan Simpang selayang

Untuk penanggung jawab pembiayaan selama perawatan adalah

Ny. W yang merupakan istrinya berusia 45 tahun, Berpendidikan SD,

berkerja sebagai ibu rumah tangga, dan beralamatkan Simpang selayang.


3.1.2 Riwayat Keperawatan

3.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang

3.1.2.2 Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri.

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Saat Ini

Saat pengkajian pasien mengatakan pada tanggal 20 juni 2022

pasien mengalami kecelakaan tunggal. Pasien ditabrak oleh kendaraan

roda empat saat mau pulang kerumah. Kejadiannya sekitar jam 17.00, lalu

pasien dibawa oleh warga ke IGD dengan kondisi kaki sebelah kanan

bengkak dan terasa nyeri yang hebat. Lalu pasien di masukkan ke ruang

bedah minor untuk mendapatkan tindakan keperawatan sementara sebelum

dilakukan foto rontgen. Setelah pasien dilakukan foto rontgen didapatkan

hasil fraktur femur dextra dan dibawa ke ruang Rb 6 jam

21.00. Pada tanggal 14 jam 07.00 pasien dibawa ke ruang operasi untuk

mendapatkan tindakan selanjutnya. Setelah dilakukan tindakan operasi

pasien dipindah ke ruang RR jam 09.00 untuk pemulihan. Setelah itu

pasien dibawa kembali ke ruang Rb 6 pada jam 11.00. pengkajian

dilakukan tanggal 21 Juni 2022 jam 13.00. ditemukan keluhan nyeri, P:

Nyeri saat digerakkan, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Femur (D), S:

nyeri skala 6, T: Nyeri hilang timbul

Masalah keperawatan : Nyeri Akut.


3.2.1 Riwayat Keperawatan Saebelumnya

3.2.2.1 Riwayat kesehatan yang lalu :

1. Penyakit yang pernah di derita :

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti saat

ini.

2. Operasi : Pasien tidak pernah operasi

3. Alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi.

3.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

3.2.3.1 Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga

Pasien mengatakan seluruh anggota keluarga tidak mempunyai

riwayat penyakit apapun.

3.2.3.2 Lingkungan rumah dan komunitas.

Istri pasien mengatakan lingkungan rumah pasien baik, hubungan

pasien dengan tetangga juga baik. Hubungan di dalam keluarga juga

baik.

3.2.3.3 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Istri pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman

beralkohol, tidak mempunyai kebiasaan merokok. Pasien jarang

mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol.


3.2.4 Status Cairan dan nutrisi

3.2.4.1 Nafsu makan pasien sebelum sakit tidak ada penurunan nafsu

makan 3x1 porsi makan habis, saat sakit hanya habis ½ porsi

makan, sebelum sakit makan teratur 3x sehari, saat sakit pasien

juga makan teratur 3x sehari, Pasien mengatakan

mengkonsumsi air putih ± 1500 cc/hari, pasien juga tidak ada

pantangan makan apapun, menu makan diet pasien saat ini

yaitu makanan tinggi protein, pasien tidak mengalami

penurunan berat badan, berat badaan sebelum dan sesudah sakit

yaitu 50kg, pasien tidak ada keluhan lain.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.3 Genogram (3 generasi)

Keterangan :

Laki – laki :

Perempuan :

Meninggal :

Tinggal satu rumah : .................

Pasien :

3.4 Pemeriksaan fisik

3.4.1 Keadaan umum :


Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis,

GCS 4-5-6.

3.4.2. Tanda vital

Pada tanda-tanda vital pasien ditemukan data, tensi: 130/80

mmHg, Suhu: 36’C, Lokasi pengukuran: Axilla, Nadi :

80x/menit Lokasi penghitungan : Radialis, Respirasi:

20x/menit.

3.4.3 Breathing (B1)

Pada pemeriksaan B1 ditemukan data, Bentuk dada : Normal cest,

Susunan ruas tulang belakang: Normal, Irama nafas teratur, tidak ada

gangguan irama pernafasan (baik cheyne-Stokes,Biot, maupun

Kussmaul), tidak ada otot bantu nafas, perkusi thorax: Resonan, tidak

ada alat bantu nafas, vokal fremitus: Getaran pada punggung sisi kanan

dan kiri semua, suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas

tambahan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang muncul.

3.4.4 Kardiovaskuler (B2)

Pada pemeriksaan B2 ditemukan data, tidak ada nyeri dada, irama jantung: teratur,

pulsasi: Kuat Posisi: ICS IV midclavicula sinistra ICS V midsternalis dextra,

bunyi jantung: S1 S2 tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, tidak ada

cianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada pembesaran JVP.


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan yang muncul.

3.4.5 Persyarafan (B3)

Pada pemeriksaan B3 ditemkan data kesadaran : Compos mentis, rientasi: Pasien

mengatakan dijaga oleh istri, anaknya dan adiknya secara bergantian ketika

ditanya tentang orang yang asa dui tempat itu, yang menjaga dirinya, pasien

mengatakan bahwa dirinya berada dirumah sakit untuk menjalani perawatan

ketika ditanya tentang tempat dia berada saat ini. Pasien mampu mengenali waktu

dengan baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada budsky, tidak ada

nyeri kepala, istirahat/tidur : saat sebelum sakit pasien jarang tidur siang karena

sibuk bekerja dan tidur malam hari yaitu 8 jam (dari jam 21.00-05.00) saat sakit

pasien tidur siang 3 jam per hari, malam 8 jam per hari, tidak ada kelainan

nervous cranialis,

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.4.6 Genetourinaria (B4)

Pada pemeriksaan B4 ditemukan data, bentuk alat kelamin : normal, libido

normal, alat kelamin bersih, frekuensi berkemih, Jumlah kencing 1500cc/hari Bau

khas urine, warna kuning jernih, tempat yang digunakan urine bag, alat bantu

yang digunakan kateter

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.4.7 Pencernaan (B5)


Pada pemeriksaan B5 ditemukan data, mulut : Bersih, Mukosa : Lembab, Bibir :

Norma.l, bersih, kebiasaan gosok gigi: 2x sehari, tidak ada kesulitan menelan,

peristaltik : 9x/ menit, kebiasaan BAB: 1x sehari, konsistensi: lembek, warna :

Cokelat, bau : Khas feses, tempat yang digunakan : under pad, tidak ada masalah

eliminasi alvi, tidak menggunakan obat pencahar.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

3.4.8 Muskuloskeletal dan integumen (B6)

Pada pemeriksaan B6 ditemukan data, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai

(ROM): Terbatas. Tangan kanan terpasang infus, kekuatan otot 5,5,5,2, adanya

fraktur, lokasi femur dextra, luka ditutup dengan kasa steril dan dibalut, terdapat

dislokasi pada femur dextra, kulit bersih, akral hangat, turgor elastis, CRT

kembali dalam <2 detik, kulit lembab, terdapat oedema pada paha atas, klien

dibantu oleh keluarga dalam memenuhi kebutuhan seperti mandi dan BAB, klien

tampak menyeringai saat bergerak, ADL dibsntu sebagian.

Masalah keperawatan : Nyeri, Hambatan mobilitas fisik.

3.4.9 Penginderaan (B7)

Pada pemeriksaan B7 ditemukan data. Pupil isokor, refleks cahaya sensitif dan

mengecil saat terkena cahaya, konjungtiva merah muda, palpebra simetris kanan

dan kiri, sklera putih tidak ada ikterus, tidak ada strabismus, ketajaman

penglihatan normal, tidak ada alat bantu penglihatan, hidung normal, mukosa

hidung lembab, tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal, bentuk telinga

antara kanan dan kiri sama, pasien juga mengatakan tidak ada keluhan, ketajaman
pendengaran normal, tidak ada alat bantu pendengaran, Perasa : pasien mampu

merasakan asam, manis, pahit dan asin dengan baik, Peraba : pasien sensitif

terhadap rabaan dan sentuhan.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

3.4.10 Endokrin (B8)

Pada pemeriksaan B8 ditemukan data, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,

tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada luka gangren.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.4.11 Data Psikososial

3.4.11.1 Gambaran diri/ citra diri

1) Tanggapan tentang tubuhnya : Baik.

2) Bagian tubuh yang disukai : Pasien menyukai semua bagian tubuhnya.

3) Bagian tubuh yang kurang disukai : Tidak ada.

4) Persepso terhadap kehilangan bagian tubuh : Tidak ada.

3.4.11.2 Identitas

1) Status pasien dalam keluarga : Pasien sebagai kepala keluarga.

2)Kepuasaan pasien terhadap status dan posisi dalam keluarga : Pasien

mengatakan puas terhadap perannya sebagai ayah.

3) Kepuasan pasien terhadap jenis kelamin : paasien puas menjadi laki-laki.


3.4.11.3 Peran

1) Tanggapan pasien tentang perannya : Pasien puas terhadap perannya.

2) Kemampuan atau kesanggupan pasien melakukan perannya : Pasien ssanggup

melaksanakan perannya sebagai kepala keluarga.

3.4.11.4 Ideal diri

1) Harapan klien terhadap:

(1) Tubuhnya : pasien sudah puas dengan tubuhnya.

(2) Posisi (dalam pekerjaan) : pasien puas terhadap pekerjaannya.

(3) Status ( dalam keluarga) : Pasien puas dalam melaksanakan perannya dalam

keluarga.

(4) Tugas pekerjaan: pasien puas terhadap pekerjaan.

2) Harapan pasien terhadap lingkungan :

(1) Sekolah : pasien sudah tidak bersekolah.

(2) Keluarga : Pasien selalu berdoa agar keluarganya sudah harmonis.

3) Harapan pasien tentang penyakit yang diderita dan tenaga kesehatan : pasien

ingin sembuh lebih cepat agar bisa kembali beraktivitas.

3.4.11.5 Harga diri

1) Tanggapam pasien terhadap harga dirinya : pasien puas terhadap dirinya.

3.4.11.6 Data sosial


1) Hubungan pasien dengan keluarga : Sangat baik.

2) Hubungan pasien dengan pasien lain : Baik.

3) Dukungan keluarga terhadap pasien: Sangat mendukung agar pasien segera

sembuh.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.4.12 Data spritual

3.4.12.1 Konsep tentang penguasa kehidupan : Pasien percaya pada Tuhan.

3.4.12.2 Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Pasien selalu memohon

kesembuhan pada Tuhan.

3.4.12.3 Ritual agama yang bermakna/berarti/harapan saat ini : Pasien selalu

sholat 5 waktu.

3.4.12.4 Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual :

Sajadah.

3.4.12.5 Keyakinan terhadap kesembuhan penyakit : Pasien yakin bisa sembuh.

3.4.12.6 Persepsi terhadap penyakit : Pasien menganggap sakit ini ujian dari

Tuhan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.4.13 Data penunjang

3.4.13.1 Laboratorium
Terlampir

3.4.13.2 EKG : Tidak dilakukan.

3.4.13.3 X-Ray : Sudah dilakukan dengan hasil fraktur femur dextra.

3.4.14 Therapi pada tanggal 20 Juni 2022

3.4.14.1 Infus Asering 1000 cc/24 jam.

3.4.14.2 Injeksi Antrain 2x250mg. ( untuk anti nyeri )

3.4.14.3 Injeksi santagesik 3x1 gram. ( digunakan untuk mengatasi nyeri )

3.4.14.4 Obat oral amoxcilin 3x1 hari. (antibiotik)


3.2.1 Analisa Data

Tabel 3.2 Analisa data pada Tn. Dengan diagnosa fraktur femur dextra

No Data Etiologi Problem

1 DS : Post op fraktur femur Nyeri akut

Pasien mengatakan nyeri (closed dextra)

p : nyeri saat digerakkan

Q : nyeri seperti tertusuk-

tusuk.

R:femur (D)

S :skala nyeri 6

T:nyeri hilang timbul.

DO :

- Pasien tampak

menyerengai saat

bergerak

- Terdapat fraktur

femur dextra ditutup

dengan kasa steril

dan dibalut

- TTV : Tekanan
Adanya fraktur
Darah :

120/80mmHg, Suhu : Hambatan mobilitas

36ᵒC, Nadi : fisik

84x/mnt, RR :
20x/mnt.

2. DS :

Pasien mengatakan kaki

kanannya sakit saat

digerakkan.

K/U : lemah

ROM : 5 5

2 5

- Pasien dibantu oleh

keluarga dalam

memenuhi kebutuhan

mandi dan BAB

- Perrgerakan terbatas

- Terdapat fraktur

femur dextra ditutup

dengan kasa steril

dan dibalut.
3.2.2 Daftar Masalah Keperawatan

3.6.1 Nyeri akut Berbuhubungan dengan Post Op fraktur femur

closed dextra.

3.6.2 Hambatan mobolitas fisik berhubungan dengan adanya luka

fraktur femur dextra.

3.7 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas.

3.7.1 Nyeri akut Berbuhubungan dengan Post Op fraktur femur

closed dextra.

3.7.2 Hambatan mobolitas fisik berhubungan dengan adanya luka

fraktur femur dextra.


3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Nama Pasien : Tn.S

Dx Medis : Fraktur femur dextra

No RM : 75.70.85

Tabel 3.1 rencana tindakan keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa

Fraktur femur dextra.

No Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Tujuan : 1. Bina hubungan 1) Agar pasien

Setelah dilakukan saling percaya lebih terbuka.

tindakan keperawatan 2. Kaji skala nyeri. 2) Untuk

selama 2x24 jam mengetahui

diharapkan nyeri pasien seberapa

berkurang dengan, berhasil

Kriteria Hasil : intervensi yang

1) Pasien tampak 3. Ajarkan pasien diberikan.

rileks teknik distraksi 3) Untuk

2) Wajah pasien dan relaksasi. mengurangi

tidak menyeringai. nyeri.

3) Pasien dapat 4. Kolaborasi 4) Analgetik

mendemonstrasika berfungsi

n dekstraksi dan untuk


relaksasi. pemberian mengurangi

4) Skala nyeri analgetik. nyeri dengan

berkurang (1-3) lebih cepat.

5) Ttv dalam batas 1) Bina hubungan 1. Agar pasien

normal. saling percaya. lebih terbuka.

2. Tujuan : 2) Cuci tangan 6 2. Mencegah

Setelah dilakukan langkah. penularan

tindakan keperawatan mikrobakteriu

selama 2x24 jam m.

diharapkan mobilitas fisik 3) Beritahu tentang 3. Untuk

pasien meningkat dengan, pentingnya memotivasi

Kriteria Hasil : mobilisasi. pasien tentang

1) Pasien dapat pentingnya

memenuhi mobilisasi.
4) Ajarkan
kebutuhannya 4. Mempercepat
mobilisasi pada
secara mandiri. penyembuhan.
pasien.
2) Kekuatan otot

pasien meningkat.

3) ROM : 5. Mencegah
5) Lakukan rawat
terjadinya
luka pada luka
infeksi pada
post op.
luka post oip.
6) Kolaborasi 6. Mencegah

pemberian terjadinya

antibiotik. infeksi pada

luka post op

dari debu.
3.4 Implementasi Keperawatan

Nama pasien : Tn.S

No RM : 75.70.85

Umur : 50 th

Tabel 3.1 implementasi keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa Fraktur femur
dextra.

No Tanggal Jam Implementasi Nama / Tanggal

DX

1 21 juni 11.00 1. Memasukkan Injeksi

2022 antrain 2 mg

2. Memasukkan Injeksi

ceftriaxone 1 mg

3. Mengganti cairan infus

asering 14 tpm

4. Mengkaji karakteristik

nyeri.

5. Mengajarkan tekhnik

distraksi dan relaksasi

(menyarankan pasien

melakukan hal-hal yang

disukai pasien,

mengajarkan nafas dalam

ketika nyeri timbul).


6. KIE keluarga pasien

tentang cara membuang

urine yang ada di urine

bag.
21 Juni
2 2022 13.30 1. Memberitahu pasien tentang

pentingnya mobilisasi.

2. Mengajarkan mobilisasi ke

pasien, mengajarkan pasien mika

miki.

3. Melakukan kolaborasi untuk

memulihkan ROM aktif

(menggerakkan jari kaki).


1 22 Juni 12.00 1. Memasukkan Injeksi antrain

2022 2x50 mg.

2. Memasukkan Injeksi ceftriaxone

1 mg.

3. Mengganti cairan infus asering

14 tpm.

4. Mengkaji karakteristik nyeri.

5.Mengajarkan tekhnik distraksi

dan relaksasi.

6.KIE keluarga pasien tentang cara

membuang urine yang ada di urine

bag.
22 Juni
2 12.30 1. Memberitahu pasien tentang
2022
pentingnya mobilisasi.

2. Mengajarkan mobilisasi ke

pasien.

3. Melakukan kolaborasi dengan

fisioterapi untuk memulihkan

fraktur.
3.5 Catatan Perkembangan

Nama pasien : Tn.S

Umur : 50 tahun

No RM : 75.70.85

Tabel 3.1 catatan perkembangan pada Tn.S dengan diagnosa fraktur femur dextra.

Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Paraf

keperawatan

21 Juni Nyeri akut S :


2022
berhubungan Pasien mengatakan nyeri masih

dengan fraktur terasa dengan skala nyeri 4

femur closed O :

dextra. Pasien tampak menyeringai.

A:

Masalah teratasi sebagian.

P:

Intervensi 2,3,4,5 dilanjutkan

Hambatan S:
21 Juni
mobilitas fisik Pasien mengatakan kaki
2022
berhubungan kanannya sakit saat digerakkan.

dengan kelemahan O:

otot K/U Lemah ROM :


5 5

3 5

A:

Masalah belum teratasi.

P:

Intervensi 2,3,4,5,6 dilanjutkan.


3.6 Evaluasi Keperawatan

Nama pasien : Tn.S

Umur : 50 tahun

No RM : 75.70.85

Tabel 3.1 evaluasi keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa fraktur femur dextra.

Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf

22 Juni Nyeri akut S :


2022
berhubungan dengan Pasien mengatakan nyeri sudah

luka post op fraktur berkurang.

femur closed dextra. O:

Pasien tampak rileks, pasien

dapat mendemonstrasikan

teknik relaksasi dan distraksi,

skala nyeri 2.

A:

Masalah teratasi.

P : Pasien Pulang

22 Juni
Hambatan mobilitas S : Pasien mengatakan sudah
2022
bias mika miki
fisik berhubungan

dengan kelemahan

otot.
O:

K/U : baik, ROM :

5 5

4 5

Pasien tampak aktif.

A:

Masalah teratasi

P:

Pasien pulang.

Anda mungkin juga menyukai