T DENGAN POST
ORIF EC FRAKTUR FEMUR DI RUANG RB 3
DI RSUP H. ADAM MALIK
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperi
degenarasi tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2008).
2. Etiologi Fraktur
Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk mematahkan batang
femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada
pra muda yang mengalami kecelakaan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien
ini mengalami trauma multipel. Pada fraktur femur ini klien mengalami syok hipovolemik
karena kehilanagan banyak darah maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat heba
(muttaqn, 2008)
1. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih besar daripada tekanan yang diserap
tulang, maka terjadilah trauma tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur atau gangguan pada tulang biasanya disebabkan
oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka
maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Jejas yang ditimbulkan
karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya pembuluh darah sekitar yang dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah
kompensasi tubuh, sebagai contoh vaskonstriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi
viseral. Karena adanya cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut
adalah peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan
katekolamin- katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer.
Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan mengurangi tekanan nadi (pulse
pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon lain
yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu terjadinya syhok,
termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokinin-
sitokinin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro- sirkulasi dan permeabilitas
pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih disini, mekanisme kompensasi sedikit
mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara kontraksi volume darah
didalam sistem venasistemik. Cara yang paling efektif untuk memulihkan kardiak pada
tingkat seluler, sel dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat
esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme airobik normal dan produksi energi.
Pada keadaan awal terjadi konpensasi dengan berpindah ke etabolisme anaerobik, hal
mana mengakibatkan pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolik
bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosin triphosphat) tidak memadai, maka membran sel tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Pembengkakan retikulum endokplasmik merupakan tanda ultra struktural pertama
dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan di ikuti cedera mitokondrial. Lisosom
pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intra-seluler. Bila proses ini
berjalan terus, terjadilah pembengkakan sel. Juga terjadi penumpukan kalsium intra-
seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cidera seluler yang progresif, penambahan
edema jaringan dan kematian sel. Proses ini memperberat dampak kehilangan darah dan
hipoperfusi. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan
kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala
untuk melakukan aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut callus. Bekuan fibrin direbsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling
membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluhuh darah atau penekanan tersebut saraf
yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan
darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibat kan rusaknya serabut syaraf maupun
jaringan otot (wijaya, 2013).
Klasifikasi fraktur femur
Klasifikasi fraktur femur menurut (Rendy dan margareth, 2012) antara lain:
a. Fraktur tertutup (closed)
Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak
tercemar oleh lingkungan.
Fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting
yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada
tempat terjadinya fraktur terbuka. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat
terjadinya cedera, terkontamiasi, kemudia kembali hampir pada posisi semula.
2. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Gejala umum fraktur
adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
i. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmentulang
dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
ii. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada struktur lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya otot.
iii. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karen
Saat eksremitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang dinamakan krepitu
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
iv. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam
atau hari setetlah cedera (Wijaya dan Putri, 2013).
Selain itu, menurut Wahid (2013) ada beberapa manifestasi klinis fraktur femur :
a. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti:
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang
b. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur
c. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri. Setelah
terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa nyeri. Pada fraktur
stress, nyeri biasanya timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat.
Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.
d. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf atau
pendarahan)
3. Komplikasi
v. Komplikasi dini
Komplikasi dini harus ditangani dengan serius oleh perawat yang melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien fraktur femur.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien fraktur femur adalah sebagai berikut:
1. Syok yaitu terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat tertutup.
2. Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur. Klien
perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
3. Trauma pembuluh darah besar yaitu ujung fragmen tulang menembus jaringan lunak
dan merusak arteri femoralis sehingga menyebabkan kontusi dan oklusi atau
terpotong sama sekali.
4. Trauma saraf yaitu trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat
disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari neorpraksia sampai aksono temesis.
Trauma saraf dapat terjadi pada nervus isikiadikus atau pada cabangnya, yaitu
nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
5. Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring lama, misalnya
distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo emboli.
6. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi. Infeksi dapat
pula terjadi setelah tindakan operasi (muttaqqin,2008).
4. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imbobilisasi dan pengembalian fungsi serta
kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai
reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode
yang di pilih untuk reduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.
4. Alat bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan dan
mencari bantuan personal jika diperlukan
Ruang rawat/kelas : Rb 3
3.1 Pengkajian
roda empat saat mau pulang kerumah. Kejadiannya sekitar jam 17.00, lalu
pasien dibawa oleh warga ke IGD dengan kondisi kaki sebelah kanan
bengkak dan terasa nyeri yang hebat. Lalu pasien di masukkan ke ruang
21.00. Pada tanggal 14 jam 07.00 pasien dibawa ke ruang operasi untuk
ini.
baik.
3.2.4.1 Nafsu makan pasien sebelum sakit tidak ada penurunan nafsu
makan 3x1 porsi makan habis, saat sakit hanya habis ½ porsi
Keterangan :
Laki – laki :
Perempuan :
Meninggal :
Pasien :
GCS 4-5-6.
20x/menit.
Susunan ruas tulang belakang: Normal, Irama nafas teratur, tidak ada
Kussmaul), tidak ada otot bantu nafas, perkusi thorax: Resonan, tidak
ada alat bantu nafas, vokal fremitus: Getaran pada punggung sisi kanan
dan kiri semua, suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
Pada pemeriksaan B2 ditemukan data, tidak ada nyeri dada, irama jantung: teratur,
bunyi jantung: S1 S2 tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, tidak ada
mengatakan dijaga oleh istri, anaknya dan adiknya secara bergantian ketika
ditanya tentang orang yang asa dui tempat itu, yang menjaga dirinya, pasien
ketika ditanya tentang tempat dia berada saat ini. Pasien mampu mengenali waktu
dengan baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada budsky, tidak ada
nyeri kepala, istirahat/tidur : saat sebelum sakit pasien jarang tidur siang karena
sibuk bekerja dan tidur malam hari yaitu 8 jam (dari jam 21.00-05.00) saat sakit
pasien tidur siang 3 jam per hari, malam 8 jam per hari, tidak ada kelainan
nervous cranialis,
normal, alat kelamin bersih, frekuensi berkemih, Jumlah kencing 1500cc/hari Bau
khas urine, warna kuning jernih, tempat yang digunakan urine bag, alat bantu
Norma.l, bersih, kebiasaan gosok gigi: 2x sehari, tidak ada kesulitan menelan,
Cokelat, bau : Khas feses, tempat yang digunakan : under pad, tidak ada masalah
(ROM): Terbatas. Tangan kanan terpasang infus, kekuatan otot 5,5,5,2, adanya
fraktur, lokasi femur dextra, luka ditutup dengan kasa steril dan dibalut, terdapat
dislokasi pada femur dextra, kulit bersih, akral hangat, turgor elastis, CRT
kembali dalam <2 detik, kulit lembab, terdapat oedema pada paha atas, klien
dibantu oleh keluarga dalam memenuhi kebutuhan seperti mandi dan BAB, klien
Pada pemeriksaan B7 ditemukan data. Pupil isokor, refleks cahaya sensitif dan
mengecil saat terkena cahaya, konjungtiva merah muda, palpebra simetris kanan
dan kiri, sklera putih tidak ada ikterus, tidak ada strabismus, ketajaman
penglihatan normal, tidak ada alat bantu penglihatan, hidung normal, mukosa
hidung lembab, tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal, bentuk telinga
antara kanan dan kiri sama, pasien juga mengatakan tidak ada keluhan, ketajaman
pendengaran normal, tidak ada alat bantu pendengaran, Perasa : pasien mampu
merasakan asam, manis, pahit dan asin dengan baik, Peraba : pasien sensitif
3.4.11.2 Identitas
(3) Status ( dalam keluarga) : Pasien puas dalam melaksanakan perannya dalam
keluarga.
3) Harapan pasien tentang penyakit yang diderita dan tenaga kesehatan : pasien
sembuh.
sholat 5 waktu.
Sajadah.
3.4.12.6 Persepsi terhadap penyakit : Pasien menganggap sakit ini ujian dari
Tuhan.
3.4.13.1 Laboratorium
Terlampir
Tabel 3.2 Analisa data pada Tn. Dengan diagnosa fraktur femur dextra
tusuk.
R:femur (D)
S :skala nyeri 6
DO :
- Pasien tampak
menyerengai saat
bergerak
- Terdapat fraktur
dan dibalut
- TTV : Tekanan
Adanya fraktur
Darah :
84x/mnt, RR :
20x/mnt.
2. DS :
digerakkan.
K/U : lemah
ROM : 5 5
2 5
keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
- Perrgerakan terbatas
- Terdapat fraktur
dan dibalut.
3.2.2 Daftar Masalah Keperawatan
closed dextra.
closed dextra.
No RM : 75.70.85
mendemonstrasika berfungsi
memenuhi mobilisasi.
4) Ajarkan
kebutuhannya 4. Mempercepat
mobilisasi pada
secara mandiri. penyembuhan.
pasien.
2) Kekuatan otot
pasien meningkat.
3) ROM : 5. Mencegah
5) Lakukan rawat
terjadinya
luka pada luka
infeksi pada
post op.
luka post oip.
6) Kolaborasi 6. Mencegah
pemberian terjadinya
luka post op
dari debu.
3.4 Implementasi Keperawatan
No RM : 75.70.85
Umur : 50 th
Tabel 3.1 implementasi keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa Fraktur femur
dextra.
DX
2022 antrain 2 mg
2. Memasukkan Injeksi
ceftriaxone 1 mg
asering 14 tpm
4. Mengkaji karakteristik
nyeri.
5. Mengajarkan tekhnik
(menyarankan pasien
disukai pasien,
bag.
21 Juni
2 2022 13.30 1. Memberitahu pasien tentang
pentingnya mobilisasi.
2. Mengajarkan mobilisasi ke
miki.
1 mg.
14 tpm.
dan relaksasi.
bag.
22 Juni
2 12.30 1. Memberitahu pasien tentang
2022
pentingnya mobilisasi.
2. Mengajarkan mobilisasi ke
pasien.
fraktur.
3.5 Catatan Perkembangan
Umur : 50 tahun
No RM : 75.70.85
Tabel 3.1 catatan perkembangan pada Tn.S dengan diagnosa fraktur femur dextra.
keperawatan
femur closed O :
A:
P:
Hambatan S:
21 Juni
mobilitas fisik Pasien mengatakan kaki
2022
berhubungan kanannya sakit saat digerakkan.
dengan kelemahan O:
3 5
A:
P:
Umur : 50 tahun
No RM : 75.70.85
Tabel 3.1 evaluasi keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa fraktur femur dextra.
dapat mendemonstrasikan
skala nyeri 2.
A:
Masalah teratasi.
P : Pasien Pulang
22 Juni
Hambatan mobilitas S : Pasien mengatakan sudah
2022
bias mika miki
fisik berhubungan
dengan kelemahan
otot.
O:
5 5
4 5
A:
Masalah teratasi
P:
Pasien pulang.