Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS RESUME DENGAN

DIAGNOSA MEDIS TUMOR REGIO HUMERUS PADA Ny.N

DI RUANGAN OK 6 RSUD LABUANG BAJI PROV.SULSEL

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Medikal Bedah I

Di susun oleh :

HERIANI
7119191720
CI INSTITUSI CI LAHAN

(.........................................) (.........................................)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2021/2022
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pada Post Orif


1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan, biasanya patahan lengkap
dan fragmen ulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut
fraktur tertutup, kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus kadaan ini
disebut fraktur terbuka yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi
(Wijaya, 2013). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh
ruda paksa (Wahid, 2013).

Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal
paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi
tertentu, seperi degenarasi tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2008).

2. Etiologi Fraktur
Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk mematahkan
batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar. Kebanyakan fraktur
ini terjadi pada pra muda yang mengalami kecelakaan bermotor atau jatuh dari
ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma multipel. Pada fraktur femur ini
klien mengalami syok hipovolemik karena kehilanagan banyak darah maupun syok
neurogenik karena nyeri yang sangat heba (muttaqn, 2008).

Penyebab fraktur femur menurut (Wahid, 2013) antara lain :


a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang
atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.

3. Post Orif Ec Mal-union Fraktur Femur


Mal-union bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, diperlukan
pengamalan terus-menerus selama perawatan. Mal-union juga menyebabkan
pemendekan tungkai sehingga diperlukan koreksi berupa osteotomi. Faktor penyabab
Mal-union ini bisa disebabkan karena tidak tereduksinya fraktur secara cukup,
kegagalan memperahankan reduksi ketika terjadi penyembuhan, kolaps yang
berangsur-angsur pada tulang yang osteoporotik atau kominuif. Dan untuk terapi
Mal-union dilakukan dengan cara fraktur harus direduksi sedekat mungkin dengan
posisi anatomis, angulasi lebih dari 15 derajat pada ulang panjang aau deformitas
rotasional yang nyata mungkin membutuhkan koreksi dengan manipulasi ulang atau
membutuhkan osteopomi dan fiksasi internal (Muttaqin, 2008)

4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih besar daripada
tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah trauma tulang yang dapat mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.

Fraktur atau gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka maupun yang tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Respon dini
terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh vaskonstriksi
progresif dari kulit, otot dan sirkulasi viseral. Karena adanya cedera, respon terhadap
berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detak jantung sebagai
usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin- katekolamin endogen
meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah
diastolic dan mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu
peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga
dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu terjadinya syhok, termasuk histamin, bradikinin
beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokinin-sitokinin lain. Substansi ini
berdampak besar pada mikro- sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah.

Pada syok perdarahan yang masih disini, mekanisme kompensasi sedikit


mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara kontraksi volume darah
didalam sistem venasistemik. Cara yang paling efektif untuk memulihkan kardiak
pada tingkat seluler, sel dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat
substrat esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme airobik normal dan
produksi energi. Pada keadaan awal terjadi konpensasi dengan berpindah ke
etabolisme anaerobik, hal mana mengakibatkan pembentukan asam laktat dan
berkembangnya asidosis metabolik bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian
substrat untuk pembentukan ATP (adenosin triphosphat) tidak memadai, maka
membran sel tidak dapat lagi mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik
normal hilang.

Pembengkakan retikulum endokplasmik merupakan tanda ultra struktural


pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan di ikuti cedera
mitokondrial. Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intra-
seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah pembengkakan sel. Juga terjadi
penumpukan kalsium intra- seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cidera
seluler yang progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini
memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi. Sewaktu tulang patah
perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak sekitar
tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-
jala untuk melakukan aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur
yang disebut callus. Bekuan fibrin direbsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluhuh darah atau penekanan
tersebut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat
menurunkan asupan darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer.
Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibat kan
rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot (wijaya, 2013).
5. Klasifikasi fraktur femur
Klasifikasi fraktur femur menurut (Rendy dan margareth, 2012) antara lain:
a. Fraktur tertutup (closed)
Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak
tercemar oleh lingkungan.
b. Fraktur terbuka (open/compoud)
Fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting
yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada
tempat terjadinya fraktur terbuka. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat
terjadinya cedera, terkontamiasi, kemudia kembali hampir pada posisi semula.

B. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Gejala umum
fraktur adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.

1. Klasifikasi fraktur femur


Klasifikasi fraktur femur menurut (Rendy dan margareth, 2012) antara lain:
a. Fraktur tertutup (closed)
Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga tempat fraktur
tidak tercemar oleh lingkungan.
b. Fraktur terbuka (open/compoud)
Fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep
penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh
lingkungan pada tempat terjadinya fraktur terbuka. Fragmen fraktur dapat
menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontamiasi, kemudia kembali
hampir pada posisi semula.

2. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
Gejala umum fraktur adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmentulang
dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada struktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang
bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.

1. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Gejala umum
fraktur adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
i. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmentulang
dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
ii. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada struktur lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melengketnya otot.
iii. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
iv. Saat eksremitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
v. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setetlah cedera (Wijaya dan Putri, 2013).
Selain itu, menurut Wahid (2013) ada beberapa manifestasi klinis fraktur femur :

a. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang


berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi
seperti:
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang
b. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
c. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.
Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa nyeri.
Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul pada saat aktifitas dan hilang pada
saat istirahat. Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.
d. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf atau
pendarahan)
e. Pergerakan abnormal biasanya kreapitas dapat ditemukan pergerakan
persendian lutut yang sulit digerakaan di bagian distal cidera.

3. Komplikasi
a. Komplikasi dini
Komplikasi dini harus ditangani dengan serius oleh perawat yang melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien fraktur femur.Komplikasi yang biasanya terjadi
pada pasien fraktur femur adalah sebagai berikut:
1) Syok yaitu terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat
tertutup.
2) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur.
Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
3) Trauma pembuluh darah besar yaitu ujung fragmen tulang menembus jaringan
lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menyebabkan kontusi dan oklusi
atau terpotong sama sekali.
4) Trauma saraf yaitu trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat
disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari neorpraksia sampai aksono
temesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus isikiadikus atau pada
cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
5) Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring lama, misalnya
distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo emboli.
6) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi. Infeksi
dapat pula terjadi setelah tindakan operasi (muttaqqin,2008).untuk berpindah
tempat dan untuk menggunakan alat bantu (mis, tongkat, alat bantu berjalan atau
walker)
7) Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alatbantu dengan aman.
8) Alat bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan
dan mencari bantuan personal jika diperlukan
9) Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai perawatan dir,
informasi, medikasi, pemantauan kemungkinan komplikasi, dan perlunya
supervisi layanan kesehatan yang berkelanjutan.
b. Penatalaksanan fraktur terbuka
1) Sasaran penatalaksanan adalah untuk mencegah infeksi luka,
jaringan lunak, dan tulang serta untuk meningkatkan
pemulihan tulang dan jaringan lunak. Pada kasus fraktur
terbuka, terdapat resiko osteomielitis, tetanus, dan
gasgangren.
2) Berikan antibiotik IV dengan segera saat pasien tiba dirumah
sakit bersama dengan tetanus toksoid jika diperlukan
3) Lakukan irigasi luka dan debridemen
4) Tinggikan ekstremitas untuk meminimalkan edema
5) Kaji status neourovaskular dengan sering
6) Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur, dan pantau
tanda-tanda infeksi.
BAB II
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. (wahid, 2013).
a) Pengumpulan data
1. Identitas Pasien
meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal dan
jam masuk rumah sakit (MRS), dan diagnostik medis (muttaqin, 2008).
2. Keluhan utama
pada umumnya keluhan utama pada fraktur femur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut
bisa akut bisa kronik tergantung lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan:
a. provoking incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
b. Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c. Region: Radiation, relief, apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi
d. Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan sakala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari (wahid, 2013).

B. Riwayat kesehatan sekarang


Kaji kronologi terjadinya trauma, yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan apa
yang telah didapatkan, dan dan apakah sudah berobat ke dukun patah. Dengan mengetahui
mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka yang lain (muttaqin,
2008).
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit kelainan formasi tulang
atau biasanya disebut paget dan ini mengganggu proses daur ulang tulang yang normal
di dalam tubuh sehingga menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko
mengalami osteomielitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang (muttaqin, 2008).
b. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit yang tulang merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang terjadi
pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik
(muttaqqin, 2008).

C. Pemeriksaan diagnostik
pemeriksaan radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar
rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang
yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan
patologi yang dicari karena adanya super posisi. Hal yang harus dibaca pada X-ray:
a) bayangan jarinagan lunak
b) tips tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi.
c) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
d) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.Selain foto polos X-ray (plane X-ray)
mungkin perlu teknik khususnya seperti
a) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit difisualisasi. Pada kasusu ini ditemukan kerusakan struktur
yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
b) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah
diruang tulang vetebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
c) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak
karena ruda paksa.
d) Computed Tomografi-schanning: menggambarkan potongan
secara transfersal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur
tulang yang rusak (Wahid, 2013).
Pemeriksaan laboratorium
e) Kalsium serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahapan
penyembuhan tulang.
f) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan
menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
g) Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-
5), aspartat Amino transferase (AST), Aldolase yang meningkat
pada tahap penyembuhan tulang (Wahid, 2013).
D. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur femur adalah
sebagai berikut (Nanda, 2015-2017)
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
5) Resiko infeksi
6) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
7) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan.
C. Rencana keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan Kontrol nyeri : Manajemen nyeri :


dengan agen cedera fisik 1) Mengenali kapan Aktifitas-aktifitas :
nyeri terjadi secara 1) Lakukan pengkajian nyeri
Definisi : konsisten secara komprehensif
menunjukkan 2) Gunakan strategi
Pengalaman sensori dan
2) Menggambarkan komunikasi terapeutik
emsional tidak faktor penyebab untuk mengetahui
menyenangkan yang secara konsisten pengalaman nyeri
munsul akibat kerusakan menunjukkan 3) Gali pengetahuan dan
jaringan ktual atau 3) Mengunakn kepercayaan pasien
potensial atau yang tindakan mengenai nyeri
digambarkan sebagai pencegahan secara 4) Evaluasi pengalaman nyeri di
konsisten masa lalu
kerusakan (International
menunjukkan 5) Berikan informasi mengenai
Association for the Study 4) Menggunakan nyeri, seperti penyebab
of Pain); awitan yang tindakan nyeri, berapa nyeri akan
tiba-tiba atu lambat dari pengurangan nyeri dirasakan, dn antisipasi dari
intensitas ringan hiingga tanpa analgesik ketidaknyamanan akibat
berat dengan akhir yang secara konsisten prosedur
dapat diantisipasi atau menunjukkan 6) Ajarkan prinsip-prinsip
5) Mengenali apa manajemen nyeri
diprediksi.
yang terkait 7) Dorong pasien untuk
dengan gejala memonitor nyeri dn
Batasan karakteristik : nyeri secara menangani nyeri dengan
1) Bukti nyeri konsisten tepat
dengan menunjukkan 8) Ajarkan metode
menggunakan 6) Melaporka nyeri farmakologi untuk
standar daftar yang terkontrol menurunkan nyeri
periksa nyeri secara konsisten 9) Dukung istirahat/tidur yang
untuk pasien yang menunjukkan adekuat untuk membantu
tidak dapat penurunan nyeri
mengungkapkann 10) Dorong pasien untuk
ya Tingkat nyeri : mediskusikan pengalaman
2) Diaforesis nyeri
3) Ekspresi wajah 1) Nyeri yang 11) Gunakan pendekatan
nyeri (mis;mata dilaporkan tidak multidisplin untuk
kurang bercahaya, ada
tampak kacau, 2) Panjangnya manajemen nyeri.
gerakan mata episode nyeri
berpencar atau tidak ada Pemberian analgesik :
tetap pada satu 3) Menggosok
focus, meringis) area yang Aktifitas-aktifitas :
4) Focus pada diri terkena ampak
sendiri tidak ada 1) Tentukan lokais,
5) Keluhan tentang 4) Mengerang dan karakteristik, lokasidan
intensitas menangis tidak keparahan nyeri
menggunakan ada 2) Cek perintah pengobatan
standar skala 5) Ekspresi nyeri meliputi obat, dosis, dan
nyeri wajah tidak ada frekuensi obat anlagesik
6) Keluhan tentang 6) Dapat beristirahat yang diberikan
karakterstik nyeri 7) Iritabilitas 3) Cek adanya riwayat
dengan tidak ada alergi obat
menggunakan 8) Mengerinyit 4) Pilih analgeisk yang sesuai
standar tidak ada ketika lebih dari satu yang
instrument nyeri 9) Ketegangan diberikan
7) Laporan tentang otot tidak ada 5) Pilih rute intravena
perilaku 10) Tekanan darah daripada rute ntramuskular
nyeri/perubahan tidak ada untuk injeksi pengoatan
aktifitas (mis; deviasi dari nyeri yang sering
anggota keluarga, kisaran normal 6) Monitor tanda vital
pemberi asuhan) sebelum dan sesudah
8) Mengekspresikan memberikan analgesic pda
perilaku )mis; pemberian dosis perama
gelisah, kali
merengek, 7) Susun harapan yang positif
menangis, mengenal kefektifan
waspada) analgesic untuk
9) Perilaku distraksi mengoptimalkan respon
10) Perubahan posisi pasien
untuk 8) Dokumentasikan respon
menghindari rasa terhadap analgesic dan
nyeri adanya efek samping
11) Putus as 9) Lakukan tindakan-
12) Sikap melindungi tindakan yang
area nyeri menurunkn efek
13) Sikap tubuh samping analgesic
melindungi 10) Ajarkan tetang penggunaan
analgeisk, strategi untuk
menurunkn efek
2 Hambatan mobilitas fisik Pergerakan : Terapi latihan : ambulasi :
1) Keseimbangan
tidak terganggu Aktifitas-aktivitas:
2) Koordiansi
tidak terganggu 1) bantu pasien untuk
3) Cara berjalan menggunakan alas kaki
tidak terganggu yang memfasilitasi pasien
4) Gerakan otot untuk berjalan dan
tidak teranggu mencegah cedera
5) Gerakan sendi 2) bantu pasien untuk duduk di
terganggu sisi tempat tidur untuk
6) Kinerja memfasilitasi penyesuaian
pengaturan suhu sikap tubuh
tidak terganggu 3) bantu pasien untuk
7) Berlari tdak berpindahan
terganggu 4) terapkan/sediakan alat
8) Melompat bantu (tongat, walker atau
tidak terganggu kursi roda)
9) Merangkak 5) bantu pasien dengan
tidak terganggu ambulasi awal
10) Berjalan 6) instruksikan pasien
tidak mengenai pemindahan dan
terganggu teknik ambulasi yang
11) Bergerak aman
dengan mudah 7) monitor pengguaan kruk
tidak terganggu pasien atau alat bantu
berjalan lainnya
8) banu pasien untuk berdiri
dan ambulasi dengan
jarak tertentu
9) batu pasien untuk
membangun pencapaian
yang realistis untuk
ambulasi jarak
10) dorong pasien untuk
bangkit sebanyak dan
sesering yang diinginkan.

Manajemen energi :
Aktifitas-aktifitas :
a. Kaji stats fisiologis
pasien yang
Bantuan perawatan diri :

Aktifitas-aktifitas :

1) pertimbangkan budaya
pasien ketika meningkatkan
aktivitas perawatan diri
2) pertimbangkan usia pasien
ketika meningkatkan
kativitas perawatan diri
monitor kemampuan
perawatan diri secara
mandiri
3) monitor kebutuhan pasien
terkait dengan lat-alat
kebersihan diri
berikan lingkungan yang
terapeutik dengan
memastikan lingkunga
yang hangat, santai,
tertutup
5) berikan bantuan sampai
pasien mampu melakukan
perawatan diri secara
mandiri
6) dorong psien untuk
melakukan aktifitas
normal sehari-hari
sampai batas
kemampuan pasien
7) dorong kemampuan pasien,
tapi bantu ketika pasien tak
mampu melakukannya
8) ciptakan rutinitas aktifitas
perawatan diri.

Monitor tanda-tanda vital:

Aktifitas-aktifits :

1) Monitor tekanan darah,


nadi, suhu, dan status
pernafasan
2) Monitor tekanan darah,
denyut nadi dan pernafasan
sebelum dan setelah
beraktifitas
3) Monitor dan laporkan
tanda dan gejala hiportemi
dan hipertemia
4) Monitor keberadaan dan
kualitas nadi
5) Monitor terkait dengan nadi
alternatif
6) Monitor irama dan laju
pernafasan
7) Monitor suara paru-paru
8) Monitor pola pernafasan
abnormal
Monitor warna kulit, suhu,
dan kelembaban

3 Defisit Perawatan diri : mandi : Manajemen nyeri :


perawatan diri: 1) mencuci wajah tidak Aktifitas-aktifitas :
mandi terganggu 1) Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan 2) mencuci badan secara komprehensif
dengan bagian atas tidak 2) Gunakan strategi
gangguan terganggu komunikasi terapeutik
3) mencuci badan untuk mengetahui
musculoskeletal
bagian bawah tidak pengalaman nyeri
Definisi : terganggu 3) Gali pengetahuan dan
Hambtan 4) membersihkan area kepercayaan pasien
kemampuan untuk perineum tidak mengenai nyeri
melakukan atau terganggu 4) Evaluasi pengalaman nyeri di
menyelesaikan 5) mengeringkan masa lalu
aktivitas mandi badan tidak 5) Berikan informasi mengenai
terganggu nyeri, seperti penyebab
secara mndiri
nyeri, berapa nyeri akan
Batasan
Perawatn diri: dirasakan, dn antisipasi dari
karakteristik : ketidaknyamanan akibat
kebersihan :
1) ketidakma prosedur
1) mencuci tangan
mpuan 6) Ajarkan prinsip-prinsip
tidak terganggu
membasuh manajemen nyeri
2) membersihakn area
tubuh 7) Dorong pasien untuk
perineum tidak
2) ketidakmam memonitor nyeri dn
terganggu
puan menangani nyeri dengan
3) membersihkan
mengakses tepat
telinga tidak
kamar 8) Ajarkan metode
terganggu
mandi farmakologi untuk
4) mempertahankan
3) ketidakma menurunkan nyeri
kebersihan mulut
mpuan 9) Dukung istirahat/tidur yang
tidak terganggu
mengering adekuat untuk membantu
5) megeramas rambut
kan tubuh penurunan nyeri
tidak terganggu
6) memperhatika kuku 10) Dorong pasien untuk
jari tangan tidak mediskusikan pengalaman
tergangu nyeri
7) memperhatikan 11) Gunakan pendekatan
kuku kaki tidak multidisplin untuk
terganggu manajemen nyeri.
8) mempertahankan
Bantuan perawatan diri :
kebersihan tubuh
tidak terganggu Aktifitas-aktifitas :

1) pertimbangkan budaya
pasien ketika meningkatkan
aktivitas perawatan diri
2) pertimbangkan usia pasien
ketika meningkatkan
kativitas perawatan diri
monitor kemampuan
perawatan diri secara
mandiri
3) monitor kebutuhan pasien
terkait dengan lat-alat
kebersihan diri
4) berikan lingkungan yang
terapeutik dengan
memastikan lingkunga yang
hangat, santai, tertutup
5) berikan bantuan sampai
pasien mampu melakukan
perawatan diri secara
mandiri
6) dorong psien untuk
melakukan aktifitas
normal sehari-hari
sampai batas
kemampuan pasien
7) dorong kemampuan pasien,
tapi bantu ketika pasien tak
mampu melakukannya
8) ciptakan rutinitas aktifitas
perawatan diri.

Manajemen energi :

Aktifitas-aktifitas :

a. Kaji stats fisiologis


pasien yang menyebabkan
kelelahan
b. Tentukan persepsi psien
mengenai penyebab
kelelahan
c. Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan baik
secara farmakologis
maupun non farmakologis
d. Monitori intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energi
e. Monitor waktu dan lama
istirahat pasien
f. Batasi jumlah dan
gangguan pengunjung
Monitor respon oksigen
pasien (misalnya tekanan
darah, nadi, repirasi) saat
perawatan maupun
melakukan perawatan
secara mandiri
4 Kerusakan integritas Integritas jaringan : kulit
kulit berhubungan dan membrane mukosa : Monitor ekstremitas bawah:
dengan gangguan 1) Suhu kulit tidak
sirkulasi terganggu
2) Elastisitas tidak
terganggu
Definisi :
3) Ketebalan tidak
Kerusakan terganggu
pada 4) Perfusi jaringan
epidermis tidak terganggu
dan/atau 5) Pertumbuhan rambut
dermis pada kulit tidak
terganggu
Batasan 6) Integritas kulit tidak
karakteristik : terganggu
1) Benda
asing
menusuk
permukaa
n kulit
2) Kerusak
an
integrita
s kulit
Aktifitas-aktifitas :

1) Inspeksi terhadap
kebersihan kulit yang
buruk
2) Inspeksi warna, suhu,
tekstur, pecah-pecah atau
luka pada kulit
3) Dapatkan data mengenai
adanya peruabahn pada kaki
dan riwayat ulser kaki
sebelumnya maupun saat ini
4) Tentukan status
mobilisasi
5) Kajin adanya klaudikasi
yang berselang-seling, nyeri
saat istirahat atau nhyeri saat
malam
6) Tentukam ambang batas
persepsi vibrasi
7) Kaji refleks tendon
5 Resiko infeksi Keparahan infeksi : Perlindungan infeksi :
Definisi : 1) kemerahan tidak ada
Aktifitas-aktifitas :
Rentan mengalami 2) vesikel yang tidak
invasi 1) monitor adanya tanda dan
gejala infeksi
dan multipikasi mengeras permukannya tidak sistemik dan local
organisme ada 2) monitor kerentanan
patogenik yang 3) demam tidak ada terhadap infeksi
dapat menganggu 4) ketidakstabilan suhu 3) batasi jumlah pengunjung
keseahatan tidak ada yang sesuai
5) nyeri tidak ada 4) berikan perawatan kulit
6) malaise tidak ada yang tepat
7) hilang nafsu makan tidak 5) periksa kulit dan selaput
ada lendiruntuk adanya
8) kolonisasi kultur area kemerahan, kehangatan
luka tidak ada ekstrim, atau drainase
6) tingaktkan asupan
nutrisi yang cukup
7) anjurkan asupan cairan
yang tepat
8) anjurkan istirahat
9) pantau adanya peruabhan
tingak energy atau malaise
10) anjurkan peningkatan
mobilitas dan latihan
yang tepat
11) ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
perbedan virus dan
bakteri
12) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi
13) Ajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghindari
nfeksi

Kontrol infeksi :
Aktifitas-aktifitas :

1) Bersihkan lingkungan
denga baik setelah
digunakan untuk setiap
pasien
2) Batasi jumlah
pengunjung
3) Anjurkan cara cuci
tangan bagi tenaga
Kesehatan
4) Anjurkan pasien mengenai
teknik mencuci tangan
dengan tepat
5) Anjurkan pengunjung untuk
menvuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien
6) Cuci tangan sebelum dan
sesudah kegiatan
perawatan pasien
7) Lakukan tindakan-
tindakan pencegahan yang
bersifat universal
8) Pakai sarung tangan
steril dengan tepat
9) cukur dan siapkan daerah
untuk persiapan prosedur
invasive
10) jaga sistem yang tertutup
saat melakukan monitor
hemodinamik invasive
11) berikan penaganan
aseptic dari semua
saluran IV
12) tingkatka intake nutrisi
yang tepat
13) dorong intake cairan
yang sesuai
14) dorong untuk
bersitirahat
15) berikan terapi antibiotik
yang sesuai
16) anjurkan pasien meminum
antibiotic seperti yang
diresepkan
17) ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi
18) ajarkan pasien dan keluarga
mengeai bagaimana
menghindari
infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Akral. 2016. Artikel Umum : Mari Turunkan Tingkat Kecelakaan


Di Sumatera
Barat.http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7278,
diakses tanggal 26 september 2017.

Buleeecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner,


C.M. 2013. Niersing Intervention Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Macomedia

Buleeecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner,


C.M. 2013. Niersing Outcome Classification (NOC) Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Macomedia

Clevo, Rendi M. dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Dewi, Devista Kusuma.2014. Pengaruh Edukasi Suportif


Terstruktur Terhadap Mobilisasi Dalam Konteks Asuhan
Keperawatan Pasien Fraktur Dengan Fiksasi
Ekstremitas Bawah Di RSUP
Fatmawati Jakarta. http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/2016-4/20391054-PR- Devista%20Kusuma
%20Dewi.pdf. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2017.

Desiartama, Agus, dkk. (2017). Gambaran Karakteristik Pasien


Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang
Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Tahun 2013. E-Jurnal Medika, Vol. 6 No.5, Mei, 2017.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/30486/
18728.
diakses pada tanggal 7 Januari 2018.

Djamal, R, dkk. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skala


Nyeri Pada Pasien Fraktur Di IRINA A RSUP Prof. Dr.
R.D.Kandou Manado.e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3
Nomor 2 Oktober 2015.
https://media.neliti.com/media/publications/113549-ID-
none.pdf diakses pada tanggal 7 Januari 2018.

Fadliyah, N. 2014. Penatalaksanaan Post Fraktur 1/3 Distal Fibula


Sinistra Dengan Pemasangan Wire Di
Rsud Sukoharjo.
http://eprints.ums.ac.id/30916/2/BAB_I.pdf. Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2017.

Hariawan, Hamdan. 2013. Asuhan Keperawatan Fraktur.


http://hamdan-hariawan-
fkp13.web.unair.ac.id/artikel_detail-88417-Askep Konsep %
20 Fraktur
.html. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai