“FRAKTUR CLAVIKULA”
Disusun oleh :
NIM : P27220018251
A. Pengertian
Fraktur adalah diskontinuitas pada struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Clavicula adalah salah satu tulang yang serin mengalami fraktur apabila terjadi
cidera pada bahu karena letaknya yang superfisial. Fraktur clavicula (tulang kolar)
merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu.
Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal clavikula (Putra,
2013).
Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompresi yang berkekuatan
rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur
tertutup ataupun multiple trauma. Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur
sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang
olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme
langsung maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang
terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher,
setiap kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula
biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokter bujang,
2012).
B. Klasifikasi
Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
2) Fraktur terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka
digradasi menjadi:
a) Grade 1 : luka atau laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen
minimal
b) Grade 2 : luka atau laserasi > 2 cm, kontosio otot dan sekitarnya, dislokasi
fragmen jelas.
c) Grade 3 : luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur
1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2) Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti :
a) Hair Line Fraktur ( patah retak rambut )
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasinya.
3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang di
sebabkan trauma rotasi.
4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) : garis patah lengkap tetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum masih utuh
2) Fraktur Displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga di
sebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu
dan overlapping)
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)
f. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
g. Fraktur Patologis: fraktur yang di akibatkan karena proses patologis tulang.
h. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
Berikut ini adalah klasifikasi fraktur clavicula menurut Allman dengan modifikasi Neer:
Kelompok 1 : patah tulang pada sepertiga tengah tulang clavicula (insidensi
kejadian 75-80%)
Kelompok 2 : patah tulang clavicula pada sepertiga distal (15-25%).
a) Tipe 1 : patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan ulang maupu gangguan ligament coracoclevicular.
b) Tipe 2a : fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligamentcoracoclvicular masih melekat pada framen.
c) Tipe 2b : terjadi gangguan ligamen, salah satunya terkoyak ataupun kedua-
duanya.
d) Tipe 3 : patah tulang yang pada bagian distal clavicula yang melibatkan AC
joint.
e) Tipe 4 : ligament tetap untuk melekat pada peritoneum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
f) Tipe 5 : patah tulang clavicula terpecah menjadi beberapa fragmen.
C. Etiologi
Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak langsung (kontraksi otot,
fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan
yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang
komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.
Menurut sejarah, fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat
jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar (outstreched hand) dimana trauma
dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru - baru ini telah
diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah
hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau
terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh (Nowak et a,l Nordqvist dan
Peterson).
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched
hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus
patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu
lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada
anak - anak sekitar 10 – 16% dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang
dewasa sekitar 2,6 – 5 %.
E. Patofisiologi
Patah tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat
menyebabkan patah tulang selangka / fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama
perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral
vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian
itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan
tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan site,
2013).
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di dalam darah.
2. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil.
Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien (Intra Vena). Pewarna ini
dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap
yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap
beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Pasien alergi terhadap kerang, atau
memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang selangka/
klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang,
otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring diam selama MRI.
4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua
klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah
atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif. Pada orang dewasa dan
anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan
mitela. Reposisi tidak diperlukan, apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula
jarang menyebabkan gangguan pada bahu, baik fungsi maupun kekuatannya. Kalus yang
menonjol kadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang
dengan proses pemugaran. yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih
tinggi dari pada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan tangan pada hari
pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)
I. Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera
vena atau arteria subklavia akibat fragkmen tulang, dan mal union (penyimpangan
penyatuan). Mal union merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan
leher rendah. Komplikasi akut meliputi cedera pembuluh darah, pneumouthorax,
haemothorax. Komplikasi lambat dapat meliputi, mal union adalah proses penyembuhan
tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk
aslinya atau abnormal. Sedangkan Non union adalah kegagalan penyambungan tulang
setelah 4 sampai 6 bulan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2) Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur)
b. Cemas berhubungan dengan proses operasi
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan post pembedahan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post pembedahan.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.
3) Rencana Keperawatan
Pre Operasi
No Dignosa NOC NIC
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri klien (P,Q,R,S,T)
agen cidera keperawatan selama 3 x 24 jam, Ajarkan tehnik
fisik diharapkan nyeri pasien dapat nonfarmakologi /tehnik
berkurang dengan kriteria hasil : relaksasi (tarik nafas dalam)
Skala nyeri berkurang Kolaborasi dengan dokter
menjadi 4 pemberian analgetik
Klien mampu mengontrol Tingkatkan istirahat
nyeri dengan tehnik
nonfarmakologi
TTV dalam batas normal
Post Operasi
No Dignosa NOC NIC
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri klien (P,Q,R,S,T)
post keperawatan selama 3 x 24 jam, Tingkatkan istirahat Kaji
pembedahan diharapkan nyeri pasien dapat lokasi dan intensitas nyeri.
berkurang dengan kriteria hasil : Pertahankan imobilisasi bagian
Intensitas nyeri 0-2. yang sakit.
Ekspresi wajah rileks. Tinggikan ekstremitas yang
fraktur.
Anjurkan teknik relaksasi
nafas dalam.
Kolaborasi dalam memberikan
terapi analgetik.
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Kaji kulit pada luka terbuka,
integritas kulit keperawatan selama 3 x 24 jam, benda asing, kemerahan,
berhubungan di harapkan penyembuhan luka perdarahan, perubahan warna,
dengan trauma sesuai waktu/penyembuhan lesi kelabu, memutih.
post terjadi. Observasi tanda-tanda vital.
pembedahan Masase kulit dan penonjolan
tulang. Pertahankan tempat
tidur kering dan bebas kerutan.
Letakkan bantalan pelindung
di bawah kaki dan di atas
tonjolan tulang.
Ubah posisi tidur secara
periodik tiap 2 jam.
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Observasi TTV terutama suhu
infeksi keperawatan selama 3 x 24 jam, Jaga daerah luka tetap bersih
berhubungan diharapkan nyeri pasien dapat dan kering.
dengan luka berkurang dengan kriteria hasil : Tutup daerah yang luka dengan
operasi. Tidak ada tanda-tanda infeksi kasa steril/balutan bersih.
ditandai dengan: Rawat luka dengan teknik
- Suhu normal 36 - 37oC aseptik.
- Tidak ada kemerahan, tidak Kolaborasi dengan medik
ada edema, luka bersih. untuk pemberian antibiotik.
Daftar Pustaka
Brokker, 2011 Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcomes.2004
Brunner and Suddarth , 2010. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.
Carwin, 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, A. dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculopius
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis : Definition and
Classification 2011-2012. NANDA International. Philadelphia.
Sjamsuhidayat, R. & Jong, W D. 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. EGC, Jakarta.
Smeltze. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.
Suratun. 2012. Anatomi Muskuloskeletal, Program Studi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga / RSUD. dr. Soetomo
Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC
Joanne McCloskey,dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America : Mosby
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC
Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.
Jakarta : EGC