Anda di halaman 1dari 26

askep bedah

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF AFF PLATE FRAKTUR CRURIS


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSU KEBUMEN

Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Peminatan Bedah
Program Studi Sarjana Keperawatan

Disusun oleh:
Nama : Evy Prihana
NIM : A10800436

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011

Lembar Pengesahan Laporan

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF AFF PLATE FRAKTUR CRURIS


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSU KEBUMEN
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Dadi Santoso,S.Kep,NS) (Khabib Nawawi, S.Kep )

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tibia fibula atau yang disebut dengan cruris dapat mengalami fraktur oleh trauma
langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi
fleksi pada kecelakaan jalan raya. Cruris merupakan tulang terbawah dalam tubuh dan cruris
pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang
dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur cruris.
Perdarahan interns yang masif dapat menimbulkan renjatan berat. (Doengoes, 1999)
Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke
posisi semula (resposisi) dan mengembalikan posisi itu selam masa penyembuhan patah tulang
(imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, plate atau alat lain (osteosintesis) merupakan
langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainya
dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang
bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti
sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya
agar kembali seperti semula (remodeling/swapugar). Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi
dalam, penggantian dengan prostesis dll. Contoh fiksasi luar adalah penggunaan pin baja yang di
tusukan pada fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan batangan logam di luar kulit.
Sedangkan fiksasi interna yang bisa dipakai berupa pen dalam sumsum tulang panjang atau plat
dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara ini adalah terjadi reposisi sempurna, tidak
perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai resiko infeksi tulang,
Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang sukar menyambung
kembali. (Adam, 1992)

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba
merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan keperawatan perioperatif kepada
Ny.M dengan kasus aff plate fraktur cruris.

C. Ruang lingkup
Permasalahan yang timbul pada bedah fraktur cruris sangat luas, sehingga penulis mengambil
judul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Aff Plate Fraktur Cruris pada Ny.M di Instalasi Bedah
Sentral RSU Kebumen”

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan perioperatif pada kasus aff plate fraktur cruris .
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pre operasi untuk kasus aff plat pada frakrur cruris
b. Mahasiswa mampu membantu proses operasi pada kasus aff plat pada fraktur cruris
c. Mahasiswa mampu melakukan perawatan post operasi pada kasus aff plat fraktur cruris

E. Manfaat penulisan
1. Bagi individu
Dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di
lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek di rumah sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan peri operatif
fraktur cruris, membantu untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi
optimal .
3. Bagi institusi STIKES
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan ilmu
keperawatan pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadi pada tulng tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari
yang diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. Sedangkan crusris dextra adalah tungkai bawah kanan yang terdiri
dari dua tulang panjang yaitu tulang tibia dan fibula. Lalu 1/3 distal adalah letak suatu patahan
yang terjadi pada bagian 1/3 bawah tungkai. Jadi pengertian fraktur cruris dextra 1/3 distal
adalah patah tulang yang terjadi pada tulang tibia dan fibula yang terletas di 1/3 bagian bawah
sebelah kanan. (Price, 1994)

B. Anatomi dan Fisiologi


1) Sistem Tulang
Tulang adalah struktur dinamis yang terus menerus diperbarui. Kapasitas tanggungan beban
suatu tulang dapat mencapai 10 sampai 20 kali lipat berat badan. Hali ini dimungkinkan oleh
sifat elastis tulang yang memungkinkan tulang sedikit melengkung pada saat diberikan beban.
Tungkai bawah manusia terdiri dari dua tulang, yaitu tulang tibia (tulang kering) dan
tulang fibula (tulang betis). Tibia adalah tulang berbentuk pipa dengan sebuah batang dan
mempunyai dua ujung. Tulang tibia terletak di sebelah medial fibula, dan memiliki tiga bagian
yang terdiri epipisis proksimalis, diapisis dan epipisis distalis. Sedangkan tulang fibula atau
tulang betis adalah tulang sebelah lateral tibia. Tulang ini berbentuk pipa dengan sebuah batang
dan dua ujung.
2) Sistem Sendi
Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan
melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagain dalam terdapat rongga sendi
dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan.
Pada kasus pasca operasi fraktus cruris dextra 1/3 distal dengan ORIF biasanya akan
menimbulkan gangguan terutama pada sendi pergelangan kaki kanan sehingga berdampak pada
gerakan sendi tersebut.
Sendi pergelangan kaki terdiri dari tiga persendian, yaitu sendi tibiofibularis distalis,
talocruralis dan subtalaris. Gerakan yang dapat dilakukan sendi pergelangan kanan adalah plantar
fleksi, dorsi fleksi, eversi dan inversi. Luas gerak sendi untuk gerakan dorsi fleksi-plantar fleksi
S 300 - 00 – 500, sedang luas gerak sendi untuk gerakan eversi-inversi R 400 - 00 – 200 yang diukur
dari posisi anatomis.
3) Sistem Otot
Otot merupakan sistem penggerak tubuh yang bekerja secara aktif. Pada sendi pergelangan
kaki otot penggerak utama gerakan dorsi fleksi adalah otot tibialis anterior. Sedangkan gerakan
plantar fleksi digerakkan oleh otot gastreknemius dan otot tibialis posterior. Pada gerakan eversi,
otot penggerak yang bekerja adalah otot peroneus longus dan otot peroneus brevis. Dengan
adanya otot-otot tersebut memungkinkan terjadinya kontraksi sehingga terjadi gerakan pada
sendi atau tulang.

C. Jenis-Jenis Fraktur (Doengoes, 1993)


1) Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
2) Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
3) Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
4) Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
5) Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
6) Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
7) Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
8) Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
9) Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
10) Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah
perlekatannnya.
D. Etiologi
Menurut E, Oeswari etiologi dari fraktur antara lain:
1) Trauma langsung meneybabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu
2) Gerakan pintir mendadak
3) Kontraksi otot ekstem
4) Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

E. Manisfestasi Klinis
Menurut Black,1993 manifestasi klinis dari fraktur cruris adalah:
1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma,
dan edema
2) Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3) Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur
4) Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
F. Pemeriksaan Penunjang (Doengoes, 1993)
1) Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
2) Pemeriksaan jumlah darah lengkap
3) Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

G. Penatalaksanaan (Doengoes, 1993)


1) Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
2) Imobilisasi fraktur. Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
3) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
a. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
b. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
c. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
d. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah

F. Komplikasi (Doengoes, 1993)


1) Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2) Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih
lambat dari keadaan normal.
3) Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

G. Pengkajian
1) Pengkajian primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau
tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut
2) Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
1. kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
2. Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
2. Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
3. Tachikardi
4. Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
5. Cailary refil melambat
6. Pucat pada bagian yang terkena
7. Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
1. Kesemutan
2. Deformitas, krepitasi, pemendekan
3. kelemahan
d. Kenyamanan
1. nyeri tiba-tiba saat cidera
2. spasme/ kram otot
e. Keamanan
1. laserasi kulit
2. perdarahan
3. perubahan warna
4. pembengkakan local
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Biodata
Nama : Ny. M
Umur : 75 tahun
Alamat : Klirong
Ruang : teratai
Dx medis : osteomielitis
B. Pengkajian tgl 7 November 2011
1. Keluhan utama:
Luka post op keluar darah.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Terdapat luka post operasi di kaki kanan,bengkak, keluar darah sejak sore hari, sedikit terasa
nyeri P: Nyeri bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri
seperti diiris, S: 5 , T: hilang timbul mulai tadi sore sampai diimobilisasi
3. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien mengalami kecelakaan 2 tahun lalu dan terdapat fraktur cruris tertutup dekstra, dilakukan
pemasangan plat, dan salah satu plat dilepas 6 bulan yang lalu, operasi dilakukan di RS Margono
Purwokerto.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yg mempunyai penyakit hipertensi ataupun DM
5. Pemeriksaan fisik di IBS RSU Kebumen
KU : Cukup
Kesadaran : CM
Tanda-tanda Vital:
TD : 130/90 mmHg
S : 370 C
N : 74 x/mnt
R : 24 x/mnt

6. Pemeriksaan Head to toe


a) Kepala : bentuk mesochepal
b) Rambut : rambut agak kotor dan beruban
c) Mata : konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik
d) Telinga : tidak ada discharge
e) Hidung : Hidung tidak ada discharge, tak terpasang alat bantu nafas
f) Gigi dan mulut : mukosa bibir kering, gigi agak kotor
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tak ada jejas
h) Dada :
 dinding dada simetris
 Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
o Paru :
 suara paru vesikuler, wheezing
 sonor diseluruh lapang paru
o Jantung : - cor: reguler, gallop dan murmur tdk ada
i) Abdomen : dinding perut datar, supel, tympani, bising usus 14x/mnt
j) Punggung: tidak ada luka dekubitus atau yang lain
k) Genitalia : jenis kelamin wanita,terpasang DC 14, sulit BAK sejan tadi sore
l) Anggota gerak atas : tidak ada fraktur, kedua tangan mampu digerakkan, CRT 2 detik, akral
hangat, jari jari lengkap
m) Anggota gerak bawah: kaki kanan terdapat luka post operasi yang ditutu kasa karena keluar
darah, tampak bengkak
n) Turgor kulit : baik
7. Data Penunjang
a) Hasil pemeriksaan radiologi
Rontgen terdapat plat terpasang di tulang cruris dekstra
Terdapat tanda tanda osteomielitis

a. Hasil Laboratorium Tgl 7 November2011


Pemeriksaan Hasil Satuan normal
WBC 26,3 103 /uL 3,6-11,0
Lymph # 1,6 103 /uL 0,6-4,1
Mid # 2,6 103 /uL 0,1-1,8
Gran # 22,1 103 /uL 2,0-7,8
Lymph % 6,3 % 25-40
Mid % 9,8 % 0,1-18,0
Gran % 83,9 % 50-70
HGB 12,1 Gr/dl 11,7-17,3
RBC 3,89 106 /uL 3,8-5,9
NCT 34,8 % 35-52
MCV 89,7 fL 80-100
MCH 31,1 pg 26-34
MCHC 34,7 gr/dl 32-36
RDW-CV 13,7 % 11,5-14,5
RDW-SD 45,6 fL 35-56
PLT 336 103 /uL 150-450
MPV 7,0 fL
PDW 15,1
PCT 0,235 %
Gol darah A
BT 2,15 menit
CT 3 menit

A. Pre operasi
1) Analisa Data
Tanggal/ jam Data Fokus Pathway Etiologi Masalah
7 Desember DS : cedera jaringan Diskontinuitas Nyeri Akut
2011 jam Pasien mengatakan kaki kulit dan
tulang
15.00 wib kanan nya sakit dan tulang
perdarahan di bagian luka,
P: Nyeri bertambah ketika diskontinuitas
kaki digerakan ,nyeri tulang
berkurang saat
diimobilisasi, Q: Nyeri proses
seperti diiris, S: 5 , T: inflamasi
hilang timbul mulai tadi
sore sampai diimobilisasi menekan ujung
DO: syaraf bebas
adanya luka di kaki kanan
nosiseptor
tertutup kasa dan
bengkak, px. rogten fraktur
Nyeri akut
cruris 1/3 distal dextra,
RR: 24 x/mnt , TD: 130/90
mmhg, S: 37 C ,N: 74
x/mnt

2) Penatalaksanaan/ Intervensi Keperawatan


No Dx kep Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Nyeri akut NOC: a. Kaji PQRST nyeri Untuk memantau
berhubungan - Tingkat kenyamanan pasien nyeri pasien
dengan - Perilaku b. Kaji respon pasien Menegtahui cara yang
diskontinuitas mengendalikan nyeri terhadap nyeri efektif untuk
tulang - Tingkat nyeri;jumlah mengatasi
nyeri yg dilaporkan c. Kaji TTV dan KU pasien Mengetahui
atau ditunjukan perkembangan kondisi
- TTV dalam batas d. Jelaskan tentang pasien
normal prosedur yang dapat Memberi alternatif
Tujuan/Kriteria menurunkan dan meringankan nyeri
evaluasi: meningkatkan nyeri
- Setelah dilakukan e. Ajarka teknik distraksi
tindakan keperawatan relaksasi Teknik distraksi
selama proses relaksasi dapat
keperawatan pasien memberikan rasa
mampu nyaman dan
mempertahankn mengalihkan nyeri
tingkat nyeri pada f. Berikan terapi sesuai pasien
skala 3 program Analgetik dapat
mengurangi nyeri

3) Implementasi Keperawatan
No dx Tanggal/ jam Tindakan Evaluasi
1 7-12-2011
15.00 wib a. Mengkaji PQRST nyeri pasien Pasien mengatakan P: Nyeri,
dan respon pasien terhadap bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri
nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri
seperti diiris, S: 5 , T: hilang timbul
mulai tadi sore sampai diimobilisasi
Pasien menganggap nyeri nya wajar
b. Mengkaji respon pasien dan pasien bersabar terhadap rasa
terhadap nyeri nyeri yang dialami
15.05 wib c. Memantau TTV TD: 120/90mmHg, N:82x/m, RR:
20x/m, S: 36,70 C
15.10 wib d. Mengajarkan teknik nafas Pasien kooperatif
dalam untuk memberikan rasa
nyaman

e. Menjelaskan pada pasien Pasien kooperatif


tentang prosedur tindakan

4) Evaluasi Keperawatan
No dx Tanggal/ jam Evaluasi
1 7-12-2011 pukul S:
15.15 wib Pasien mengatakan nyeri berkurang Skala nyeri 3
O:
Pasien tampak tenang, TD: 120/90 mmHg, N: 82x/m,
RR: 20x/m
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi

B. Intra Operasi
1) Analisa Data dan dx Keperawatan
No Tanggal/jam Data fokus Etiologi Problem
dx
2 7-12-2011 DS: Proses pembedahan Risiko perdarahan
DO:
Adanya luka
insisi sepanjang
10 cm

2) Intervensi Keperawatan
Dx kep Tanggal/ Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
jam hasil
Risiko 7-12-2011 Setelah dilakukan 1. Monitor perdarahan Mengetahui jumlah
infeksi 15.45 wib tindakan pada daerah perdarahan
berhubungan keperawatan pembedahan setelah
dengan selama proses dilakukan insisi.
prosedur keperawatan 2. Ingatkan operator dan
invasif diharapkan asisten bila terjadi Mencegah
masalah risiko perdarahan hebat perdarahan yang
perdarahan tidak 3. Monitor vital sign lebih banyak
terjadi dengan
kriteria hasil: 4. Monitor cairan Mengatahui kondisi
a. Tidak terjadi Mengatahui balance
perdarahan cairan
b. TTV dalam batas
normal

3) Implementasi keperawatan
Tanggal/ jam Implementasi Evaluasi
7-12-2011 1. Monitor perdarahan pada daerah Perdarahan ± 150 cc
15.15 wib pembedahan selama operasi
2. Manajemen terjadinya
perdarahan Operator dan assisten melakukan
suction pada area perdarahan dan
melakukan koagulan dengan
cutter.

3. Monitor vital sign Nadi : 88x/menit


15.30 wib RR : 20x/menit
TD: 110/90mmHg

4) Evaluasi Keperawatan
Dx kep Tanggal/ jam Evaluasi
Risiko infeksi 7 -12-2011 S: -
berhubungan Pukul 16.15 wib O:
dengan TD: 120/90 mmHg, N: 88x/m, S: 36,70 C,
prosedur RR: 20x/m
invasif Prosedur steril dilakukan dengan baik, luka
baik
A: masalah teratasi
P: berikan informasi tentang perawatan luka
post op

b) Persiapan pasien
Posisi pasien :supinasi
TD : TD: 120/90 mmHg,
N : 82x/m,
RR : 20x/m
Pemasangan : bed side monitor
Waktu : tanggal 7 Desember 2011 pukul 15.15 wib
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
2) Mata
sklera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor
3) Hidung
tak ada benjolan, tidak ada sumbatan jalan nafas
4) Mulut
mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada stomatitis
5) Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tak ada pembearan vena jugularis
6) Thorax
I: tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
P: tidak ada nyeri tekan
P: paru sonor
A: paru vesikuler
7) Abdomen
I: tak ada jejas, ada benjolan di area inguinal
A: peristaltik : 8x/m
P: tak teraba pembesaran organ
P: timpani
8) Genetalia
terpasang DC ukuran 16, urin output 50cc
9) Ekstremitas
- atas: terpasang IVFD RL 30tpm, akral hangat, CRT 2detik, tidak ada jejas
bawah: tak ada jejas, CRT 2detik, akral hangat,
Operator : dr. Eko, sp BO
Asisten : Barkah
Instrumen : Ida
1. Persiapan alat
Set Tulang Jml Set Hernia Jml
Knabel tang 2 Ovarium klem 1
Cobra 1 Stik mesh besar 1
Hammer 1 Gunting benang 1
Drei besar 2 Gunting BMC Germany 2
Doble slip 1 Gunting bengkok kecil CW 1
Raspatorium 1 Pinset anatomis 1
O hak lubang 2 Pinset sirlugis 1
Pengait 1 Duk klem 5
Hak bengkok 1 Nalfuder 2
Kikir bulat 1 Klem bengkok kecil 2
Klem bengkok Germany 2
Klem lurus Germany 5
Klem lurus SHM 2
Kocher bengkok 2
Kom 1
Bengkok 1
Selang 1
Set tambahan:
Hak 1
Kanul suction 1
Cutter 1

Total 13 Total 27

Set Linen Jml Bahan habis pakai Jml

1 Handscoon 4psg
Perlak 1 Kasaa 100
Duk besar 1 Bisturi no 22 1
Duk lubang 2 Benang Propylene no 1 1
Duk kaki 1 Benang Safil no 2/0 1
Duk segitiga 1 Alkohol 100cc
Betadine 200cc
Savlon 100cc
NaCl 250cc

Total 7

2. Penatalakasanaan/instrumen
No Tindakan Peralatan
1 Desinfeksi Kom 1, betadin 200cc, alcohol, klem
panjang1, savlon 50 cc, kassa 10 lbr
2 Drapping Duk besar, duk lubang, duk klem 3
3 Menandai daerah sayatan Bisturi no 22, klem arteri kassa 4 lbr
4 Melakukan sayatan pada kulit sampai Bistiri no 22, kassa, klem arteri 2,
otot Pinset cirugis1, gunting 1
5 Mempertahankan hemostatis Kassa 2lbr, klem cutter, suction
6 Membersihkan area fraktur Kuret 1
7 Melepeas plate screw driver 1
8 Mencuci daerah operasi NaCL 250cc
9 Menghiting alat dan kassa Awal: 20 akhir: 20
9 Hecting otot Propilene no 1, nalfuder, klem arteri 2
10 Hecting sub cutis Propilene no 1, nalfuder, klem arteri 2
11 Hecting kulit Safil no 2/0, nalfuder, klem arteri 2
12 Desinfeksi Kassa steril, betadin
13 Balut luka Kassa steril 5lbr, kassa betadin dan
hipafix
3. Post Operasi
A. Analisa data
No Waktu Data Masalah Etiologi

1. 7 Subjektif: - Resiko tinggi Proses


November Objektif: cedera pemindahan
2011 Pasien hanya tiduran saat dipindahkan, brankar
pukul kaki belum dapat digerakan, kaki
16.15wib kanan terdapat luka post operasi
pasien dipindahkan ke ruang RR
dengan brankar. Pasien dalam masa
post general anestesi

B. Rencana Post Operasi


No Diagnosa Tujuan Intevensi Rasional
1. Resiko tinggi Setelah dilakukan Perhatikan posisi pasien Keamanaan
cedera b.d asuhan keperawatan pasien tetap
Proses diharapkan  Dekatkan bed di samping terjaga
resiko
pemindahan cedera tidak terjadi. pasien  Menjaga
brankar. Dengan riteria hasil:  Lindungi organ vital keamanan
1. Tidak terjadi abserasi pasien  Mencegah cedera
kulit  Kolaborasi dengan 2-3
karena  Mempermudah
pemindahan pasien. perawat yang ada pengangkatan
 Angakat pasien secara
2. Pasien dapat bersamaan
dipindahkan dengan  Berikan penyangga di  Mempermudah
aman dan nyaman. tempat tidur pasien. pengangkatan

 Memberikan rasa
nyaman pada
pasien

C. Implementasi keperawatan
No Tanggal/ waktu Implementasi Evaluasi
1  Memperhatikan posisi pasien
7-11-2011 pukul Pasien dalam posisi supine
16.15 wib dan keadaan tenang
 Mendekatkan bed di samping pasien
 Melindungi organ vital pasien
 Kolaborasi dengan 2-3 perawat Pasien tenang
yang ada
 Mengakat pasien secara bersamaan
 Memberikan penyangga di tempat
tidur pasien. Proses pengangkatan
berjalan lancar

D. Evaluasi Keperawatan
Dx kep Tanggal/ jam Evaluasi
Risiko cedera 7-12-2011 S :
berhubungan O :
dengan proses - pasien sadar penuh
pemindahan - gerakan terkontrol
pasien - tanda-tanda vital TD 120/90 mmHg, Nadi
88x/menit, RR 20x/menit, S:36,70 C
A : masalah teratasi.
P : pertahankan kondisi yang aman sampai ada
serah terima dengan perawat ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada pasien bernama Ny. M dengan riwayat kecelakaan lalu lintas
dengan trauma pada kaki bawah kanan, dan pernah dilakukan operasi 2 tahun lalu kemudian
dilakukan remove salah satu plat sekitar 6 bulan yang lalu, mengeluh kaki kanan agak sakit dan
tidak bisa digerakkan dalam pemeriksaan ada tanda fungsio laesa, deformitas, bengkak dan
trauma.Diperoleh diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
tulang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis dari fraktur cruris adalah nyeri .
Dilakukan tindakan remove plate.
Saat akan dilakukan operasi, pembiusan dilakukan dengan General anestesi, keadaan tanda-
tanda vital TD 120/90 mmHg, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit, dilakukan tindakan ORIF cruris.
Sayatan dilakukan di area kaki kanan, dapat diambil diagnose risiko perdarahan berhubungan
dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Untuk diagnose post operasi ditemukan diagnose risiko cedera berhubungan dengan
pemindahan pasien, karena efek general anestesi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa general
anestesi memiliki efek.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melaksanakan perawatan pre operasi dengan diagnosa keperawatan nyeri
akut berhubungan dengan dikontinuitas jaringan tulang
2. Mahasiswa mampu membantu proses jalannya operasi dengan diagnosa risiko perdarahan
berhubungan dengan proses pembedahan
3. Mahasiswa mampu melaksanakan proses keperawatan post operasi dengan diagnosa keprewatan
risiko cedera karena efek anestesi

B. Saran
1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre
operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi
pembedahan.
2. Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan kesehatan terkait
perawatan post operasi.
3. Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan
professional di ruang IBS.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah,. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC

Donges Marilynn, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC

E, Oeswari. 1999. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Joyce, m black. 1993. Patofisisologi. Jakarta: EGC

Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta:
EGC

Smeltzer Suzanne, C.1997.Buku Ajar Medikal Bedah. Jilid2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Tucker,Susan Martin. 1993. Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta: EGC
LAMPIRAN 1
PERAWATAN PERIOPERATIF DI KAMAR BEDAH

A. Perawatan Pre Operasi:


1) Persiapan Pre Operasi:
a. Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi dengan daerah yang akan di operasi sudah dibersihkan (di
cukur dan personal hygiene)
b. Kateterisasi
c. Persiapan saluran pencernaan dengan puasa mulai tengah malam sebelum operasi esok paginya
(pada spinal anestesi dianjurkan untuk makan terlebih dahulu)
d. Informed Consent
e. Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai tindakan yang dilakukan di meja operasi, seperti
anestesi yang digunakan, tindakan yang dilakukan dan lamanya operasi (lampiran 2)
2) Perawatan Pre Operasi:
a. Menerima Pasien:
b. Memeriksa kembali persiapan pasien:
1. Identitas pasien
2. Surat persetujuan operasi
3. Pemeriksaan laboratorium darah, rontgen, EKG.
4. Mengganti baju pasien
5. Menilai KU dan TTV
c. Memberikan Pre Medikasi: Mengecek nama pasien sebelum memberikan obat dan memberikan
obat pre medikasi.
d. Mendorong pasien kekamar tindakan sesuai jenis kasus pembedahan
e. Memindahkan pasien ke meja operasi
C. Perawatan Intra Operasi
1) Melaksanakan orientasi:
a. Memberi dukungan mental
b. Menjelaskan tentang fasilitas di sekitar meja operasi
c. Mengenalkan pasien kepada ahli anestesi, dokter ahli, dokter asisten, perawat instrument.
2) Memasang alat-alat pemantau hemodinamik(infus, kateter, alat monitoring,EKG)
3) Membantu pelaksanaan pembiusan
4) Mengatur posisi pasien
5) Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah pembedahan
6) Memasang selang section
7) Memasang drapping
8) Membantu pelaksanaan tindakan
9) Memeriksa kelengkapan instrument
10) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan: Menyiapkan label, menyiapkan tempat,
menyiapkan formulir pemeriksaan.
11) Menutup luka dengan kasa steril dengan memberi NaCl 0,9% kemudian diplester

D. Perawatan Post Operasi:


1) Setelah luka operasi ditutup kemudian memindahkan pasien ke ruang pemulihan.
2) Pengaturan posisi pasien di ruang pemulihan.
3) Memeriksa pipa-pipa yang terpasang untuk memastikan apakah masih berfungsi dengan baik
atau tidak.
4) Memeriksa TTV secara berkala sampai pasien sadar sepenuhnya setiap 15 menit atau paling
tidak dalam 1 atau 2 jam.
5) Memeriksa dan mencatat masukan dan keluaran cairan.
6) Menganjurkan pasien untuk nafas dalam jika pasien tidak berkemih dalam 12 jam setelah
operasi.
7) Memeriksa balutan opeasi.
8) Mencatat setiap keadaan pasien dan seluruh obat yang diberikan pada status pasien.

LAMPIRAN 3
ALDRETE SCORE
No. Kriteria Nilai
1 WARNA KULIT
Kemerahan/normal 2
Pucat 1
Sianosis 0
2 AKTIFITAS MOTORIK
Gerak 4 anggota tubuh 2

Gerak 2 anggota tubuh 1


Tidak ada gerakan 0
3 PERNAFASAN
Nafas dalam, batuk dan tangisan kuat 2
Nafas dangkal dan adekuat 1
Apnea atau nafas inadekuat 0
4 TEKANAN DARAH
 < 20 mmHg dari pre operasi 2
20 – 50 mmHg dari pre operasi 1
 > 50 mmHg dari per operasi 0
5 KESADARAN
Sadar penuh 2
Respon terhadap rangsangan +, reflek protektif + 1
Tidak ada respon, reflek protektif - 0
JUMLAH 10
(Nilai Normal Aldret ≥ 9 )
Nilai masuk 10, nilai keluar 9

BROMAGE SCORE
No. Kriteria Nilai
1. Dapat mengangkat tungkai bawah 0
2. Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih 1
dapat menekuk lutut
3. Tidak dapat menekuk lutut tapi dapat mengangkat kaki 2
4. Tidak dapat mengangkat kaki 3
(Nilai Normal Bromage < 2), Nilai masuk 0, nilai keluar 1
Diposkan oleh vie cute di 21.3

Anda mungkin juga menyukai