Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tibia fibula atau yang disebut dengan cruris dapat mengalami fraktur oleh trauma
langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam
posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Cruris merupakan tulang terbawah dalam tubuh
dan cruris pada orang dewasa sangat kuat.Dengan demikian, trauma langsung yang keras,
seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan
fraktur cruris. Perdarahan interns yang masif dapat menimbulkan renjatan berat.
Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan
tulang ke posisi semula (resposisi) dan mengembalikan posisi itu selam masa
penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, plate atau
alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti
reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui,
bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya)
memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun
mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti
semula (remodeling/swapugar).Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi dalam, penggantian
dengan prostesis dll. Contoh fiksasi luar adalah penggunaan pin baja yang di tusukan pada
fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan batangan logam di luar kulit. Sedangkan
fiksasi interna yang bisa dipakai berupa pen dalam sumsum tulang panjang atau plat
dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara ini adalah terjadi reposisi sempurna,
tidak perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai resiko
infeksi tulang, Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang
sukar menyambung kembali.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba
merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan keperawatan perioperatif
kepada Ny.M dengan kasus aff plate fraktur cruris.
C. Ruang lingkup
Permasalahan yang timbul pada bedah fraktur cruris sangat luas, sehingga penulis
mengambil judul Asuhan Keperawatan Perioperatif Aff Plate Fraktur Cruris pada Ny.M di
Instalasi Bedah Sentral RS
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan perioperatif pada kasus aff plate fraktur cruris .
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pre operasi untuk kasus aff plat pada frakrur
cruris
b. Mahasiswa mampu membantu proses operasi pada kasus aff plat pada fraktur cruris
c. Mahasiswa mampu melakukan perawatan post operasi pada kasus aff plat fraktur cruris
E. Manfaat penulisan
1. Bagi individu
Dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di
3.

lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek di rumah sakit.


Bagi institusi AKPER
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan
ilmu keperawatan pada khususnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulng tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang
lebih besar dari yang diabsorbsinya.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Sedangkan crusris dextra adalah tungkai bawah
kanan yang terdiri dari dua tulang panjang yaitu tulang tibia dan fibula. Lalu 1/3 distal
adalah letak suatu patahan yang terjadi pada bagian 1/3 bawah tungkai. Jadi pengertian
fraktur cruris dextra 1/3 distal adalah patah tulang yang terjadi pada tulang tibia dan fibula
yang terletas di 1/3 bagian bawah sebelah kanan.
B. Anatomi dan Fisiologi
1) Sistem Tulang
Tulang adalah struktur dinamis yang terus menerus diperbarui. Kapasitas tanggungan
beban suatu tulang dapat mencapai 10 sampai 20 kali lipat berat badan. Hali ini
dimungkinkan oleh sifat elastis tulang yang memungkinkan tulang sedikit melengkung
pada saat diberikan beban.

Tungkai bawah manusia terdiri dari dua tulang, yaitu tulang tibia (tulang kering) dan
tulang fibula (tulang betis).Tibia adalah tulang berbentuk pipa dengan sebuah batang dan
mempunyai dua ujung.Tulang tibia terletak di sebelah medial fibula, dan memiliki tiga
bagian yang terdiri epipisis proksimalis, diapisis dan epipisis distalis.Sedangkan tulang
fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tibia.Tulang ini berbentuk pipa dengan
sebuah batang dan dua ujung.
2) Sistem Sendi
Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang
dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagain dalam
terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan.
Pada kasus pasca operasi fraktus cruris dextra 1/3 distal dengan ORIF biasanya akan
menimbulkan gangguan terutama pada sendi pergelangan kaki kanan sehingga berdampak
pada gerakan sendi tersebut.

Sendi pergelangan kaki terdiri dari tiga persendian, yaitu sendi tibiofibularis distalis,
talocruralis dan subtalaris. Gerakan yang dapat dilakukan sendi pergelangan kanan adalah
plantar fleksi, dorsi fleksi, eversi dan inversi.

Luas gerak sendi untuk gerakan dorsi fleksi-plantar fleksi S 30 0 - 00 500, sedang
luas gerak sendi untuk gerakan eversi-inversi R 40 0 - 00 200 yang diukur dari posisi
anatomis.
3) Sistem Otot

Otot merupakan sistem penggerak tubuh yang bekerja secara aktif. Pada sendi
pergelangan kaki otot penggerak utama gerakan dorsi fleksi adalah otot tibialis anterior.
Sedangkan gerakan plantar fleksi digerakkan oleh otot gastreknemius dan otot tibialis
posterior. Pada gerakan eversi, otot penggerak yang bekerja adalah otot peroneus longus
dan otot peroneus brevis. Dengan adanya otot-otot tersebut memungkinkan terjadinya
kontraksi sehingga terjadi gerakan pada sendi atau tulang.
C. Jenis-Jenis Fraktur
1)

Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.

2) Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
3) Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
4) Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan
tulang.

5) Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
6) Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
7) Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
8) Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
9) Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

10) Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah
perlekatannnya.
D. Etiologi
Menurut E, Oeswari etiologi dari fraktur antara lain:
1) Trauma langsung meneybabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu
2) Gerakan pintir mendadak
3) Kontraksi otot ekstem
4) Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
E. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis dari fraktur cruris adalah:
1)

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema

2) Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah


3) Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur
4) Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
2) Pemeriksaan jumlah darah lengkap
3) Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

G. Penatalaksanaan
1) Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang
patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
2) Imobilisasi fraktur. Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
3) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
a. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan

b. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri


c. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
d. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah
F. Komplikasi
1) Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2) Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal.
3) Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
G. Pengkajian
1) Pengkajian primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan
reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan /
atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
2)
a.
1.
2.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
c.
1.
2.

sianosis pada tahap lanjut


Pengkajian sekunder
Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Keterbatasan mobilitas
Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan

3.
d.
1.
2.
e.
1.
2.
3.
4.

kelemahan
Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan local

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Biodata
Nama

: Ny. M

Umur

: 75 tahun

Alamat

: Jl. Rappocini

Ruang

:As-Salam RSI Faisal

Dx medis

: osteomielitis

B. Pengkajian tgl
1. Keluhan utama:
Luka post op keluar darah.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Terdapat luka post operasi di kaki kanan,bengkak, keluar darah sejak sore hari, sedikit
terasa nyeri P: Nyeri bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang saat diimobilisasi,
Q: Nyeri seperti diiris, S: 5 , T: hilang timbul mulai tadi sore sampai diimobilisasi
3. Riwayat kesehatan dahulu :

Pasien mengalami kecelakaan 2 tahun lalu dan terdapat fraktur cruris tertutup dekstra,
dilakukan pemasangan plat, dan salah satu plat dilepas 6 bulan yang lalu, operasi dilakukan
di RS
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yg mempunyai penyakit hipertensi ataupun DM
5. Pemeriksaan fisik di
KU

: Cukup

Kesadaran

: CM

Tanda-tanda Vital

TD

: 130/90 mmHg

: 370 C

: 74 x/mnt

: 24 x/mnt

6. Pemeriksaan Head to toe


a) Kepala
: bentuk mesochepal
b) Rambut

: rambut agak kotor dan beruban

c) Mata

: konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik

d) Telinga

: tidak ada discharge

e) Hidung

: Hidung tidak ada discharge, tak terpasang alat bantu nafas

f)

Gigi dan mulut: mukosa bibir kering, gigi agak kotor

g) Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tak ada jejas

h) Dada
:
dinding dada simetris
Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
o Paru
:
suara paru vesikuler, wheezing
sonor diseluruh lapang paru
o Jantung : - cor: reguler, gallop dan murmur tdk ada
i) Abdomen : dinding perut datar, supel, tympani, bising usus 14x/mnt
j) Punggung: tidak ada luka dekubitus atau yang lain
k) Genitalia : jenis kelamin wanita,terpasang DC 14, sulit BAK sejan tadi sore
l) Anggota gerak atas : tidak ada fraktur, kedua tangan mampu digerakkan, CRT 2 detik,
akral hangat, jari jari lengkap

m) Anggota gerak bawah: kaki kanan terdapat luka post operasi yang ditutu kasa karena
keluar darah, tampak bengkak
n) Turgor kulit : baik
7. Data Penunjang
a) Hasil pemeriksaan radiologi
Rontgen terdapat plat terpasang di tulang cruris dekstra
Terdapat tanda tanda osteomielitis

a.

Hasil Laboratorium
Pemeriksaan
WBC
Lymph #
Mid #
Gran #
Lymph %
Mid %
Gran %
HGB
RBC
NCT
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
RDW-SD
PLT
MPV
PDW
PCT
Gol darah
BT
CT

Hasil

Satuan

normal

26,3
1,6
2,6
22,1
6,3
9,8
83,9
12,1
3,89
34,8
89,7
31,1
34,7
13,7
45,6
336
7,0
15,1
0,235
A
2,15
3

103 /uL
103 /uL
103 /uL
103 /uL
%
%
%
Gr/dl
106 /uL
%
fL
pg
gr/dl
%
fL
103 /uL
fL

3,6-11,0
0,6-4,1
0,1-1,8
2,0-7,8
25-40
0,1-18,0
50-70
11,7-17,3
3,8-5,9
35-52
80-100
26-34
32-36
11,5-14,5
35-56
150-450

%
menit
menit

A. Pre operasi
1) Analisa Data
Tanggal/
jam

Data Fokus

Pathway

Etiologi

Masalah

DS :
Pasien mengatakan kaki
kanan nya sakit dan
perdarahan di bagian luka,
P: Nyeri bertambah ketika
kaki digerakan ,nyeri
berkurang saat diimobilisasi,
Q: Nyeri seperti diiris,
S: 5 ,
T: hilang timbul mulai tadi
sore sampai diimobilisasi
DO:
adanya luka di kaki kanan
tertutup kasa dan bengkak,
px. rogten fraktur cruris 1/3
distal dextra,
RR: 24 x/mnt ,
TD: 130/90 mmhg,
S: 37 C ,
N: 74 x/mnt

cedera jaringan Diskontinuitas Nyeri Akut


kulit dan
tulang
tulang
diskontinuitas
tulang
proses
inflamasi
menekan ujung
syaraf bebas
nosiseptor
Nyeri akut

2) Penatalaksanaan/ Intervensi Keperawatan


No
1

Dx kep

Tujuan dan Kriteria


hasil
Nyeri akut
NOC:
a.
berhubunga 1. Tingkat kenyamanan
n dengan
- Perilakumengendalikanb.
diskontinuit nyeri
as tulang
- 2. Tingkat nyeri;jumlahc.
nyeri yg dilaporkan atau
ditunjukan
d.
3. TTV dalam batas
normal
Tujuan/Kriteria
evaluasi:
e.
- 1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan f.
selama proses
keperawatan pasien
mampu mempertahankn
tingkat nyeri pada skala
3

Intervensi
1. Kaji PQRST nyeri
pasien
2. Kaji respon pasien
terhadap nyeri
3. Kaji TTV dan KU
pasien
4. Jelaskan tentang
prosedur yang dapat
menurunkan dan
meningkatkan nyeri
5. Ajarka teknik distraksi
relaksasi
6. Berikan terapi sesuai
program

Rasional
1.Untuk
memantau nyeri
pasien
2.Menegtahui
cara yang efektif
untuk mengatasi
3.Mengetahui
perkembangan
kondisi pasien
4.Memberi
alternatif
meringankan
nyeri
Teknik distraksi
relaksasi
dapat
memberikan rasa
nyaman
dan
mengalihkan
nyeri pasien

Analgetik dapat
mengurangi nyeri
3) Implementasi Keperawatan
No dx
1

Tanggal/ jam

Tindakan

Evaluasi

Mengkaji PQRST nyeri pasien


dan respon pasien terhadap
nyeri

d. Mengajarkan teknik nafas


dalam untuk memberikan rasa
nyaman

Pasien mengatakan P: Nyeri,


bertambah ketika kaki
digerakan ,nyeri berkurang saat
diimobilisasi, Q: Nyeri seperti
diiris, S: 5 , T: hilang timbul
mulai tadi sore sampai
diimobilisasi
Pasien menganggap nyeri nya
wajar dan pasien bersabar
terhadap rasa nyeri yang dialami
TD: 120/90mmHg, N:82x/m, RR:
20x/m, S: 36,70 C
Pasien kooperatif

e.

Pasien kooperatif

a.

15.05 wib

b. Mengkaji respon pasien


terhadap nyeri
c. Memantau TTV

15.10 wib

Menjelaskan pada pasien


tentang prosedur tindakan

4) Evaluasi Keperawatan
No dx
1

Tanggal/ jam

Evaluasi
S:
Pasien mengatakan nyeri berkurang Skala nyeri 3
O:
Pasien tampak tenang, TD: 120/90 mmHg, N: 82x/m, RR: 20x/m
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi

B. Intra Operasi
1) Analisa Data dan dx Keperawatan
2

Tanggal/jam
7-12-2011

Data fokus
Etiologi
DS:
Proses
DO:
pembedahan
Adanya luka

Problem
Risiko perdarahan

insisi
sepanjang 10
cm
2) Intervensi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/
jam
Risiko
7-12-2011
infeksi
15.45 wib
berhubungan
dengan
prosedur
invasif

Tujuan dan kriteria


hasil
Setelah dilakukan 1.
tindakan
keperawatan
selama proses
keperawatan
2.
diharapkan
masalah risiko
perdarahan tidak 3.
terjadi dengan
kriteria hasil:
4.
a. Tidak terjadi
perdarahan
b. TTV dalam batas
normal

Intervensi
Monitor perdarahan
pada
daerah
pembedahan setelah
dilakukan insisi.
Ingatkan operator dan
asisten bila terjadi
perdarahan hebat
Monitor vital sign
Monitor cairan

Rasional
Mengetahui
jumlah
perdarahan

Mencegah
perdarahan
yang
lebih
banyak
Mengatahui
kondisi
Mengatahui
balance
cairan

3) Implementasi keperawatan
Tanggal/
Implementasi
Evaluasi
jam
1. Monitor perdarahan pada Perdarahan 150 cc
daerah pembedahan selama
operasi
2. Manajemen terjadinya
Operator dan assisten melakukan suction
perdarahan
pada area perdarahan dan melakukan
koagulan dengan cutter.

3. Monitor vital sign


4) Evaluasi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/ jam
Risiko infeksi
berhubungan
dengan

Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
TD: 110/90mmHg
Evaluasi
S: O:
TD: 120/90 mmHg, N: 88x/m, S: 36,70 C, RR:

prosedur
invasif

20x/m
Prosedur steril dilakukan dengan baik, luka baik
A: masalah teratasi
P: berikan informasi tentang perawatan luka post op

b) Persiapan pasien
Posisi pasien :supinasi
TD
: TD: 120/90 mmHg,
N
: 82x/m,
RR
: 20x/m
Pemasangan : bed side monitor
Waktu
: tanggal 7 Desember 2011 pukul 15.15 wib
Pemeriksaan Fisik
1)

Kepala
mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan

2)

Mata
sklera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor

3)

Hidung
tak ada benjolan, tidak ada sumbatan jalan nafas

4)

Mulut
mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada stomatitis

5)

Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tak ada pembearan vena jugularis

6)

Thorax
I: tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
P: tidak ada nyeri tekan
P: paru sonor
A: paru vesikuler

7)

Abdomen
I: tak ada jejas, ada benjolan di area inguinal
A: peristaltik : 8x/m
P: tak teraba pembesaran organ
P: timpani

8)

Genetalia
terpasang DC ukuran 16, urin output 50cc

9)

Ekstremitas

atas: terpasang IVFD RL 30tpm, akral hangat, CRT 2detik, tidak ada jejas

bawah: tak ada jejas, CRT 2detik, akral hangat,


Operator
: dr. Eko, sp BO
Asisten
: Barkah
Instrumen
: Ida
1. Persiapan alat
Set Tulang
Jml
Set Hernia
Knabel tang
2
Ovarium klem
Cobra
1
Stik mesh besar
Hammer
1
Gunting benang
Drei besar
2
Gunting BMC Germany
Doble slip
1
Gunting bengkok kecil CW
Raspatorium
1
Pinset anatomis
O hak lubang
2
Pinset sirlugis
Pengait
1
Duk klem
Hak bengkok
1
Nalfuder
Kikir bulat
1
Klem bengkok kecil
Klem bengkok Germany
Klem lurus Germany
Klem lurus SHM
Kocher bengkok
Kom
Bengkok
Selang
Set tambahan:
Hak
Kanul suction
Cutter

Jml
1
1
1
2
1
1
1
5
2
2
2
5
2
2
1
1
1
1
1
1

Total

13

Total

27

Set Linen

Jml

Bahan habis pakai

Jml

Perlak
Duk besar
Duk lubang
Duk kaki
Duk segitiga

1
1
1
2
1
1

Handscoon
Kasaa
Bisturi no 22
Benang Propylene no 1
Benang Safil no 2/0
Alkohol
Betadine

4psg
100
1
1
1
100cc
200cc

Savlon
NaCl
Total

2. Penatalakasanaan/instrumen
No
Tindakan
1
Desinfeksi
2
3
4

Drapping
Menandai daerah sayatan
Melakukan sayatan pada kulit sampai otot

5
6
7
8
9
9
10
11
12
13

Mempertahankan hemostatis
Membersihkan area fraktur
Melepeas plate
Mencuci daerah operasi
Menghiting alat dan kassa
Hecting otot
Hecting sub cutis
Hecting kulit
Desinfeksi
Balut luka

3. Post Operasi
A. Analisa data
No Waktu
1.

100cc
250cc

Peralatan
Kom 1, betadin 200cc, alcohol,
klempanjang1, savlon 50 cc, kassa 10
lbr
Duk besar, duk lubang, duk klem 3
Bisturi no 22, klem arteri kassa 4 lbr
Bistiri no 22, kassa, klem arteri 2,
Pinset cirugis1, gunting 1
Kassa 2lbr, klem cutter, suction
Kuret 1
screw driver 1
NaCL 250cc
Awal: 20 akhir: 20
Propilene no 1, nalfuder, klem arteri 2
Propilene no 1, nalfuder, klem arteri 2
Safil no 2/0, nalfuder, klem arteri 2
Kassa steril, betadin
Kassa steril 5lbr, kassa betadin dan
hipafix

Data

Masalah

Etiologi

Subjektif: Resiko tinggi Proses


Objektif:
cedera
pemindahan
Pasien hanya tiduran saat dipindahkan,
brankar
kaki belum dapat digerakan, kaki
kanan terdapat luka post operasi
pasien dipindahkan ke ruang RR
dengan brankar. Pasien dalam masa
post general anestesi

B. Rencana Post Operasi


No Diagnosa
Tujuan

Intevensi

Rasional

1.

Setelah dilakukan 1.
Perhatikan 1. Keamanaan pasien
asuhan
posisi pasien
tetap terjaga
keperawatan
2. Dekatkan bed di 2. Menjaga keamanan
diharapkan resiko
samping pasien 3. Mencegah cedera
cedera
tidak

Lindungi organ 4. Mempermudah


terjadi.
vital pasien
pengangkatan
Dengankriteria 3. Kolaborasi 5. Mempermudah
hasil:
dengan 2-3 perawat pengangkatan
1. Tidak terjadi
yang ada.
6. Memberikan rasa
abserasi kulit
4. Angakat pasien nyaman pada pasien
karena
secara bersamaan.
pemindahan
5. Berikan
pasien.
penyangga di
tempat tidur pasien.
2. Pasien dapat
dipindahkan
dengan aman dan
nyaman.

Resiko tinggi
cedera b.d
Proses
pemindahan
brankar.

C. Implementasi keperawatan
No Tanggal/ waktu
Implementasi
1
1. Memperhatikan posisi pasien
2. Mendekatkan bed di samping
pasien
3. Melindungi organ vital pasien
4. Kolaborasi dengan 2-3
perawat yang ada
5.Mengakat pasien secara
bersamaan
6.Memberikan penyangga di
tempat tidur pasien.

D. Evaluasi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/
jam
Risiko cedera
berhubungan
dengan proses
pemindahan
pasien

Evaluasi
Pasien dalam posisi supine
dan keadaan tenang
Pasien tenang
Proses pengangkatan
berjalan lancar

Evaluasi
S
:
O
:
- pasien sadar penuh
- gerakan terkontrol
- tanda-tanda vital TD 120/90 mmHg, Nadi
88x/menit, RR 20x/menit, S:36,70 C

A
:masalah teratasi.
P
:pertahankan kondisi yang aman sampai ada
serah terima dengan perawat ruangan.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian dilakukan pada pasien bernama Ny. M dengan riwayat kecelakaan lalu
lintas dengan trauma pada kaki bawah kanan, dan pernah dilakukan operasi 2 tahun lalu
kemudian dilakukan remove salah satu plat sekitar 6 bulan yang lalu, mengeluh kaki kanan
agak sakit

dan tidak bisa digerakkan dalam pemeriksaan ada tanda fungsio laesa,

deformitas, bengkak dan trauma.Diperoleh diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan


dengan diskontinuitas jaringan tulang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis
dari fraktur cruris adalah nyeri . Dilakukan tindakan remove plate.
Saat akan dilakukan operasi, pembiusan dilakukan dengan General anestesi, keadaan
tanda-tanda vital TD 120/90 mmHg, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit, dilakukan tindakan
ORIF cruris. Sayatan dilakukan di area kaki kanan, dapat diambil diagnose risiko
perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Untuk diagnose post operasi ditemukan diagnose risiko cedera berhubungan dengan
pemindahan pasien, karena efek general anestesi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa general
anestesi memiliki efek.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melaksanakan perawatan pre operasi dengan diagnosa keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan dikontinuitas jaringan tulang
2. Mahasiswa mampu membantu proses jalannya operasi dengan diagnosa risiko perdarahan
berhubungan dengan proses pembedahan
3. Mahasiswa mampu melaksanakan proses keperawatan post operasi dengan diagnosa
keprewatan risiko cedera karena efek anestesi
B. Saran
1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre
operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi
pembedahan.
2. Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan kesehatan
terkait perawatan post operasi.
3. Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan
professional di ruang IBS.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2008. Buku Ajar Medikal Bedah,.Edisi 8.Vol 3. Jakarta: EGC
Donges Marilynn, E. 2010 Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC
E, Oeswari. 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai