Oleh :
Aprila Tri Astuti (P27220016008)
Atika Nanda Hartanti (P272200160011)
Darisma Triyan Purnamasari (P272200160016)
B. PATHWAY
C. JENIS FRAKTUR
a. Fraktur komplit : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
b. Fraktur tidak komplit : patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup : kulit tidak robek
d. Fraktur terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai
kepatahan tulang.
e. Greenstick : fraktur dengan salah satu sisi tulang patah, sedangkan sisi yang lain
membengkak.
f. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
g. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
h. Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedepan.
i. Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi (tulang belakang).
j. Patologik : terjadi pada tulang oleh ligament tendo atau daerah perlekatannya.
D. ETIOLOGI
a. Trauma
b. Gerakan pintir mendadak.
c. Kontraksi otot extreme
d. Keadaan patologik : osteoporosis, neoplasma
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur terbuka menurut Stanley (2011), meliputi:
Grade I
Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat
tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak, biasanya bersifat simpel,
tranversal, oblik pendek atau komunitif.
Grade II
Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang hebat
atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan.
Grade III
kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur
neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Dibagi dalam 3 sub tipe: tipe IIIA
yaitu jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah, tipe IIIB disertai dengan
kerusakan dan kehilangan jaringan lunak, tulang tidak dapat di cover soft tissue,
tipe IIIC disertai cidera arteri yang memerlukan repair segera. Debridement
merupakan suatu tindakan eksisi yang bertujuan untuk membuang jaringan
nekrosis maupun debris yang mengahalangi proses penyembuhan luka dan
potensial terjadi atau berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan
pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan maupun sepsis. Tindakan ini
dilakukan sejak awal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai
kebutuhan (Smeltzer & Bare (2002).
F. MANIFESTASI KLINIK
1. Fraktur Colles
a. Fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi
distal radius
b. Dislokasi fragmen distalnya kearah posterior/dorsal
c. Subluksasi sendi radioulnar distal
d. Avulsiprosesusstiloideus ulna.
2. Fraktur Smith
Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan
deviasike radial (garden spade deformity).
3. FrakturGaleazzi
Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasike dorsal .Pada pergelangan
tangan dapat dirabaton jolanujung distal ulna.
4. FrakturMontegia
Terdapat 2 tipe yaitu tipeekstensi (lebihsering) dan tipe fleksi. Padat ipeekstensi
gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan
padati pefleksi, gaya mendorong dari depan kearah fleksi yang menyebabkan
fragmen ulna mengadakan angulasike posterior.
G. PENATALAKSANAAN
Berikut adalah penatalaksanaan frakturan tebrachii menurut Mansjoer (2000):
1. Fraktur Colles Pada fraktur Collestanpa dislokasihanya diperlukan imobilisas
Dengan pemasangan gipssir kular di bawah sikuselama 4 minggu. Bila disertai
dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi
fragmendistal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk
mengoreksi deviasiradial) dan diputar kearah pronasio (untuk mengoreksi
supinasi).Imobilisasi dilakukan selama 4 - 6 minggu.
2. Fraktur Smith
Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi
ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikanposisi Colles).Lalu
diimobilisasi dengan gips di atassiku selama 4 - 6 minggu.
3. Fraktur Galeazzi
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips diatas siku, posisi netral untuk
dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, danfleksi.
4. Fraktur Montegia
Dilakukan reposisi tertutup .Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan
tarikan lengan bawahke distal, kemudian diputar kearah supinasi penuh. Setelah
itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ketempat semula.Imobilisasi gips
sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90° dan posisi lengan
bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan
fiksasiin terna Open Reduction InternalFixatie (ORIF) (plate-screw).
Pada kasus ini menggunakan dua metode operasi yaitu dengan debridement dan
menggunakan internal fixasi karena dengan metode konservatif sudah tidak
mungkin dapat dilakukan, hal ini dikarenakan fragmen fraktur sulit untuk
menyambung dengan baik. Selain itu, penyambungan tulang fragmen langsung
lebih baik dari pada tanpa operasi (Muttaqin, 2009).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d luka operasi.
2. Mobilitas fisik b.d pemasangan gips dan fiksasi.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
4. Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh
dilakukan dan perawatannya saat di rumah.
3. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri b.d luka operasi
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Ekspresi wajah tenang.
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
Rasional: Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2. Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
Rasional: Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
Rasional: Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri.
4. Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatomi.
Rasional: Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan
sirkulasi darah.
5. Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring.
Rasional: Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
6. Beri therapi analgetik sesuai program medik.
Rasional: Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.
Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3,
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi
keenam, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan ke-22, Jakarta.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.