Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR CRURIS DEXTRA


DI BANGSAL SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

DISUSUN OLEH
TRIA VITA NINGRUM
P1337420216003
2A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR CRURIS DEXTRA

A. DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. (Price and Wilson, 2006)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. (Brunner and Suddarth, 2002)
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress
pada tulang yang berlebihan. (Luckmann and Sorensens, 1993: 1915)
Klasifikasi fraktur, antara lain:
a. Fraktur komplet: Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran dari posisi normal.
b. Fraktur tidak komplet: Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari
garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup: Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi
fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d. Fraktur terbuka: Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur
(Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa
menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)
1) Grade I dengan luka bersih kurang dari l cm panjangnya.
2) Grade II luka lebih besar, luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
3) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling kuat.
B. ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh:

a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komuniti dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

b. Trauma tidak langsung


Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma
tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.

Fraktur juga dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, dan kontraksi otot ekstrim. (Brunner & Suddart, 2002, hal 2357)

Penyebab paling umum fraktur tibia biasanya disebabkan oleh:

a. Pukulan/benturan langsung.
b. Jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi.
c. Gerakan memutar mendadak.
d. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau penyakit
primer seperti osteoporosis.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor predisposisi fraktur adalah:
a. Riwayat penyakit keluarga seperti diabetes, osteoporosis, osteoartritis.
b. Nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium dan protein.
c. Usia lanjut lebih dari 50 tahun. Karena pada lansia pembentukan substansi
dasar tulang rawan berkurang.

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasikan.
b. Krepitus yaitu saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang.
c. Deformitas (terlihat maupun teraba)
d. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
e. Tak mampu menggerakkan kaki karena adanya perubahan bentuk/posisi
berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan normal.

E. PATOFISIOLOGI PATHWAY
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi odem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit.

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan


metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun
tertutup akan dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang
telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh (Henderson, 1989).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal:
- Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut
atau miring
- Delayed union, adalah proses penyembuhan yang berjalan terus
tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
- Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
3) Osteomielitis kronis
4) Osteoporosis pasca trauma
5) Ruptur tendon

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang fraktur menurut Doenges (1999):

a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi fraktur.
b. CT Scan tulang, tomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
d. Hitung darah kapiler lengkap
1) HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
2) Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
3) Kadar Ca kalsium, Hb

H. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian
fungsi dan ketentuan normal dengan rehabilitasi.

a. Reduksi fraktur (seting tulang) berarti mengembalikan fregmen tulang


pada kesejajaran dan rotasi anatomis.
b. Imobilisasi fraktur: setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilasisi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan.
c. Rehabilitasi: proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan
cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan klien.

A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Anamnesa
1) Data Biografi
2) Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat kesehatan keluarga
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas / istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari
jaringan yang bengkak / nyeri)
2) Sirkulasi
- Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas)
atau hipotensi (kehilangan darah)
- Takikardia (respon stress , hipovolemik)
- Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat
- Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera
3) Neurosensori
- Hilang gerakan / sensasi, spasme otot
- Kebas / kesemutan (parestesia)
- Nyeri / kenyamanan
- Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot
merupakan penyebab nyeri di rasakan
4) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna
Pembengkakan lokal
5) Pengetahuan
Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan serta perawatannya .

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan terputusnya jaringan
tulang.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah.
3. Rencana Asuhan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan terputusnya jaringan
tulang.
Tujuan dan kriteria hasil: Nyeri dapat berkurang/hilang, pasien tampak tenang.
Intervensi:

1) Lakukan pendekatan pada klien & keluarga


Rasional: hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif

2) Kaji tingkat intensitas & frekuensi nyeri


Rasional: Tingkat intensitas nyeri dan frekuensi menunjukkan skala nyeri

3) Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri


Rasional: Memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang
nyeri

4) Observasi tanda-tanda vital


Rasional: Untuk mengetahui perkembangan klien

5) Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik


Rasional : Merupakan tindakan dependent perawat, di mana analgetik berfungsi
untuk memblok stimulasi nyeri

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.


Tujuan dan kriteria hasil: pasien memiliki cukup energi untuk beraktifitas perilaku
menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri pasien
mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktifitas tanpa dibantu
koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya baik.

Intervensi:

1) Rencanakan periode istirahat yang cukup


Rasional: mengurangi aktifitas dan energi yang tidak terpakai

2) Berikan latihan aktifitas secara bertahap


Rasional: tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktifitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan


Rasional: Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih
kembali
4) Setelah latihan dan aktifitas kaji respon pasien
Rasional: menjaga kemungkinan adanya abnormal dari tubuh sebagai
akibat dari latihan.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah.


Tujuan dan kriteria hasil: Nutrisi pasien dapat terpenuhi. Makanan masuk, berat
badan pasien naik, mual, muntah hilang.

Intervensi:

1) Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering


Rasional : memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi pasien

2) Sajikan menu yang menarik


Rasional: Menghindari kebosanan pasien, untuh menambah ketertarikan dalam
mencoba makan yang disajikan.

3) Pantau pemasukan makanan


Rasional : Mengawasi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien

DAFTAR PUSTAKA

- Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8.


Jakarta: EGC
- Doenges, Marilynn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
- Handerson, M. A. 1997. Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta: Yayasan
Enssential Medika
- Mansjoer, Areif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: FKUI.
- NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
- Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
- Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Anda mungkin juga menyukai