ABSTRAK
Penyakit kardiovaskuler cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Faktor risikonya antara
lain kebiasaan merokok, kurangnya aktifitas fisik, obesitas atau kelebihan berat badan, penyakit
diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi serta adanya riwayat keluarga. Saat ini, trennya
terjadi pada usia muda, dikarenakan gaya hidup serta perilaku remaja yang kurang baik yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko
penyakit kardiovaskuler pada mahasiswa perokok Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas
Diponegoro Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey dan
menggunakan desain cross-sectional-study. Sampel penelitian ini berjumlah 52 responden. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan kolesterol, gula darah dan tekanan
darah. Data dianalisis dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji rank spearman dan chi
square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kolesterol agak tinggi/batas tinggi (200-239
mg/dl) sebesar 7,7%. Kadar gula darah sedang (100-125 mg/dl) 23,1%; tekanan darah sistolik diatas
normal (≥135 mmHg) sebesar 55,8%; tekanan darah diastolik diatas normal (≥85 mmHg) sebesar
26,9%; tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg) 17,0%; IMT tinggi (≥ 23kg/m2) sebesar 15,4%.
Variabel yang terkait dengan kolesterol dan gula darah yaitu jumlah merokok (p=0,0001), dan lama
merokok (p=0,0001). Variabel yang terkait dengan tekanan darah tinggi yaitu jumlah rokok
(p=0,0001), lama merokok (p=0,0001), cara menghisap rokok (p=0,011). Disarankan bagi para
mahasiswa untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dengan mengurangi
konsumsi rokok dan konsumsi fast food.
Kata Kunci: Jumlah rokok, lama merokok, kolesterol, gula darah, tekanan darah
67
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
68
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
69
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
70
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
diabetes seperti gangguan mata, penyakit berasal dari responden yang menghisap rokok
kardiovaskuler dan penyakit ginjal. dengan cara dalam (25,8%). Jadi seseorang yang
menghisap rokok dengan cara dalam lebih
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan berisiko terkena hipertensi daripada yang
korelasi Rank Spearman lama merokok dengan menghisap rokok dengan cara dangkal. Risiko
tekanan darah sistolik diperoleh nilai p=0,0001; hipertensi didapatkan seseorang yang menghisap
r=0,591 yang, dan diastolik diperoleh nilai rokok dengan cara dalam mencapai 4 kali lipat
p=0,0001: r=0,541, berarti p<0,05, serta lama dibandingkan dengan yang menghisap dengan
merokok dengan tekanan darah tinggi dengan cara dangkal.
menggunakan Chi-Square diperoleh p=0,0001, Sebagian responden meyakini bahwa
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan menghisap rokok itu adalah sebuah kesenangan
antara lama merokok dengan tekanan darah pada tersendiri, sebagian mengaku merasakan
mahasiswa. Mahasiswa yang merupakan perokok nikmatnya merokok saat sedang merasakan
lama, sebagian besar mengalami risiko kenaikan bosan, santai, setelah makan, serta saat
tekanan darah (63,6%), dibandingkan mahasiswa merasakan gugup. Sebagian responden juga
perokok baru. Mahasiswa yang merupakan mengaku bahwa lebih memilih menghisap rokok
perokok lama menghisap rokok lebih dari 10 daripada makan. Jadi pada responden meyakini
tahun. bahwa rokok dapat menimbulkan ketenangan dan
Lama merokok adalah lama waktu tanpa beban. Cara menghisap rokok dengan
responden memiliki kebiasaan merokok, yang kategori menghisap dalam yaitu menghisap asap
dihitung sejak pertama kalinya responden rokok sampai ke kerongkongan merupakan cara
merokok sampai pada saat pengukuran. Lamanya yang paling disukai oleh responden karena
seseorang merokok akan berdampak pada mereka dapat merasakan kenikmatan saat
keterpaparan zat-zat kimia berbahaya yang merokok. Rata-rata dalam sebatang rokok
terdapat pada rokok. Salah satunya adalah tar, responden menghisap sebanyak 15 kali hisapan.
nikotin, dan karbon monoksida akan Pada aktivitas fisik tidak ada hubungan
meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan yang berarti dengan tekanan darah, kadar
menambah detak jantung 5-20 kali per menit.17 kolesterol dan kadar gula darah. Tetapi ada
Hal ini didukung oleh penelitian yang hubungan antara aktivitas fisik dengan IMT pada
menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mahasiwa. Berdasarkan hasil analisis IMT
meningkatkan risiko terkena peningkatan dengan aktivitas fisik tingkat berat didapatkan
tekanan darah yakni jumlah rata-rata batang nilai p= 0,013 , dan IMT dengan aktivitas fisik
rokok yang dihisap sehari, jenis rokok yang tingkat sedang p=0,0001, berarti dapat diartikan
dihisap, cara menghisap rokok, dan lama IMT ada hubungan dengan aktivitas fisik tingkat
merokok dalam 10 tahun lebih.13 berat maupun tingkat sedang.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Aktivitas fisik mencerminkan gerakan tubuh
uji Chi-Square didapatkan hasil sistolik p=0,024 yang disebabkan oleh kontraksi otot
yang berarti ada hubungan. Sedangkan diastolik menghasilkan energi ekspenditur. Berjalan kaki,
p=0,287 yang berarti p>0,05, sehingga dapat bertanam, menaiki tangga, bermain bola, menari,
disimpulkan tidak ada hubungan antara antara merupakan aktivitas fisik yang baik untuk
tekanan darah diastolik dengan cara menghisap dilakukan. Untuk kepentingan kesehatan,
rokok. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik haruslah sedang atau bertenaga
bahwa ada hubungan bermakna cara menghisap serta dilakukan hingga kurang dari 30 menit
rokok dengan tekanan darah tinggi p=0,011, ada setiap harinya dalam seminggu. Untuk
hubungan ini ditunjukkan dari responden penurunan berat badan atau mencegah
mengalami tekanan darah tinggi sebagian besar peningkatan berat badan, dibutuhkan aktivitas
71
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
fisik sekitar 60 menit dalam sehari.18 Menurut bahwa, 75% remaja yang makan di restoran fast
penelitian untuk mencegah peningkatan berat food selama beberapa minggu, yaitu memiliki
badan dan obesitas, latihan fisik yang dibutuhkan asupan energi 40% lebih tinggi dari remaja yang
ialah selama 45-60 menit per hari.19 tidak makan di restoran fast food.21
Aktivitas fisik berperan dalam Berdasarkan analisis data, tidak ada
keseimbangan energi pada penderita obesitas. hubungan yang bermakna baik itu IMT dengan
Ada yang mengatakan bahwa berat badan tekanan darah sistolik (p=0,258), diastolik
berlebih dan obesitas berhubungan dengan (p=0,062), tekanan darah tinggi (p=0,190),
peningkatan risiko morbiditas penyakit kolesterol (p=0,375) maupun gula darah
hipertensi, dislipidemia, tipe 2 diabetes, penyakit (p=0,440).
jantung koroner, stroke, penyakit kantung Hal ini terjadi karena responden yang
empedu, osteoarthritis dan keganasan. Obesitas memiliki IMT tinggi hanya sekitar 15,4%.
juga berkaitan dengan angka mortalitas yang Dimana sebagian besar responden masih
tinggi. bahwa penurunan IMT berkaitan dengan memiliki IMT normal. Kebanyakan penelitian
penurunan risiko penyakit kardiovaskuler dan menyatakan ada hubungan antara IMT atau
diabetes mellitus.20 obesitas dengan kejadian hipertensi. Faktor risiko
Berdasarkan analisis diperoleh nilai p=0,040 utama penyebab obesitas berdasarkan hasil
yang berarti p<0,05 (Ho ditolak) sehingga dapat penelitian Helene thibault yang meliputi : orang
disimpulkan bahwa ada hubungan antara tua overweight, status sosial ekonomi orang tua
frekuensi kebiasaan konsumsi fast food dengan rendah, dan perilaku sedentary.22
IMT pada mahasiswa.
Berpengaruhnya fast food terhadap IMT KESIMPULAN
kemungkinan disebabkan frekuensi konsumsi 1. Frekuensi konsumsi fast food kategori lebih
yang berlebihan. Seperti pada penelitian yang dari sama dengan 2 kali/minggu sebanyak
menyatakan konsumsi fast food bukanlah hal 69,20%, IMT tergolong normal (18,5-22,9)
jelek, akan tetapi pada hakekatnya fast food tidak sebanyak 84,6%, jumlah rokok yang dihisap
sama dengan junk food (makanan sampah yang kategori ringan (<10 batang per hari)
hanya padat kalori). Bahan penyusun fast food sebanyak (55,8%), cara menghisap rokok
termasuk golongan pangan bergizi seperti daging dengan isapan dalam sebanyak (57,7%),
ayam atau daging sapi, kentang, susu dan masih lama merokok sedang (5-10 tahun)
banyak lagi, yang terpenting adalah pengaturan sebanyak 40,4%, jenis rokok yang dihisap
frekuensi makanan agar tidak berlebihan. filter (71,15%), aktivitas fisik tingkat berat
Penelitian yang lain menyebutkan bahwa, anak- (<30 menit) sebanyak (50,0%), aktivitas
anak dan remaja yang mengkonsumsi fast food fisik tingkat sedang (30-60 menit) sebanyak
pada hari tertentu dibandingkan dengan yang (86,5%).
tidak yang tidak akan mengkonsumsi lebih 2. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol
banyak energi, lemak jenuh, garam dan sedikit tergolong normal (<200 mg/dl) sebanyak
serat. Hal ini terjadi karena kandungan fast food (92,3%), kadar gula darah tergolong baik
yang lebih tinggi energi, lemak jenuh, garam (GDP 80-100 mg/dl) sebanyak (76,9%),
akan tetapi rendah serat.21 tekanan darah sistolik diatas normal
Dalam sebuah penelitian yang menyatakan (55,8%), tekanan darah diastolik normal
bahwa, banyak fast food yang mengandung (73,1%), tekanan darah tinggi tergolong
tinggi kalori sehingga konsumsi yang berlebihan tidak sebanyak 83,00%.
akan menimbulkan masalah kegemukan, namun 3. Jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap
konsumsi 1-2 kali seminggu mungkin masih rokok, cara menghisap rokok, dan jenis
dianggap wajar. Penelitian lainnya menyebutkan
72
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
rokok yang dihisap merupakan faktor risiko 16. Frekuensi konsumsi fast food bukan
tekanan darah sistolik. merupakan faktor risiko kadar kolesterol.
4. Jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap 17. Frekuensi konsumsi fast food bukan
rokok merupakan faktor risiko tekanan merupakan faktor risiko kadar gula darah.
darah diastolik, cara menghisap rokok, dan 18. Indeks Massa Tubuh (IMT) bukan
jenis rokok yang dihisap bukan merupakan merupakan faktor risiko tekanan darah
faktor risiko tekanan darah diastolik. sistolik.
5. Jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap 19. Indeks Massa Tubuh (IMT) bukan
rokok, cara menghisap rokok merupakan merupakan faktor risiko tekanan darah
faktor risiko tekanan darah tinggi, dan jenis diastolik.
rokok yang dihisap bukan merupakan faktor 20. Indeks Massa Tubuh (IMT) bukan
risiko tekanan darah tinggi. merupakan faktor risiko tekanan darah
6. Jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap tinggi.
rokok merupakan faktor risiko kadar 21. Indeks Massa Tubuh (IMT) bukan
kolesterol, cara menghisap rokok, dan jenis merupakan faktor risiko kadar kolesterol.
rokok yang dihisap merupakan faktor risiko 22. Indeks Massa Tubuh (IMT) bukan
kadar kolesterol. merupakan faktor risiko kadar gula darah.
7. Jumlah rokok yang dihisap, lama menghisap
rokok merupakan faktor risiko kadar gula DAFTAR PUSTAKA
darah, cara menghisap rokok, dan jenis 1. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan
rokok yang dihisap bukan merupakan faktor Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
risiko kadar gula darah. 2. Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. Human
8. Aktivitas fisik tingkat berat dan sedang Development 10th ed. New York: McGraw-
bukan merupakan faktor risiko tekanan Hill Companies, Inc; 2008.
darah sistolik. 3. Steinberger J, Daniels SR. Obesity, Insulin
9. Aktivitas fisik tingkat berat dan sedang Resistance, Diabetes, and Cardiovascular
bukan merupakan faktor risiko tekanan Risk in Children. Circulation. 2008; 107:
darah diastolik. 14448-53.
10. Aktivitas fisik tingkat berat dan sedang 4. Huon H. Gray, Keith D. Dawkins, John M.
bukan merupakan faktor risiko tekanan Morgan, Iain A. Simpson, Lecture notes
darah tinggi. cardiology, Edisi 4. Erlangga Medical
11. Aktivitas fisik tingkat berat dan sedang Series, Jakarta, 2002, 107-150.
bukan merupakan faktor risiko kadar 5. Weaver KA, A Piatek A. In: Samour PQ
kolesterol. HK, Lang CE,. Handbook of Pediatric
12. Aktivitas fisik tingkat berat dan sedang Nutrition 2nd ed. Childhood obesity.
bukan merupakan faktor risiko kadar gula Gaithersburg: Aspen Publisher, Inc;2009.p.
darah. 173-89.
13. Frekuensi konsumsi fast food merupakan 6. Hernelahti M, Levalahti E, Simonen RL,
faktor risiko tekanan darah sistolik. Kaprio J, Kujala UM, Uusitalo-Koskinen
14. Frekuensi konsumsi fast food bukan ALT, et al. Relative roles of heredity and
merupakan faktor risiko tekanan darah physical activity in adolescence and
diastolik. adulthood on blood pressure. J Appl
15. Frekuensi konsumsi fast food bukan Physiol, 2004; 97. pp. 1046-52.
merupakan faktor risiko tekanan darah 7. NHANES staff members, National Center
tinggi. for Health Statistics, CDC. Million Hearts:
Strategies to Reduce the Prevalence of
73
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Leading Cardiovascular Disease Risk 17. Sirait AM. Perilaku Merokok (Analisis Data
Factors. United States : CDC, Early Release Susenas 2001). 2001.
/ Vol. 60, 2011. 18. Wardlaw GM. Perspective in Nutrition 7th
8. Riset Kesehatan Dasar. Laporan Provinsi ed. USA: McGraw-Hill New York, 2007.
Jawa Tengah 2007, Penyakit Tidak 19. Astrup A. Obesity in Human Nutrition 11Th
Menular. Jakarta: Badan Penelitian dan ed. London: Elsevier Churchill Livingstone,
Pengembangan Kesehatan Departemen 2005.
Kesehatan, Republik Indonesia, 2008. 20. AHA, Scientific Position. Risk Factors and
9. Riset Kesehatan Dasar. Laporan Provinsi Coronary Heart Disease. (Online),
Jawa Tengah, Penyakit Tidak Menular. (http://www.americanheart.org/presenter.jht
Jakarta: Badan Penelitian dan m/identifier=4728 , diakses tanggal 24
Pengembangan Kesehatan, Departemen Agustus 2013).
Kesehatan, Republik Indonesia, 2010. 21. Alamsah S. Konsumsi Fast Food dan faktor-
10. Dirjen Bina Gizi dan KIA. 2011. Hari Gizi faktor yang berhubungan dengan
Nasional 2011. (Online), kegemukan anak sekolah di SD Bina Insani
(http://www.gizikia.depkes.go.id/archieves/ Bogor. Skripsi. Bogor: Repository IPB,
593/img_5933 , diakses tanggal 31 Mei 2009.
2013). 22. Thibault H. Risk Factors Overweight and
11. Sulviana N. Analisis Hubungan Gaya Hidup Obesity in French Adolescents: Physical
Dengan Kadar Lipid Darah dan Tekanan activity, Sedebtary behaviors and parental
Darah Pada Penderita Jantung Koroner. characteristics. Nutrition. 2010;26:192-200.
Program Studi gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
2008.
12. Adibah NSZ. Pengaruh Tekanan Darah
Pada Perokok di Kalangan Mahasiswa
Lelaki Angkatan 2007 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Sumatera Utara: Universitas Sumatera
Utara, 2010.
13. Suradi. Pengaruh Rokok Pada penyakit
Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Tinjauan
Patogenis, Klinis dan Sosial.
14. Nurhidayat S, Rosjidi CH. Buku Ajar
Perawatan Cedera Kepala dan Stroke.
Jogjakarta : Ardana Media, 2008, pp :167;
177-182.
15. Soeharto, Iman. Penyakit Jantung Koroner
dan Serangan Jantung. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
16. Sitepoe M. Usaha Mencegah Bahaya
Merokok. Jakarta: Gramedia, 1997
74