PEMBAHASAN
1
jaringan otototot tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau
jaringan otot-otot tubuh adalah myologi. Skeletal atau osteo adalah tulang
kerangka tubuh, yang terdiri dari tulang dan sendi. Ilmu yang mempelajari
tentang skeletal atau osteo tubuh adalah osteologi. Muskulus (muscle) otot
merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik atau gerak sehingga dapat berkontraksi
untuk menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan
lingkungan. Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi,
sehingga mampu menggerakkan tulang. semua sel-sel otot mempunyai
kekhususan yaitu untuk berkontraksi. otot membentuk 40-50% berat
badan, kira-kira sepertiganya merupakan protein tubuh dan setengahnya
tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat. Terdapat lebih
dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut
dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh, dan sebagian kecil ada yang
melekat di bawah permukaan kulit. Gabungan otot berbentuk kumparan
dan terdiri dari 1) fascia, adalah jaringan yang membungkus dan mengikat
jaringan lunak. fungsi fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan tempat
tambahan otot, memungkinkan struktur bergerak satu sama lain dan
menyediakan tempat peredaran darah dan saraf; 2) ventrikel (empal),
merupakan bagian tengah yang mengembung; dan 3) tendon (urat otot),
yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari jaringan ikat dan bersifat
liat.
B. DEFINISI PENYAKIT
1. Fraktur
a. Definisi
Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari
tulang, otot, kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian
(Depkes, 1995: 3). Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang
utuh, kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan
2
yang berlebihan pada tulang (Reeves, Charlene, 2001: 248). Tulang femur
merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka
pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum menbentuk
kepala sendi yang disebut kaput femoris (Syaifudin, 1992: 32).
Menurut Doenges (2000: 761) Fraktur dapat dibagi menjadi 150,
tetapi lima yang utama adalah:
1. Incomplete: Fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
Salah satu sisi patah; yang lain biasanya hanya bengkok (greenstik).
2. Complete: Garis fraktur melibatkan selurah potongan menyilang dari
tulang, dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
3. Tertutup (Simple): Fraktur tidak meluas melewati kulit.
4. Terbuka (Complete): Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit,
dimana potensial untuk terjadi infeksi.
5. Patologis: Fraktur terjadi pada penyakit tulang dengan tak ada trauma atau
hanya minimal.
b. Etiologi
Menurut Apley & Solomon (1995: 239), etiologi yang menyebabkan
fraktur adalah sebagai berikut:
1. Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pukulan, penghancuran, penekukan,
penarikan. Bila terkena kekuatan langsung tulang patah pada tempat yang
terkena dan jaringan lunakpun juga rusak.
2. Kelelahan atau tekanan berulang-ulang
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan
benda lain, akibat tekanan yang berulang-ulang. Keadaan ini paling
banyak ditemukan pada tibia fibula, terutama pada atlit, penari
3. Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis)
Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang normal jika tulang itu
lemah atau tulang itu sangat rapuh.
3
c. Manifestasi Klinik
Menurut Apley & Solomon (1995: 244), manifestasi klinis yang
muncul pada fraktur: 1. Kelemahan pada daerah fraktur
2. Nyeri bila ditekan atau bargerak
3. Krepitasi
4. Deformitas
5. Perdarahan (eksternal atau internal)
6. Syok
d. Patofisiologi (Pathway)
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup
menyebabkan patah, maka sel-sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi
di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang
tersebut. Jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan Sisa sel mati dimulai. Di tempat
patah terbantuk bekuan fibrin (hematom fraktur) dan berfungsi sebagai
jalan untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang
dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin
direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan-lahan mengalami
remodeling untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan
secara perlahan mengalami klasifikasi. Penyembuhan memerlukan
beberapa minggu sampai beberapa bulan (Corwin, 2001: 299).
4
PATHWAY
5
e. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaannya pada fraktur ada dua jenis yaitu
konservatif dan operatif. Kriteria untuk menentukan pengobatan dapat
dilakukan secara konservatif atau operatif selamanya tidak absolut.
Sebagai pedoman dapat dikemukakan sebagai berikut:
A. Cara Konservatif
1. Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang panjang
2. Adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi
3. Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal
4. Ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi
Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan :
- pemasangan gips
- pemasangan traksi ( skin traksi dan skeletal traksi ). Beban maksimal untuk
skin traksi adalah 5kg
B. Cara Operatif
Dilakukan apabila:
1. Bila reposisi mengalami kegagalan
2. Pada orang tua dan lemah (imobilisasi -> akibat yang lebih buruk)
3. Fraktur multipel pada ekstermitas bawah
4. Fraktur patologik
5. Penderita yang memerlukan imobilisasi cepat
Pengobatan operatif:
- Reposisi
- Fiksasi
Atau yang lazim disebut juga dengan tindakan ORIF (Open Reduction
Internal Fixation). Pada prinsipnya penanganan fraktur meliputi reduksi,
imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan
rehabilitasi.
- Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
6
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi
tertutup, traksi dan reduksi terbuka yang masing-masing dipilih
bergantung sifat fraktur.
a. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan
traksi manual.
b. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
c. Reduksi terbuka, dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku
atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen
tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
d. Imobilisasi fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di
imobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksternal atau internal. Fiksasi eksternal meliputi pembakutan, gips, bidai,
traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal
dapat dilakukan implan logan yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi dibutuhkan sesuai
lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trokhanterik 10-12
minggu, batang 18 minggu dan suprakondiler 12-15 minggu.
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu:
Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
Memantau status neurologi
Mengontrol kecemasan dan nyeri
Latihan isometrik dan setting otot
Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
Kembali keaktivitas secara bertahap
7
f. Pemeriksaan Penunjang
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang
yang cedera. X- Ray dapat dilihat gambaran fraktur,deformitas dan
metalikmenit,venogram/anterogram menggambarkan struktur fraktur yang
kompleks.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scan
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED)
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa
penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan
beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi
pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
g. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam
ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
8
menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa
sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan
dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi
ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta
(radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan
kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas
dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang
lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada
pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar
bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,
perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat
suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur
intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar
atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis
avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama,
pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari
rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang
penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang
9
bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat
tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar
10
c. Malunion
2. Osteomyelitis
a. Definisi
b. Etiologi
a. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan
jarang oleh Streptococcus hemolyticus
b. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
11
dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang
dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi
ditempat di mana terdapat trauma. 2) Penyebaran langsung Organisme bisa
memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti
luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. 3) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya Osteomyelitis dapat
berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan
lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau
minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan
oleh jeleknya pasokan darah(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
c. Manifestasi Klinik
c. Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang
terkena nanah dan bengkak
d. Patofisiologi (Pathway)
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung
pada usia, daya tahan klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi
terjadi melalui saluran darah dari focus ditempat lain dalam tubuh pada fase
bakteremia dan dapat menimbulkan septikimia. Embulus infeksi kemudian
masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses
selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah metafisis di sertai
12
dengan pembentukan pus. Terbentuknya pus ketika jaringan tulang tidak
dapat bersekpensi, menyebabkan tekanan dalam tulang meningkat.
Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya sirkulasi dan
timbul trombosis pada pembuluh darah tulng dan akhirnya menyebabkan
nekrosis tulang. Disamping proses yang di sebutkan di atas, pembentukan
tulang baru yang ektensif terjadi pada dalam poreosteus sepanjang deafisis (terutam
pada anak-anak) sehingga terbebtuk suatu lingkuangan tulang seperti peti mayat dengan
jaringan sekuestrum di dalamnya. proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke
dua.
Apabila pus menembus tulang ,terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui
lubang yang di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada
tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus,
infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk
abses tulang kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
13
e. Penatalaksanaan Medis
e. Drainase bedah Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic
gagal (tidak ada perbaikan keadaan umum),dapat dipertimbangkan drainase
bedah.Pada draenase bedah, pus periosteal di evakuasi untuk mengurangi tekanan
intra-useus.Disamping itu , pus jg di gunakan untuk biakan kuman.Draenase
dilakukan selama beberapa hari dan menggunakan NaCL dan antibiotic.
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif dapat
14
memperlihatkan perasangan di tulang (MRI)
2. analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap
dan laju endap darah yang mengisyaratkan adanya infeksi yang sedang
berlangsung. Neutrofil meningkat ( N: 2,2-7,5 109/L). LED meningkat ( N:
1-10 mm/jam)
3. Aspirasi untuk memperoleh pus dari subkutis, subperiost atau fokus
radang di metafisis
4. Complement Reactive Protein (CRP) meningkat (N:<5 mg/L). CRP dan
LED yang tinggi sering dijumpai pada awal infeksi
g. Komplikasi
a.Dini :
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3) Atritis septik
b. Lanjut :
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
15
3. Ca Tulang
a. Definisi
1. Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang
menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam
tubuh. (Wong.2003: 595).
b. Etiologi
Menurut Smeltzer (2001):
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2. Keturunan
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi)
4. Virus onkogenik
16
c. Manifestasi Klinik
1. Nyeri dan atau pembengkakan ekstermitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresifitas
penyakit).
2. Akibat riwayat trauma dan atau cidera yang berkaitan dengan olahraga
yang tidak berhubungan
3. Peningkatan kadar fosfate alkalis serum
4. Keterbatasan gerak
5. Kehilangan BB
6. Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang
8. Malaise
9. Demam
d. Patofisiologi (Pathway)
Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang
(myeloma) dari jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor tulang
(Carsinoma). Pada tahap selanjutnya sel-sel tulang akan berada pada
nodul-nodul limpa, hati limfe dan ginjal. Akibat adanya pengaruh aktivitas
hemtopoetik sumsum tulang yang cepat pada tulang, sel-sel plasama yang
belum matang/tidak matang akan terus membelah. Akhirnya terjadi
penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
Osteogeniksarcoma sering terdapat pada pria usia 10-25 tahun,
terutama pada pasien yang menderita penyakit paget’s. Hal ini
dimanifestasikan dengan nyeri bengkak, terbatasnya pergerakan serta
menurunnya BB. Gejala nyeri pada punggung bawah merupakan gejala
yang khas, hal ini disebabkan karena adanya penekanan pada vertebra oleh
fraktur tulang patologik. Anemia dapat terjadi akibat danya penempatan
17
sel-sel neoplasma. Pada sumsum tulang hal ini menyebabkan terjadinya
hiperkalsemia, hiperkalsuria dan hiperurisemia selama adanya kerusakan
tulang. Sel-sel plasma ganas akan membentuk sejumlah
immunoglobulin/bence jones protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi
dalam serum urin dengan teknik immunoelektrophoesis. Gejala gagal
ginjal dapat terjadi selama presipitasi immunoglobulin dalam tubulus
(pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi
ginjal oleh plasma sel (myeloma ginjal) dan thrombosis pada pena ginjal.
Kecenderungan patologik perdarahan merupakan ciri-ciri myeloma
dengan dua alasan utama, yaitu:
A. Penururnan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan
megakaryosit, yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulanh.
B. Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi elemen -elemen
dan turut serta dalam fungsi hemostatik
18
e. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menghancurkan atau mengangkat jaringan
ganas dnegan metode seefektif mungkin.
Teknik Pembedahan:
19
1. Eksisi luas, tujuan adalah untuk mendapatkan batas-batas tumor secara
histologis, tetapi mempertahankan struktur-struktur neurovaskuler yang utama.
2. Amputasi, tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi.
Indikasi amputasi primer adalah lesi yang terjadi secara lambat yang melibatkan
jaringan neurovaskuler, menyebabkan fraktur patologis (terutama fraktur
proksimal), biopsi insisi yang tidak tepat atau mengalami infeksi, atau terkenanya
otot dalam area yang luas.
3. Reseksi enblock, teknik ini memerlukan eksisi luas dari jaringan normal dari
jaringan disekitarnya, pengangkatan seluruh serabut otot mulai dari origo sampai
insersinya dan reseksi tulang yang terkena termasuk struktur pembuluh darah.
4. Prosedur tikhofflinber, teknik pembedahan ini digunakan pada lesi humerus
bagian proksimal dan meliputi reaksi enblock skapula, bagian humerus dan
klavikulas.
5. Pilihan Rekonstruksi
Kriteria pasien untuk pembedahan mempertahankan ekstermitas, usia,
insisi biopsi dan fungsi pasca bedah ekstermitas yang dipertahankan lebih
dari fungsi alat prostesis, rekonstruksi dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai bahan logam maupun sintesis.
6. Kemoterapi
Kemoterapi mengurangi massa tumor dengan agen alkilating kemoterapi
yang dikombinasikan yang dilaksanakan sebelum dan sesudah
pembedahan dengan tujuan untuk membasmi lesi mikrometastik
7. Terapi Radiasi
Percobaan untuk sarkoma jaringan lunak saat ini dengan menggunakan
doksorubisin/sisplatin diikuti radiasi sebesar 20800 cGy.
f. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang
diagnosis seperti:
1. CT Scan (Computed Tomography Scan)
2. Myelogram adalah jenis khusus dari tes X-Ray dimana pewarna khusus
20
disuntikkan ke dalam kantung tulang belakang
3. Arteriografi atau angiografi, yaitu pemeriksaan arteri (setelah injeksi pewarna)
untuk mencari kerusakan dan penyumbatan
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
5. Biopsi
6. Pemeriksaan biokimia darah dan urine
7. Pemindaian tulang
Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebgai prosedur rutin serta untuk
follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya
meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker
tulang metastatis dari opayudara, paru dan ginjal. Gejala hiperkalsemia
meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria,
kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera.
Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang
terjadi setelah eksesi tumor (Rasja, 20013).
g. Komplikasi
1. Gangguan produksi antibodi
2. Infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas
dan merupakan efek kemoterapim radioterapi dan steroid
3. Leucopenia
4. Gangguan ginjal
5. Ganggyan hematologi
7. Hilangnya ekstremitas
8. Apatis
9. Kelemahan
21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/313901647/Lp-Fraktur
https://www.academia.edu/33485909/LAPORAN_PENDAHULU
AN_FRAKTUR
https://www.google.co.id/search?q=pathway+osteomielitis
(diunggah pada hari selasa, 12 Maret 2019 pukul 19.00 WITA)
https://www.academia.edu/9712072/LP_OSTEOMELITIS
(diunggah pada hari selasa, 12 Maret 2019 pukul 20.00 WITA)
https://www.academia.edu/11891797/Karsinoma_Tulang
(diunggah pada hari selasa, 12 Maret 2019 pukul 21.00 WITA)
https://www.scribd.com/doc/115576388/Laporan-Pendahuluan-
Askep-Osteomyelitis
22