Kelas : Keperawatan 4B
Tugas Medikal Bedah III (Resume)
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal : fraktur dan dislokasi
1. Jelaskan secara singkat tentang anatomi dan fisiologi dari sistem muskuloskleteal
Sistem musculoskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi dan otot.
Tulang (system skelet) ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :
1. Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan. Contohnya humerus, radius, ulna, femur,
tibia, dan fibula.
Bagian tulang panjang
Diafisis : bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besar
Matafisis : bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau
tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis dan diafisis tulang.
Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang tetapi kemudian diganti olah
sumsum kuning setelah dewasa.
Epifisis : lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada
tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan
memanjang tulang terhenti.
2. Tulang pendek
Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus.
3. Tulang pipih : iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan.
4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum yang memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinnya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh
darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel pembentuk
tulang. Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-sel tulang terdiri atas :
Osteoblast : yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan)
Osteosit : adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang yang terletak dalam osteon (unit matriks
tulang)
Osteoklast : adalah multinuclear yng berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodelling tulang.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak
melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Pembuluh periosteum mangangkut darah ke tulang kompak melalui kanal
Volkmann ang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduar
melalui foramina. Arteri nutrient memasok darah ke sumsum dan tulang.
Pembentukan tulang
Ossifikasi adalah proses dimana matriks tulang terbentuk dan pengerasan mineral ditimbun dalam serabut kolagen dalam
suatu lingkungan elektronegatif.
model dasar ossifikasi :
1. Intramembran : tulang tumbuh di dalam membrane, terjadi pada tulang wajah
dan tengkorak.
2. Endokondal : pembentukan tulang rawan terlebih dahulu kemudian
mengalami resorpsi dan diganti oleh tulang. Kebanyakan tulang terbentuk dan
mengalami penyembuhan melalui ossifikasi endokondal.
Pemeliharaan tulang
Factor yang mengatur pembentukan dan resorpsi tulang :
1. Stress terhadap tulang
2. Vitamin D, meningkatkan jumlah kalsium dengan meningkatkan penyerapan
kalsium dari saluran pencernaan.
3. Hormone paratiroid dan kalsitonin
4. Hormone paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah. Kalsitonin
meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.
Sistem Persendian
Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam gerakan.
Ada 3 macam sendi yaitu :
Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada persambungan tulang tengkorak.
Sendi amfiartrosis seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang memungkinkan gerakan terbatas.
Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas
Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawan hialin yang halus. Persendian
tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kuat kapsul sendi. Kapsul dilapisi oleh membrane, sinovium, yang mensekresi
cairan pelumas dan peredam getaran ke dalam kapsul sendi.
Ligamen, mengikat tulang dalam sendi. Ligamen dan tendon otot yang melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi. Bursa
adalah suatu kantung yang berisi cairan sinovial, biasanya merupakan bantalan bagi pergerakan tendon, ligamen dan tulang di
siku, lutut dan beberapa sendi lainnya.
Sistem Otot
Otot mrpk jaringan peka rangsang baik berupa rangsangan kimia, listrik maupun mekanik untuk menimbulkan aksi potensial.
Ada 3 jenis otot :
1. Otot skelet
2. Otot jantung
3. Otot polos
Otot Skelet
1. Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos
atau otot jantung
2. Otot dihubungkan oleh tendon atau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau
kulit
3. Otot bervariasi ukuran dan bentuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan
4. Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang
terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan epimisium atau fasia
5. Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat
dan lebih kuat
6. Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas
sekelompok sarkomer (aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot
skelet
Otot berfungsi sebagai :
1) Pergerakan
2) Membentuk postur
3) Produksi panas karna adanya kontraksi dan relaksasi
Otot Jantung
Hanya pd lapisan tengah dinding jantung, disebut juga miokardium.
Strukurnya menyerupai otot lurik, tersusun atas serabut lurik yg bercabang cabang dan saling berhubungan satu dg yg lainnya.
Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yg terletak dbagian tengah sarkoplasma. Tidak berstria, hanya
mempunyai satu inti dan juga tidak dibawah pengaruh kesadaran, dan bersifat otonom.
Otot Polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut serabut (fibril)yg homogen. (tdk bergaris)
Bentuk selnya dibag.tengah agak bundar dan ujungnya meruncing. Dlm setiap sel otot polos terdpt satu inti sel yg terletak
ditengah dan bentuknya pipih. Otot polos berkontraksi secara reflex dan dibawah pengaruh syaraf otonom shg disebut otot
involunter.
2. Jelaskan pengertian,etiologi,tanda dan gejala,patofisioligi dari fraktur dan dislokasi
1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000).
Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
(Soedarman, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit
masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
Etiologi
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.
Manifestasi Klinik
1) Deformitas
2) Bengkak/edema
3) Echimosis (Memar)
4) Spasme otot
5) Nyeri
6) Kurang/hilang sensasi
7) Krepitasi
8) Pergerakan abnormal
9) Rontgen abnormal
Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
2. Definisi Dislokasi
Dislokasi merupakan masalah pada tulang berupa bergesernya tulang dari sendi atau posisi yang semestinya. Dislokasi
dapat terjadi pada sendi manapun, tetapi yang sering mengalaminya adalah sendi bahu, jari, siku, lutut, dan panggul. Sendi
yang pernah mengalami dislokasi memiliki factor risiko lebih besar untuk mengalami dislokasi berulang (Legiran, 2017).
Dislokasi adalah gangguan lengkap dalam hubungan normal dua tulang di mana tidak ada lagi kontak dari permukaan
artikular. Dislokasi biasanya disebabkan oleh trauma, biasanya ada kerusakan pada ligamen, kapsul sendi dan jaringan lunak.
Arah dislokasi digambarkan oleh posisi tulang distal (misalnya, pada dislokasi anterior bahu, humerus dislokasi anterior
terhadap skapula) (Nur Rachmat, 2015).
Etiologi
Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam,
volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari
pemain lain.
Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga (Lasmi, HK. 2014).
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.
Kongenital (terjadi sejak lahir, akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat
pada pinggul) (Lasmi, HK. 2014).
Manifestasi Klinik
Nyeri akut
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas abnormal
Perubahan sumbu tulang deformitas
Kekakuan
Pembengkakan
Deformitas pada persendian
(Pramudhito. 2014).
Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran
pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi
dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan
dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan
panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi,
perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai (Diana, Restu. 2017).
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan
terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga
dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan
sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan
tersebut dikatakan sebagai dislokasi (Diana, Restu. 2017).
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat
berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi
akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi (Diana, Restu. 2017).
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
(1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus
ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
(2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang
mengalami kerusakan akibat trauma.
(3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
(4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu
struktur tulang yang rusak.
Pemeriksaan Laboratorium
(1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
(2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk
tulang.
(3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST),
Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
Pemeriksaan lain-lain
(1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
(3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
(5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
(6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
Penatalaksanaan Dislokasi
MEDIS
1) Farmakologi
a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri
persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam (Irena. 2016).
2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan
Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and
Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan
indikasinya yang lazim dilakukan :
Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu
dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan,
untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi
dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis (Irena.
2016).
NON MEDIS
1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat (Irena. 2016).
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dapat menunjang diagnose sebagai berikut:
1. Sinar – X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostic noninvasif untuk membantu menegakkan diagnose medis.
Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna
putih.
2. CT Scan
CT- scan yang pemeriksaan sinar –X yang lebih canggih dengan bantuan computer, sehingga memperoleh gambar
lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana
sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang, magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-
X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti
halnya CT-Scan pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
(Naryana. 2015).
5. Buat Asuhan Keperawatan pasien fraktur dan dislokasi secara singkat (Pengkajian,diagnosa,intervensi)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian
tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
b) Keluhan Utama
c) Riwayat Penyakit Sekarang
d) Riwayat Penyakit Dahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
f) Riwayat Psikososial
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
b. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
c. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
d. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi
tulang)
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan: Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi
dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
trapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual
b. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin dapat
mempertahankan posisi fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh
menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan aktivitas
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas Memfokuskan perhatian, meningkatakan
rekreasi terapeutik (radio, koran, rasa kontrol diri/harga diri, membantu
kunjungan teman/keluarga) sesuai menurunkan isolasi sosial.
keadaan klien.
Meningkatkan sirkulasi darah
2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif muskuloskeletal, mempertahankan tonus
pada ekstremitas yang sakit maupun yang otot, mempertahakan gerak sendi,
sehat sesuai keadaan klien. mencegah kontraktur/atrofi dan
mencegah reabsorbsi kalsium karena
imobilisasi.
6. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000- Kalori dan protein yang cukup diperlukan
3000 ml/hari. untuk proses penyembuhan dan mem-
pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
c. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik untuk mencegah kerusakan
kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi
terjadi
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Mengevaluasi perkembangan
5. Observasi tanda- masalah klien.
tanda vital dan tanda-tanda
peradangan lokal pada luka.
Pengkajian Dislokasi
Identifikasi Kebutuhan Dasar yang Mengalami Gangguan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Gangguan Citra Tubuh
4. Defisiensi Pengetahuan
5. Risiko Defisit Nutrisi
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
.
1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Kategori : Psikologis Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi
Subkategori : Nyeri dan keperawatan selama 3 x 24 jam maka 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui daerah
kenyamanan tingkat nyeri menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, nyeri, kualitas nyeri, kapan
hasil: intensitas nyeri nyeri dirasakan.
Definisi 1. Keluhan nyeri cukup menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
Pengalaman sensorik atau emosi 2. Kesulitan tidur cukup menurun nyeri yang dirasakan sehingga
yang berkaitan dengan kerusakan 3. Perasaan takut mengalami cedera dapat membantu menentukan
jaringan aktual atau fungsional, berulang cukup menurun intervensi yang tepat
dengan onset mendadak atau lambat 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 3. Untuk membantu
dan berintensitas ringan hingga mengevaluasi derajat nyeri
berat yang berlangsung kurang dari dan perubahannya
3 bulan. 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengurangi faktor
memperberat dan memperingan pemicu dan serta dapat
Penyebab: nyeri memperingan nyeri sehingga
1. Agen pencedera fisiologis (mis, memberikan rasa kenyamanan
inflamasi, iskemia, neoplasma) 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada 5. Untuk mengetahui pengaruh
kualitas hidup nyeri dalam kualitas hidup
Gejala dan Tanda Mayor serta membuat kualitas hidup
Subjektif : meningkat
1. Mengeluh nyeri 6. Monitor efek samping penggunaan 6. Untuk menghindari terjadinya
Objektif : analgetik kesalahan dalam pemberian
1. Tampak meringis obat analgetik
Teraupetik Teraupetik
Gejala dan Tanda Minor 1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Untuk membuat klien merasa
Subjektif : untuk mengurangi rasa nyeri (mis. sedikit nyaman dan dapat
(Tidak tersedia) Tens, hypnosis, akupresur, terapi mengalihkan perhatian klien
Objektif : music, biofeedback, terapi pijat, terhadap nyeri sehingga dapat
- aromaterapi, teknik imajinasi membantu mengurangi nyeri
terbimbing, kompres hangat/dingin, yang dirasakan
terapi bermain)
2. Fasilitasi istrahat dan tidur 2. untuk memenuhi kualitas
istrahat dan tidur menjadi
teratur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber 3. Untuk membantu pemilihan
nyeri dalam pemilihan strategi strategi dalam meredakan
meredakan nyeri nyeri dengan tepat
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan 1. untuk memberikan
pemicu nyeri pemahaman pada klien
tentang proses terjadinya nyeri
agar dapat mengurangi jika
terjadi kecemasan karena
ketidaktahuan
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Untuk memberikan
pemahaman pada klien
bagaimana strategi dalam
meredakan nyeri dengan tepat
3. Anjurkan memonitor nyeri secara 3. Agar pasien tahu bagaimana
mandiri nyeri yang di rasakan serta
dapat membantu dalam proses
perawatan jika terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Untuk mengurangi nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri dengan anipulasi psikologi
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, 1. Untuk menghambat mediator
jika perlu. nyeri oleh reseptor nyeri di
syaraf pusat sehingga transmisi
rangsangan nyeri terhambat.
2. GANGGUAN MOBILITAS Pergerakan Sendi Dukunngan mobilisasi
FISIK D. 0054 Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi :
Kategori : Fisiologis keperawatan selama 3 x 24 jam maka 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk mencegah tidak
Subkategori : Aktivitas /istirahat Pergerakan sendi meningkat dengan keluhan fisik lainya bertambahnya nyeri saat
kriteria hasil: dilakukan mobilisasi
Definisi : keterbatasn dalam gerak 1. Jari (kanan) sedang 2. Identifikasi toleransi fisik melalui 2. Untuk mengetahui respon
fisik dari satu atau lebih ekstermitas 2. Jari (kiri) cukup meningkat pergerakan pasien terhadap adanya
secara mandiri. 3. Pergelangan tangan (kanan) pergerakan
meningkat 3. Monitor kondisi umum selama 3. Untuk mengetahui keadaan
Penyebab : 4. Pergelangan tangan (kiri) cukup melakukan mobilisasi umum pasien saat melakukan
1. Kerusakan integritas struktur meningkat pergerakan
tulang 5. Siku (kanan) meningkat Terapeutik : Terapeutik :
2. Kekakuan sendi 6. Siku (kiri) cukup meningkat 1. Fasilitasi melakukan pergerakan, 1. Untuk melatih sendi dan tulang
3. Gangguan musculoskeletal 7. Bahu (kanan) meningkat jika perlu dalam melakukan pergerakan
4. Nyeri 8. Bahu (kanan) meningkat 2. Dengan adanya bantuan
5. Keengganan melakukan 9. Pergelangan kaki (kanan) meningkat 2. Libatkan keluarga untuk membantu keluarga dapat memandirikan
pergerakan 10. Pergelangan kanan (kiri) meningkat pasien dalam menigkatkan keluarga dan pasien
Gejala dan Tanda minor: pergerakan Edukasi
Subjektif Edukasi : 1. Agar pasien bisa mengetahui
1. Mengeluhsulit menggerakan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
ekstermitas mobilisasi 2. Untuk mencegah terjadinya
Objektif 2. Anjurkan melakukan mobilisasi kekakuan sendi
1. Rentang gerak (ROM) dini
menurun Pembidaian
Gejala dan tanda minor : Pembidaian Observasi :
Subjektif Observasi : 1. Untuk memenuhi kebutuhan
1. Nyeri saat bergerak 1. Identifikasi kebutuhan dilakukan pasien berdasarkan masalah
2. Enggan melakukan pergerakan pembidayan (mis.fraktur, dislokasi) 2. Pemilihan bidai yang tepat
3. Merasa cemassaat bergerak 2. Identifikasi material bidai yang dapat mempercepat proses
4. Sendi kaku sesuai (mis, lurus dan keras, penyembuhan
5. Gerakan tidak terkoordinasi panjang biday melewati dua sendi) Terapeutik
6. Grakan terbatas Terapeutik : 1. Agar cedera pada pasien tidak
7. Fisik lemah 1. Meminimalkan pergerakan bertambah parah
terutama pada bagian yang cedera 2. Untuk mencegah secara dini
2. Gunakan kedua tangan untuk bertambahnya geseran antar
menopang area cedera sendi dan tulang
Edukasi :
Edukasi : 1. Agar pasien mengetahui secara
1. Jelaskan tujuan dan langkah-lagkah jelas tindakan yang akan
prosedur sebelum pemasangan diberikan padanya
bidai