S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS NSTEMI DI
IGD RSUD DR.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Oleh
2021-01-14901-001
1.1.4 PATOFISIOLOGI
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut
saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada
pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang bertujuan
untuk mempertahanakan fragmen yang telah dihubungkan, tetap pada tempatnya
sampai sembuh. (Sylvia, 2010 :1183).
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Respon
dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh
vasokontriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi visceral. Karena ada cedera,
respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detah
jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin-
katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini akan
meningkatkan tekanan darah diastolik dan mengurangi tekanan nadi (pulse
pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-
hormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan ke dalam sirkulasi sewaktu
terjadinya syok, termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar
prostanoid dan sitokin-sitokin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-
sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih
dini, mekanisme kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah (venous
return) dengan cara kontraksi volume darah didalam system vena sistemik. Cara
yng paling efektif untuk memulihkan krdiak pada tingkat seluler, sel dengan
perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial yang sangat
diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada keadaan
awal terjadi kompensasi dengan berpindah ke metabolisme anaerobik,
mengakibatkan pembentukan asam laknat dan berkembangnya asidosis metabolik.
Bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosine triphosphat) tidak memadai, maka membrane sel tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Pembengkakan reticulum endoplasmic merupakan tanda ultra struktural pertama
dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan cedera mitokondrial.
Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intra-seluler.
Bila proses ini berjalan terus, terjadilah pembengkakan sel . juga terjadi
penumpukan kalsium intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera
seluler yang progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini
memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan
kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan
peningkatan aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala-jala untuk melakukan aktivitas astoeblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan
sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah
total dapat berakibat anoreksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut
saraf meupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak
seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot,
ligament dan pembuluh darah. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang
akan menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan,
hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh
di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri
(Carpenito, 2007). Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen
tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama
tindakan operasi (Price dan Wilson, 2006).
Trauma Gerakan pintir mendadak Kontraksi otot ekstem Keadaan patologis
BI B2 B3 B4 B6
Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Perubahan jaringan Perubahan jaringan
sekitar sekitar tulang sekitar sekitar sekitar
b. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, fraktur terbuka.
Tujuan: Dalamwaktu 3x24 jam, nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria hasil: Secara subjektif, pasien melaporkan nyeri berkurang atau
dapat diadaptasi, dapat mengindentifikasikan aktifitas yang meningkatkan
atau menurunkan nyeri,pasien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1) Kaji kerusakan jaringan lunak yang 1. Menjadi data dasar untuk memberikan
terjadi pada pasien. informasi intervensi perawatan luka,
2) Lakukan perawatan luka : alat apa yang akan dipakai, dan jenis
a) Lakukan perawatan luka dengan larutan apa yang akam dilakukan
teknik steril. Meningkatkan partisipasi dan
b) Kaji keadaan luka dengan teknik kemandirian klien dalam perencanaan
membuka balutan, mengurangi dan pelaksanaan program terapi fisik.
stimulus nyeri. Jika perban melekat 2. Perawatan luka dengan teknik steril
kuat, diguyur dengan NaCl. dapat mengurangi kontaminasi kuman
3) Evaluasi kerusakan jaringan dan
perkembangan pertumbuhan langsung kearea luka
jaringan. Manajemen membuka luka dengan
4) Kolaborasi:Kolaborasi dengan tim mengguyur larutan NaCl ke kasa
bedah untuk dilakukan bedah dapat mengurangi stimulus nyeri dan
perbaikan pada kerusakan jaringan padat menghindari terjadinya
agar tingkat kesembuhan dapat perdarahan pada luka osteomielitis
dipercepat. kronis akibat kasa yang kering karena
ikut mengering bersama pus.
3. apa bila masih belum tercapai kriteria
evaluasi, sebaiknya perlu dikaji ulang
faktor-faktor apa yang menghambat
pertumbuhan jaringan luka.
4. Bedah perbaikan dilakukan terutama
pada pasien fraktur terbuka dengan
luka yang luas yang dapat menjadi
pintu masuk kuman yang ideal.
h. Resiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan hilangnya
darah dari luka terbuka, kerusakan vaskuler, dan cidera pada pembuluh
darah.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam, resiko syok hipovolemik tidak terjadi.
Kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembab, turgor
kulit normal, TTV dalam batas nomal, CRT <3 detik, urine >600 ml/hari.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau status cairan (turgor kulit, 1. Jumlah dan tipe cairan pengganti
membran mukosa, haluaran urine). ditentukan oleh keadaan status cairan.
2. Kaji sumber kehilangan cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan
3. Auskultasi tekanan darah. menurunnya produksi urine, pemantauan
Bandingkan kedua lengan.\ yang ketat pada produksi urine < 600 ml/
hari merupakan tanda-tanda terjadinya
4. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
syok kardiogenik.
perifer, dan diaforesis secara teratur.
2. Kehilangan cairan dapat berasal dari
5. Pantau frekuensi dan irama jantung.
faktor ginjal dan diluar ginjal. Penyakit
6. Kolaborasi :Pertahankan pemberian yang mendasari terjadinya kekurangan
cairan melalui intravena. volume cairan ini juga haris diarasi.
Perdarahan harus dikendalikan.
3. Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemia
yang menunjukkan terlibatnya sistem
kardiovaskuler untuk melakukan
kompensasi mempertahankan tekanan
darah.
4. Mengetahui adanya pengaruh
peningkatan tahanan perifer.
5. Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukankomplikasi disritmia.
6. Jalur yang paten penting untuk pemberian
cairan cepat dan memudahkan perawat
dalam melakukan kontrol asupan dan
haluaran cairan.
1.2.3 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan, selama
fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan.
Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang bertugas
merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada saat
pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien
perlu dilakukan sebelumnya.
1.2.4 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali
rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang
ada.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
2) EKG
Tidak ada dilakukan pemeriksaan EKG.
ANALISIS DATA
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera, fraktur terbuka ditandai dengan terdapat luka robek, panjang
10cm ,fraktur humerus dextra, tidak terdapat pendarahan.klien berteriak
kesakitan, wajah klien tampak meringis, p : nyeri karena patah tulang, q :
nyeri seperti di tusuk-tusuk, r : nyeri bagian tangan kanan, s : skala nyeri 8,
t : nyeri dirasakan terus menerus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan
lunak ditandai dengan terdapat luka robek, panjang 10cm, fraktur humerus
dextra ( patah tulang bagian tangan kanan), luka terbuka.
3. Resiko perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai
darah jaringan ditandai dengan TTV : TD = 100/70 mmHg, N = 84x/menit,
RR: 22 x/menit, S = 36.3 oc, akral klien teraba dingin, nadi teraba lemah,
warna kulit pucat CRT > 2 detik, Klien tampak lemah.
4. Ganguan mobilitas fisik kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi) ditandai dengan Klien tampak selalu di bantu oleh
keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas, Open fraktur bagian tangan
kanan (open fraktur humerus dextra), Skala aktivitas 3, Tindakan fiksasi
(bidai), Kekuatan otot ekstremitas atas 1│5.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. E
Ruang Rawat : IGD
Diagnosa Keperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan imobilasasi bagian 1. Mengurangi nyeri dan mencegah
spasme otot, gerakan fragmen keperawatan selama 1x2 jam yang sakit dengan tirah baring, malformasi.
tulang, edema, cedera, fraktur diharapkan bersihan jalan napas gips, bebat dan atau traksi 2. Meningkatkan aliran balik vena,
terbuka ditandai dengan terdapat nyeri berkurang dengan 2. Tinggikan posisi ekstremitas yang mengurangi edema/nyeri.
luka robek, panjang Kriteria Hasil: terkena. 3. Mempertahankan kekuatan otot dan
10cm ,fraktur humerus dextra, 1. Secara subjektif, pasien 3. Lakukan dan awasi latihan gerak meningkatkan sirkulasi vaskuler.
tidak terdapat pendarahan klien melaporkan nyeri berkurang pasif/aktif. 4. Meningkatkan sirkulasi umum,
berteriak kesakitan, wajah klien atau dapat diadaptasi, 4. Lakukan tindakan untuk menurunakan area tekanan lokal dan
tampak meringis, p : nyeri 2. Dapat mengindentifikasikan meningkatkan kenyamanan kelelahan otot.
karena patah tulang, q : nyeri aktifitas yang meningkatkan (masase, perubahan posisi) 5. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,
seperti di tusuk-tusuk, r : nyeri atau menurunkan nyeri, 5. Ajarkan penggunaan teknik meningkatkan kontrol terhadap nyeri
bagian tangan kanan, s : skala 3. Pasien tidak gelisah, skala manajemen nyeri (latihan napas yang mungkin berlangsung lama.
nyeri 8, t : nyeri dirasakan terus nyeri 0-1 atau teradaptasi dalam, imajinasi visual, aktivitas 6. Menurunkan edema dan mengurangi
menerus. 4. Pasien rileks dipersional) rasa nyeri.
6. Lakukan kompres dingin selama 7. Menilai perkembangan masalah klien
fase akut (24-48 jam pertama) 8. Menurunkan nyeri melalui mekanisme
sesuai keperluan. penghambatan rangsang nyeri baik
7. Observasi keluhan nyeri (skala, secara sentral maupun perifer.
petunjuk verbal dan non verval,
perubahan tanda-tanda vital)
8. Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. E
Ruang Rawat : IGD
DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital dan 1. Mengevaluasi perkembangan masalah
dengan fraktur terbuka dan keperawatan selama 1x2 jam tanda-tanda peradangan lokal klien.
kerusakan jaringan lunak diharapkan resiko infeksi dapat pada luka 2. Mencegah infeksi sekunderdan
ditandai dengan terdapat luka diatasi dengan Krtiteria Hasil: 2. Lakukan perawatan pen steril dan mempercepat penyembuhan luka.
robek, panjang 10cm, fraktur 1. Tidak ada tanda dan gejala perawatan luka sesuai protocol 3. Leukositosis biasanya terjadi pada
humerus dextra ( patah tulang infeksi 3. Analisa hasil pemeriksaan proses infeksi, anemia dan
bagian tangan kanan), luka 2. Pengangkatan jahitan pasca laboratorium (Hitung darah peningkatan LED dapat terjadi pada
terbuka. bedah ORIF/ OREF dapat lengkap, LED, Kultur dan osteomielitis.
dilakukan pada hari ke-10. sensitivitas luka/serum/tulang) 4. Meminimalkan kontaminasi.
3. Jumlah leukosit normal 4. Ajarkan klien untuk 5. Antibiotika spektrum luas atau
mempertahankan sterilitas insersi spesifik dapat digunakan secara
pen. profilaksis, mencegah atau mengatasi
5. Kolaborasi pemberian antibiotika infeksi. Toksoid tetanus untuk
dan toksoid tetanus sesuai mencegah infeksi tetanus.
indikasi.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. E
Ruang Rawat : IGD
DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
3. Resiko perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda vital. Perhatikan 1. Ketidakadekuatan volume sirkulasi
perifer berhubungan keperawatan selama 1x2 jam tanda-tanda pucat atau sianosis akan mempengaruhi sistim perfusi
dengan penurunan suplai diharapkan gangguan perfusi umum, kulit dingin, perubahan jaringan.
oksigen ke perifer ditandai jaringan dapat berkurang. mental 2. Dapat membendung sirkulasi bila
dengan berkurangnya Kriteria hasil: 2. Lepaskan perhiasan dari terjadi edema.
suplai darah jaringan 1. Akral teraba hangat ekstremitas yang sakit 3. Kembalinya warna harus cepat (3-5
ditandai dengan TTV : TD 2. Tanda-tanda vital 3. Kaji aliran kapiler, warna kulit detik), warna kulit putih
= 100/70 mmHg, N = Tekanan darah: 120/80 dan kehangatan distal pada menunjukkan gangguan arterial,
84x/menit, RR: 22 mmHg, nadi: 60-80 fraktur sianosis diduga adanya gangguan
x/menit, S = 36.3 c, akral
o
kali/menit, respirasi 16-20 4. Awasi posisi atau lokasi cincin vena
klien teraba dingin, nadi kali/ menit, suhu : 36 0C- penyokong bebat. 4. Alat traksi dapat menyebabkan
teraba lemah, warna kulit 37.5 0C. 5. Ambulasi sesegera mungkin. tekanan pada pembuluh darah atau
pucat crt > 2 detik, Klien 3. CRT < 2 detik. 6. Berikan kompres es di sekitar saraf, terutama pada aksila dan lipat
tampak lemah. 4. SpO2 tidak mengalami fraktur sesuai indikasi paha, mengakibatkan iskemia dan
penurunan bahkan kerusakan saraf permanen
mencapai 98-100%. 5. Meningkatkan sirkulasi dan
5. Nadi teraba kuat dan menurunkan pengumpulan darah,
teratur. khususnya pada ekstremitas bawah.
6. Menurunkan edema atau
pembentukan hematoma yang dapat
mengganggu sirkulasi.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. E
Ruang Rawat : IGD
DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
4. Ganguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan pelaksanaan 1. Memfokuskan perhatian,
kerusakan rangka keperawatan selama 1x2 jam aktivitas rekreasi terapeutik meningkatakan rasa kontrol diri/harga
neuromuskuler, nyeri, diharapkan mobilitas fisik dapat (radio, koran, kunjungan diri, membantu menurunkan isolasi
terapi restriktif diatasi. teman/keluarga) sesuai keadaan sosial.
(imobilisasi) ditandai Kriteria hasil: klien. 2. Meningkatkan sirkulasi darah
dengan Klien tampak 1. Pasien meningkat aktivitas 2. Bantu latihan rentang gerak muskuloskeletal, mempertahankan
selalu di bantu oleh fisik. pasif aktif pada ekstremitas tonus otot, mempertahakan gerak
keluarga dan perawat 2. Mengerti tujuan peningkatan yang sakit maupun yang sehat sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan
dalam melakukan mobilitas sesuai keadaan klien. mencegah reabsorbsi kalsium karena
aktivitas, Open fraktur 3. Berikan papan penyangga kaki, imobilisasi.
bagian tangan kanan gulungan trokanter/tangan 3. Mempertahankan posis fungsional
(open fraktur humerus sesuai indikasi atau lakukan ekstremitas.
dextra), Skala aktivitas 3, tindakan OREF. 4. Meningkatkan kemandirian klien
Tindakan fiksasi (bidai), 4. Bantu dan dorong perawatan dalam perawatan diri sesuai kondisi
Kekuatan otot ekstremitas diri (kebersihan/eliminasi) keterbatasan klien.
atas 1│5. sesuai keadaan klien. 5. Menurunkan insiden komplikasi kulit
5. Ubah posisi secara periodik dan pernapasan (dekubitus,
sesuai keadaan klien. atelektasis, penumonia)
6. Kolaborasi pelaksanaan 6. Mempertahankan hidrasi adekuat,
fisioterapi sesuai indikasi men-cegah komplikasi urinarius dan
7. Evaluasi kemampuan mobilisasi konstipasi.
klien dan program imobilisasi. 7. Kerjasama dengan fisioterapis perlu
untuk menyusun program aktivitas
fisik secara individual.
Menilai perkembangan masalah klien.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera, fraktur terbuka ditandai dengan terdapat luka robek,
panjang 10cm ,fraktur humerus dextra, tidak terdapat pendarahan klien berteriak kesakitan, wajah klien tampak meringis, p : nyeri karena
patah tulang, q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, r : nyeri bagian tangan kanan, s : skala nyeri 8, t : nyeri dirasakan terus menerus.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
21 September 1. Mempertahankan imobilasasi bagian yang Jam 13.30 WIB
2020 sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan Amelia.F
13.30 WIB atau traksi S:
2. Meninggikan posisi ekstremitas yang - Klien mengatakan tangan nya masih nyeri
terkena. O:
3. Melakukan dan awasi latihan gerak 1. Skala nyeri 8
pasif/aktif. 2. TD:100/70mmHg, N: 80x/menit, RR:
4. Melakukan tindakan untuk meningkatkan 20x/menit, S: 36oC
kenyamanan (masase, perubahan posisi) 3. Klien tampak meringis kesakitan
5. Mengajarkan penggunaan teknik 4. Melakukan manajemen nyeri(nafas dalam)
manajemen nyeri (latihan napas dalam, 5. Posisi fowler
imajinasi visual, aktivitas dipersional) 6. Membatasi aktifitas gerak
6. Melakukan kompres dingin selama fase 7. Melakukan kompres dingin sesuai keperluan
akut (24-48 jam pertama) sesuai 8. Berkolaborasi dalam pemberian analgetic
keperluan. ketorolac 2x30mg , cairan infus RL 20 tpm
7. Mengobservasi keluhan nyeri (skala, A : Masalah belum teratasi
petunjuk verbal dan non verval, perubahan P : Lanjutkan Intervensi 1,3,4,5,6,7,8
tanda-tanda vital)
8. Berkolaborasi pemberian analgetik sesuai
indikasi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa 2
Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak ditandai dengan terdapat luka robek, panjang 10cm,
fraktur humerus dextra ( patah tulang bagian tangan kanan), luka terbuka.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
21 September 1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan Jam 13.35 WIB
2020 tanda-tanda peradangan lokal pada luka Amelia.F
13.35 WIB 3. Melakukan perawatan pen steril dan S : -
perawatan luka sesuai protocol O:
4. Menganalisa hasil pemeriksaan 1. TD:100/70mmHg, N: 80x/menit, RR:
laboratorium (Hitung darah lengkap, LED, 20x/menit, S: 36oC
Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang) 2. Luka terbuka ditangan kanan
5. Mengajarkan klien untuk mempertahankan 3. Luka robek dengan panjang 10 cm
sterilitas insersi pen. 4. Dilakukan perawatan luka sesuai protocol
6. Berkolaborasi pemberian antibiotika dan 5. Hasil lab WBC 8,56 x10 /uL
3
Diagnosa 3
Resiko perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke perifer ditandai dengan berkurangnya suplai darah
jaringan ditandai dengan TTV : TD = 100/70 mmHg, N = 84x/menit, RR: 22 x/menit, S = 36.3 oc, akral klien teraba dingin, nadi teraba
lemah, warna kulit pucat crt > 2 detik, Klien tampak lemah.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
21 September 1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan tanda- Jam 13.40 WIB
2020 tanda pucat atau sianosis umum, kulit Amelia.F
13.40 WIB dingin, perubahan mental S:-
2. Melepaskan perhiasan dari ekstremitas O :
yang sakit 1. Warna kulit sudah tidak pucat
3. Mengkaji aliran kapiler, warna kulit dan 2. Perhiasan dan barang dilepas
kehangatan distal pada fraktur 3. Akral hangat
4. Mengawasi posisi atau lokasi cincin 4. Dikompres dingin
penyokong bebat. A : Masalah sebagian teratasi
5. Mengambulasi sesegera mungkin. P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5
6. Meberikan kompres es di sekitar fraktur
sesumai indikasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa 4
Ganguan mobilitas fisik kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) ditandai dengan Klien tampak selalu di bantu
oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas, Open fraktur bagian tangan kanan (open fraktur humerus dextra), Skala aktivitas 3,
Tindakan fiksasi (bidai), Kekuatan otot ekstremitas atas 1│5.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
21 September 1. Mempertahankan pelaksanaan aktivitas Jam 13.43 WIB
2020 rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan Amelia.F
13.43 WIB teman/keluarga) sesuai keadaan klien. S : Klien mengatakan aktivitas klien dibantu oleh
2. Membantu latihan rentang gerak pasif aktif keluarganya.
pada ekstremitas yang sakit maupun yang
sehat sesuai keadaan klien. O:
3. Memberikan papan penyangga kaki, 1. Membantu pasien melakukan rentan gerak
gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi pasie aktif pada ekstremitas yang sakit
atau rencanakan OREF Open Reduction 2. Dilakukan pembidaian pada tangan yan patah
Eksternal Fixation (luar). atau lakukan tindakan OREF Open Reduction
4. Membantu dan dorong perawatan diri Eksternal Fixation (luar).
(kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien. 3. Mendorong klien untuk merawat diri
5. Mengubah posisi secara periodik sesuai 4. Mengubah posisi klien secara periodic
keadaan klien. 5. Melakukan fisioterapi secara bertahap
6. Berkolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai A : Masalah sebagian teratasi
indikasi P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5
7. Mengevaluasi kemampuan mobilisasi klien
dan program imobilisasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan
sendi,tulang rawan epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada
tulanghumerus. Etiologi fraktur humerus umumnya merupakan akibat trauma.
Selain dapat menimbulkan patah tulang (fraktur), trauma juga dapat mengenai
jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Mekanisme trauma sangat penting dalam
mengetahui luasdan tingkat kerusakan jaringan tulang serta jaringan lunak
sekitarnya.
Diagnosis fraktur humerus dapat dibuat berdasarkan anamnesis yang
baik,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis. Penatalaksanaan penderita
fraktur humerus harus dilakukan secara cepatdan tepat untuk mencegah
komplikasi segera, dini, dan lambat.
3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap Fraktur. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu berperan
sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan
edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda,
penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya
Medika, Jakarta, 2012.
Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 2011.
Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika,
Yogyakarta, 2012.
Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta, 2014.
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius
FKUI, Jakarta, 2000.
Price, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta
2007.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax (0535) 3327707
LEMBAR KONSULTASI
A. Latar Belakang
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk
perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. Diet pasca operasi
adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.
Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan
dan jenis penyakit penyerta.
Tujuan Pemenuhan Nutrisi agar status gizi pasien segera kembali normal
untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
pasien, dengan cara sebagai berikut:
Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energy, protein).
Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.
Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Mencegah dan menghentikan perdarahan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah kegiatan penyuluhan diberikan selama ± 30 menit
pasien di IGD dan keluarganya dapat memahami tentang Pemenuhan
nutrisi pada pasien Fraktur.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan diberikan selama ± 30 menit diharapkan
pasien dan keluarganya dapat:
a. Mengetahui dan memahami tentang pengertian Nutrisi.
b. Mengetahui dan memahami tentang tujuan pemenuhan nutrisi.
c. Mengetahui dan memahami zat-zat yang dibutuhkan oleh tulang.
d. Mengetahui dan memahami tentang Proses penyembuhan tulang.
C. Materi (terlampir)
a. Pengertian Nutrisi
b. Proses penyembuhan tulang
c. Tujuan Pemberian Nutrisi
d. Zat-zat yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan tulang
e. Jenis-jenis makanan
D. Metode
1. Leaflet
2. Ceramah
3. Tanya Jawab
4. Infocus
E. Pengorganisasian Kelompok
1. Penyaji Materi : Amelia Fransisca
2. Moderator : Amelia Fransisca
3. Notulen : Amelia Fransisca
F. Kegiatan Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respons Peserta
1. 5 Menit Pembukaan :
13.35-13.40 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
WIB 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan
4. Kontrak waktu 4. Menyetujui
2. 15 Menit Isi :
13.42-13.50 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan
WIB penyuluhan
2. Beri kesempatan peserta 2. Bertanya
bertanya
3. Menjawab pertanyaan 3. Mendengarkan
3. 5 Menit Evaluasi :
13.52-13.57 Menilai tingkat pengetahuan
WIB peserta setelah pemberian
materi penyuluhan (Feedback)
1. Menjawab pertanyaan
1. Memberikan pertanyaan
kepada peserta
2. Menyimak
2. Peserta menjawab
pertanyaan
4. 5 Menit Penutup :
13.59-13.60 1. Menyimpulkan materi 1. Memperhatikan
WIB 2. Mengakhiri kegiatan 2. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam
G. DENAH PROSES PENYULUHAN
P P P P P P P
A A A A A A A PEMATERI
S S S S S S S
I I I I I I I
E E E E E E E
N N N N N N N
P P P P P P P
A A A A A A A
S S S S S S S
I I I I I I I
E E E E E E E
N N N N N N N
KELUARGA PASIEN
POSTER
MATERI KEGIATAN PENYULUHAN
NUTRISI PADA PASIEN FRAKTUR
A. Definisi
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh, enam
kategori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral.Nutrisi merupakan zat kimia organik maupun anorganik yang ditemukan
dalam makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk
perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. Diet pasca operasi
adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.
Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan
dan jenis penyakit penyerta.