Anda di halaman 1dari 113

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG FRAKTUR

OLEH

YUSTINA PRIMA MATUR

21203005

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021/2022

1
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI
1) Defenisi

Fraktur merupakan kontinuitas tulang atau kesatuan struktur tulang terputus yang
dapat merupakan retak, remah, atau bagian korteks pecah. Fraktur dapat disebabkan
oleh peristiwa trauma (traumatic fracture) seperti kecelakaan lalu lintas maupun non-
lalu lintas (Ridwan,2019)
Fraktur femur dextra adalah rusaknya kontinitas tulang femur pada sepertiga
distal bagian kanan yang disebabkan oleh trauma secara lansung maupun tidak
lansung(Agustina,2020)
Fraktur humerus dextra merupakan suatu kondisi terputusnya kontinitas jaringan
tulang lengan atas yang disebabkan oleh benturan atau trauma lansung maupun tidak
lansung (Sadiah,2019).
Jadi dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang,
yang dapat disebabkan oleh trauma maupun penyakit atau patologis.

2
2). Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra- seluler. Tulang berasal
dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
“Osteoblast”.Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada
206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat di klasifikasikan dalam
lima kelompok berdasarkan bentuknya :

1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah
proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis
terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng
epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena
akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan
oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang
memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis
dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-
tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang
berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron
merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan
testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang
3
panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis
medularis berisi sumsum tulang.

2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.

4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang
pendek.

5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang
yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan
jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas
berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.
Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar
(glukosaminoglikan,asam polisakarida dan proteoglikan). Matriks
merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel
multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa.


Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan
matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit,
yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli
yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak sejauh kurang dari 0,1 mm). Tulang diselimuti dibagian oleh
membran fibrous padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi
ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan

4
tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan
limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast,
yang merupakan sel pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga


sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.
Osteoklast,yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum,
terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada
permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan
70% endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih
dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus
sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit
natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi
matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya
bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi
terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan
tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).

5
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat
berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang
berubah selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn
hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada suatu
tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.

Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas


berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks
tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid.
Dalam beberapa hari garam- garam kalsium mulai mengendap pada osteoid
dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel
tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit dimatriks
membentuk tonjolan-tonjolan yang menghubungkan osteosit satu dengan
osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang,
sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalami kristalisasi. Garam
nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu
dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan
darah.Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara
bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena
aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik
multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat di
tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang
mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat
pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang
sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang
dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah yang kosong tersebut
dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah
melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.

6
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan
tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan
remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka
menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi
aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa
muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah
total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas
melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas
osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi.
Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas
dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas
osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah
raga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai
tulang. Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi
mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon
perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan
tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya
kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya
menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang
penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar
estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang.
Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secarua
langsung dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan
merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi
kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang. Namun, vitamin D dalam
jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan meningkatkan
penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa
diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan
absorpsi tulang.
7
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas
osteoklas terutama dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon
paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak
tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid
meningkat sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium
serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas
dan merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan
kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja
secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran
hormon paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya
mengurangi efek efek lain.
Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum
dengan menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon
paratiroid meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal
sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin
D di ginjal bergantung pada hormon paratiroid. Sedangkan
kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium
serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas
dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan
kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium
serum.hormon paratiroid pada osteoklas (Dyana,2019)

b. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-
paru) dan jaringan lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
kontraksi dan pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum
tulang belakang (hema topoiesis).
5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

8
(Ganis,2019)
3). Etiologi
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya dan penarikan.(Ridwan,2019)
4). Patofisiologi dan patflodiagram

Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan


dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan
eksternal datang lebih besar daripada tekanan yang diserap tulang,
maka terjadilah trauma tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang.
Fraktur atau gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh
trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan
fisik, gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung
tulang turun, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume
darah menurun. COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi
menjadi edema lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu

9
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan
rupturnya pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan
terjadinya pendarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah
adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh vaskonstriksi progresif
dari kulit, otot dan sirkulasi viseral. Karena adanya cedera, respon
terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan
detak jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung,
pelepasan katekolaminkatekolamin endogen meningkatkan tahanan
pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolic
dan mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit
membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon lain yang
bersifat vasoaktif juga dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu
terjadinya syhok, termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan
sejumlah besar prostanoid dan sitokinin-sitokinin lain. Substansi ini
berdampak besar pada mikrosirkulasi dan permeabilitas pembuluh
darah. Pada syok perdarahan, mekanisme kompensasi sedikit
mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara kontraksi
volume darah didalam sistem venasistemik. Cara yang paling efektif
untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel dengan perfusi
dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial yang
sangat diperlukan untuk metabolisme airobik normal dan produksi
energi. Pada keadaan awal terjadi konpensasi dengan berpindah ke
etabolisme anaerobik, hal mana mengakibatkan pembentukan asam
laktat dan berkembangnya asidosis metabolik bila syoknya
berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosin triphosphat) tidak memadai, maka membran sel tidak
dapat lagi mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik
normal hilang.

10
Pembengkakan retikulum endokplasmik merupakan tanda
ultra struktural pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama
lagi akan di ikuti cedera mitokondrial. Lisosom pecah dan
melepaskan enzim yang mencernakan struktur intra-seluler. Bila
proses ini berjalan terus, terjadilah pembengkakan sel. Juga terjadi
penumpukan kalsium intraseluler. Bila proses ini berjalan terus,
terjadilah cidera seluler yang progresif, penambahan edema jaringan
dan kematian sel. Proses ini memperberat dampak kehilangan darah
dan hipoperfusi. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi
disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang
tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala-jala untuk melakukan aktifitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direbsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluhuh darah
atau penekanan tersebut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan
yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ekstremitas
dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,
oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibat
kan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot (wijaya, 2013).

11
Frakur traumatik
Faktur patologik

Cedera langsung Cedra tidak langsung Kontraksi otot Osteoporosis osteomelitis Keganasan

Tulang rapuh
Tekanan pada
tulang

Tidak mampu meredam Tidak mampu


energi yang terlalu besar menahan berat
badan

FRAKTUR FEMUR
FRAKTUR DAN HUMERUS
FEMUR
DAN HUMERUS
Pergerseran fragmen tulang

Cedera vena/arteri
Cedera pd Spasme otot perdarahan deformitas Laserasi kulit
pembuluh darah dan kerusakan
perdarahan jaringan Ggn. Fungsi
Syok Kerusakan
ekstermitas
Lipid dan sum-sum Hipovolemik jaringan kulit
tulang terabsorsi Kehilangan volume Pelepasan
masuk ke aliran darah cairan mediator nyeri
Retensi Na + air luka
Rentang
gerak Kerusakan
TD , RR , N , acral Impuls ke otak terbatas integritas kulit
dingin, pucat, CRT <3” Ggn. Eliminasi urin

Respon nyeri Gangguan Resiko


Syok mobilitas fisik
infeksi
Hipovolemik 12
Nyeri akut
emboli Tidak mampu melakukan
aktivitas, perawatan diri
menurun

Penyumbatan Oklusi arteri paru Defisit


pembuluh darah perawatan diri

Penurunan perfusi Nekrosis jaringan paru


jaringan perifer

Luas permukaan
CRT > 2 detik, paru menurun
pucat, acral
dingin
Penurunan laju difusi

Perfusi jaringan
perifer tdk efektif Edema paru, distress
pernapasan, takipnea,
dispnea

Ggn. Pertukaran gas

13
5). Manifestasi Klinik
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis (Memar)
d. Spasme otot
e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal (Bararah,2013).
6). Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Rontgen yaitu menentukan lokasi/luasnya fraktur/luasnya
trauma, akan tulang, temogram, scan CI: memperlihatkan fraktur juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
b. Hitung darah lengkap yaitu HB mungkin meningkat/menurun.
c. Peningkatan jumlal sop adalah respons stress normal setelah trauma.
d. Kreatinin yaitu traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
e. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multiple, atau cederah hati.(Potter & Perry,2010).
7). Klasifikasi
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang
praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa komplikasi.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

14
a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
1. Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
2. Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
3. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang
Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma.
1. Fraktur Transversal yaitu fraktur yang arahnya melintang pada
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2. Fraktur Oblik yaitu fraktur yang arah garis patahnya membentuk
sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi
juga.
3. Fraktur Spiral yaitu fraktur yang arah garis patahnya berbentuk
spiral yang disebabkan trauma rotasi.
4. Fraktur Kompresi yaitu fraktur yang terjadi karena trauma aksial
fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5. Fraktur Avulsi yaitu fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan
atau traksi otot pada insersinya pada tulang
Berdasarkan jumlah garis patah.
1. Fraktur Komunitif yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu
dan saling berhubungan.
2. Fraktur Segmental yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu
tapi tidak berhubungan.
3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

15
1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) yaitu garis patah lengkap ttetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2. Fraktur Displaced (bergeser) yaitu terjadi pergeseran fragmen
tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a. Dislokasi ada longitudinam cum contractionum (pergeseran
searah sumbu dan overlapping).
b. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c. Dislokasi ada latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).
Berdasarkan posisi frakur
1. Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
2. Fraktur Kelelahan yaitu fraktur akibat tekanan yang berulang- ulang.
3. Fraktur Patologis yaitu fraktur yang diakibatkan karena proses
patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan
lunak sekitarnya.

b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan


jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan ancaman sindroma kompartement. (Kozier,2010)

16
8). Komplikasi
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea,
demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa
juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia.

17
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2). Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah
6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang
baik.(Hidayat,2017)

18
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantuang pada tahap ini. ((Priharjo,2018).
Tahap ini terbagi atas
a. Pengumpulan Data
1). Anamnesa
a. Identitas Klien
Jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.

19
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian
tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme
terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s
yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic.
f. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.
2). Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya
kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan
untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga
20
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga
atau tidak.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi
klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal
dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain
itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola
eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi,
warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola
eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.
Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga
hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibandingkan pekerjaan
lain.
21
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan
akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan body image).
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian
distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.
begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga,
timbul rasa nyeri akibat fraktur.
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan
gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji
status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan
karena nyeri dan keterbatasan gerak klien
3). Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis).
Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada
kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang
22
lebih sempit tetapi lebih mendalam.(Priharjo,2018)
a. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
 Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda, seperti:
 Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
 Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat
dan pada kasus fraktur biasanya akut.
 Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
 Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
b. Sistem Integumen
 Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
 Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
 Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
 Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
 Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan)
 Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.

23
 Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
 Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
 Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
 Paru
 Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
 Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
 Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
lainnya.
 Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
 Jantung
 Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
 Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
 Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
 Abdomen
 Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
 Palpasi
24
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
 Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
 Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
 Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
c. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal
terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler
5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan
pada sistem muskuloskeletal adalah:
1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
1. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti
bekas operasi).
2. Cape au lait spot (birth mark).
3. Fistulae.
4. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
5. Benjo
6. lan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak
biasa (abnormal).
7. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
8. Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini
merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik
pemeriksa maupun klien.

25
 Yang perlu dicatat adalah:
1. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit. Capillary refill time”Normal 3– 5 “
2. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian.
3. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal). Otot: tonus pada waktu
relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga
diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka
sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau
permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
3). Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan
dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat
keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu,
agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan
sendi dicatat dengan ukura derajat, dari tiap arah pergerakan mulai
dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini
menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.
Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
2. Masalah Keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik

b. Gangguan pola tidur

c. Nyeri akut

d. Intoleransi aktivitas

e. Deficit perawatan diri

26
f. Ganguan intergritas kulit/jaringan

3. Intervensi keperawatan

(PPNI,2017).

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI


KEPERAWATAN

1 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi (I.06171)


mobilitas fisik tindakan keperawatan Observasi :
selama 1x24 jam maka
 Identifikasi adanya nyeri atau
mobilitas fisik normal
keluhan fisik lainnya
KH : Mobilitas fisik  Identifikasi toleransi fisik
kembali normal melakukan ambulasi
 Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi
 Monitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi
Terapeutik :
Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis,
tongkat,kruk)
 Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi :

Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
 Anjurkan melakukan
ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
2 Gangguan pola Setelah diberikan Dukungan tidur ( I.05174 )
tidur tindakan keperawatan
27
selama 1x24jam Observasi :
diharapkan pola tidur
 Identifikasi pola aktivitas dan
pasien terpenuhi
tidur
KH : Siklus tidur pasien  Identifikasi faktor pengganggu
teratur tidur
 Identifikasi makanan dan
minuman yang menganggu
tidur
 Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
Terapeutik :
 Modifikasi lingkungan
 Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
 Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
 Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/ atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi :
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan/ minuman yang
menganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
suppressor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor – faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
 Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara

28
nonfarmakologi lainnya
3 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
tindakan keperawatan
Observasi :
selama 1x24 jam, maka
Tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi,
karakterisitik, durasi
KH : Nyeri redah
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
 Identifikasi skala nyeri.
 Identifikasi respons nyeri non
verbal.
 Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
 Identifikasi pengetahuan dan
keyayinan tentang nyeri.
 Identifikasi pengaruh nyerin
pada kualitas hidup.
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik :
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS,
hipnosis,akupresur,terapi
music,biofeedback,terrapin
pijat,aromaterapi,teknik
imajinasi terbimbing,kompres
hangat/dingin,terapi
bermain).
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).

29
 Fasilitas istirahat dan tidur.
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredah
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis unutuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4 Intoleransi Setelah diberikan tindakan Manajemen Energi ( I.05178 )
Aktifvitas keperawatan selama 1x24
Observasi :
jam diharapkan toleransi
aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
KH : Toleransi aktivitas
kelelahan
meningkat
 Monitor kelelahan fisik dan
emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
 Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang

30
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Azjarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

5 Defisit Perawatan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri


Diri keperawatan selama ( I.11348)
1x24jam perawatan diri Observasi :
meningkat
 Identifikasi kebiasaan
KH: Perawatan diri pasien aktivitas perawatan diri sesuai
meningkat usia
 Monitor tingkat kemandirian
 Identifikasi kebutuhan alat
bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan
makan
Terapeutik :
 Sediakan lingkungan yang
terapeutik
 Siapkan keperluan pribadi
 Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
 Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
 Fasilitasi kemandirian, bantu
31
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
 Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi :
 Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
6 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas tindakan keperawatan ( I.11353)
kulit/jaringan selama 1x24 jam, maka Observasi :
diharapkan Integritas
 Identifikasi penyebab
kulit dan jaringan
gangguan integritas kulit
meningkat.
Terapeutik :
KH : Gangguan integritas
 Ubah posisi tiap 2 jam jika
kulit/jaringan meningkat
tirah baring
 Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama
periode diare
 Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering
 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
 Hindari produk berbahan
dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi :
 Anjurkan menggunakan
pelembab
 Anjurkan minum air yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari
32
terpapar suhu ekstrem
 Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

33
Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : Yustina Prima Matur

Nim : 21203005

Unit : Ruangan Rawat Inap Angsoka III

Autoanamnase : NY.N.R

Kamar : 307

Alloanamnase : Ny. N

Tanggal masuk RS : 23 Mei 2022

Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2022

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Initial : Ny.N.R
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Belum menikah
Jumlah Anak : Tidak Mempunyai anak
Agama / Suku : Hindu
Warga Negara : Indonesia
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat Rumah : Tanjung

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.N
Umur : 44 thn
Alamat : Tanjung

34
Hubungan dengan pasien : saudara
II. DATA MEDIK
Diagnosa medik
Saat masuk : Pathological Fr Femur D+ Humerus D
Saat pengkajian : Fraktur Femur+ Humerus
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit sedang. Alasannya : Tingkat Kesadaran Pasien
Composmentis, klien tampak lemah, sering mengeluh nyeri pada tangan kanan
dan kaki kanan. Pasien terpasang infuse NS 20 tpm dan pemenuhan kebutuhan
Sehari-hari masih dibantu sepenuhnya.
B. TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif) : Compos Mentis
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motoric :6
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : keadaan pasien baik, karena kesadaran
pasien baik dan respon motorik, bicara membuka spontan.
2. Tekanan darah: 120/60 MmHg
MAP : 80 MmHg
Kesimpulan :Nilai MAP masih dalam rentang normal yaitu 80 MmHg
menunjukan perfusi ginjal adekuat. Karena rentang nilai
normal perfusi ginjal adalah MAP>70 MmHg.
3. Suhu : 36,50C dengan Lokasi Pengukuran aksila.
4. Pernapasan : 20 x/mnt, irama : teratur
5. Nadi :87 x/mnt, dengan irama : teratur.
C. PENGUKURAN
1. Tinggi badan : 155 cm.
2. Berat badan : 65 kg.
35
3. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 27 .0
Keterangan : Status gizi pasien dalam keadaan normal, karena IMT pasien
dalam rentang nilai normal.
D. GENOGRAM

76
52

Pasien fraktur femur dexrtra dan


humerrus dextra
Keterangan :

= laki – laki = Garis Keturunan

= perempuan = garis perkawinan

= pasien

= meninggal

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit
Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga
tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.
36
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan dan tangan kanan.
P : Patah Tulang (Fraktur femur dan humerus)
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Tulang kaki kanan dan Tangan kanan
S:6
T : ± 5 menit.
b) Riwayat keluhan utama
Klien dibawa ke IGD pada tanggal 23 Mei 2022 diantar oleh
keluarga dengan keluhan nyeri pada kaki kanan dan tangan kanan
tidak bisa digerakkan karena patah setelah dia jatuh dari tangga.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 31 Mei 2022 klien
tampak lemah,kesadaran composmentis,tampak terpasang balut dan
traksi pada bagian kaki kanan yang patah dan klien mengeluh nyeri
pada kaki (paha) sebelah kanan dan tangan sebelah kanan sepertiga
distal karena patah dengan skala nyeri 6 dan nyeri bertambah jika
kaki dan tangannya digerakan.keluarga klien selalu membantu dalam
memenuhi kebutuhannya.
3. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit keturunan ataupun menular lainnya
a) Kebersihan rambut : rambut tampak bersih, tidak tampak adanya uban,
persebaran rambut merata.
b) Kulit kepala : tampak bersih, tidak terdapat lesi dan
kemerahan.
c) Kebersihan kulit : tampak bersih, turgor kulit elastis dan tampak
pucat.
d) Hygiene rongga mulut : mulut pasien tampak bersih, gigi tampak bersih.
e) Kebersihan genetalia : Ny.N.R terpasang pimpers.

37
f) Kebersihan anus : Ny.N.R Terpasang PImpers, tidak ada hemoroid
atau fistula, Anus tampak bersih.
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan bisa menghabiskan makanan sepiring dengan porsi
yang sedikit, pasien mengatakan bahwa ia sudah terbiasa untuk mengatur
pola makannya dan selalu mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan .
2. Keadaan sejak sakit
Pasien tidak bisa menghabiskan nasi sepiring, pasien hanya mampu
makan dengan setengah piring, pasien meminum air segelas setiap sehabis
makan dan juga makan buah-buahan setiap habis makan.
3. Observasi
Pasien tampak gemuk, Terpasang infus NS 20 Tpm dan makan 3 kali
sehari walaupun tidak menghabiskan makanan sepiring, mengkonsumsi
buah-buahan setiap hari.
4. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan rambut : tampak berwarna hitam, rambut berminyak
dan tidak mudah rapuh.
b) Hidrasi kulit : finger skin baik kembali dalam < 3 detik.
c) Conjungtiva : Tidak anemis.
d) Sclera : Anikterik.
e) Hidung :Tidak terdapat polip, Lesi , tampak bersih.
f) Rongga mulut : Tampak bersih, tidak ada jamur
g) Gusi : Tidak terdapat lesi dan kemerahan.
h) Gigi : tampak bersih, tidak terdapat gigi
palsu, gigi tampak lengkap, tidak terdapat
gigi berlubang.
i) Kemampuan menguyah keras :pasien
mampu menguyah makanan yang
keras.

38
j) Lida :Tampak bersih, ada bercak- bercak berwarna
putih.
k) Faring : tidak terdapat lesi dan tumor dan tidak ada peradangan
l) Kelenjar getah bening :tidak tampak pembesaran kelenjar getah
bening.
m) Kelenjar parotis : tidak tampak pembesaran kelenjar parotis.
n) Abdomen
 Inspeksi : tampak simetris, tidak tampak lesi, tidak ada
kemerahan dan tidak ada asites.
 Auskultasi : terdengar bising usus dengan peristaltik
16x/mnt.
 Palpasi : tidak teraba massa dan tidak adanya
pembesaran hati.
 Perkusi : suara timpani.
o) Kulit : tidak terdapat edema dan tampak pucat
p) Lesi : tidak terdapat lesi.
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB setiap pagi dan BAK 4-5 kali dalam sehari.
2. Keadaan sejak sakit
pasien mengatakan menggunakan pempers, dan diganti 3-4 kali sehari.
pasien mengatakan merasa nyaman jika terpasang pimpers.
3. Observasi : pasien tidak tampak kesulitan untuk BAB dan BAK.
Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 16 x/mnt.
b) Palpasi kandung kemih : kosong (-)
c) Nyeri ketuk ginjal : tidak ada (-)
d) Mulut uretra : Tampak bersih, tidak ada lesi ataupun herpes
e) Anus :

39
- Peradangan : Tidak ada tanda- tanda Infeksi ( Bengkak, Merah
ataupun ada lesi).
- Hemoroid : Tidak ada hemoroid
- Fistula : Tidak ada benjolan ataupun abses pada anus
D. Pola Aktifitas dan Latihan
1. Keadaan Sebelum Sakit
Ny.N.R dan Keluarga mengatakan sebelum sakit aktivitasnya baik tidak ada
masalah pada saat melakukan aktivitas.
2. Keadaan Sejak Sakit
Ny.N.R mengeluh sulit menggerakkan extremitas bagian kanan yaitu pada kaki
kanan dan tangan kanan,nyeri saat bergerak dan enggan melakukan pergerakan,
Pasien merasa cemas saat bergerak dan Ny.N.R megatakan kemampuan beraktifitas
menurun, Pasien mengeluh lelah / lemah dan hanya bisa memobilisasi miring kiri
tetapi bisa bertahan 30 menit. Pada Penilaian Kekuatan otot pada ekstermitas atas
bagian kanan 2 bagian kiri 5 dan pada ekstermitas bawah bagian kanan 2 dan bagian
kiri 5
3. Observasi
NY.N.R terbaring di tempat tidur, kemampuan mobilisasi di batasi , Pemenuhan
ADL dibantu oleh keluarga dan Pada Penilaian Kekuatan otot pada ekstermitas atas
bagian kanan 2 sedangkan kiri 5 dan pada ekstermitas bawah bagian kanan 2
sedangkan kiri 5. 2 5

2 5

a. Aktifitas Harian
- Makan :Ny.N.R tidak terpasang NGT dan Pemenuhan Makan dan Minum
dibantu oleh keluarga sepenuhnya.
- Mandi : Ny.N.R Terbaring di tempat tidur, akses kekamar mandi dibatasi
sehingga kebutuhan mandi di bantu oleh keluarga.
- Pakaian : Pakaian tampak bersih
- Kerapihan : Ny.N.R Tampak Rapih
- Buang Air Besar : Ny.N.R Menggunakan Pampers
40
- Buang Air Kecil : Ny.N.R Menggunakan Pampers
- Mobilisasi di tempat tidur : Dibantu oleh saudaranya ( mobilisasi dibatasi)
b. Postur Tubuh : Tubuh Ny.N.R tampak tegap, postur tubuh ideal, Kepala,
pundak, tulang belakang, pinggang.
c. Gaya Jalan : gaya jalan tidak dapat dikaji karena mobilisasi pasien dibatasi.
d. Anggota gerak yang catat : Ny.N.R tidak memiliki anggota tubuh yang catat.
e. Fiksasi : Ny.N.R tidak difiksasi karena Ny.N.R. Kooperatif
f. Tracheastomi : Ny.R.N. tidak dilakukan tindakan tracheastomi
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tekanan Darah : 120/60 MmHg
Kesimpulan : Tekanan darah pasien di bawah rentang normal.
b. Hr : 87 x/Menit
c. Kulit : tampak pucat.
d. JVP : < 2 cmH2O
Kesimpulan : Tidak ada pembesaran Vena Jugularis
e. Perfusi pembuluh kapiler kuku : CRT <3 detik Thoraks dan Pernapasan
 Inspeksi :
Bentuk Thoraks : normal, simetris
Retraksi Intercostal : Tidak Ada
Sianosis : tidak tampak sianosis
Stridor : Tidak terdengar stridor
 Palpasi :
Vocal Vermitus : memiliki getaran yang sama
Krepitasi :Tidak ada,Ny.N.R tidak ada indikasi osteoporosis atau
kerapuhan tulang
 Auskultasi :
Suara Nafas : Normal
Suara Ucapan : Tidak ada kesulitan bicara
Suara tambahan : Tidak ada suara napas tambahan

41
f. Jantung
- Inspeksi :
Ictus Cordis : tidak tampak
- Palpasi
Ictus Cordis : teraba pada ics 4
- Perkusi
Batas Kanan Atas : ICS 2 linea sternalis dekstra : sonor ke pekak
Batas Bawah : ICS 5 midclavikularis sinistra : Pekak
Batas Kanan : ICS ICS 4 parasternal kanan: Pekak
Batas Kiri : ICS 4 linea midclavikularis sinistra: Pekak
- Auskultasi
Bunyi Jantung II A : dup, reguler dan intensitas kuat
Bunyi Jantung II P : dup, regular dan intensitas kuat
Bunyi Jantung 1 T : lup, reguler dan intensitas kuat
Bunyi Jantung 1 M: lup, reguler dan intensitas kuat
Bunyi Jantung III Irama Gallop : (negatif)
Murmur : tidak ada
g. Tungkai
Atrofi Otot : Tidak ada atrofi otot (-)
Rentang gerak : Terbatas karena nyeri
Kaku sendi : Ya
Nyeri Sendi : Ya
Fraktur : patah pada bagian fraktur femur dextra dan humerus dextra
Parase : Ya
Paralisis : Tidak Ada
2 5
Uji Kekuatan Otot :
2 5
Keterangan:
1. Pada ekstermitas atas bagian tangan kanan 2 sedangkan pada tangan kiri 5
bagian dengan kekuatan menurun
42
2. Pada ekstermitas bawah pada bagian kaki kanan 2 sedagkan kaki kiri 5
dengan kekuatan menurun
Reflek Fisiologi : + ( Ada )
Reflek Patologi : (-) Gerakan Involunter
Babinski, Kiri : Tendon Aktif
Kanan : Tendon Aktif
Clubing Jari : (+) bisa di lakukan
Varises tungkai : Tidak tampak varises
h. Columna Vetebralis
a. Inspeksi : Leher tampak normal , bahu simetris, tidak ada skoliosis,tidak ada
benjolan
b. Palpasi : tidak ada nyeri pada bone contours, lekukan tulang belakang (+)
c. Kaku kuduk : Ny.N.R tidak ada kaku kuduk
E. Pola Tidur dan Istrahat
1. Keadaan Sebelum sakit
Ny. N.R mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan pola tidurnya . Ny.N.R biasa
tidur 6-7 jam sehari.
2. Keadaan Sejak Sakit
Ny.N.R mengatakan tidurnya terganggu selama sakit Karena tidak aman dengan
posisi tidurnya yang terlentang terus,kadang kaki dan tangan kanannya terasa nyeri.
3. Observasi
Ny.N.R tampak lelah, ekspresi wajah mengantuk,palpebra inferior berwarna gelap
Negatif.
F. Pola Persepsi Kognitif dan persepsi sensori
1. Keadaan Sebelum sakit
Ny.N.R mengatakan sebelum sakit tidak kepikiran dengan masalah frakturnya yang
sampai seperti sekarang.
2. Keadaan Saat Sakit
Ny.N.R tampak khawatir dengan kondisinya saat ini. Selama sakit Ny.N.R.
mengatakan sering merasa nyeri pada bagian tangan kanan dan kaki kiri, pada
penilaian PQRST :
43
P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya ditekan dan diganggu
Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada kanan
S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-10 Ny.N.R. mengatakan nyeri 6
T: + 5 menit.
3. Observasi
Ny.N.R tampak gelisah saat menanyakan tentang kondisi kesehatannya
G. Pola Persepsi dan Konsep diri
1. Keadaan Sebelum Sakit
Ny.N.R. dan Keluarga mengatakaan mereka tidak merasa malu dengan kondisi
kesehatan Ny.N.R. dan mereka sudah menerima dengan lapang dada tentang
kondisi penyakitnya dan Kelurga mengatakan mereka siap untuk merawat.
2. Keadaan sejak saat sakit
Ny.N.R tidak merasa malu dengan kondisi kesehatannya saat ini dan Keluarga
berharap untuk cepat sembuh dan bisa pulang kerumah.
3. Observasi : Ny.N.R. tidak tampak cemas , dan selalu berharap untuk cepat sembuh.
a) Kontak Mata: Selalu kontak mata saat di kaji
b) Rentang perhatian : Sangat kooperatif dan berusaha terbuka untuk
menceritakan kondisinya.
c) Suara dan cara bicara : Suaranya masih terbata-bata karena penggunaan
NRM.
d) Postur tubuh : tidak ada kelaianan.
4. Pemeriksaan fisik
a) Kelainan bawaan yang nyata : Ny.N.R tidak ada kelaianan bawaan
b) Bentuk / Postur tubuh : Tidak ada kelaianan/ normal
c) Kulit : Warna Hitam Manis, turgor kulit menurun.
H. Pola Peran dan Hubungan Sesama
1. Keadaan sebelum sakit
Ny.N.R dan keluarga mengatakan mereka selalu berhubungan baik dengan tetangga
sekitar dan selalu aktif kegiatan di kelompok

44
2. Keadaan sejak sakit
Ny.N.R. mengatakan selalu berhubungan baik dengan pasien dalam satu ruangan
dan saling bercerita dan bahkan saling membantu ketika ada butuh bantuan sesama
keluarga pasien.
3. Observasi
Ny.N.R dan keluarga berhubungan baik dan selalu berkomunikasi dua arah dan
sangat baik dengan dokter dan perawat ruangan dan Ny.N.R ditempatkan di rungan
angsoka 3 kamar 307 bed 3.
I. Pola Reproduksi dan Seksualitas
1. Keadaan sebelum sakit
Ny.N.R mengatakan tidak ada masalah dengan organ reproduksinya dan belum ada
suami.
2. Keadaan Sejak Sakit
Ny.N.R mengatakan tidak bisa dilakukan sendiri untuk membersihkan organ
reproduksinya karena aktifitasnya dibatasi sesuai anjuran dokter dan selama sakit
saudaranya selalu memperhatikan Ny.N.R
3. Observasi
Ny.N.R Terpasang pimpers.
J. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress
1. Keadaan sebelum sakit
Ny.N.R mengatakan sebelum sakit ketika mereka memiliki masalah dalam keluarga
mereka selalu menyelsaikan secara kekeluargaan dengan komunikasi dua arah dan
selalu mengambil keputusan atas keputusan bersama
2. Keadaan saat sakit
Ny.N.R merasa khwatir dengan kondisinya dan keluarga selalu mensuport dan
memotifasi Ny.N.R dan untuk pengambilan keputusan selama sakit Ny.N.R
mengatakan atas kesepakatan keluarga.
V. Uji Saraf Kranial
1. Nervus Olfaktori
Pada pemeriksaan fungsi saraf sensorik untuk penciumanan, Ny.N.R. bisa
membedakan aroma minyak kayu putih.
45
3. Nervus Optikus
Pada pemeriksaan fungsi saraf sensorik untuk penglihatan, Ny.N.R lapang pandang
baik dalam jarak 1 meter bisa membaca.
4. Nervus Okulo Motoris : Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik untuk mengangkat
kelopak mata keatas, konstriksi pupil dan sebagian gerakan ekstraokuler, Ny.N.R.
Pada pemeriksaan putaran bola mata mengikuti arahan perawat, reflek pupil isokor
dan inspeksi kelopak mata.
5. Nervus trocklearis
Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam pada
Ny.N.R tidak ada kelaianan.
6. Nervus Trigeminus
Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik, gerakan mengunyah , sensasi wajah , lidah
dan gigi, reflek kornea dan reflek kedip. Ny.N.R. dapat menggerakan rahang
kesemua sisi, Ny.N.R dapat memejamkan mata, dan ada sensasi pada sentuhan kassa
pada dahi dan pipi
7. Nervus Fasialis
Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik untuk ekspresi wajah, Ny.N.R dapat senyum,
mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dan bisa membedakan manis gula dan
pahit kopi
8. Nervus Vestibulocochlearis
Fungsi saraf sensori pendengaran dan keseimbangan, Ny.N.R. tidak mengalami
penurunan pendengaran
9. Nervus Glasofaringeus
Pada Ny.N.R. dapat membedakan rasa manis gula, dan pahit kopi
10. Nervus Vagus
Ny.N.R dapat menelan dan tidak ada penurunan fungsi menelan
11. Nervus Asesoris
Ny.N.R dapat menggerakan bahu dan melawan tahanan
12. Nervus Hipoglosus
Ny.N.R dapat menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi ke sisi ( Kiri dan
Kanan).
46
VI. Pemeriksaan Penunjang (31 Mei 2022)

NO JENIS HASIL SATUAN NILAI NORMAL


PEMERIKSAAN
DARAH LENGKAP
1 WBC 9.35 10e3/uL 4.1-11.0
2 NE 65.50 % 47-80
2 LY 23.20 % 13-40
3 MO 6.50 % 2.0-11.0
4 EO 4.60 % 0.0-5.0
5 BA 0.20 % 0.0-2.0
6 Ne 6.12 103/UL 2.50-7.50
LY 2.17 103/UL 1.00-4.00
MO 0.61 103/UL 0.10-1.20
EO 0.43 103/UL 0.00-0.50
BA 0.02 103/UL 0.0-0.1
6 RBC 3.77 10e6/uL 4.0-5.2
7 HGB 10.70 g / dl 12.0-160
8 HCT 32.20 % 36.0-46.0
9 MCV 85.40 Fl 80.0-100.0
10 MCH 28.40 Pg 26.0-34.0
11 MCHC 33.20 g/dL 31-36
1 RDW 13,50 % 11.6-14.8
12 PLT 457.00 103/ul 140-440
13 MPV 2.82 fL 6,80 – 10.0
FOTO HASIL RONGSEN

47
VII. Terapi

1. Paracetamol 500 Mg
Golongan obat : analgesik dan antipiuretik
Dosis yang diberikan pada pasien : 500 mg tiap 6 jam
Dosis umum:10-15 mg/BB tiap 4-6 jam
Dosis yang diberikan pada pasien tiap500 mg/ 8 jam sesudah makan
Cara pemberian obat : oral
Meknisme kerja dan fungsi obat :
parasetamol bekerja pada pusat pengaturan suhu yang ada di otak untuk menurunkan
suhu tubuh saat seseorang mengalami demam dan menghambat pembentukan
prostaglandin, sehingga bisa meredakan nyeri.
Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan: pasien dengan keluhan nyeri
Kontra indikasi: pasien dengan hipersensitif terhadap paracetamol
Efek samping obat: mual, muntah, sulit tidur

2. Ketrolak
48
Golongan obat : Antiinflamasi nonsteroid

Dosis yang diberikan pada pasien : 3x 30 mg

Cara pemberian obat : Injeksi

Mekanisme kerja dan fungsi obat :Menghambat produksi senyawa kimia yang bisa
menyebabkan peradangan dan rasa nyeri.

Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan Karena pasien mengeluh
nyeri

Kontra indikasi : pada pasien dengan hipersnsitivitas

Efek samping obat

Sakit perut.pusing,sakit kepala,mual muntah,perut kembung

3. Bisoprolol
Golongan obat : Beta blocers

Dosis yang diberikan pada pasien : 1x 2,5 mg

Cara pemberian obat : injeksi

Mekanisme kerja dan fungsi obat

Memperlambatkan detak jantung dan menurunkan tekanan otot jantung saat


berdetak

Alasan pemberian obat paa pasien yang bersangkutan : Karena pasien dengan
hipertensi

Kontra indikasi : Jangan diberikan pada pasien yang mengalami asma berat

Efek samping obat : Pusing,sakit kepala,kelelahan,mual dan muntah

4. Ramipril
49
Golongan obat : golongan ACE inhibitor
Dosis yang diberikan pada pasien : 1 x 5 mg
Cara pemberian obat : injeksi
Mekanisme kerja dan fungsi obat : Mebuat pembuluh darah melebar, aliran darah
lebih lancar, dan tekanan darahpun menurun
Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan : karena pasien mengalami
fraktur
Kontra indikasi : pada pasien yang hipersensitif terhadap produk ini atau obat
angiotensin converting enzyeme inhibitor.
Efek samping obat : Batuk,reaksi hipersensitivitas, hipotensi,sinkop.
ANALISA DATA

No Data subjektif Dan Data Objektif Masalah Etologi


1. Ds: Nyeri Akut Agen Pencedera
Fisik
Ny.N megatakan rasa nyeri
pada tangan kanan dan kaki
kanan.
P: Nyeri muncul ketika ketika
tangannya ditekan dan
diganggu
Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri
seperti di tusuk-tusuk
R: Ny.N.R mengatakan nyeri
pada dada kanan
S: Ny.N.R ketika ditanya skala
nyeri 1-10 Ny.N.R.
mengatakan nyeri 6
T: + 5 menit.

Do:
- keadaan umum baik
-Ny.N.R tampak meringis
50
kesakitan.
- kesadran composmentis
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 4
-Tampak patah tulang pada
bagian kaki kanan dan tangan
kanan
-Nyeri bertambah jika pada
bagian fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 120/60 mmhg
N : 87 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S: 36,7 oC
2. Ds: Gangguan Muskuloskeletal
Mobilitas Fisik
Ny.N.R mengatakan dalam
beraktivitas tidak bisa mandiri
dan membutuhkan bantuan
orang lain dan alat.

Do:
 Fisik lemah
 Gerakan terbatas
 Klien tampak selalu di bantu
oleh keluarga dan perawat
dalam melakukan aktivitas

 Fraktur humerus pada 1/3


distal dextra dan femur

51
dextra.

3. Ds: Resiko Jatuh Kekuatan Otot


menurun
 Ny.N.R megatakan kakinya
seperti ditusuk-tusuk
karena mengalami patah
tulang habis jatuh dari
tangga

Do:
 Tanda-tanda vital
TD: 120/60 mmhg
N : 87 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S: 36,7 oC
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15
 Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0
 Kekuatan otot
2 5

2 5
4. Ds: Defisit Gangguan
Perawatan Diri Muskuloskeletal
 Ny.N.R megatakan tidak
bisa melakukan sendiri
untuk membersihkan diri
karena mengalami fraktur
pada tangan kanan dan kaki
kanan.

52
Do:

 Ny.N.R tampak tidak


mampu melakukan
mandi, mengena
pakian,makan, serta
ketoilet dan berhias
secara mandiri.
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15
 Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0
 Kekuatan otot
2 5

2 5

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik ditandai dengan


pasien mengeluh nyeri pada bagian fraktur femur dan humerus

2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan


Muskuloskeletal dibuktikan dengan pasien meringisi kesakitan

3. Resiko Jatuh ditandai dengan faktor resiko kekutan otot menurun

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Gangguan Muskuloskeletal


ditandai kulit pasien tampak kotor pasien ttidak mampu meakukan Adl
secara mandiri

53
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny.N.R Diagnosa Medis : Patological fr femur D+Humerus D
No.Register : 22027577 Ruang : Angsoka III
Umur : 52 tahun Alamat : Tanjung

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Menejemen Nyeri
b/d Agen Tingkat nyeri menurun dengan Observasi
Pencedera
fisik Kriteria hasil: sesuai indikator pada SLKI 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Tingkat Nyeri
durasi, frekuensi, kualitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi factor yang
Indikator 1 2 3 4 5
memperberat nyeri
4. Identifikasi respon non verbal
Keluhan nyeri Terapeutik

Frekuensi nadi 1. Berikan teknik nonfarmakologi


untuk mengurangi nyeri
Pola napas 2. Pertimbakan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
Tekanan darah meredakan nyeri
Edukasi
Kontrol Nyeri
1. Jelas penyebab dan pemicu nyeri
2. Anjurkan monitor nyeri secara
Indikator 1 2 3 4 5
mandiri
3. Ajarkan Teknik nonfarmakologi

54
Kemampuan nyeri terkontrol Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
Kemampuan menggunakan
teknik non-farmakologis

Penggunaan analgesik

Keterangan:

1. Menurun/meningkat/memburuk
2. Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik
Meningkat/menurun/membaik
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
Dukungan Mobilisasi
Mobilitas diharapkan mobilitas fisik meningkat dengan
Fisik b/d Observasi
Muskuloskel Kriteria hasil: sesuai indikator pada SLKI
etal 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Mobilitas Fisik
keluhan fisik lainnya
Indikator 1 2 3 4 5 2. Identifikasi toleransi fisik melalui
gerakan
Pergerakan ekstremitas 3. Monitor kondisi umum selama
Kekuatan otot melakuakan mobilisasi

Rentang gerak (ROM)


Terapeutik

55
Keterangan:
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
1. Menurun/meningkat/memburuk alat bantu
2. Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk 2. Fasilitasi melakukan pergerakan
3. Sedang 3. Libatkan keluarga dalam membantu
4. Cukup meningkat/cukup menurun/ cukup membaik pasien dalam meningkatakan
5. Meningkat/menurun/membaik pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Anjurkan mobilisasai sederhana
yang harus dilakukan (pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pencegahan Jatuh
d/d kekutan diharapkan tingkat jatuh menurun dengan kriteria hasil
otot Observasi
menurun 1. toleransi aktivitas
1. identifikasi factor resiko jatuh (usia
1 2 3 4 5 >65, gangguan keseimbangan)
2. monitor kemampuan berpindah
Terapeutik
2. fraktur 1. atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
1 2 3 4 5
2. gunakan alat bantu berjalan
3. pastikan roda tempat tidur dan kursi
roda dlm keadaan terkunci
3. gangguan mobilitas

56
1 2 3 4 5 Edukasi
1. Anjurkan menggunakan alas kaki yg
tidak licin
4. jatuh saat berdiri
2. anjurkan berkonsentrasi untuk
1 2 3 4 5 menjaga keseimbangan tubuh
3. anjurkan melebarkan jarak kedua
kaki untuk meningkatkan
5. jatuh saat berjalan keseimbangan saat berdiri

1 2 3 4 5

4. Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Dukungan Perawatan Diri
perawatan diharapakan perawatan diri meningkat dengan
Observasi
diri b/d
Gangguan Kriteria hasil: sesuai indikator pada SLKI 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
Muskuloskel Perawatan Diri perawatan diri sesuai usia
etal
Indikator 1 2 3 4 5 2. Monitor tingkat kemendirian
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
Kemampuan
kebersihan
mandi
diri,berpakian,berhias,dan makan.
Kemampuan Terapeutik
mengenakan
pakian 1. Fasilitas kemandirian,bantu jika
tidak mampu melakukan
Kemampuan perawatan diri
makan

57
Kemampuan 2. Jadwalkan rutinitas perawatan
ketilet diri
(BAK/BAB) Edukasi
Minat 1. Anjurkan perawatan diri secara
melakukan konsisten sesuai kemampuan.
perawatan diri

Keterangan:
1. Menurun/meningkat/memburuk
2. Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup meningkat/cukup menurun/ cukup membaik
5. Meningkat/menurun/membaik

58
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny.N.R Diagnosa Medis : Patological fr femur D+Humerus D
No.Register : 22027577 Ruang : Angsoka III
Umur : 52 tahun Alamat : Tanjung

No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama


Dx /TTD

1. Selasa,31/05/22 10.00 S:
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
10.25 Ny.N megatakan rasa nyeri pada
durasi, frekuensi, kualitas nyeri
tangan kanan dan kaki kanan.
10.35 2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi factor yang memperberat P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya
10.45
nyeri ditekan dan diganggu
10.55 4. Megidentifikasi respon non verbal Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di
5. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk tusuk-tusuk
11.00
mengurangi nyeri R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada
11.10 3. Mempertimbakan jenis dan sumber nyeri kanan
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-
11.25
4. Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri 10 Ny.N.R. mengatakan nyeri 6
5. Meganjurkan monitor nyeri secara mandiri T: + 5 menit.
6. Megajarkan Teknik nonfarmakologi
7. Mengkolaborasikan pemberian analgetik
- Parcetamol 1x 500 mg O:
- Ketrolak 30 mg - keadaan umum baik
-Ny.N.R tampak meringis kesakitan.
- kesadran composmentis

59
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 6
-Tampak patah tulang pada bagian kaki
kanan dan tangan kanan
-Nyeri bertambah jika pada bagian
fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 120/60 mmhg
N : 87 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S: 36,7 oC

2. Selasa,31/05/22 11.30 S:
1. Megidentifikasi adanya nyeri atau
11.35 keluhan fisik lainnya Ny.N.R mengatakan dalam beraktivitas
2. Megidentifikasi toleransi fisik melalui tidak bisa mandiri dan membutuhkan
11.40
gerakan bantuan orang lain dan alat.
11.45 3. Memonitor kondisi umum selama
O:
melakuakan mobilisasi
11.55  Fisik lemah
4. Mefasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu  Gerakan terbatas
12.00
5. Mefasilitasi melakukan pergerakan  Klien tampak selalu di bantu
12.05 6. Melibatkan keluarga dalam membantu oleh keluarga dan perawat dalam
12.10 pasien dalam meningkatakan pergerakan melakukan aktivitas
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur  Fraktur humerus pada 1/3 distal dextra
12.15 mobilisasi dan femur dextra.
12.20 8. Meganjurkan melakukan mobilisasi dini

60
12.25
9. Meganjurkan mobilisasai sederhana
12.30 yang harus dilakukan (pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Selasa,31/05/22 13.25 1. Megidentifikasi factor resiko jatuh S:
(usia >65, gangguan keseimbangan)
13.30  Ny.N.R megatakan kakinya seperti
2. Memonitor kemampuan berpindah
ditusuk-tusuk karena mengalami
13.35 3. Megatur tempat tidur mekanis pada
patah tulang habis jatuh dari tangga
posisi terendah
13.40
4. Mengunakan alat bantu O:
13.45 berjalanpastikan
 Tanda-tanda vital
roda tempat tidur dan kursi roda dlm
13.50
keadaan terkunci TD: 120/60 mmhg
5. Meganjurkan menggunakan alas kaki yg N : 87 x/mnt
tidak licin RR : 20 x/mnt
6. meganjurkan berkonsentrasi untuk S: 36,7 oC
menjaga keseimbangan tubuh  Map : 80 mmhg
7. Meganjurkan melebarkan jarak kedua  GCS : 15
kaki untuk meningkatkan keseimbangan
saat berdiri  Kesadaran umum : CM

 IMT :27.0

 Kekuatan otot

2 5
2 5

61
4. Selasa,31/05/22 13.50 1. Megidentifikasi kebiasaan aktivitas S:
perawatan diri sesuai usia
Ny.N.R megatakan tidak bisa
2. Meonitor tingkat kemendirian melakukan sendiri untuk
membersihkan diri karena
3. Megdentifikasi kebutuhan alat bantu
mengalami fraktur pada tangan
kebersihan diri,berpakian,berhias,dan
kanan dan kaki kanan.
14.00 makan.
O:
4. Mefasilitas kemandirian,bantu jika
tidak mampu melakukan perawatan  Ny.N.R tampak tidak mampu
diri melakukan mandi, mengena
pakian,makan, serta ketoilet dan
5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
berhias secara mandiri.
6. Meganjurkan perawatan diri secara  Map : 80 mmhg
konsisten sesuai kemampuan  GCS : 15
 Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0

 Kekuatan otot

2 5
2 5

1. Rabu,01/06/22 09.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S:


durasi, frekuensi, kualitas nyeri Ny.N megatakan masih rasa nyeri pada
09.15
2. Mengidentifikasi skala nyeri tangan kanan dan kaki kanan.
09.25 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya

62
09.30 nyeri ditekan dan diganggu
4. Megidentifikasi respon non verbal Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di
09.45
5. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk tusuk-tusuk
09.50 mengurangi nyeri R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada
6. Mempertimbakan jenis dan sumber nyeri kanan
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-
7. Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri 10 Ny.N.R. mengatakan nyeri 4
8. Meganjurkan monitor nyeri secara mandiri T: Nyeri yang di rasakan terus-menerus.
9. Megajarkan Teknik nonfarmakologi
10. Mengkolaborasikan pemberian analgetik O:
- Parcetamol 1x 500 mg - keadaan umum baik
- Ketrolak 30 mg -Ny.N.R tampak meringis kesakitan.
- kesadran composmentis
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 4
-Tampak patah tulang pada bagian kaki
kanan dan tangan kanan
-Nyeri bertambah jika pada bagian
fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 110/80 mmhg
N : 90 x/mnt
RR : 19 x/mnt
S: 36,5 oC

2. Rabu,01/06/22 09.55 S:
1. Megidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya Ny.N.R mengatakan dalam beraktivitas
63
10.00 tidak bisa mandiri dan membutuhkan
2. Megidentifikasi toleransi fisik melalui
bantuan orang lain.
10.05 gerakan
3. Memonitor kondisi umum selama O:
10.10
melakuakan mobilisasi  Fisik lemah
10.20 4. Mefasilitasi aktivitas mobilisasi dengan  Gerakan terbatas
alat bantu  Klien tampak selalu di bantu
10.30 5. Mefasilitasi melakukan pergerakan oleh keluarga dan perawat dalam
10.45 6. Melibatkan keluarga dalam membantu melakukan aktivitas
pasien dalam meningkatakan pergerakan  Fraktur humerus pada 1/3 distal dextra
10.50 7. Menjelaskan tujuan dan prosedur dan femur dextra.
mobilisasi
8. Meganjurkan melakukan mobilisasi dini
9. Meganjurkan mobilisasai sederhana
yang harus dilakukan (pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Rabu,01/06/22 11.55 1. Megidentifikasi factor resiko jatuh S:
(usia >65, gangguan keseimbangan)
12.00  Ny.N.R megatakan kakinya seperti
2. Memonitor kemampuan berpindah
ditusuk-tusuk karena mengalami
12.10 3. Megatur tempat tidur mekanis pada
patah tulang habis jatuh dari tangga
posisi terendah
12.20
4. Mengunakan alat bantu O:
12.30 berjalanpastikan
 Tanda-tanda vital
roda tempat tidur dan kursi roda dlm
12.35
keadaan terkunci TD: 110/80 mmhg
12.40 5. Meganjurkan menggunakan alas kaki yg N : 90 x/mnt
tidak licin RR : 19 x/mnt
6. meganjurkan berkonsentrasi untuk S: 36.5 oC
64
menjaga keseimbangan tubuh  Map : 80 mmhg
7. Meganjurkan melebarkan jarak kedua  GCS : 15
kaki untuk meningkatkan keseimbangan
saat berdiri  Kesadaran umum : CM

 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5

4. Rabu,01/06/22 12.55 1. Megidentifikasi kebiasaan aktivitas S:


perawatan diri sesuai usia
Ny.N.R megatakan tidak bisa
2. Meonitor tingkat kemendirian melakukan sendiri untuk
13.00
membersihkan diri karena
3. Megdentifikasi kebutuhan alat bantu
mengalami fraktur pada tangan
kebersihan diri,berpakian,berhias,dan
kanan dan kaki kanan.
13.30 makan.
O:
4. Mefasilitas kemandirian,bantu jika
tidak mampu melakukan perawatan  Ny.N.R tampak tidak mampu
diri melakukan mandi, mengena
pakian,makan, serta ketoilet dan
5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
berhias secara mandiri.
6. Meganjurkan perawatan diri secara  Map : 80 mmhg
 GCS : 15
65
konsisten sesuai kemampuan  Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5

1. Kamis,02/06/22 09.00 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:


2. Megidentifikasi respon non verbal Ny.N megatakan masih rasa nyeri pada
09.15
3. Memberikan teknik nonfarmakologi tangan kanan dan kaki kanan mulai
09.20 untuk mengurangi nyeri berkurang..
4. Meganjurkan monitor nyeri secara P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya
09.30
mandiri ditekan dan diganggu
09.35 5. Megajarkan Teknik nonfarmakologi Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di
6. Mengkolaborasikan pemberian tusuk-tusuk
09.40
analgetik R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada
09.45 - Parcetamol 1x 5 mg kanan
- Ketrolak 30 mg S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-
09.55
10 Ny.N.R. mengatakan nyeri 4
10.00 T: Nyeri yang di rasakan oleh tersu-
menerus.
10.05
O:
- keadaan umum baik
-Ny.N.R tampak meringis kesakitan.
- kesadran composmentis
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 4

66
-Tampak patah tulang pada bagian kaki
kanan dan tangan kanan
-Nyeri bertambah jika pada bagian
fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 120/90 mmhg
N : 99x/mnt
RR : 21 x/mnt
S: 36 oC

2. Kamis,02/06/22 10.10 S:
1. Megidentifikasi toleransi fisik melalui
10.25 gerakan Ny.N.R mengatakan dalam beraktivitas
2. Memonitor kondisi umum selama tidak bisa mandiri dan membutuhkan
10.35
melakuakan mobilisasi bantuan orang lain dan alat.
10.40 3. Mefasilitasi melakukan pergerakan
O:
4. Melibatkan keluarga dalam membantu
10.55  Fisik lemah
pasien dalam meningkatakan pergerakan
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur  Gerakan terbatas
11.00
mobilisasi  Klien tampak selalu di bantu
6. Meganjurkan mobilisasai sederhana oleh keluarga dan perawat dalam
yang harus dilakukan (pindah dari melakukan aktivitas
tempat tidur ke kursi)  Fraktur humerus pada 1/3 distal dextra
dan femur dextra.

3. Kamis,02/06/22 12.20 1. Memonitor kemampuan berpindah S:


2. Megatur tempat tidur mekanis pada
12.25  Ny.N.R megatakan kakinya seperti
posisi terendah

67
12.30 3. Meganjurkan menggunakan alas kaki yg ditusuk-tusuk karena mengalami
tidak licin patah tulang habis jatuh dari tangga
12.40
4. meganjurkan berkonsentrasi untuk
O:
12.45 menjaga keseimbangan tubuh
5. Meganjurkan melebarkan jarak kedua  Tanda-tanda vital
12.50
kaki untuk meningkatkan keseimbangan
TD: 120/90 mmhg
13.00 saat berdiri
N : 99 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S: 36 oC
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15

 Kesadaran umum : CM

 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5
A: Tingkat Jatuh
P : Peningkatan Jatuh

4. Kamis,02/04/22 13.15 1. Megidentifikasi kebiasaan aktivitas S:


perawatan diri sesuai usia
Ny.N.R megatakan tidak bisa
2. Meonitor tingkat kemendirian melakukan sendiri untuk
13.20
membersihkan diri karena
3. Megdentifikasi kebutuhan alat bantu
mengalami fraktur pada tangan
kebersihan diri,berpakian,berhias,dan

68
13.25 makan. kanan dan kaki kanan.
4. Mefasilitas kemandirian,bantu jika O :
tidak mampu melakukan perawatan
13.30  Ny.N.R tampak tidak mampu
diri
melakukan mandi, mengena
5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri pakian,makan, serta ketoilet dan
berhias secara mandiri.
6. Meganjurkan perawatan diri secara
 Map : 80 mmhg
konsisten sesuai kemampuan
 GCS : 15
 Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5

1. Jumat ,04/06/22 14.00 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:


2. Megidentifikasi respon non verbal Ny.N megatakan masih rasa nyeri pada
14.15
3. Memberikan teknik nonfarmakologi tangan kanan dan kaki kanan.
14.25 untuk mengurangi nyeri P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya
4. Meganjurkan monitor nyeri secara ditekan dan diganggu
14..30
mandiri Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di
14..35 5. Megajarkan Teknik nonfarmakologi tusuk-tusuk
6. Mengkolaborasikan pemberian R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada
14.40
analgetik kanan
14.45 - Parcetamol 1x 5 mg S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-10
- Ketrolak 30 mg Ny.N.R. mengatakan nyeri 3

69
14.50 T: Nyeri yang di rasakan oleh tersu-
menerus.

O:
- keadaan umum baik
-Ny.N.R tampak meringis kesakitan.
- kesadran composmentis
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 3
-Tampak patah tulang pada bagian kaki
kanan dan tangan kanan
-Nyeri bertambah jika pada bagian
fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 100/90 mmhg
N : 90 x/mnt
RR : 21 x/mnt
S: 36,8 oC

2. Jumat,03/06/22 15.00 S:
1. Megidentifikasi adanya nyeri atau
15.15 keluhan fisik lainnya Ny.N.R mengatakan dalam beraktivitas tidak bisa
2. Megidentifikasi toleransi fisik melalui mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain dan
15.20
gerakan alat.
15.30 3. Memonitor kondisi umum selama
O:
melakuakan mobilisasi
15.35  Fisik lemah
4. Mefasilitasi melakukan pergerakan
5. Melibatkan keluarga dalam membantu  Gerakan terbatas

70
15.40  Klien tampak selalu di bantu
pasien dalam meningkatakan
pergerakan oleh keluarga dan perawat dalam melakukan
15.45
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur aktivitas
15.50  Fraktur humerus pada 1/3 distal dextra dan
mobilisasi
8. Meganjurkan melakukan mobilisasi dini femur dextra
9. Meganjurkan mobilisasai sederhana
yang harus dilakukan (pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Jumat,03/06/22 16.50 1. Memonitor kemampuan berpindah S:
2. Megatur tempat tidur mekanis pada
 Ny.N.R megatakan kakinya seperti ditusuk-
posisi terendah
tusuk karena mengalami patah tulang habis
17.00 3. Mengunakan alat bantu
jatuh dari tangga
berjalanpastikan
17.30
roda tempat tidur dan kursi roda dlm O:
17.45 keadaan terkunci
4. Meganjurkan menggunakan alas kaki  Tanda-tanda vital
18.00
yg tidak licin TD: 100/90 mmhg
5. Meganjurkan berkonsentrasi untuk N : 90 x/mnt
menjaga keseimbangan tubuh RR : 21 x/mnt
6. Meganjurkan melebarkan jarak kedua S: 36,8 oC
kaki untuk meningkatkan keseimbangan  Map : 80 mmhg
saat berdiri  GCS : 15

 Kesadaran umum : CM

 IMT :27.0

71
 Kekuatan otot

3 5
3 5

4. Jumat,03/06/22 18.05 1. Meonitor tingkat kemendirian S:


18.15 2. Megdentifikasi kebutuhan alat bantu Ny.N.R megatakan tidak bisa melakukan
kebersihan diri,berpakian,berhias,dan sendiri untuk membersihkan diri karena
18.20
makan. mengalami fraktur pada tangan kanan dan
18.35 kaki kanan.
3. Mefasilitas kemandirian,bantu jika
18.20 tidak mampu melakukan perawatan O :
diri
18.25  Ny.N.R tampak tidak mampu melakukan
4. Menjadwalkan rutinitas perawatan mandi, mengena pakian,makan, serta
18.30
diri ketoilet dan berhias secara mandiri.
 Map : 80 mmhg
5. Meganjurkan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan  GCS : 15
 Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5

CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)

72
No Dx Waktu Evaluasi (S,O,A,P) Tanda tangan
(Tanggal/Jam)

1. 10.10-11.00 S:
Selasa,31/06/22 Ny.N megatakan rasa nyeri pada tangan kanan dan kaki kanan.
P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya ditekan dan diganggu
Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada kanan
S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-10 Ny.N.R. mengatakan nyeri 6
T: + 5 menit.

O:
- keadaan umum baik
-Ny.N.R tampak meringis kesakitan.
- kesadran composmentis
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 6
-Tampak patah tulang pada bagian kaki kanan dan tangan kanan
-Nyeri bertambah jika pada bagian fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 120/60 mmhg
N : 87 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S: 36,7 oC
A: Tingkat Nyeri

73
P: Manajemen Nyeri

2 11.15-11.40 S:
Selasa,31/06/22 Ny.N.R mengatakan dalam beraktivitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan
bantuan orang lain dan alat.
O:
 Fisik lemah
 Gerakan terbatas
 Klien tampak selalu di bantu
oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas
 Fraktur humerus pada 1/3 distal dextra dan femur dextra.

A: Mobilitas Fisik
P: Dukungan Mobilisasi

3 11.40-12.30 S:
Selasa, 31/06/22  Ny.N.R megatakan kakinya seperti ditusuk-tusuk karena mengalami patah
tulang habis jatuh dari tangga
O:

 Tanda-tanda vital

TD: 120/60 mmhg


N : 87 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S: 36,7 oC
 Map : 80 mmhg
74
 GCS : 15

 Kesadaran umum : CM

 IMT :27.0

 Kekuatan otot

2 5
2 5
A: Tingkat Jatuh
P : Peningkatan Jatuh

4. 12.30-13.00 S:
Selasa,31/06/22 Ny.N.R megatakan tidak bisa melakukan sendiri untuk membersihkan diri
karena mengalami fraktur pada tangan kanan dan kaki kanan.
O:
Ny.N.R tampak tidak mampu melakukan mandi, mengena pakian,makan,
serta ketoilet dan berhias secara mandiri.

 Map : 80 mmhg
 GCS : 15
 Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0

 Kekuatan otot

2 5

75
2 5
A :Perawatan Diri
P: Dukungan Perawatan Diri

No Dx Waktu Evaluasi (S,O,A,P) Tanda tangan


(Tanggal/Jam)

1. 10.10-11.00 S:
Ny.N megatakan masih rasa nyeri pada tangan kanan dan kaki kanan.
Rabu,01/06/22
P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya ditekan dan diganggu
Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada kanan
S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-10 Ny.N.R. mengatakan nyeri 4
T: Nyeri yang di rasakan terus-menerus.

O:
- keadaan umum baik
-Ny.N.R tampak meringis kesakitan.
- kesadran composmentis
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 4
-Tampak patah tulang pada bagian kaki kanan dan tangan kanan
-Nyeri bertambah jika pada bagian fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 110/80 mmhg
N : 90 x/mnt

76
RR : 19 x/mnt
S: 36,5 oC
A: Tingkat nyeri
P: Manajemen Nyeri

2 11.15-11.40 S:
Rabu,01/06/22 Ny.N.R mengatakan dalam beraktivitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan
bantuan orang lain.
O:
 Fisik lemah
 Gerakan terbatas
 Klien tampak selalu di bantu
oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas
 Fraktur humerus pada 1/3 distal dextra dan femur dextra.

A: Mobilitas Fisik
P: Dukungan Mobilisasi

3 11.40-12.30 S:
Rabu, 01/06/22  Ny.N.R megatakan kakinya seperti ditusuk-tusuk karena mengalami
patah tulang habis jatuh dari tangga
O:

 Tanda-tanda vital

TD: 110/80 mmhg

77
N : 90 x/mnt
RR : 19 x/mnt
S: 36.5 oC
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15

 Kesadaran umum : CM

 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5
A: Tingkat Jatuh
P : Peningkatan Jatuh

4. 12.30-13.30 S:
Rabu,02/06/22 Ny.N.R megatakan tidak bisa melakukan sendiri untuk membersihkan
diri karena mengalami fraktur pada tangan kanan dan kaki kanan.
O:

 Ny.N.R tampak tidak mampu melakukan mandi, mengena


pakian,makan, serta ketoilet dan berhias secara mandiri.
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15
 Kesadaran umum : CM

78
 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5

A :Perawatan Diri
P: Dukungan Perawatan Diri

No Dx Waktu Evaluasi (S,O,A,P)


(Tanggal/Jam) Tanda tangan

1. 10.30-.11.30 S:
Ny.N megatakan masih rasa nyeri pada tangan kanan dan kaki kanan mulai
Kamis,02/06/22
berkurang..
P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya ditekan dan diganggu
Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada kanan
S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-10 Ny.N.R. mengatakan nyeri 4
T: Nyeri yang di rasakan oleh tersu-menerus.

O:
- keadaan umum baik
-Ny.N.R tampak meringis kesakitan.
- kesadran composmentis

79
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 4
-Tampak patah tulang pada bagian kaki kanan dan tangan kanan
-Nyeri bertambah jika pada bagian fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 120/90 mmhg
N : 99x/mnt
RR : 21 x/mnt
S: 36 oC
A: Tingkat nyeri
P: Manajemen Nyeri

2 11.15-11.40 S:
Kamis,02/06/22 Ny.N.R mengatakan dalam beraktivitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan
bantuan orang lain dan alat.
O:
 Fisik lemah
 Gerakan terbatas
 Klien tampak selalu di bantu
oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas
 Fraktur humerus pada 1/3 distal dextra dan femur dextra.

A: Mobilitas Fisik
P: Dukungan Mobilisasi

80
3 11.40-12.30 S:
Kamis, 02/06/22  Ny.N.R megatakan kakinya seperti ditusuk-tusuk karena mengalami
patah tulang habis jatuh dari tangga
O:

 Tanda-tanda vital

TD: 110/80 mmhg


N : 90 x/mnt
RR : 19 x/mnt
S: 36.5 oC
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15

 Kesadaran umum : CM

 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5
A: Tingkat Jatuh
P : Peningkatan Jatuh

4. 12.30-13.30 S:
kamis,02/06/22 Ny.N.R megatakan tidak bisa melakukan sendiri untuk membersihkan
diri karena mengalami fraktur pada tangan kanan dan kaki kanan.

81
O:

 Ny.N.R tampak tidak mampu melakukan mandi, mengena


pakian,makan, serta ketoilet dan berhias secara mandiri.
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15
 Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5
A :Perawatan Diri
P: Dukungan Perawatan Diri

No Dx Waktu Evaluasi (S,O,A,P) Tanda tangan


(Tanggal/Jam)

1. 15.30-.16.00 S:
Ny.N megatakan masih rasa nyeri pada tangan kanan dan kaki kanan.
Jumat,03/06/22
P: Nyeri muncul ketika ketika tangannya ditekan dan diganggu
Q: Ny.N.R mengatakan Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Ny.N.R mengatakan nyeri pada dada kanan
S: Ny.N.R ketika ditanya skala nyeri 1-10 Ny.N.R. mengatakan nyeri 3
T: Nyeri yang di rasakan oleh tersu-menerus.

82
O:
- keadaan umum baik
-Ny.N.R tampak meringis kesakitan.
- kesadran composmentis
- Ny.N.R tampak lemah
- Skala Nyeri 3
-Tampak patah tulang pada bagian kaki kanan dan tangan kanan
-Nyeri bertambah jika pada bagian fraktur di gerakan
- Ny.N tampak gelisah
- Tanda-tanda vital
TD: 100/90 mmhg
N : 90 x/mnt
RR : 21 x/mnt
S: 36,8 oC
A: Tingkat nyeri
P: Manajemen Nyeri

2 16.30-17.30 S:
Jumat,03/06/22 Ny.N.R mengatakan dalam beraktivitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan
bantuan orang lain dan alat.
O:
 Fisik lemah
 Gerakan terbatas
 Klien tampak selalu di bantu
oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas

83
 Fraktur humerus pada 1/3 distal dextra dan femur dextra.

A: Mobilitas Fisik
P: Dukungan Mobilisasi

3 17.30-18.30 S:
Jumat, 03/06/22  Ny.N.R megatakan kakinya seperti ditusuk-tusuk karena mengalami
patah tulang habis jatuh dari tangga
O:

 Tanda-tanda vital

TD: 100/90 mmhg


N : 90 x/mnt
RR : 21 x/mnt
S: 36,8 oC
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15

 Kesadaran umum : CM

 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5
A: Tingkat Jatuh
P : Peningkatan Jatuh

84
4. 18.30-19.00 S:
Jumat,03/06/22 Ny.N.R megatakan tidak bisa melakukan sendiri untuk membersihkan
diri karena mengalami fraktur pada tangan kanan dan kaki kanan.
O:

 Ny.N.R tampak tidak mampu melakukan mandi, mengena


pakian,makan, serta ketoilet dan berhias secara mandiri.
 Map : 80 mmhg
 GCS : 15
 Kesadaran umum : CM
 IMT :27.0

 Kekuatan otot

3 5
3 5
A :Perawatan Diri
P: Dukungan Perawatan Diri

85
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhani.R.P, N.Romadhona, M.Djojosugito, Dyana.E, H.Rukanta. Hubungan Jenis


Kecelakaan dengan Tipe Fraktur pada Fraktur Tulang Panjang Ekstremitas
Bawah. Universitas Islam Bandung;2019.

Agustina anggi, 2020.Pengelolaan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Pada


Pasien Post ORIF Hari Ke-3 Atas Indikasi Fraktur Femur Dextra 1/3 Distal
Di RSUD Ungaran.

Bararah, T & Jauhar, M. (2017). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional Jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Potter and Perry. (2012). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
PPNI. (2017). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 13. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. (2018). Pengkajian Fisik Keperawatan: Konsep Proses dan Praktek.
Volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather & Kamitsuru, S. (2018-2020). NANDA-I Diagnosis
Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC.
Karakteristik kasus fraktur ekstermitas bawah dirumah sakit umum daerah DR H
Chasan Boesoirie ternate tahun 2018.Vol.1.No.2.e-ISSN :2086-5912

86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
5

Anda mungkin juga menyukai