Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORI

2.2 Pengertian

Skleton manusia tersusun atas 206 tulang. Tulang sistem skletal dibagi
menjai skeleton aksial (tengkorak, toraks dan vertebrata) dan skleton
apendikular. (bahu, lengan, gelang panggul, dan tungkai). Tulang dari struktur
tubuh dan memberi sokongan untuk jaringan lunak. Mereka melindungi organ
vital dari cedera dan bertindak untuk memindahkan bagian tubuh dengan
memberi titik perlekatan untuk otot. Tulang juga menyimpan mineral dan
bertindak sebagai tempat untuk hematopiesis (pembentukan sel darah).

Gambar Tulang Skeleton Manusia.

2.3 Struktur Tulang

Sel tulang mencakup osteoblas (sel yang membentuk tulang), osteosit (sel
yang mempertahankan matriks tulang), oseoklas (sel yang meresorpsi tulang),
dan sel osteoprogenitor (sumber semua sel tulang kecuali osteoklas). Matriks
tulang adalah elemen ekstraseluler jaringan tulang; tulang terdiri atas serabut
kolagen, mineral (teruama kalsium dan fosfat), protein, karbohidrat, dan
substansi dasar. Substansi dasar adalah bahan gelatin yang memfasilitasi difusi
gizi, sampah, dan gas antara pembuluh darah dan jaringan tulang. Tulang
ditutupi dengan periosteum, jringan ikat berlapis ganda. Lapisan luar
periosteum menganung pembuluh darah dan saraf; lapisan dalam
menjangkarkan tulang.

Tulang tersusun atas jaringan ikat kakuyang disebut jaringan oseus, ada
dua jenis, yaitu tulang laminar (tulang kuat dan matur pada skleton orang
dewasa) dan tulang beranyam (yang memberikan kerangka sementara untuk
menyokong dan ditemukan pada fetus yang berkembang, sebagai bagian
penyembuhan fraktur, dan pada area sekitar tumor dan infeksi tulang). Ada dua
jenis tulang matur; tulang padat dan tulang kanselosa (berongga). Tulang pada
membentuk kulit luar tulang, sedangkan tulang kanselosa ditemukan dibagian
dalam tulang. Tulang kanselosa tersusun atas struktur seperti kisi-kisi
(trabekula), dilapisi dengan sel osteogenis dan diisi dengan sumsum tulang
merah atau kuning (Porth & Martin, 2009).

Unit struktur dasar tulang laminar adalah sistem Havers (uga dikenal
dengan sebagai osteon). Sistem Havers terdiri atas kanal sentral, disebut kanal
Havers; lapisan konsentrik matriks tulang, disebut lamella; ruang antara
lamella, disebut lakuna; osteosit dalam lakuna; dan saluran kecil, disebut
kanalikulli. Bagian berongga pada tulang panjang dan tulang pipih
mengandung jaringan untuk hematopoiesus. Pada orang dewasa, bagian ini,
disebut rongga sumsum tulang merah, ada dipusat berongga tulang pipih
(khususnya sternum) dan hanya pada dua tulang panjang, yaitu humerus dan
kepala femur.
Gambar Struktur Sistem Havers.

2.4 Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intraseluler. Tulang


berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
“Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunam garam kalsium.

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan


dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

a. Tulang Panjang (Femur, Humerus)


Terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang
disebu epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis.
Diantara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh,
yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang
tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan
digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang
memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis
dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun
remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti
tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang
pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan
testosteron,merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang
memiliki rongga yang disebut medularis. Kanalis medularis berisi sumsum
tulang.
b. Tulang Pendek (carpals)
Juga disebut tulang kuboid, mencakup tulang pergelangan tangan dan
pergelangan kaki. Bentuknya tidak teratur dan ini dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang Pendek Datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang
pendek
e. Tulang Sesamoid
Merupakan tulang kecil, yang terletak tulang yang berdekatan dengan
persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella
(kap lutut).

Gambar Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuk.

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas iga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas. Oseoblas berfungsi
dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks ulang. Matriks
tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan, asam
polisakarida dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-
garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat
dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan
dalam pengahancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa.
Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan
matriks tulang yang dinamakan lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit,
yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut ke dalam kanalikuli
yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak
sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrousn padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum
menganung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat
dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga
sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang konselus. Osteoklast,
yang melarutkan tulangn untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat
endosteum dan dalam launa Howship (cekungan pada permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 %
endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 %
sera kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida).
Depposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium,
kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan
berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik
menyebabkan tulang memilki kekeuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memilki
kekuatan kompresi (kekuatan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dana dapat berupa
pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah
selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor
makanan, dan jumlah stress yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi
akibat aktivitas sel-sel pemebentuk tulang yaitu osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas
berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang.
Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam
beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan
mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagaian osteoblast
tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel ulang sejati.
Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-
tonjolan yang menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya
membentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan erhadap tulang,
sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalami kristalisasi. Garam nonkristal
ini dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat
dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan
dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel
yang disebu osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang
berasal dari sel-sel mirip monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas
tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan
memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian
kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah
selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul oseoblas. Osteoblas
mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini
memungkinkan tulang ua yang telah melelmah diganti dengan tulang baru yang
lebih kuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan
tulang terus menerus di perbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan
remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka
menjadi lebih panjang dan menebal. Akivitas osteoblas juga melebihi aktivitas
osteokls pada tulang yang pulih dan fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas
osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa ulang
konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas
dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat
pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau
kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi
rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh
beberapa faktor fisik dan hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol aktivitas oseoblas dirangsang oleh
olaharaga dan stress beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stress
mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas,
tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon
pertumbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan
tulang. Pertumbuhna tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya
kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testoseron akhirnya
menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang
penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar
estrogen turun pada masa menopaus, aktiviras osteoblas berkurang. Defisiensi
hormon pertumbuhan juga menggangu pertumbuhan tulang.
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang klasifikasi tulang secara
langsung dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan
merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi
kalsium darah, yang mendorong klasifikasi tulang. Namun, Vitamin D dalam
jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan meningkatkan
penguraian tulang. Dengan demikian, Vitamin D dalam jumlah besar tanpa
diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi
tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama
dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar
paratiroid yang terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon
paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium
serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang
pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan
kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan
pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi
efek hormon paratiroid pada osteoklas.
Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum dengan
menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan
sekresi ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah.
Pengaktifan Vitamin D di ginjal bergantung pada hormon paratiroid.
Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin
memilki sedikit efek menghambat aktivitas dan pembentukan osteoklas. Efek-
efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium
serum.

2.5 Fisiologi Tulang

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :


a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan)
d. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang
(hema topoiesis)
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

2.6 Remodeling Tulang pada Orang Dewasa

Meskipun tulang orang dewasa normalnya tidak meningkat dalam hal


panjang dan ukuran, remodeling tulang terjadi secara konstan, dan juga
perbaikan jaringan tulang yang rusak, terjadi sepanjang hidup. Pada proses
remodeling tulang, resorpsi tulang dan deposit tulang terjadi pada semua
permukaan periosteal dan endosteal. Hormon dan tekanan dapat memaksa
tulang mengatur proses ini, yang melibatkan aksi kombinasi osteosit, osteoklas
dan osteoblas. Tulang yang digunakan, dan demikian menjadi subjek terhadap
tekanan, peningkatan aktivitas osteoblastik mereka untuk meningkatkan
osifikasi (perkembangan tulang). Tulang secara tidak aktif menjalani
peningkatan aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang.

Stimulus hormonal untuk remodeling tulang dikendalikan oleh


mekanisme umpan balik negatif yang mengatur kadar kalsium darah. Stimulus
ini mengakibatkan interaksi hormon paratiroid (PTH) dari kelenjar paratiroid
dan kalsitonin dari kelenjar tiroid. Ketika kadar kalsium darah menurun, PTH
dilepaskan; PTH kemudian menstimulasi aktivitas osteoklas dan resorpsi
tulang sehingga kalsium dilepaskan dari matriks tulang. Sebagai akibatnya,
kadar kalsium darah meningkat dan stimulud untuk PTH dilepaskan diakhir.
Peningkatan kadar kalsium darah menstimulasi sekresi kalsitonin, menghambat
resopsi tulang dan menyebabkan deposit garam kalsium dalam matriks tulang.
Dengan demikian, tulang diperlukan untuk mengaur kadar kalsium darah. Ion
kalsium diperlukan untuk transmisi impuls saraf, melepaskan neuro-
transmitter, dan pembelahan sel. Remodeling tulang juga diatur oleh respons
tulang untuk tarikan gravitasi dan untuk tekanan mekanis dari tarikan otot.
Tulang yang mengalami peningkatan tekanan, lebih berat dan lebih besar.
1. Kartilago

Kartilago adalah jaringan ikat yang kua dan fleksibel. Tiga jenis karilago
adalah kartilago elastik (ditemukan pada telinga), karilago hialin (kartilago
yang mengikat iga ke sternum dan verebrata, banyak kartilago pada saluran
pernapasan, kartilago kaltikular, dan lempeng epifisis), dan fibrokartilago
(diemukan pada diskus intervertebrata, simfisis pubis, dan area empat tendon
menghubungkan ke tulang).

2. Otot

Tiga jenis jaringan otot dalam tubuh adalah otot skletal, otot polos, dan
oto jantung (Tabel 38-1).

Jenis Otot Tubuh


Jenis Penjelasan Contoh
Otot Skletal Otot lurik, volunter (dapat Bisep, trisep, eltoi,
bergerak secara sadar) maksimus gluteus
Otot polos Tidak berulik, otot involunter Otot pada dinding
(tidak dapat bergerak secara kandung kemih,
sadar) lambung dan bronki
Otot jantung Lurik, otot involunter Otot jantung

Pembahasan ini fokus pada otot skletal, hanya otot yang memungkinkan
fungsi muskuloskletal. Otot skletal melekat dan menutupi tulang skletal. Otot
skletal meningkatkan pergerakan tubuh, membantu mempertahankan postur,
dan menghasilkan panas tubuh. Mereka dapat digerakkan dengan pengendaian
sadar, volunter atau dengan akivitas refleks. Tubuh memiliki sekitar 600 otot
skletal (Gambar 38-5).

Otot skletal adalah berkas tebal pada sel kontraktil multinukleasi paralel
disebut serabut. Setiap serabut otot tunggal adalah berkas struktur terkecil itu
sendiri yang disebut miofibril. Miofibril adalah untai unit berulang lebih kecil
yang disebut sarkomer, yang terdiri atas filament tebal myosin dan filamen
tipis aktin, protein yang berkontribusi pada kontraksi otot. Sel otot skletal
memilki sifat fungsi khusus :

 Eksitabilitas : kemampuan untuk menerima dan merespons terhadap


stimulus. Stimulus biasanya neuro-transmiter yang dilepaskan oleh neuron
dan respons pembangkitan dan transmisi kerja potensial sepanjang
membrane plasma sel otot.
 Kontrakilitas : kemampuan untuk merespons terhadap stimulus dengan
memaksa pemendekan.
 Ekstensibilitas : kemampuan untuk merespons terhadap stimulus dengan
memperpanjang dan relaksasi.
 Elastisitas : kemampuan untuk melanjutkan panjang rehatnya setelah
memendek atau memanjang.
Gerakan otot skletal dipicu ketika neuron motorik melepaskan
asetilkolin, neurotransmiter yang melintasi percabangan neurotransmiter dan
mengubah premeabilitas serabut otot. Ion natrium memasuki serabut,
menghasilkan potensial aksi yang menyebabkan kontraksi otot. Semakin
banyak serabut yang berkontraksi, semakin kuat kontraksi pada seluruh otot.
Aktivitas berlebihan yang lama menyebabkan impuls saraf yang kontinu
dan pada akhirnya mengakibatkan penumpukan asam laktat dan mengurangi
energi pada otot, atau keletihan otot. Akan tetapi, impuls saraf yang kontinu
juga berperan untuk mempetahankan tonus otot. Latihan teratur meningkatkan
tonus otot. Latihan teratur meningkatkan ukuran dan kekuatan otot, sedangkan
kurang penggunaan menyebabkan atrofi otot.
3. Sendi, Ligamen, dan Tendon

Sendi, atau artikulasi, adalah area tempat dua tulang atau lebih bertemu.
Seni menahan tulang skeleton bersama saat memungkinkan tubuh untuk
bergerak. Sendi dapat diklasifikasikan berdasarkan pada fungsi sebagai
sinartrosis, amfiartrosis, atau diartrosis. Tabel 38-2 menjelaskan setiap jenis
ini.

Klasifikasi Fungsional Sendi


JENIS PENJELASAN CONTOH
Sinartrosis Sendi yang tidak dapat Suura tengkorak,
bergerak Lempeng epifisis, sendi
antara iga pertama dan
manubrium sternum
Amfiatrosis Sendi yang sedikit dapat Sendi vertebata, sendi
bergerak simfisis pubis
Diartrosis Seni yang dapat bergerak Sendi ekstremitas, sendi
bebas bahu, seni panggul

Sendi juga diklasifikasikan berdasarkan struktur sebagai fibrosa,


kartilago, atau sinovial. Sendi fibrosa memungkinkan sedikit atau tidak ada
gerakan, karena artikualsi tulang digabungkan oleh serabut jaringan ikat
pendek yag mengikat tulang secara bersamaan, seperti pada suara tengkorak,
atau dengan korda pendek jaringan fibrosa disebut ligament, yang
memungkinkan gerakan sedikit, tetapi bukan gerakan nyata. Beberapa sendi
kartilago, seperti sendi sternokostal sangkar iga, tersusun atas perumbuhan
karilago hialin yang berfusi bersama ujung tulang artikulasi. Sendi ini adalah
immobile. Pada sendi kartilago, seperti diskus invertebrata, kartilago hialin
berfusi ke lempeng sementara fibrokartilagi flesibel. Gambaran struktral ini
menjelaskan kolumna vertebrata.

Tulang dalam sendi sinovial tertutup oleh rongga yang berisis cairan
sinovial, filtrate plasme darah (Gambar 38-6). Sendi sinovial bebas bergerak
memungkinkan banyak jenis gerakan, seperti yang dituliskan dan dijelaskan
pada Tabel 38-3. Cairan sinovial mengisi ruang bebas kapsula sendi,
meningkatkan gerakan halus pada tulang yang berartikulasi. Bursae adalah
kantong keil cairan sinovial yang melapisi dan melindungi area tulang yang
berisiko tinggi untuk friksi, seperti lutut dan bahu. Sarung tendon adalah
bentuk bursae, tetapi mereka membungkus sekitar tendon pada area yang
mengalami friksi tinggi.
Kapsula fibrosa yang melindungi sendi sinovial disokong oleh ligament,
ikatan padat jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligamem membatasi atau meningkatkan gerakan, memberikan stabilitas sendi,
dan meningkatkan kekuatan sendi. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa yang
menghubungkan otot ke periosteum tulang dan memungkinkan tulang bergerak
ketika otot skletal berkontraksi. Keika otot berkontraksi, peningkatan tekanan
menyebabkan tendon menarik, mendorong atau memutar tulang yang
berkaitan.

Gambar Struktur Sendi Sinovial (Lutut).

Anda mungkin juga menyukai