Kelompok Tutorial 6 :
Yasmin Zahra Hanifa 160110170071
Adira Khansa Mahdiya 160110170072
Fadly Rafi Abimanyu 160110170073
Ghita Grinita 160110170074
Hanin Caya Hapsari 160110170075
Mutiara Dyah Chantika 160110170076
Thalia Ivana Aprillia Manurung 160110170077
Alia Intan Kusuma Ramadhani 160110170078
Arum Almalivia Saefulhadi 160110170079
Rizky Farida Berlian 160110170080
Dessy Pradyta Dian Wibayani 160110170081
Gabriella Tasha Djoko 160110170082
Raisya Aurellia Putri Lesmana 160110170083
Rizna Salsadila Shofwa 160110170084
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehinga kami telah menyelesaikan makalah kasus kedua di blok BDS.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu penilaian yang terdapat di blok BMS
1 (Basic Dental Science 1).
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini khususnya
kepada pembimbing kelompok tutorial 6, dan rekan-rekan kelompok tutorial 6 yang
telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan berkah, balasan, serta karunia-Nya kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan dan bantuannya.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan
saran dari dosen pembimbing tutorial untuk perbaikan makalah kami dan untuk
menambah ilmu pengetahuan bagi kami selaku penyusun makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Penomoran Gigi Menurut FDI ...................................................................... 13
Gambar 2. 2 Gigi Incisive Central Rahang Atas Tampak Labial ......................................... 14
Gambar 2. 3 Gigi Incisive Central Rahang Atas Tampak Palatal........................................ 14
Gambar 2. 4 Gigi Incisive Central Rahang Atas Tampak Distal ......................................... 14
Gambar 2. 5 Gigi Incisive Central Rahang Atas Tampak Mesial ........................................ 15
Gambar 2. 6 Gigi Incisive Central Rahang Atas Tampak Oklusal ....................................... 15
Gambar 2. 7 Gigi Incisive Lateral Rahang Atas Tampak Labial .......................................... 16
Gambar 2. 8 Gigi Incisive Lateral Rahang Atas Tampak Lingual ........................................ 16
Gambar 2. 9 Gigi Incisive Lateral Rahang Atas Tampak Mesial......................................... 16
Gambar 2. 10 Gigi Incisive Lateral Rahang Atas Tampak Distal ........................................ 16
Gambar 2. 11 Gigi Incisive Lateral Rahang Atas Tampak Oklusal ..................................... 16
Gambar 2. 12 Anatomi Gigi Caninus Permanen ................................................................ 18
Gambar 2. 13 Makrodontia ............................................................................................... 21
Gambar 2. 14 Dens invaganatus ....................................................................................... 21
Gambar 2. 15 Dens Envaginatus ....................................................................................... 22
Gambar 2. 16 Enamel pearl ............................................................................................... 22
Gambar 2. 17 Gemination ................................................................................................. 23
Gambar 2. 18 Taurodontism ............................................................................................. 23
Gambar 2. 19 Fusion ......................................................................................................... 24
Gambar 2. 20 Concresence ............................................................................................... 24
Gambar 2. 21 Budstage ..................................................................................................... 31
Gambar 2. 22 Cupstage ..................................................................................................... 31
Gambar 2. 23 Bell Stage .................................................................................................... 32
Gambar 2. 24 Histodiferensiasi dan Morfodiferensiasi .................................................... 33
Gambar 2. 25 Diferensiasi Odontoblas ............................................................................. 36
Gambar 2. 26 Pembentukan Mantle Dentin ..................................................................... 36
Gambar 2. 27 Proses Pembentukan Enamel ..................................................................... 38
Gambar 2. 28 Mikrodonsia................................................................................................ 41
Gambar 2. 29 Generalized microdontia ............................................................................ 41
Gambar 2. 30 Microdontia lokal ....................................................................................... 42
Gambar 2. 31 Radiografi Gigi Anterior Rahang Atas (Paster, 1993) ................................. 44
Gambar 2. 32 Hipodontia pada Anak Umur 7 Tahun, akibat gigi premolar 2 tidak tumbuh.
(Paster, 1993) .................................................................................................................... 45
Gambar 2. 33 Radiografi Gigi Incisivus Lateral Bagian Kanan Berbentuk Abnormal ........ 45
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Tabel 7 Jumps ......................................................................................... 9
5
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Overview Kasus
Kasus 1 bagian 1
Kasus 1 bagian 2
Term Problems Hypothesis Mechanism More Info I Don’t Know Learning Issue
- Gigi atas depan Kelainan Gigi tetap kanan Pemeriksaan 1. Radiografi 1. a. Apa yang
kanan berbentuk pertumbuhan abnormal (lebih Intraoral: Kelainan dimaksud dengan
kecil dari
tidak biasa dan seharusnya, - Gigi atas Bentuk dan gigi tetap?
Gigi depan
(mahkota gigi perkembanga mahkota Jumlah Gigi b. Bagaimana
tidak tumbuh depan kanan
berbentuk kerucut sejak lahir
permanen n Gigi / peg-shaped) berbentuk anatomi gigi
berbentuk tidak biasa permanen
↓ ↓
kerucut dan (mahkota gigi bagian depan?
berukuran lebih Jumlah gigi permanen c. Apa yang
Kelainan
kecil seperti gigi bentuk gigi tidak normal dimaksud dan
berbentuk
bayi) ↓ ↓ kerucut dan mengapa bisa
- Gigi atas depan berukuran terjadi peg-
Mikrodontia Hypodontia
kiri tidak ada / lebih kecil shaped pada
tidak tumbuh ↓ ↓ seperti gigi gigi?
bayi)
7
- Kelainan ini Gangguan GnD Gigi - Gigi atas depan 2. a. Apa yang
menyebabkan tidak ada / tidak dimaksud dengan
gigi atas depan tumbuh kelainan bentuk
tengah terlihat Pemeriksaan gigi?
sangat besar dan Umum: b. Apa saja
terdapat gangguan
Tidak ada
jarak/celah bentuk gigi?
penyakit serius
diantara gigi-gigi 3. Apa itu gigi depan
sejak lahir
tersebut sulung dan apa
- Sehingga, Pemeriksaan saja?
mengganggu radiologi 4. Apa yang
penampilan dimaksud dengan
wajahnya kelainan jumlah
gigi?
5. Apa saja dan apa
penyebab kelainan
jumlah gigi?
6. a. Apa yang
dimaksud
8
gangguan tumbuh
kembang gigi?
1. Penyebab dan
Treatment
Gangguan
Tumbuh
Kembang Gigi
9
2.3 Mekanisme
Mikrodonsia Hipodonsia
10
4. Apa yang dimaksud dengan kelainan jumlah gigi?
5. Apa saja dan apa penyebab kelainan jumlah gigi?
6. a) Apa yang dimaksud gangguan tumbuh kembang gigi?
b) Penyebab dan Treatment Gangguan Tumbuh Kembang Gigi
I Don’t Know
1. Radiografi Kelainan Bentuk dan Jumlah Gigi
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Tetap
2.1.1 Apa Itu Gigi Tetap?
Definisi
Gigi yang tumbuh menggantikan gigi sulung dan tidak akan tanggal
dengan sendirinya juga tidak akan digantikan oleh gigi lain sepanjang
hidupnya
Karakteristik
Nomenklatur
12
Angka kedua menunjukkan elemen gigi tetap yaitu angka 1-8
- 1: incisivus sentral - 5: premolar 2
- 2: incisivus lateral - 6: molar 1
- 3: caninus - 7: molar 2
- 4: premolar 1 - 8: molar 3
Fungsi Gigi
13
2.1.2 Anatomi Gigi Permanen Anterior
Gigi Incisive Central Rahang Atas
Aspek Labial: Aspek Palatal: Aspek mesial: Aspek distal:
-Outline mesial -Crown wedge
sedikit -Ada cingulum shaped -1/3 cervical
cembung. Mesio di bagian cervics terlihat lebih
incisal hampir -Ada
90° lengkungan tebal
-Ada marginal cervical line
-Titik kontak ridge -Lengkungan
mendekati -Rata-rata
cervic panjang cervical line
-Akar lebih kecil lengkungan 3-4
-Outline distal mm dari cervical lebih pendek
lebih cembung dari labial line
dari mesial dari aspek
-Ada garis mesialnya
-akar lebih tengah gigi dari
panjang dari apex hingga
crown incisal
14
Gambar 2. 5 Gigi Incisive Central Rahang Atas Tampak Mesial
Ukurannya lebih kecil dari incisive central dan bentuknya paling bervariasi.
15
Gambar 2. 7 Gigi Incisive Lateral Rahang Atas Tampak Labial
16
17
Gigi Caninus Rahang Atas
Gigi paling panjang dan stabil dengan bentuk crown yang mudah dibersihkan
Aspek labial: Aspek palatal: Aspek mesial: Aspek distal:
-Titik kontak -Crown wedge- -Mirip dengan
mesial di 1/3 -Cingulum lebih shaped aspek mesial
incisal besar dari -Bagian paling -Cervical line
-titik kontak incisive besar ada di 1/3 sedikit
distal di 1/3 cervical melengkung
tengah -Ada ridge di -Permukaan -Garis distal
-Ujung cusp tengah sehingga labial lebih marginal ridge
runcing, sejajar cembung dari lebih tidak
dengan akar terbentuk palatal teratur dari
depression yag mesial
-garis cervical -Cusp tidak
cembung dinamakan fossa sejajar akar, -Tidak ada
lebih ke arah depression akar
labial
18
2.1.3 Apa yang dimaksud dan mengapa bisa terjadi peg-shaped pada gigi?
Peg shaped merupakan salah satu ciri dari microdontia. Microdonta terjadi
akibat terjadi disrupsi pada awal pertumbuhan dan perkembangan gigi pada
tahap bud stage pada minggu ke delapan pre-natal. Disrupsi perkembangan
gigi mengakibatkan ameloblas dan odontoblas tidak berdiferensiasi optimal
sehingga mengakibatkan gigi yang lebih kecil dari normal. Hal ini terjadi
akibat kelainan genetik dengan interaksi faktor genetik dan lingkungan.
19
saat kemoterapi berlangsung si penderita sedang mengalami
pertumbuhan gigi baru
3. Gangguan pada rongga mulut
Gangguan pada rongga mulut, peradangan gusi, dan tumbuhnya plak atau
karang gigi pada bagian akar gigi, akan menyebabkan jaringan
kehilangan kemampuannya dalam mengolah benih gigi.
4. Infeksi
Infeksi yang ada disekitar rongga mulut termasuk gusi atau akar gigi
akibat luka yang disebabkan oleh bahan kimia, makanan tertentu atau
akibat gesekan benda benda dapat menyebabkan peradangan dan
gangguan terhadap pertumbuhan serta perkembangan bakal benih gigi
yang mengarah pada munculnya kasus microdontia.
5. Gaya hidup
Kebiasaan dan gaya hidup memperlakuakan kondisi rongga mulut dalam
kondisi kotor, tidak mengkonsumsi makanan dengan standar kesehatan
yang memadai, dan lebih sering menyantap makanan yang mengandung
bahan karsinogen penyebab tumbuhnya sel abnormal yang menjadi sel
kanker yang lama kelamaan dapat memicu kerusakan akar dan mahkota
gigi yang akhirnya dibarengi dengan kerapuhan batang gigi bagian akar
dan tengah
6. Penyakit kretinisme
Kretinisme yaotu kekurangan hormon pertumbuhan yang menyebabkan
tubuh seseorang lambat untuk berkembang. Selain menyebabkan
seseorang menjadi kerdil, kondisi ini justru beresiko menyebabkan gigi
tumbuh menjadi abnormal juga yaitu lebih kecil dari bentuk gigi normal.
20
5. Ketika gigi antagonis/gigi lawannya tidak dapat berkontak atau
beroklusi, gigi antagonis akan mengalami erupsi secara berlebihan
Gambar 2. 13 Makrodontia
2. Dens invaginatus/Dens-in-dente
Malformasi yang timbul akibat adanya lekukan garis enamel sepanjang
gigi. kelainan terjadi pada saat cap stage. Memiliki tiga tingkat keparahan
invaginasi, kondisi parah (invaginasi hingga mencapai pulpa)
memerlukan perawatan endodontic. Biasanya terjadi pada incisive lateral
rahang atas.
21
3. Dens Envaginatus
Perkembangan abnormal enamel dan dentin sehingga membentuk cusp
tambahan. Biasanya ditemukan pada permukaan gigi molar dan
permukaan lingual gigi anterior.
4. Enamel pearl
Nodul yang terdiri dari jaringan enamel dan dentin. Ditemukan pada
bifurkasi gigi molar 2 dan molar 3. Kelainan ini dapat terjadi pada gigi
sulung maupun gigi permanen.
5. Gemination
22
Kelainan berupada terdapatnya dua mahkota gigi yang berdempetan pada
satu akar. Hal ini terjadi akibat satu tunas gigi membentuk dua gigi.
terjadi pada saat cap stage. Biasanya terjadi pada geligi anterior.
Gambar 2. 17 Gemination
6. Taurodontism
Kelainan gigi berupa pergeseran furkasi ruang pulpa yang ditandai
dengan pelebaran ruang pulpa. Dasar pulpa terlihat lebih apical. Kelainan
ini dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi permanen. Biasanya terjadi
pada penderita down syndrome dan klineferter
Gambar 2. 18 Taurodontism
7. Fusion
Penggabungan dua gigi yang berdekatan yang meilibatkan dentin dan
atau enamel. Terjadi pada fase cup stage.
23
Gambar 2. 19 Fusion
8. Concresence
Bergabungnya akar gigi akibat adanya hipersementosis. Kelainan terjadi
pada aposisi dan maturasi. Sering terjadi pada molar 2 dan molar 3.
Gambar 2. 20 Concresence
24
2.3 Gigi Sulung / Desidui
Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan
erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui
berkembang mulai dari usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun. Saat anak
berusia 6-13 tahun gigi permanen sudah mulai tumbuh menggantikan gigi
desidui namun beberapa gigi desidui masih ada di rongga mulut, periode ini
dinamakan dengan periode gigi bercampur. Gigi desidui akan tanggal
seluruhnya dan hanya ada gigi permanen di rongga mulut pada saat anak
berusia 13 tahun ke atas, periode ini dinamakan dengan periode gigi
permanen.
25
hilang dapat dikarenakan tidak adanya benih secara kongenital, mutasi dan
dibawa oleh autosomal dominan, atau karena hancurnya benih gigi akibat
paparan sinar-X
2. Hiperdontia
26
Hiperdontia (supernumerary tooth) kelebihan gigi. Gigi yang berlebih
dapat bersumber dari benih gigi ketiga dari dental lamina atau
kemungkinan terbelah dari benih gigi permanen.
Gigi yang umum terjadi hiperdontia adalah pada anterior rahang atas
berupa mesiodens, yaitu gigi berlebih rudimentary yang muncul antara
insisiv sentral kanan dan kiri rahang atas,
Penyebab kelainan ini umumnya dibawa oleh penyakit atau sindrom lain
seperti cleidocranial dysplasia, familial adenomatous polyposis, orofacial
digital syndrome type I, NanceHoran syndrome, trichorhinophalangeal
syndrome, Rothmund– Thomson syndrome dan Hallerman–Streiff
syndrome (Warnakulasuriya & Tilakaratne, 2014).
3. Impaksi
Predeciduos Dentition
Bayi terkadang lahir dengan memiliki struktur yang mirip gigi yang
telah bererupsi biasanya pada bagian insisiv rahang bawah. Gigi
predeciduous dideskripsikan sebagai struktur epitel yang mengalami
27
pengerasan dan berkeratin pada puncak gingiva dan dapat dihilangkan
dengan mudah (Rajendran & Sivapathasundharam, 2012).
Post Permanent Dentition
Post permanent dentition dapat terjadi setelah gigi permanen tanggal
(akibat ekstraksi maupun hal lain) dan biasanya terjadi setelah
pemakaian gigi tiruan lengkap. Umumnya disebabkan oleh erupsi
yang tertunda dari gigi yang terpendam. Gigi-gigi ini kemungkinan
besar berkembang dari dental lamina permanen (Rajendran &
Sivapathasundharam, 2012).
Pada minggu ke-5 masa embrio, epitel ektoderm yang melapisi kavum
oris mengalami penebalan sepanjang tepi dari bakal rahang atas dan rahang
bawah. Penebalan ini terdiri atas dua lapisan yang meluas sampai ke
mesenkim, di mana lapisan pertama yaitu di sebelah labial akan memisahkan
diri dan membentuk ruangan di antara bibir dan prosesus alveolaris dari
rahang. Lapisan kedua yaitu di sebelah lingual akan membentuk gigi yang
disebut lamina dentalis. Pada lamina dentalis, terjadi penebalan yang
berbentuk kuncup dan masuk ke dalam jaringan pengikat
(mesoderm).Kuncup-kuncup ini merupakan benih-benih gigi. Ada 10 benih-
benih gigi dalam masing-masing tulang rahang yang akan menjadi gigi
desidui.
Pada awal minggu ke-10 lamina dentalis yang masih tinggal akan
membentuk kuncup-kuncup lagi yang akan menjadi benih-benih gigi
28
permanen. Gigi desidui berkembang pada minggu ke-6 dan minggu ke-8 dan
gigi permanen berkembang pada minggu ke-20.21 Tahap mineralisasi pada
gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 IU dan seluruh gigi desidui
termineralisasi secara sempurna setelah kelahiran. Gigi I dan M1 permanen
termineralisasi pada atau waktu setelah kelahiran, setelah itu baru gigi-gigi
permanen lain mengalami mineralisasi.
29
dental yang dikelilingi oleh organ enamel akan berdiferensiasi
menjadi pulpa. Sedangkan jaringan mesenkim di bawah papila dental
membentuk lapisan yang bertambah padat dan berkembang menjadi
lapisan fibrosa yaitu kantong gigi (dental sakus) primitif. Dental sac
ini nantinya akan berdiferensiasi menjadi sementum, ligament,
periodontal.
30
4. Primordium gigi, papilla dentalis dan sacculus dentalis
merupakan jaringan pembentuk seluruh gigi beserta ligamentum
dento-alveolare, sehingga dinamakan bibit gigi: germen dentis.
Gambar 2. 21 Budstage
Gambar 2. 22 Cupstage
3. Bell Stage
1) Histodiferensiasi (Bell Stage)
31
pada tahap bell, yaitu Outer Enamel Epithelium, Retikulum Stelata,
Stratum Intermedium, dan Inner Enamel Epithelium.
a. Outer Enamel Epithelium, merupakan lapisan diluar enamel
organ, yang berperan sebagai barter perlindungan selama
produksi enamel sel berbentuk kubus.
b. Inner Enamel Epithelium, terdapat di dalam enamel organ,
berupa sel silindris, dan nantinya akan berdiferensiasi menjadi
sel pembentuk enamel yaitu ameloblas.
c. Stellate Retikulum, terletak diantara Outer Enamel Epithelium
dan Inner Enamel Epithelium, yang berperan untuk
mensupport produksi enamel.
d. Stratum Intermedium, merupakan lapisan yang lebih dalam
2) Morfodiferensiasi
32
morfodiferensiasi mencakup pembentukkan pola morfologi atau
bentuk dasar dan ukuran relatif dari mahkota gigi.
Morfologi gigi ditentukan bila epitel email bagian dalam
tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan
odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan
terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khas pada
setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu pada pembiakan sel
3) Aposisi
33
pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi.
34
2.5.3 Dentinogenesis dan Amelogenesis
A. Dentinogenesis
35
Gambar 2. 25 Diferensiasi Odontoblas
36
Odontoblast akan menyekresikan matriks mantle dentin yang membentuk
vesikel matriks di bawah inner enamel epthelium dan mengandung alkalin
phosphatase, metalloproteinase,dan protein lainnya. Vesikel matriks akan
mengikat kalsium dan fosfat, serta insiasi pertumbuhan kristal hidroxyapatite
di vesikel. Kristal hidroxyapatite akan mengalami erupsi dan dideposit di
matriks. Kristal-kristal tersebut akan berfusi dan terjadi mineralisasi matriks.
37
B. Amelogenesis
1. Presecretory Stage
- Morphogenic phase
Penentuan pembentukan mahkota di bell stage.
- Differentiation phase
Mengubah inner enamel epithelium menjadi ameloblast yang
berbentuk kuboid dengan inti di tengah, badan golgi di
proximal, dan lainnya di distal.
Lalu, ameloblast berubah menjadi kolumnar.
Membentuk junction complex distal dan proximal.
2. Secretory Stage
- Dentin layer menstimulasi pengeluaran enamel matriks yang disebut
intial matrix dari stimulasi protein dari ribosom.
38
- Ameloblast membentuk tome’s process yang merupakan daerah
perluasan di ameloblast.
- Sekresi dari tome’s process rod and inter rod enamel.
- Rod enamel dihasilkan oleh bagian distal dari tome’s process dan
inter rod enamel (yang mengelilingi rod enamel) dihasilkan oleh
bagian proximal dari tome’s process.
- Antara enamel rod dan inter rod terdapat enamel sheath yang
terbentuk oleh kandungannya yaitu material organik sampai tahap
final enamel dimana enamel rod dan inter rod dilapisi atas dan
baawah oleh enamel tanpa rod dan inter rod, serta tome’s process
mulai menghilang.
3. Maturation Stage
Maturation stage merupakan penggantian material organik dengan
inorganik melalui modulasi. Ruffle ended apical surface dengan ciri
distal yang tight mengeluarkan enzim lisozom, metalloprotein dan serum
yang berfungsi untuk mendegradasi peptide lalu hasilnya akan di
endositosis oleh smooth ended apical surface.
- Transitional Stage (sebelum mineralisasi)
Mengurangnya tinggi dan volume dari ameloblast.
Mengalami apototsis sekitaar 25%.
Selanjutnya calcium binding protein dan calcium
ATPase dari Ruffle ended ameloblast membantu memompa ion
Ca2+ ke daerah degrading enamel matrix untuk melakukan
mineralisasi.
39
Perkembangan akar akan berlangsung setelah pertumbuhan dan
perkembangan mahkota selesai. Pertumbuhannya di mulai pada selubung
akar yang merupakan hasil bentukan outer enamel epithelium dan inner
enamel epithelium, bagian ini disebut root sheath of Hertwig. Kedua lapisan
enamel epithelium tersebut akan terus bersatu tanpa perantara( oada organ
enamel terpisah oleh stratum intermedium dan retikulum stelata) dan masuk
lebih dalam ke arah mesenkim di bawahnya membentuk lapisan diafragma
yang memisahkan papila dental dengan mesenkim di sekitarnya.
Perkembangan selubung akar ini tidak mengarah ke bawah masuk ke tulang
rahang tapi posisinya relatif statis dan yang dinamis adalah bagian koronal
selubung akar yang berkaitan dengan pembentukan dentin dan sementum
bergerak ke arah atas karena proliferasi sel selubung yang mengarah ke atas
juga sehingga membuat gigi bergerak ke atas untuk selanjutnya bererupsi ke
dalam rongga mulut. Perkembangan bagian apikal baru akan bergerak ke
bawah setelah gigi bertemu dengan gigi lawan setalh proses erupsi.
40
Gambar 2. 28 Mikrodonsia
1) generalized microdontia
Semua gigi lebih kecil dari pada ukuran normal. Microdontia umum
yang benar sangat jarang, dan terjadi di hipofisis dwarfisme, karena
penurunan kadar hormon pertumbuhan gigi gagal untuk mengembangkan
ke ukuran normal.
41
Semua gigi adalah ukuran normal tetapi muncul lebih kecil
dibandingkan pembesaran rahang. Relatif umum microdontia mungkin
disebabkan karena hasil dari warisan rahang besar dari salah satu orang tua,
dan ukuran normal gigi dari yang lain.
Perawatan :
Pada gigi insisivus dua dapat ditambal dengan komposit resin (dapat
digunakanselluloid crown sebagai alat bantu) sehingga kembali seperti
ukuran normal ataudibuatkan jaket krown bila akarnya sudah tertutup
sempurna. Sedangkan pada molartiga umumnya tidak dilakukan perawatan.
Pembedahan dilakukan apabila gigi tersebut mengganngu mastikasi.
42
2.6.2. Penyebab dan Treatment Gangguan Tumbuh Kembang Gigi
Hipodontia
Jumlah gigi kurang karena tidak tumbuh 1 atau lebih elemen gigi
secara normal, akibat dari gigi geligi yang agenesis yaitu tidak dibentuknya
atau tidak tumbuhnya benih gigi tersebut, antara lain :
a. Agenesis soliter : tidak terbentuknya satu atau beberapa elemen.
b. Oligodonsia : multi agenesis/ reduksi multiple jumlah elemen gigi
geligi.
c. Anodonsia : sedikit atau sama sekali tidak mempunyai gigi.
Ada 2 macam anodonsia :
1. Anodonsia Iengkap
Sering karena penyakit herediter (sex linked genetik trait), dan
jarang sekali terjadi
2. Anodontia sebagian
Biasanya kongenital. Kehilangan satu atau beberapa gigi di
dalam rahang meskipun belum terbukti karena herediter tetapi tendensi
untuk tidak ada gigi yang sama pada suatu keluarga sering dijumpai.
Urutan gigi-geligi yang mengalami anodontia: Gigi M3 tetap,
I2 atas tetap, P2 bawah tetap, 12 bawah (desidui/ tetap).
Etiologi
43
infeksi (tuberkolosis, rubela), trauma waktu lahir, obat-obatan (thalidomide)
serta perawatan kemoterapi dan radiasi.
Treatment
44
Gambar 2. 32 Hipodontia pada Anak Umur 7 Tahun, akibat gigi premolar 2 tidak
tumbuh. (Paster, 1993)
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang gadis berusia 15 tahun, Noni, dibawa oleh ibundanya ke
RSGM FKG Unpad untuk menanyakan tentang keadaan gigi depan rahang
atas bagian kanan Noni yang memiliki bentuk yang tidak biasa dan gigi
bagian kirinya yang hilang. Gigi depan bagian kanan lebih kecil daripada
seharusnya dan terlihat seperti gigi bayi, sedangkan gigi dean bagian kirinya
tidak muncul sama sekali.
Gigi depan terdiri dari gigi seri (insisiv) yang dibagi menjadi sentral
dan lateral, dan gigi taring (caninus). Pada rahang atas, gigi insisiv sentral
terlihat lebih lebar dibandingkan dengan insisiv lateralnya. Permukaan
labialnya tidak secembung gigi incisive lateral dan caninus, sehingga
membuat gigi incisive sentral tampak berbentuk persegi panjang. Gigi
insisiv normalnya memiliki satu akar. Gigi caninus memiliki mahkota yang
runcing dan biasanya sepanjang gigi insisiv sentral atas, dan akar tunggal
lebih panjang daripada gigi lainnya.
Gigi geligi dibagi menjadi dua yaitu gigi susu / sulung / primer /
decidous dan gigi sekunder atau permanen. Kemunculan gigi primary
terjadi pada bulan 6-13 setelah kelahiran atau postnatal. Gigi susu
membutuhkan 2-3 tahun untuk pembentukan secara sempurna, dimulai dari
kalsifikasi gigi incisivus central sampai dengan pembentukan sempurna
pada akar molar 2. Gigi geligi primer akan digantikan oleh gigi-geligi
sekunder/permanen yang terdiri dari 32 buah gigi yang lengkap dari usia 18 ̶
25 tahun jika gigi molar ketiga termasuk. Ketika gigi primer dan gigi
46
sekunder keduanya berada di dalam rongga mulut, maka gigi-geligi disebut
gigi-geligi campuran. Periode ini dimulai saat usia 53⁄4 atau 6 tahun ketika
gigi molar satu sekunder muncul. Gigi-geligi campuran berakhir ketika
seluruh gigi primer sudah digantikan dengan gigi sekunder.
47
yang lain maupun dibawa oleh faktor genetik. Kerusakan benih gigi akibat
paparan radiasi juga dapat menyebabkan hipodonsia.
Pada radiograf akan terlihat bagian yang terang atau radio opaque
dan bagian yang gelap atau radio lusen. Gelap-terang ini terjadi akibat
berbedanya kandungan mineral pada jaringan keras gigi yang
mempengaruhi kemampuan radiasi, dalam hal ini sinar x, menembus
jaringan keras gigi dan sekitarnya. Dengan pemeriksaan radiografi dapat
diketahui keberadaan benih gigi dan dapat mengetahui keadaan jaringan
keras gigi.
48
DAFTAR PUSTAKA
https://dentagama.com/news/what-is-talon-cusp-and-dens-evaginatus
http://ilmucutpz.blogspot.co.id/2013/04/kelainan-pada-pertumbuhan-dan.html
49