Disusun oleh
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah case 4
BDS 3 ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri
penulis sendiri, pembaca sekalian, serta masyarakat luas terutama dalam hal
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
STUDI KASUS..........................................................................................................................1
1.1 Kasus...........................................................................................................................1
1.2 Mekanisme..................................................................................................................3
1.3 Learning Issue.............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................5
2.1 Definisi dan Etiologi Karies........................................................................................5
2.2 Klasifikasi Karies......................................................................................................12
2.3 Histopatologi Karies Dentin......................................................................................15
2.4 Pemeriksaan Subjektif................................................................................................17
2.5 Pemeriksaan Intraoral................................................................................................19
2.6 Pemeriksaan Ekstraoral.............................................................................................27
2.7 Teknik Radiografi......................................................................................................33
2.8 Amalgam...................................................................................................................41
Sifat Kimia Amalgam.......................................................................................................46
Sifat Mekanik Amalgam...................................................................................................47
Klasifikasi Amalgam........................................................................................................49
2.9 Preparasi Amalgam...................................................................................................52
2.10 Teknik restorasi amalgam kelas I..............................................................................74
2.11 Polishing Amalgam...................................................................................................78
BAB III.....................................................................................................................................80
PEMBAHASAN......................................................................................................................80
BAB IV....................................................................................................................................84
SIMPULAN.............................................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................85
3
BAB I
STUDI KASUS
1.1 Kasus
Tutorial 1 bagian 1
Skenario
Seorang perempuan berumur 21 tahun datang ke RSGM Unpad dengan keluhan gigi
belakang kiri rahang bawah terasa ngilu jika dipakai makan sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien sudah merasakan adanya celah pada permukaan mengunyah gigi tersebut sejak
lama tetapi tidak menimbulkan keluhan apapun. Rasa ngilu yang dirasakan akhir-akhir ini
akan semakin bertambah jika pasien meminum air dingin atau memakan makanan manis.
Tutorial 1 bagian 2
Dokter gigi yang bertugas melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan kelainan gigi
yang dikeluhkan oleh Miss Karisa. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter gigi,
Pemeriksaan intraoral : Karies dentin di oklusal 36; tes dingin (+); perkusi (-)
1
Tutorial 2 bagian 1
Skenario
Berdasarkan pemeriksaan objektif, dokter gigi telah menentukan kepastian bahwa gigi 36
yang selama ini dirasakan oleh pasien mempunyai celah pada permukaan mengunyahnya
mengalami karies dentin tetapi belum terlalu dalam dan dokter gigi menetapkan rencana
untuk menambal gigi tersebut. Dokter gigi menyampaikan kepada pasien bahwa sebelum
memastikan kedalaman dan perluasan karies pada gigi tersebut dan pasien menyetujuinya
Tutorial 2 bagian 2
Skenario
kepada pasien. Dokter gigi menyampaikan rencana perawatan kepada pasien yaitu
menambal gigi tersebut dengan tambalan amalgam tetapi sebelumnya gigi perlu dibor
terlebih dahulu sebagai tahapan preparasi. Pasien diminta datang kembali seminggu
setelah penambalan selesai untuk mendapatkan pemolesan tambalan sebagai tahap akhir
perawatan.
2
Epilog
Skenario
Beberapa bulan kemudian Miss Karisa datang kembali ke RSGM untuk melakukan
pemeriksaan rutin giginya. Miss Karisa bercerita bahwa sejak giginya yang berlubang
sudah di rawat dan ditambal oleh dokter gigi, dia tidak pernah merasakan sakit gigi lagi.
Miss Karisa terlihat sangat ceria dengan hasil perawatan yang diberikan oleh dokter gigi
1.2 Mekanisme
Celah pada oklusal gigi belakang kiri rahang bawah tanpa adanya ngilu
KU : Sehat
EO : -
Pemeriksaan radiologi
Rencana perawatan
Preparasi Kavitas
Pemolesan
3
1.3 Learning Issue
amalgam?
9. Bagaimana cara preparasi amalgam?
10. Bagaimana cara penambalan dan pemolesan amalgam?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Definisi dan Etiologi Karies
Definisi dental karies adalah penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada
jaringan keras gigi (enamel, dentin dan sementum). Proses karies ditandai dengan
adanya demineralisasi dan destruksi pada jaringan keras gigi. Karies biasanya dimulai
dari permukaan gigi (pit, fissure, daerah inter proksimal) dan meluas ke arah pulpa.
sendiri menyangkut dengan kejadian karies, yaitu melalui morfologi dan posisi
gigi serta dari kandungan gigi. Daerah yang rentan karies yaitu pada daerah pit
dan juga fissure. Gigi yang paling rentan karies yaitu 36, 46, 16, dan 26. Jadi
molar satu adalah gigi yang paling mudah terkena karies dikarenakan
Apabila dilihat dari posisi giginya, seseorang yang memilki gigi yang crowding
akan lebih mudah terkena karies karena makanan akan lebih mudah tersangkut di
sela gigi dan sulit untuk dibersihkan. Kandungan bahan organik dan anorganik
dari gigi juga dapat memoengaruhi kerentanan gigi terhadap terjadinya karies.
b. Saliva
plak dan juga membantu menetralkan asam. Rongga mulut memiliki pH normal
berkisar 6-7. Sedangkan pH kritis dalam rongga mulut adalah 5,5 kebawah. Saat
rongga mulut mengalami pH yang kritis maka disitulah terjadi demineralisasi gigi.
5
rongga mulut. Seseorang yang kekurangan saliva pada rongga mulutnya akan
2. Agen mikroorganisme
Koch mengamati terjadinya karies bahwa karies tidak terjadi jika sama sekali tidak
ada mikroorganisme (free organism), karies dapat terjadi walaupun hanya ada 1
bakteri yang berkembang, semua organisme oral tidak kariogenik tapi secara
histology sebagian besar dapat diisolasi dari karies email dan karies dentin. Plak gigi
memegang peran penting dalam terbentuknya karies. Pada plak banyak ditemukan
3. Makanan
Salah satu kandungan dalam makanan yang dapat menyebabkan karies apabial
yang paling memiliki sifat kariogenik adalah sukrosa. Sedangkan polisakarida adalah
karbohidrt yang memiliki sifat kariogenik yang rendah, karena membutuhkan waktu
yang lama untuk mengubahnya menjadi asam. Lalu dapat juga dilihat dari frekuensi
Kekurangan kalsium dan fosfor dapat memudahkan individu terkena karies, karena
fungsi dari kalsium dan fosfor adalah sebagai faktor pertumbuhan dan perkembangan
gigi. Disamping itu, fluoride dapat menghambat karies. Flouride memiliki tiga fungsi
6
menghambat produksi polisakarida oleh bakteri kariogenik sehingga menurunkan
perlekatan plak dan mengurangi koloni bakteri. Selain itu , flour juga dapat
penurunan pH akan memicu reaksi flour berlangsung lebih cepat. Rilis flour akan
enamel baru yang lebih kuat dan lebih tahan asam sehingga demineralisasi dapat
dihambat. Proses terbentuknya Kristal baru atau remineralisasi akan berlangsung terus
menerus.
4. Waktu
karies sejak dini lebih baik segera ditangani sebelum karies merambat ke struktur gigi
dalam kondisi seimbang dengan saliva yang tersaturasi oleh ion Ca 2+ dan PO43-.
Hidroksiapatit akan reaktif terhadap ion-ion hidrogen pada atau di bawah pH 5.5,
terutama sukrosa, karbohidrat ini akan menempel pada plak gigi. Salah satu
komposisi dari plak adalah Streptococcus mutans. Bakteri ini mensekresi enzim
7
glucosyltransferase yang akan mengubah karbohidrat menjadi glukan. Glukan
menyediakan sisi pengikatan spesifik untuk kolonisasi bakteri pada permukaan gigi
Jika plak tetap berada pada permukaan gigi yang dilapisi makanan
karbohidrat oleh S. mutans, membuat ion H+ bereaksi dengan ion PO43- dalam saliva.
Proses ini akan mengubah PO43- menjadi HPO42-. HPO42- yang terbentuk kemudian
Lesi awal yang timbul akibat proses demineralisasi disebut white spot lesion.
Namun apabila terjadi ketidakseimbangan antara keduanya dapat terjadi karies, yakni
Ca2+ dan PO43- dalam jumlah yang cukup. Pelarutan apatit dapat menjadi netral
dengan menyangga (buffering), dengan kata lain Ca2+ dan PO43- pada saliva dapat
8
Gambar 1 Proses Demineralisasi dan Reminealisasi
gigi tetap terjaga karena di bagian tersebut segera terjadi remineralisasi setelah
penuruan pH akibat adanya peningkatan ion kalsium dan fosfat, fluoride dan buffer
a. Hilangnya translusensi enamel dengan adanya bercak putih seperti kapur, khususnya
b. Lapisan permukaan yang rapuh dan rentan terhadap kerusakan pada saat pemeriksaan
dengan translumination.
Bila demineralisasi dan remineralisasi terus berlanjut, permukaan lesi akan kolaps
akibat terurainya apatit atau fraktur pada kristal yang sudah melemah hinga pada
9
akhirnya mengakibatkan kavitasi permukaan. Plak kemudian dapat tertahan pada
kedalaman kavitas, dan fase remineralisasi kemudian akan menjaid lebih sulit dan
kurang efektif.
Ketika sudah membentuk kavitas, maka dentin atau pulpa akan menjadi lebih
aktif. Yang harus diingat adalah pulpa akan memperoduksi suatu respon terhadap
asam yang menginvasi pada bagian luar tubula dentin. Sekali bakteri telah masuk
melalui email ke dalam dentin, dan menjadi penghuni permanen kavitas, mereka
Selain didukung oleh substrat karbohidrat, bakteri juga memproduksi asam, untuk
menguraikan hidroksiapatit di dentin yang lebih dalam. Tekstur dentin akan berubah,
demikian pula dengan warna dentin akan berubah menjadi gelap akibat produk-
10
Mekanisme Rasa Ngilu
Hydrodinamic Theory
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Brannstrom dan Astrom. Teori ini
berlaku untuk segala macam rangsangan seperti panas, dingin, tekanan udara, ataupun
tekanan mekanis. Tubulus dentinalis atau pada intertubular dentin, memiliki substansi
cairan. Setiap stimulus yang mengenai gigi akan menyebabkan cairan-cairan di dalam
tubulus dentinalis bergerak. Cairan ini bergerak secara bebas dan menimbulkan
rangsangan ini akan diterima oleh tomes fiber yang terdapat di dalam intertubuler
juga. Rangsangan yang melewati tomes fiber akan menyebabkan saraf ini terbuka dan
Setelah itu akan menuju ke nerve ending dan innervasi selanjutnya akan
diambil alih oleh A delta Fiber dan C fiber. A delta fiber terletak banyak pada daerah
menghantarkan rangsangan lebih cepat dan bereaksi cepat. Adapun, C fiber tidak
memiliki myelin, terletak di daerah pulpa ke bawah, dan memiliki sifat penghantaran
saraf yang lama dengan respon nyeri yang lama pula. Transmisi A delta fiber di
dominasi oleh rasa dingin sedangkan pada C fiber memiliki peran nocireceptor atau
memiliki daya hantar banyak, C fiber mampu menghantarkan thermal, kimia, ataupun
mekanik. Rangsangan ini akan dibawa oleh saraf V, trigeminus menuju otak dan
a. Kelas 1
11
Kavitas terdapat pada permukaan oklusal, yaitu pada pit dan fissure gigi
posterior; premolar dan molar maupun gigi anterior (pada foramen caecum).
b. Kelas 2
biasanya terdapat pada permukaan halus di bawah titik kontak yang sulit
oklusal) dan MOD (mesio-oklusal-distal).Bentuk lesi pada kelas ini adalah elips.
c. Kelas 3
berada pada permukaan mesial maupun distal dari incisivus atau caninus.Bentuk
d. Kelas 4
Merupakan lanjutan dari karies kelas III, dimana karies ini meluas sampai
e. Kelas 5
Karies terjadi pada permukaan servikal gigi, yaitu 1/3 gingival permukaan
bukal atau lingual.Lesi pada kelas ini lebih dominan timbul dipermukaan yang
f. Kelas 6
Karies terjadi pada ujung cusp gigi posterior dan ujung edge insisal
incisive.
12
maupun posterior.
b. Site 2
Karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior
maupun posterior.
c. Site 3
Karies terletak di daerah servikal (1/3 mahkota) sejajar gingival.
diklasifikasikan menjadi:
a. Size 0
b. Size 1
c. Size 2
13
Ukuran kavitas sedang, dimana telah melibatkan sedikit bagian dentin.
d. Size 3
tersisa lemah dan cusp atau incisal edgenya telah rusak sehingga tidak
menyokong restorasi.
b. Size 4
Dentin mengandung bahan anorganik yang lebih sedikit dibanding enamel. Selain itu,
dentin memiliki tubulus mikroskopis yang menyediakan jalan keluar masuk dari asam
dan mineral. Oleh karena ciri-ciri tersebut, dentin lebih rentan rusak akibat karies
dibanding enamel.
Zona ini terbentuk di antara dentin dan pulpa yang berfungsi sebagai
Pada zona ini sudah mulai terbentuk sistem pertahanan non spesifik dari pulpa
pupa.
dari zona ini adalah untuk mengurangi daya permeabilitas jaringan agar
Pada zona ini mineral dentin sudah banyak yang hilang. Hal ini
disebabkan oleh materi organik yang sudah larut. Bakteri sudah masuk ke
tubulus dentin.
15
Zona 5 : Destruksi / Nekrosis
Pada zona ini dentin sudah dihancurkan oleh bakteri dan materi
organik banyak yan hilang. Selain itu sudah mulai terlihat adanya kavitas pada
dentin.
Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang sangat penting
dilakuhkan oleh dokter gigi karena hal tersebut akan mempengaruhi ketetapan dan
keberhasilan pada pasien. Dalam menegakkan diagnosis ada 4 tahap yang harus dijaga
yaitu disingkat dengan “SOAP” (pemeriksaan subjektif, objektif, assessmen dan treatmen
utama, present illnes, riwayat medik, riwayat dental, riwayat keluarga dan riwayat sosial.
a. Identitas pasien diperlukan sebagai pasca tindakan dapat pula sebagai data mortem
16
Berkaitan dengan keluhan oleh pasien datang kedokter gigi keluhan utama pasien
akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter dalam menentukan tindakan yang akan
dilakuhkan kepada pasien. Contoh rasa sakit ataupun ngilu rasa tidak nyaman,
Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka perlu dilakuhkan pengembangan
masalah yang ada dalam keluhan utama dan lain - lain. Mencari tahu kapan pasien
merasakan sakit/ rasa tidak nyaman sejak pertama kali terasa, apakah bersifat berselang
atau terus menerus, dilihat apakah terlalu pasien merasakan sakit, dilihat faktor
Apakah pasien pernah rawat inap dirumah sakit karena dengan gejala umum demam,
penurunan berat badan serta gejala umum lainnya. Perawatan bedah, radiologi, alergi
obat dan makanan, anestesi, dan rawat inap dirumah sakit karena penyakit riwayat
Apakah pasien pernah datang kedokter gigi karena akan mempengaruhi seseorang
dokter gigi dalam meninjau tindakan perawatan pada pasien yaitu pasien rutin kedokter
gigi apa tidak, sikap pasien datang kedokter gigi saat dilakuhkan perawatan, keluhan
gigi pasien, perawatan restorasi, dll. Jika pasien pernah datang kedokter gigi.
17
Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan riwayat penyakit
keluarga, seperti ayah ibu pernah rawat inap dirumah sakit, ayah ibu pernah berkunjung
Pemeriksaan intraoral yang dilakukan adalah pemeriksaan visual, yaitu dengan cara
melihat keadaan rongga mulut pasien. Meliputi jaringan lunak atau gingiva, lidah, bibir
apa ada kemerahan, pembengkakan fistel yang biasanya disebabkan gigi yang mengalami
kelainan periapikal. Perubahan warna, kontur, dan tekstur gigi geligi, serta kebersihan
mulut pasien diperhatikan. Pemeriksaan dalam mulut dilakukan dengan bantuan alat
dasar seperti sonde, kaca mulut, pinset, ekskavator, dan probe; untuk memperjelas
pandangan dapat digunakan kamera intra oral yang dihubungkan oleh monitor.
1.Tes Perkusi
Uji ini digunakan untuk mengevaluasi status periodonsium sekitar gigi (Grossman,
dkk, 1995) dan apikal gigi (Barrat and Pool, 2008). Terdapat dua metode perkusi, yaitu
tes perkusi vertikal dan tes perkusi horizontal. Jika tes perkusi vertikal positif, maka
18
terdapat kelainan di daerah periapikal, dan jika tes perkusi horizontal positif artinya
Pukulan cepat dan tidak keras pada gigi, mula-mula memakai jari dengan
suatu instrumen (tangkai kaca mulut, tangkai sonde) untuk mengetahui apakah ada
tubuh pasien, respon refleks rasa sakit, bahkan reaksi yang tidak bisa dikatakan
(Ghom, 2007).
19
Nilai diagnostik pada pemeriksaan perkusi adalah untuk mengetahui apakah jaringan
periapikal gigi mengalami inflamasi. Tes ini tidak menunjukkan pulpa dalam keadaan
vital atau nekrosis. Pada kasus gigi yang vital, iritasi dapat terjadi oleh karena
penempatan restorasi dan bruxism, dimana kondisi ini menyebabkan iritasi pada ligamen
periodontal. Pada kasus gigi yang nekrosis jaringan nekrotik yang banyak didalam gigi
akan terdorong keluar melewati foramen periapikal menuju jaringan dibawah gigi yang
Perbedaan yang ada pada nyeri yang disebabkan oleh inflamasi periodonsium, besar
merupakan kasus yang mungkin terjadi jika nyeri sangat tajam dan menyebabkan respon
penolakan.
2. Tes Palpasi
20
Palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengakakan, dapat terjadi intraoral atau
ekstra oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan dibagianlabial dari gigi
yang biasanya sudah non vital. Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari
menggunakan tekanan ringanuntuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit.
3. Tes Tekan
Dilakukan dengan cara pasien menggigit ujung tangkai instrumen seperti kaca mulut
atau dilakukan dengan cara memberikan tekanan dengan jari. Tes tekan dilakukan untuk
4. Tes Mobilitas-Depresibilitas
sekeliling gigi. Tes mobilitas dilakukan dengan cara menggerakkan suatu gigi ke arah
lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari, atau lebih diutamakan , menggunakan
21
Tujuan dilakukannya tes mobilitas ini adalah untuk menentukan apakah gigi
terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Banyaknya gerakan menunjukkan kondisi
periodonsium; makin besar gerak gigi makan makin buruk status periodontalnya.
vertikal dalam soketnya. Tes depresibilitas dapat dilakukan dengan jari maupun
namun pergerakannya kurang dari 1 mm, mobilitas grade 2 adanya pergerakan gigi
dalam jarak 1 mm, dan mobilitas grade 3 adanya pergerakan gigi dalam jarak lebih
Tes termal meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk menentukan
sensitivitas, namun tes dingin dan panas berbeda dan digunakan untuk alasan
diagnostik yang berbeda. Suatu respon terhadap dingin menunjukan pulpa vital, tanpa
memperhatikan apakah pulpa normal atau abnormal, sedangkan apabila gigi tersebut
tidak merespon menandakan bahwa pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis.
Dan suatu respon saat tes panas menunjukkan adanya gangguan pulpa atau periapikal.
menggunakan udara dingin, etil klorida. Tes dingin menggunakan udara dingin dapat
langsung pada mahkota gigi yang sebelumnya dikeringkan serta pada tepi gusi. Suatu
22
cara lain yang lebih umum adalah dengan meletakkan kapas yang dibasahi etil klorida
ke permukaan gigi. Tujuan dari dilakukannya tes dingin adalah untuk memeriksa
Tes panas dapat dilakukan dengan menggunakan udara hangat jika diperlukan
temperatur yang lebih panas untuk mengetes uji panas dapat digunakan air panas,
burnisher panas, gutta-perca panas atau compound panas ataupun instrumen yang
dapat menghantarkan temperatur yang terkontrol pada gigi. Bila timbul suatu respon,
benda panas harus segera diambil. Panas yang diberikan harus dijaga agar tidak
23
6. Tes Anestesi
Tes ini terbatas hanya dilakukan bagi pasien yang sedang merasa sakit pada
waktu dites. Tes anestesi juga berguna untuk menentukan gigi yang sakit ketika pasien
tidak dapat melokalisir rasa sakit tersebut pada gigi yang tepat, pasien hanya
menyataka sakitnya didaerah sekitar atau bagian tertentu. Tes anestesi dapat dilakukan
dengan cara menggunakan injeksi anestesi pada gigi yang paling posterior pada
daerah yang dicurigai sebagai penyebab rasa sakit. Bila masih terasa sakit setelah gigi
24
7. Tes Kavitas
Tes kavitas memungkinkan klinisan untuk menentukan vitalitas pulpa. Tes ini
dilakukan bila cara diagnosis lain telah gagal. Tes kavitas dilakukan dengan cara
dilakukan dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin. Sensitivitas atu nyeri
25
8. Tes Elektris
Alat yang digunakan yaitu EPT (Electic Pulp Test) merupakan alat pembantu
dalam menentukan vitalitas gigi dengan menggunakan aliran listrik yang bertahap
o Pembengkakan local
o Perubahan memar
o Pengelupasan
o Bekas luka
26
2. Palpasi wajah
Pada wajah kita dapat mempalpasi daerah otot mastikasi untuk dapat melihat adanya
pembengakan.
Otot pterygoid lateral
Palpasi daerah yang terdekat dengan kondilus dan kapsul sendi
Otot temporalis
Dipalpasi keduanya dari luar dan dilakukan saat pasien
mengoklusikan gigi.
27
Otot masseter
Dipalpasi dibawah mata, dan dibelakan arkus zygomatikum dengan
Graber, 1993)
3.Palpasi mulut
kontak tipis saat otot relaksasi. Inkompeten dilihan dengan bibir pendek saat
28
tidak bersentuhan dengan bibir atas saat relaksasi kontak bibir dapat terjadi
bia ada kontraksi bibir aktif otot orbicularis oris dan otot mentalis.
4. Palpasi leher
Palpasi kelenjar limfe/nodus limfatikus. Jika keras dan sakit bersamaan
29
5. Lebar bukaan mulut
Diukur dengan jangka sorong, dengan ukuran normal diukur dari bukaan
mulut maksimal pada ujung incisal 40-50 mm. Atau bisa memasukan 2 jari ke dalam
30
mulut untuk perempuan dan 3 jari untuk laki-laki.
6. Pemeriksaan TMJ
Auscultation
Dengan memakai stetoskop untuk menguji adanya clicking dan crepitation,
Palpasi
Dapat menunjukkan kemungkinan sakit atas tekana pada daerah kondilus
Lateral palpasi
Letakkan jari telunjuk pada bagian samping TMJ, dan rasakan adanya
31
Posterior palpasi
Letakkan jari kelingking pada bagian luat meatus telingan dan palpasi
1. Teknik Periapikal
melihat suatu gigi dan jaringan di sekitar daerah apikalnya. Pada satu film kita bisa
dapat dua sampai empat gambaran gigi beserta tulang alveolar disekitarnya.
dibagi menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisekting. Pada teknik paralel film
diletakan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan sejajar dengan sumbu
32
gigi. Pada teknik bisecting film diletakkan sedekat mungkin permukaan
palatal/lingual gigi.
Adapun keuntungan dari teknik paralel adalah gambar yang dihasilkan akurat
dengan sedikit pembesaran, jaringan periapikal terlihat dengan baik,
kesulitan menempatkan film holder dalam mulut bagi operator yang tidak
berpengalaman.
Sedangkan keuntungan dari teknik bisecting adalah posisi film tidak
mengganggu dan nyaman digunakan untuk pasien di semua area mulut. Kerugiannya
yaitu masalah angulasi yang sering terjadi, dan sering mengakibatkan gambar yang
buruk terdistorsi.
2. Teknik Parallel
1. Film diletakkan pada holder didalam mulut sejajar sumbu panjang gigi.
2. Ujung tabung sinar X diarahkan pada sudut yang tepat (vertical dan horizontal)
3. Dengan menggunakan film holder beserta film packet dan posisi ujug tabung sinar X
33
3. Teknik Bisektris
1. Paket film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi yang akan diradiograf tanpa
dibengkokkan.
2. Tentukan sudut antara sumbu panjang gigi dengan sumbu panjang film
3. Ujung tabung sinar X diletakkan pada sudut sebelah kanan garis bisektris dengan
4. Dengan prinsip geometris segitiga sama sisi, ukuran panjang sebenarnya gigi dimulut
4. Teknik Bitewing
34
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper pada tahun 1925. Pada teknik
bitewing digunakan film bitewing yang berukuran 3,2 x 4,1 cm yang sudah diberi tabs dan
Dasar teknik bitewing ini adalah teknik kesejajaran yang sedikit dimodifikasi, dengan
sudut antara bidang vertikal dengan konus sebesar 0o – 10o derajat. Pembuatan teknik
bitewing ini dipakai alat bite tabs dan bite loops (Margono 1998).
Pelaksanan teknik bitewing menggunakan film berukuran 3,2 x 4,1 cm. Apabila film
yang dipergunakan ukurannya lebih besar maka harus hati-hati memasukkan ke dalam
Posisi kepala pada teknik bitewing sama seperti pada pembuatan teknik bidang bagi
dan teknik kesejajaran, maka bidang yang perlu diperhatikan adalah bidang vertikal
(bidang sagital) harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan bidang oklusal harus
Film yang sudah diberi tabs atau loops dimasukkan ke dalam mulut penderita. Film
dipegang oleh operator dengan jari telunjuk yang diletakkan pada tab, sedemikian
sehingga tab menyentuh permukaan oklusal dari gigi. Penderita diminta menutup
penderita diminta menggigitkan gigi-gigi atas dan bawah sehingga berkontak (gambar
2.12).
mendapatkan hasil dari radiogram tersebut sampai pada bagian proximalnya tanpa terlihat
35
RADIOANATOMI KARIES DENTIN
Dalam menginterpretasi suatu gamabaran periapical ada beberapa bagian yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Mahkota
2. Akar
3. Membran periodontal
4. Laminadura
5. Furkasi
7. Periapikal
8. Kesan
36
Dibawah ini akan dijelaskan bagaimana cara menginterptesi dari tiap bagian yang
menjadi perhatian:
1. Mahkota Mahkota adalah bagian anatomi gigi yang terlihat secara klinis
dari insisal/oklusal sampai servikal (lihat gambar 3.1) Didalam lembar interpretasi
diisi dengan :
sarnpai dentin, atau dan mesial sarnpai mendekati pulpa atau sudak kamar pulpa.
2. Akar adalah bagian anatomi semua akar klinis gigi yang terlihat secara radiografi dari
ataupun eksterna.
3. Membran periodontal
n:
37
b. Melebar: membran yang mengalami peradangan ditujukkan dengan garis
4. Laminadura
a. Dalam batas normal :bila tidak tampak garis radiolusent disepanjang tulang
alveolar
38
b. Bayangan radiolusent bila terdapat lesi ataupun furkasi yang terbuka (tidak
6. Puncak Tulang Alveolar Puncak tulang alveolar adalah bagiantulang yang secara
anatomi mengelilingi gigi dari mulai cement enamel junction sampai foramen.
Pada daerah ini yang sering ditulis resorpsi puncak tulang alveolar. Resoipsi
puncak tulang alveolar mi terdiri dari resorpsi horizontal dan vertikal ataupun bentuk
lainnya seperti arch shape tetapi hal ini jarang. Didalam lembar interpretasi diisi
dengan :
a. Dalam batas normal: apabila tidak terdapat kelainan pada puncak tulang
a. Dalam batas normal: apabila tidak tampak adanya lesi ataupun kelainan.
Periapikal abses : Radiolusent difus dengan batas tidak jelas dan tidak
tegas
39
Granuloma periapikal : Radiolusent dengan batasjelas tetapi
tidak tegas
tegas
Setelah semua informasi terkumpul maka sudah dapat ditarik kesimpulan yang
ditulis dalam :
8. Kesan Radiografi
Kesan radiografis merupakan kesimpulan dari semua point yang ada kelianannya.
Diisi dengan keterangan point yang bermasalah mulai dan l(mahkota) sampai 7
lamina dura tergantung pada point yang menunjukkan kelainana secara radio
40
2.8 Amalgam
Definisi
Amalgam merupakan alloy air raksa dengan beberapa campuran logam lainnya.
Pada suhu kamar, air raksa berwujud cair,namun dapat segera mengalami reaksi
amalgamisasi dengan logam seperti perak ,timah putih (tin, Sn) dan Tembaga
Dental amalgam adalah bahan tambal yang paling banyak digunakan untuk
menambal gigi posterior. Air raksa/merkuri dicampur dengan puder alloy untuk
Tambalan amalgam ini dapat bertahan 12 hingga 15 tahun. Saat ini, dental amalgam
sudah banyak ditinggalkan dikarenakan faktor bahannya yang berbahaya serta nilai
Komposisi
A. Alloy
Silver
a. Memutihkan alloy
b. Menurunkan creep
c. Meningkatkan strength
41
Tin
b. Menngendalikan reaksi antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi akan
c. Meningkatkan kontraksi
Copper
Zinc
pemanipulasiannya.
seperti silver, copper ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi
lebih rapuh
Palladium
a. Mengeraskan alloy
b. Memutihkan alloy
Platinum
a. Mengeraskan alloy
42
Merkuri merupakan logam yang berada pada kondisi cair dan bersifat dapat
mencampurkan logam lain. Pada suhu kamar, memiliki titik beku -390C. Merkuri
Taraf kemurnian raksa paling baik yaitu tidak mengalami kontaminasi permukaan dan
mengandung residu yang tidak menguap. Kontaminan yang paling umur pada merkuri
Sifat Fisik
1. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap
yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam,
no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam dengan kandungan tembaga
yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari
0,1%.
2. Stabilitas Dimensional
kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang mempengaruhi
dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas dimensional jangka panjang.
43
Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya, idealnya
tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA no.1
μm/cm, diukur pada 300C, 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya triturasi dengan
a. Komposisi Alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan
expansinya.
c. Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel
triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya
Kontraindikasi:
44
2. Gigi antagonis menggunakan restorasi logam yang berbeda, dapat menyebabkan
arus galvanic
3. Mengutamakan estetika
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam
berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah
potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan. Jarak yang cukup
lebar/besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo.
yang mana paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV. Hubungan lama
restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya semakin lama
usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic
yang dihasilkan.
2. Korosi
struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits
dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta
3. Tarnish
45
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang
adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam
1. Kekuatan
terjadinya fraktur/retakan.
a. Rasio mercury:alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel
alloytidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak
46
d. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi
kekuatan.Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih
1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam
kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup
masing partikel logam campur harus dibasahi oleh merkuri. Bila tidak, akan
logam campur lathe-cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan
yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari
fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk
47
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan
kompresi minimal adalam 80 Mpa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari
Klasifikasi Amalgam
a. Alloy lathe-cut
yang tidak teratur. Untuk membuat lathe cut, batang alloy yang sudag diannealing
dimasukkan dalam mesin giling, kemudian dipotong dengan alat potong atau bit.
Potongan yang didapat seringkali berbentuk jarum, dan beberapa pabrik memperkecil
diperlukan karena batang alloy cepat dingin dari kondisi pengecoran yang
selama waktu yang cukup untuk memungkinkan terjadinya difusiaton dan mencapai
b. Alloy spherical
48
Alloy spherical dibentukmelalui proses atomisasi. Atomized dibuat dengan cara
menjadi logam yang berbentuk bulat kecil yang dinamakan spherical. Spherical ini
merkuri dalam jumlah lebih kecil daripada alloy lathe-cut karena partikel alloy
spherical mempunyai daaerah permukaan yang lebih kecil dibandingkan alloy lathe-
cut. Amalgam dengan merkuri yang rendah umunya mempunyai sifat lebih baik.
Alloy ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi,
c. Alloy spheroidal
dibedakan berdasarkan kandungan komponen yang ada pada tiap-tiap alloy. Low
copper Alloys disebut juga alloy konvensional. Low-copper alloy ini terdapat dua
bentuk yaitu yang berbentuk lathe-cut atau spherical. Semua alloy amalgam dental,
termasuk low dan high copper types, mempunyai Ag 3Sn sebagai komponen primer
yang bereaksi dengan mercury membentuk Ag2Hg3, fase matrix utama amalgam. Low
copper ini hanya memiliki tembaga sekitar 5% atau kurang dari itu. Low copper alloy
ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%), zinc (0-1%).
49
High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper (13-
30%), zinc (0-1%). High-copper alloys memiliki kandungan tembaga yang lebih
tinggi, yaitu sekitar 15% hingga 30%. High copper alloys ini lebih dipilih karena sifat
mekanisnya yang lebih baik daripada low-copper alloys. Ketahanan terhadap korosi,
integritas marginal, dan kinerjanya dalam percobaan klinis lebih baik dibandingkan
1) Admixed/dispersi/blended alloys
dengan komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low
copper lathe-cut alloy. Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%),
50
2.9 Preparasi Amalgam
TOOTH PREPARATION
Tooth preparation adalah perubahan secara mekanis terhadap gigi yang cacat,
terluka atau terkena penyakit dengan memberikan material restorative yang akan
mengembalikan gigi ke keadaan sehat termasuk koreksi estetik, bentuk normal dan
fungsinya. Dalam prosedur preparasi gigi, juga dilakukan pengambilan semua struktur
gigi yang rusak atau rapuh karena proses infeksi yang dapat menyebabkan karies
pada pasien. Maka untuk mencegah meminimalisir resiko berkembangnya karies dan
penyakit periodontal, penilaian pada saat preparasi dapat dilakukan dengan melihat :
4. Faktor diet
1. Lesi karies
51
2. Mengganti atau memperbaiki restorasi yang ada
6. Tindakan preventif
3. Membentuk preparasi gigi agar saat adanya tekanan mastikasi, gigi dan
1. Diagnosis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam diagnosis, antara lain :
a. Alasan mengapa restorasi dibutuhkan seperti karies, fraktur gigi, kebutuhan
52
d. Estetik, harus dipertimbangkan dengan kemauan pasien. Estetik dapat
gigi yang akan direstorasi adalah gigi penyangga untuk protesa, maka desain
baik dan benar, karena untuk menyesuaikan estetik yang baik serta menyesuaikan
3. Faktor Pasien
1. Pengetahuan pasien dan apresiasi terhadap kesehatan gigi
2. Status ekonomi, dimana pasien ingin mendapat perawatan yang mahal atau
dihilangkan :
1. Semakin sedikit struktur gigi yang dihilangkan, maka semakin kecil resiko
menahan bahan restorasi dan juga akan memperlihatkan estetika yang baik
Operator berperan dalam pemilihan bahan, dengan melihat seberapa besar masalah
yang dihadapi oleh pasien. Dan kemudian dirundingkan bersama pasien dengan
melihat kekurangan dan kelebihan dari bahan restoratif yang akan digunakan untuk
perawatan.
53
D. Nomenklatur / Tata Nama Karies
a. Berdasarkan Lokasi
- Karies primer : terdapat pada enamel pit dan fissure,pada permukaan enamel
perkembangan lobus enamel yang tidak sempurna. Karies ini biasanya tidak
lobus enamel yang sempurna akan membentuk grooves dan fossa, area ini
pengunyahan.
Karies yang berasal dari permukaan halus karies, karies ini dimulai dengan
dentin
d. Karies residual, karies yang masih tertinggal dan tidak terestorasi setelah
telah dibuat
54
a.
a. Berdasarkan kecepatan
55
- Karies rampan (akut) yakni karies yang terjadi secara cepat dan mengenai
Kerusakan Non-Karies
- Abrasi
- Erosi
- Abfraksi
- Atrisi
- Fraktur
- Enamel hipoplasia non-herediter
- Amelogenesis imperfecta
- Dentinogenesis imperfecta
retensi restorasi
g. Dento-Enamel Junction
h. Cemento-Enamel Junction
i. Cavosurface margin (CSM) : tepi kavitas, yaitu pertemuan antara
gigi
k. Floor/ Seat : dinding yang tegak lurus dengan arah tekanan oklusal,
dinding pulpal. Fungsi dari adanya floor ini adalah untuk menjaga
56
stabilitas restorasi, meningkatkan pembetukan retensi agar tidak
permukaan gigi.
l. Line Angle : garis pertemuan dari 2 permukaan dari arah yang
Initial cavity preparation stage adalah ekstensi dan desain awal dinding luar dari
preparasi tertentu, kedalaman yang sempit sehingga dapat menyebabkan adanya jalur
lubang, mencapai struktur gigi yang masih bagus, tahan terhadap fraktur pada gigi atau
bahan tambal dari tekanan mastikasi terutama pada sepanjang axis gigi dan menahan
57
Tahap 1: Outline form / Initial Depth
a) Definisi:
Maksud dari outline form adalah menempatkan batas kavitas pada posisi dimana akan
Initial depth sekitar 0.2-0.8 mm dari pulpa sampai DEJ (0.5 mm jika menambal
dengan diretct gold). Outline berguna untuk menegaskan batasan terluar dari
preparasi.
b) Prinsip
Terdapat tiga prinsip umum yang ditetapkan tanpa melihat tipe kavitas yang akan
dipreparasi:
58
Semua margin harus ditempatkan pada posisi yang tepat untuk finishing yang
baik pada saat restorasi. Perluasan batas preparasi harus cukup jauh pada
permukaan gigi, daerah ini dapat mudah dibersihkan secara natural contohnya
c) Faktor – faktor
Factor-faktor ini akan memengaruhi garis luar pada preparasi kavitas dan akan
Pertimbangan estetika
Hubungan oklusal
d) Feature
Ada enam spesifik, tipikal fitur untuk menetapkan outline form / initial depth:
Menggunakan enameloplasty
pada pit dan fissure dan 0.2-0.8 mm untuk dinding axial karies smooth
surface.
e) Aturan
59
Aturan yang digunakan untuk menentukan garis luar untuk kavitas pada pit dan
fissure, adalah:
1) Memperluas batas kavitas sampai struktur gigi yang masih bagus. Tidak boleh
2) Menghindari pemutusan batas pada bagian gigi yang tinggi seperti cusp atau
ridge crest
kearah ujung cusp tidak lebih dari ½ jarak, maka tidak dilakukan capping. Jika
bentuk pelebaran ½ sampai 2/3 jarak, maka dianjurkan dilakukan capping. Jika
4) Menggunakan enameloplasty ketika pit dan groove tidak tertembus lebih dari
1
/3 ketebalan dari enamel. Enameloplasty adalah prosedur untuk membulatkan
60
5) Membatasi kedalaman preparasi sampai maksimal 0.2mm ke dentin. Agar
mudah melakukan konservasi, preparasi kavitas pada pit dan fissure oklusal
6) Ketika struktur gigi yang masih bagus antara dua pit dan fissure kurang dari
7) Melebarkan garis luar untuk memberikan jarak yang cukup untuk preparasi
Pada karies smooth surface dibagi menjadi dua; pada permukaan proximal dan pada
Aturan pemerintah mengenai pembentukan outline form dan initial depth pada
1) Meluaskan batas kavitas sampai struksur gigi yang masih bagus. Enamel
2) Hindari pembatasan pada bagian yang agak tinggi seperti cusp dan ridge crest
4) Batasan kedalama dinding axial pulpa pada preparasi proximal jika pada
61
5) Biasanya batas gusi pada preparasi gigi dilebarkan kearah apical pada bagian
proximal untuk menyediakan bagian yang kosong sekitar 0.5mm antara batas
6) Pelebaran batas bukal dan lingual pada preparasi kavitas proximal biasanya
kosong atau bersih antara batas preparasi dan gigi-gigi yang berdekatan.
Fungsi dari daerah yang kosong ini agar batas preparasi tidak berkontak
dengan gigi yang berdekatan. Pada preparasi kavitas class III saat melebarkan
Aturan pemerintah mengenai pembentukan outline form dan initial depth pada
1) Garis luar diatur sesuai dengan lebar karies, kecuali kearah pulpa. Sehingga
kearah mesial, distal, lingual, dan oklusal dibatasi pada struktur gigi yang
masih bagus
Yang lebih rendah adalah dinding axial (0.8mm) pada dinding gusi tanpa
enamel. Dinding axial pulpa yang benar pada oklusal itu menyediakan 0.5mm
a) Definisi
62
Primary resistance form dapat diartikan sebgai bentuk dan penempatan dinding
kavitas yang mempermudah restorasi dan gigi untuk bertahan, tanpa fraktur
b) Prinsip
1) Bentuk kotak yang lantainya datar. Dasar yang datar mencegah perubahan
restorasi.
2) Untuk membatasi perluasan dinding luar (sekecil mungkin) agar cusp yang
kuat dan area ridge tersisa mendapatkan cukup dukungan dari dentin
63
c) Factor
yaitu:
1) Kontak oklusal. Semakin besar kontak dan tekanan pada oklusal, semakin
2) Banyaknya struktur gigi yang masih bagus juga memberikan dampak pada
d) Fitur
Desain fitur pada preparasi kavitas yang dapat meningkatkan bentuk resisten
2) Bentuknya kotak
a) Definisi
Primary Retention Form adalah bentuk dari kavitas yang dipreparasi yang tahan
tekanan.
64
b) Prinsip
Karena retensi berhubungan dengan bahan tambal yang digunakan, prinsip bentuk
Untuk amalgam:
1) Pusat dinding luar kavitas kearah oklusal (Class I dan Class II): ketika amalgam
yang sudah ditempatkan pada kavitas menjadi keras, tidak akan terlepas tanpa
3) Pada preparasi amalgam seperti pada class III dan Class V, dinding luar
menyimpang keluar untuk mempersiapkan batas enamel yang kuat. Oleh karena
Untuk komposit:
Retensi dari ikatan mekanis berkembang antara bahan dan gigi yang dipreparasi
permukaan
Geseran retensi
Deformasi elastis
65
Membalikkan ujung yang patah
Menyambungkan
1) Permukaan area yang berkontak antara gigi dengan restorasi. Semakin luas
2) Dinding lawan.
4) Kedekatan
a) Definisi
Bentuk kavitas yang cukup untuk diobservasi, diakses, dan mempermudah proses
Perluaasan kearah distal, mesial, lingual, dan bukal untuk akses yang cukup untuk
preparasi.
interproximal
Setelah dilakukan tahap awal preparasi, ada tahap tambahan yang sering
dilakukan dalam preparasi gigi. Tahap tambahan tersebut dikenal sebagai tahap akhir
preparasi atau final tooth preparation stage. Tahap akhir preparasi gigi terdiri dari 4
tahap (tahap 5-9). Berikut adalah tahapan dari final tooth preparation stage
66
Tahap 5: Menghilangkan Sisa-Sisa/karies di Pit dan Fissure pada enamel dan
dentin yang terinfeksi, atau aterial Restorative yang tersisa, jika terindikasi
Menghilangkan sisa-sisa yang terdapat pada fissure atau pit di bagian enamel,
dentin yang terinfeksi, atau material restorative yang tersisa merupakan upaya
menghilangkan sisa-sisa pada gigi atau kesalahan pada material restorative yang masih
1. Material terdahulu akan memiliki efek samping yang buruk bagi material restorasi
yang baru
2. Mengurangi retensi bagi bahan restorasi baru
3. Secara radiografi ditemukan karies di bawah bahan restorasi terdahulu
4. Pulpa gigi symptomatic preoperatively
5. Daerah perifer bahan restorasi terdahulu tidak utuh
Apabila hal diatas tidak ditemukan pada pasien, pembersihan bahan restorasi
terdahulu tidak perlu dilakukan. Mengingat resiko untuk pengangkatan bahan restorasi
untuk mengangkat bahan restoratif lama menggunakan alat yang tidak memiliki
liners. Liners adalah lapisan tipis dari bahan material yang digunakan sebagai barrier
untuk melindungi dentin. Basis adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang
relatif tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa.
67
1. Komposisi dari berbagai macam material
2. Perubahan suhu yang memengaruhi material
3. Gaya yang dihantarkan oleh material
4. Galvanisme
5. Celah yang memungkinkan masuknya mikroorganisme
sebagai base, lalu penggunaan glass-ionomer diatasnya. Kedua bahan ini berguna
Liners dan bases digunakan jika kedalaman karies pada dentin lebih dai 2mm.
basis adalah semen yang digunakan pada dinding axial dan pulpa dengan ketebalan
0.5-2 mm langsung dibawah permukaan bahan restorasi. Bahan ini melindungi pulpa
dari pengaruh suhu, galvanis, kimia maupun fisika. Biasanya bahan yang digunakan
Setelah pit& fissure enamel, dentin yang terinfeksi, atau bahan restorasi lama
telah dikeluarkan serta sudah melakukan proteksi untuk pulpa, maka perlu adanya
pembentukan retensi dan resistensi sekunder untuk menambah retensi pada restorasi.
dengan mechanical features dan apabila masih kurang maka dapat melakukan
treatment untuk dinding preparasi dengan etching, priming, dan material yang adesif.
Sebenarnya, tipe 2 ini bukan bagian dari preparasi gigi, tetapi tahap 1 dalam insersi
bahan restorasi.
Mechanical Features
Pembentukan retensi mekanik terdapat retensi. Retensi dapat dibentuk 2 arah yaitu
vertikal dan horizontal. Retensi vertikal locks dan grooves akan menambah retensi
68
proximal, retensi locks biasa digunakan untuk restorasi amalgam, dan retensi groove
untuk class III dan class V preparasi amalgam, serta untuk permukaan akar preparasi
komposit.
incisal Class III amalgam, bagian oklusal restorasi amalgam dan Class V
amalgam
Skirt merupakan restorasi emas, akan menambah retensi pada cast restotasi
mencegah fraktur.
menambah retensi dan restorasi pada preparasi amalgam. Pins berbentuk baut
dan slot digunakan 1-1,5 seperti groove dengan menambah luas permukaan.
69
Etchant, primer, atau material adhesive pada dinding preparasi
amalgam. Cara ini digunakan dengan menyetsa dengan asam, apabila dilihat secara
mendapatkan keefektifan bahan restorasi. Pada dinding eksternal terdiri dari dinding
akar dimana tidak terdapat enamel maka permukaan gigi cavosurface harus 90° pada
restorasi amalgam, komposit, dan porselain, dan bisa juga miring pada restorasi
intracoronal cast-metal.
Prosedur akhir ini terdiri dari 3 tahap yaitu cleaning, inspection, dan sealing.
Tahap-tahap yang harus dilakukan yang pertama adalah menghilangkan semua sisa
debris yang terdapat pada preparasi gigi, debris ini terdiri dari 2 jenis, yaitu gross
debris dan fine debris, gross debris akan hilang pada tahap-tahap preparasi, sedangkan
70
fine debris masih ada di dinding preparasi. Fine debris dapat dibersihkan dengan air
hangat dari syringe. Setelah itu cavitas harus dikeringkan dengan menggunakan udara
syringe, apabila masih ada sisa air dibersihkan dengan explore dan cotton pellet
(sudut-sudut). Tetapi pada tahap pengeringan ini, tidak boleh terlalu kering dan tidak
1. Placing a Sealer
dan dikeringkan. Sealer ini berfungsi membentuk protein dan lamellar plugs di dalam
tubulus dentin. Protein dan lamellar plug bertanggung jawab dalam mengurangi
permeabilitas dan sensivitas dentin. Namun, bila amalgam adhesive sudah digunakan,
perlu diperhatikan proteksi yang baik saat proses restorasi amalgam. Saat restorasi,
gunakan rubber dam, air-water spray, dan high-volume evacuation. Pelindung mata
dan masker juga harus digunakan untuk menghindari partikel amalgam yang bisa
terhirup.
Prinsip saat insersi amalgam adalah untuk mengkondensasikan amalgam agar
beradaptasi dengan dinding preparasi, memproduksi restorasi yang bebas voids, dan
amalgam dengan bentuk partikel admixed. Sebab, condenser kecil tidak memiliki
outline dari preparasi dan mengingat titik kontak oklusi. Kemudian, amalgam
Biasanya condenser kecil digunakan untuk mengisi preparasi dan condenser besar
untuk overpacking. Setiap kondensasi amalgam harus mengisi hanya sepertiga hingga
lebih dengan tekanan yang tinggi untuk memastikan cavosurface benar-benar tertutupi
oleh amalgam.
72
ditentukan pabrik,
sibersihkan dengan
burnisher besar.
untuk membentuk
amalgam yang padat pada daerah marginal dan menyiapkan preparasi untuk
dicarving.
carver dengan berbagai ukuran. Bagian pinggir carver harus dapat bersandar atau
73
akan menyebabkan
pada daerah marginal dan memperlemah restorasi. Perlu diperhatikan juga agar tidak
ada bagian yang kurang dicarving (undercarving) sehingga meninggalkan lapisan tipis
pada gigi tidak terpreparasi, kondisi ini menyebabkan amalgam mudah fraktur.
Gambar 4 Occlusal groove terlalu dalam dan undercarving pada amalgam menyebabkan amalgam
Saat mudah fraktur
74
Kemudian evaluasi oklusi dengan kertas artikulasi. Bila terdapat kontak yang tidak
sesuai, carving kembali hingga kontak oklusi seperti yang diinginkan. Jangan lupa
untuk ingatkan pasien untuk tidak mengigit atau memakan makanan keras selama
beberapa jam.
Karena tambalan pada gigi jika tidak di polishing permukaannya masih kasar. Polishing
dilakukan pada saat tambalan sudah mengeras/terfiksasi selama 24 jam. Selama 24 jam,
tambalan tidak boleh terganggu, sehingga pasien harus kita ingatkan untuk tidak
2. Sonde = untuk memeriksa tambalan apakah masih ada permukaan yang kasar
masih dalam keadaan lemah terhadap tekanan. Juga jangan beri tekanan yang berlebih
karena akan menyebabkan fraktur pada tambalan. Sehingga disarankan operator yang
75
BAB III
PEMBAHASAN
Jadi saat dingin menjadi stimulus maka cairan pada tubulus akan berkontraksi
sehingga terjadi outflow (cairan keluar dari tubulus dentin) dan karena perbedaan tekanan
dengan tekanan normal pulpa, sehingga saraf masuk ke dalam tubulus bersama odontoblas.
Pada saat stimulus berasal dari gula dan garam maka akan mendehidrasi tubulus,
76
Diagnosa dan Pemeriksaan
pemeriksaan ikstraoral serta intraoral terhadap pasien. Pada kasus ini, didapat gejala-gejala
manis.
Pemeriksaan:
Kondisi umum: sehat
Pemeriksaan ekstraoral: tidak ada kelainan
Pemeriksaan intraoral: karies dentin di oklusal gigi 36, tes dingin (+), perkusi (-)
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan ekstraoral serta intraoral, dapat didiagnosa
pasien, dapat dilakukan diagnosa banding. Dilihat dari gejala yang timbul pada pasien, dapat
didiagnosa pasien mengalami pulpitis reversibel. Dari hasil diagnosa banding, pasien
makan dokter dapat melakukan diagnosa penunjang. Pada kasus ini, diagnosa penunjang
77
Hasil dari pemeriksaan penunjang radiografi ini, pasien dipastikan mengalami
pulpitis reversibel.
Amalgam
Amalgam adalah campuran yang terdiri dari merkuri sebagai satu diantara unsur
pokoknya dengan komposisi perak, timah, tembaga, seng, paladum, emas, dan indium. Sifat-
sifatnya terdiri dari sifat fisik (creep dan stabilitas dimensional), mekanik (kekuatan), dan
Preparasi Amalgam
1. Junction/ pertemuan haus bersudut 90°. Sudut 90° antara amalgam dan struktur gigi
(cavosurface angle)
78
Tahap 4: Convenience Form
Tahap 5: Menghilangkan Sisa-Sisa/karies di Pit dan Fissure pada enamel dan dentin
79
BAB IV
SIMPULAN
Dari kasus diketahui bahwa pasien menderita karies dentin yang termasuk pulpitis
reversible. Diagnosa tersebut didapat dari pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang.
periapikal dan bitewing yang menunjukkan radiolusen di bagian oklusal hingga dentin.
Setelah diketahui diagnosa akhir, perawatan yang dilakukan adalah penambalan di bagian
oklusal dengan bahan tambal amalgam. Amalgam dipilih karena cocok untuk restorasi
Tahap 5: Menghilangkan Sisa-Sisa/karies di Pit dan Fissure pada enamel dan dentin
80
Tahap 6: Perlindungan pulpa, jika terindikasi
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice KJ. Phillips’ Science of dental materials. Trans. Johan Arief Budiman dan Susi
Purwoko. 10th ed. Jakarta ; EGC, 2004
Arens, DE. Gluskin, AH. Peters, CI. Peters OA. Pratical lesson in endodontic treatment. 1th
ed. 2009. Quintessence publishing, Chocago
Cohen, S& Burn. Pathway of the Pulp. 10th ed.2011.Mosby Inc, St.Louis,Missouri
Craig, R.G., dan Powers, J.M., 2002, Restorative Dental Material, 11th ed., Mosby
Co., St. Louis, Baltimore, hlm:260-283.
Fejerskov. 2008. Dental caries the disease and its clinical management. UK : Blackwell
Munksgaard.
Ingle, J.L ; L.K Bakland. 2004. Endodontics. 5th ed. Ontario: B.C Decke, Inc.
Kidd EAM, Bechal SJ. 1992. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Cetakan
2. Jakarta: EGC
Newman and Nisengard. 1994. Oral Microbiology and Immunology. W.B. Saunders
Company
81
Robendon, T.M ; H.O. Heymann; E.J. Wift. Studervart’s art & Science of Operative
Dentistry, 4th ed. 2002. Mosby Co. St. Louis London Philadelphia Sydney Toronto
Wein, F.S. 2004. Endodontic Therapy 6th ed. Mosby Inc., St.Lpuis, Missouri
White, C. Stuart and Paroah. J. Michael. 2014. Oral Radiology Principles and Interpretation
7th Edition.St Loius : Mosby
Rakosi, T. Color atlas of dental medicine, Orthodontic-Diagnosis. 1st ed., Germany: Thieme
Medical Publishers., 1993
82