Oleh
PENELITIAN MINOR
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan spesialis di program
Studi Bedah Mulut dan Maksilofasial
oleh :
Albertin Jane Agung Tanusantoso
160121180006
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
iii
2.6.1. Tatalaksana Konservatif.....................................................................................12
3.
4.1. Hasil..............................................................................................................................23
4.2. Pembahasan...................................................................................................................26
BAB V KESIMPULAN..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30
LAMPIRAN............................................................................................................................41
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Malassez pada tahun 1885, namun sebelumnya telah ditemukan oleh Cusack
pada tahun 1827 Yang akhirnya diberi nama modern yakni ameloblastoma pada
tahun 1933 oleh Ivey dan Churchil. Sebagian besar ameloblastoma bersifat
unilateral (95%) dan terjadi pada daerah posterior rahang (85%). Pinborg dan
dan gambaran histologisnya menjadi tumor jinak, tumor ganas dan intermediate
dengan angka rekurensi tinggi jika eksisinya tidak sumpurna. Tumor ini secara
1
2
teori berasal dari sisa sel organ email, dari perkembangan epitel kista
odontogen dan dari sel basal mukosa oral. Pemicu atau stimulus terjadinya
pasti. Secara radiologis dapat berupa gambaran monokistik atau polikistik dan
dibutuhkan lebih dari satu irisan untuk membuat diagnosis yang tepat.
jumlah ameloblastoma per rumah sakit secara signifikan lebih tinggi pada
populasi Asia atau Afrika daripada rumah sakit Eropa atau Amerika. Lu et al.
mempelajari populasi Cina dan menunjukkan usia rata-rata 31,4 tahun dengan
rasio 1,5: 1 pria: wanita dan 90,8% tumor berada di mandibula. Sebuah studi
oleh Hatada et Al. pada populasi Jepang menunjukkan usia rata-rata 34,7 tahun
dengan rasio 1,6: 1 pria: wanita dan 92,6% terletak di mandibula. 2,4
keseluruhan. Banyak klinisi yang lebih memilih terapi radikal karena sifat
kekambuhan yang tinggi, maka evaluasi serta observasi yang ketat setelah
ameloblastoma yang terjadi pada daerah Jawa Barat khususnya pada RS Hasan
Sadikin.
ameloblastoma pada pasien di KSM Bedah Mulut RSHS pada periode Januari
Desember 2019.
gangguan psikososial karena fungsi bicara dan struktur wajah yang tidak normal.
banyak ditemukan. Pada penelitian oleh Nalabolu et al. pada tahun 2016
memberikan rasa nyeri sehingga biasanya ditemukan pada tahap lanjut serta
keempat dengan rasio pria : wanita adalah 1: 1 dengan insidensi pada populasi
Cina dan menunjukkan usia rata-rata 31,4 tahun dengan rasio 1,5: 1 pria: wanita
dan 90,8% tumor berada di mandibula. Sebuah studi oleh Hatada et Al. pada
populasi Jepang menunjukkan usia rata-rata 34,7 tahun dengan rasio 1,6: 1 pria:
5
6
Secara teori, tumor ini berasal dari sisa epitel mallases, lamina dental,
dinding epitel kista odontogen, sel basal epitel mukosa dan sisa serabut Hertwig
yang terdapat pada ligament periodontal gigi yang sedang tumbuh dari organ
enamelnya. Ameloblastoma biasa terjadi sebagai lesi sentral pada tulang rahang
yang merusak secara perlahan dan membesar dari ruling spongiosa kearah
korteks. Sekita 17% ameloblastoma berhubungan dengan gigi impaksi atau kista
dentigerous.8
keras atau lunak tergantung dari tipenya yaitu tipe solid atau tipe kistik, dapat
perawatan. Pada rahang bawah foto panoramik sudah cukup membantu dalam
baik unilokular ataupun multilokular (soap bubble). Resorpsi akar jarang terjadi
tetapi biasanya terlihat pada lesi yang berkembang cepat. Pada gambar 1
7
menunjukkan gambaran lesi unilokuler pada sekitar gigi molar ketiga yang
ekspansi ke arah bukal dan lingual serta terlihat adanya resorpsi akar. Terdapat
Gambar 1. Gambaran Ameloblastoma Unikistik; 1a. Gambaran panoramik unikistik ameloblastoma pada
ramus dan kondil mandibula sinistra; b dan c. Gambaran CT Scan 3D amelobastoma unikistik pada ramus
dan kondilus mandibula sinistra yang melibatkan ekspansi bukal, lingual, anterior dan posterior; d.
Gambaran CT koronal invasi dari caput kondilus dan ekspansi kondil12
khas adanya lesi yang multilokuler dan digambarkan sebagai gambaran busa
sabun (soap bubble appearance) disertai dengan ekspansi kortikal ke arah bukal
dan lingual, resorpsi akar gigi dan gambaran radiolusen pada gigi yang tidak
teratur susunannya atau menyerupai suatu anyaman. Anyaman ini tepinya terdiri
bagian tepinya tersusun dari sel-sel kuboid atau kolumnar yang intinya tersusun
seperti pagar. Bagian tengah dari pulau ini terdiri dari sel-sel bintang yang mirip
9
dengan retikulum stellata. Sering terjadi degenerasi kistik dari sel-sel epitel
pulau-pulau sel tumor ini. Tipe akantomatosa gambarannya hampir sama dengan
dengan karsinoma basal sel pada kulit. Sel-sel epitel tumor tampak lebih kecil.
serabut dari epitel odontogenik dalam suatu stroma kolagen yang padat. 2,5,16
a b c
d e
terdiri atas dinding kista fibrous dengan sebuah garis yang tersusun dari epitel
lapisan sel basal kolumnar atau kuboid dengan inti yang hiperkromatik dengan
stellata.Terdapat lapisan hialin di bawah lapisan sel basal dan terdapat fenomena
“budding off“ pada lapisan basal. Ameloblastoma tipe ini dikenal juga dengan
Ackerman tipe I. Pada tipe ini hanya terlihat adanya awal perubahan pada dinding
kista. 5,16
nodul ameloblastoma dari dinding kista ke arah lumen kista. Nodul yang
mengisi lumen dapat berukuran kecil atau besar. Pada beberapa kasus nodul
tipe II dengan dinding epitel batas tumor menonjol ke arah lumen. 5,16
perluasan tumor. 3
a b c
pulau kecil dan epitel odontogenik dalam stroma yang berkolagen padat. Pada
pada penderita usia muda dan ameloblastoma tipe kistik, sedangkan indikasi
yang tidak jelas.lesi dengan soup bubble, ameloblastoma yang telah meluas.
perawatan secara konservatif yang berupa enukleasi atau kuretase saja. Tetapi
ini tingkat rekurensinya sangat tinggi, sehingga banyak para klinisi lebih
terapi cryo untuk perawatan ameloblastoma tipe solid, tetapi metode ini banyak
sampai ke tulang sehat. Terapi ini biasanya dianjurkan pada tipe ameloblastoma
yang kistik pada usia muda, sebab dengan cara ini sedikit sekali menimbulkan
cacat pada wajah. Selain itu terapi ini dianjurkan pada penderita dengan usia
lanjut berkaitan dengan keadaan umum penderita. Dalam hal ini setelah
kekambuhan kembali, dapat dilakukan terapi reseksi atau enukleasi ulang. 3,5
a. Deflasi
diambil dengan menggunakan bur tulang, kemudian diberi drain dengan kasa
antibiotik yang diganti setiap dua hari dan dilepas setelah satu minggu, setelah
b. Enukleasi
deflasi, sedangkan untuk tipe solid langsung dilakukan enukleasi. Eksisi sampai
dengan kasa antibiotik. Satu minggu setelah dilepas drain diganti dengan
c. Dredging
kembali. Seluruh jaringan parut yang mengisi rongga tulang dikeruk dan
diangkat sampai ke tulang sehat, setelah itu rongga tulang diberi kasa antibiotik.
Pada ameloblastoma multikistik tipe sarang tawon harus disertai dengan reseksi
terus sampai hasil kerukan menunjukan sel-sel tumor negatif. Selanjutnya pasien
Perawatan radikal berupa reseksi lebih banyak dipilih oleh para klinisi
dari tumor ini. Perawatan dengan metode radikal dapat menurunkan tingkat
a. Reseksi marginal
yang sehat diambil secara enblock dimana kontinuitas tidak terganggu. Cara ini
15
sering disebut intra oral block excision. Tehnik ini hanya dilakukan pada tumor
ameloblastoma yang masih kecil, yang mana keterlibatan tulangnya belum luas.
Eksisi dilakukan melalui intraoral secara enblock seluruh tumor dengan sebagian
b. Reseksi segmental
yang agak besar, yang mana pinggir rahang yang tertinggal sedemikian tipisnya
sehingga akan memudahkan terjadinya fraktur pada daerah tersebut. Insisi dapat
dilakukan dari intraoral maupun ekstraoral. Setelah jaringan tumor dan tulang
rahang dipisahkan dari jaringan lunak dan otot-otot yang melekat disekitarnya,
dengan gigi-gigi yang terlibat, kemudian kedua fragmen tulang yang terpisah
ke dalam kanalis mandibularis atau dengan cara pencangkokan tulang yang bisa
kondiloideus, dan sebagian dari korpus mandibula pada satu sisi rahang bawah.
Pada rahang atas dilakukan pengambilan sebagian tulang maksila pada satu sisi
pada maksila yang telah meluas ke posterior. Tehnik ini menimbulkan defek
Klasifikasi defek pada maksila mengikuti pola reseksi struktur tulang dan
maksila mengikuti pola reseksi struktur tulang paling umum dan jaringan lunak
yang berdekatan. Klasifikasi defek pada maksila dibagi menjadi 6 tipe (Gambar
7) yaitu22:
atas disertai dengan jaringan lunak bukal yang menutupi maxilla ataupun
tetap utuh. Substotal maxillectomy defects dibagi menjadi 2 jenis yaitu tipe
IIA dan IIB. Tipe IIA defek melibatkan kurang dari 50% maksila dan tidak
17
melewati midline, sedangkan tipe IIB melibatkan lebih dari 50% maksila dan
dapat disertai dengan reseksi orbital. Defek ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu
tipe IIIA dan tipe IIIB. Tipe IIIA defek melibatkan seluruh dinding rahang
atas termasuk dengan dasar orbita tetapi meninggalkan struktur dalam orbita.
orbita.
a b c
d e f
Gambar 7. Klasifikasi defek maksila; 7a. Tipe I. Limited Maxillary Defects; 7b. Tipe
IIA. Subtotal Maxillectomy Defects; 7c. Tipe IIB Subtotal Maxillectomy Defects; 7d. Tipe
IIIA Total Maxillectomy Defects dengan tidak melibatkan orbita; 7e. Tipe IIIB Total
Maxillectomy Defects dengan melibatkan orbita; 7f. Tipe IV Orbitomaxillary Defects 22
18
II, dan III) yang menunjukkan defek pada tulang dan huruf (A,B,C,D) yang
setengah dari mandibula (corpus, angulus, ramus, disertai ataupun tidak disertai
dengan kondilus). Tipe III melibatkan defek lateral yang melibatkan satu atau
jaringan lunak intraoral. Tipe C menunjukkan defek pada kulit atau jaringan
lunak ekstra oral. Tipe D defek terjadi baik pada jaringan lunak intraoral ataupun
ekstra oral. 22
19
2.8. Rehabilitasi
dan penutupan jaringan lunak yang baik, meminimalkan morbiditas operasi dan
antara lain menggunakan dynamic benable defect bridging plate (plat AO),
graft, dan protesa. Protesa untuk daerah maksilofasial dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar yaitu protesa maksilofasial intraoral yang meliputi protesa untuk
mata, hidung serta telinga dan kombinasi protesa maksilofasial ekstraoral dan
intraoral.2,3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
hasil penelitian. Populasi target penelitian ini adalah seluruh pasien yang
Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh
ameloblastoma Januari 2018 – Desember 2019 di KSM Bedah Mulut RSUP Dr.
Hasan Sadikin.
KSM Bedah Mulut RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode Januari 2018 –
Desember 2019
Desember 2019
20
21
mandibulektomi
Bedah Mulut RSUP Hasan Sadikin periode Januari 2018 sampai Desember
2019. Data yang sudah terkumpul diolah secara komputerisasi untuk mengubah
data menjadi informasi. Adapun langkah dalam pengolahan data dimulai dari:
Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
program komputer.
Cleaning, yaitu apabila semua data dari pasien telah selesai dimasukkan,
dilakukan koreksi.
kategorik akan dinyatakan dalam proporsi dan presentase (%). Analisis data bila
Data didapat melalui rekam medis pada bulan Januari 2018 hingga bulan
perkiraan waktu penelitian dilakukan adalah bulan Januari sampai Februari 2020
dengan tempat penelitian adalah KSM Bedah Mulut RSUP Hasan Sadikin.
akan dikerjakan apabila sudah mendapatkan surat ethical clearance dari Komite
dan data dari rekam medis hanya diketahui oleh peneliti serta tidak akan
rekam medis tersebut. Salah satu bentuk tanggung jawab adalah menjaga
kerahasiaan identitas pasien, dalam pengambilan data nama pasien akan diambil
menggunakan inisial saja, dan hanya peneliti yang tahu mengenai data asli
identitas dari penelitian ini. Tindak lanjut pasien dari data rekam medis apabila
diperlukan dan mengeluarkan biaya, maka biaya akan ditanggung oleh peneliti.
26
kepentingan penelitian akan dilaksanakan setelah ada izin dari pihak yang
4.1 Hasil
Mulut RSHS pada periode Januari 2018-Desember 2019 didapatkan sebanyak 32 pasien
perempuan (70,27%). Pada gambar 11 data tersebut menunjukkan bahwa usia mayoritas
penderita ameloblastoma pada rentan usia 41-50 tahun dan >50 tahun yang masing-
masing berjumlah 8 pasien (21.62%), dan pada rentan usia 0-10 tahun usia minimal
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
27
28
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0 - 10 tahun 11 - 20 tahun 21 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun >51 tahun
Proporsi (%)
20
15
10
0
Ameloblastoma Ameloblastoma Ameloblastoma
Unikistik Multikistik Desmoplastik
Berdasarkan lokasi tumor didapatkan hasil data sebanyak 3 pasien terjadi pada
maxilla, dan 34 pasien terjadi pada mandibula (Gambar 14). Pada bagian maxilla
anterior, bagian kanan, dan kiri didapatkan masing-masing sebanyak 1 pasien (1,7%).
Pada bagian mandibula lokasi tumor mayoritas terjadi pada bagian kiri sebanyak 19
30
pasien (51,35%), pada bagian kanan sebanyak 12 pasien (32,43%), bagian anterior
sebanyak 1 pasien (2,7%), dan bagian kanan serta kiri sebanyak 2 pasien (5,41%).
(2,7%) dan dengan metode dredging sebanyak 5 pasien (13,51%). Tatalaksana secara
radikal pada data tersebut yang dilakukan reseksi segmental terdapat 14 pasien
Tatalaksana Ameloblastoma
Defek pada maxilla dan mandibula (gambar 16 dan 17) dalam kasus ameloblastoma
maxilla melibatkan satu atau dua dinding maxilla dan melibatkan <50% maxilla (1
pasien), tidak melewat midline (1 pasien) dan tidak meninggalkan defek (1 pasien),
dari mandibula dan terdapat defek ekstraoral dan intraoral (10 pasien).
Defek Maxilla
Defek Mandibula
Tipe IA Tipe IB Tipe IC Tipe ID Tipe IIA Tipe IIB (1) Tipe IIB (2)
Tipe IIC Tipe IID Tipe IIIA Tipe IIIB Tipe IIIC Tipe IIID
pemasangan plat AO, selain itu sebanyak 4 pasien (10,81%) dilakukan graft yang
diambil dari os costae, dan sebanyak 9 pasien (24,32%) dilakukan pembuatan protesa.
25
20
15
10
0
Plat AO Graft Protesa
4.2 Pembahasan
invasif lokal yang tidak memberikan rasa nyeri serta dapat mendestruksi tulang.
yang sering terjadi pada pasien d KSM Bedah Mulut RSHS. Berdasarkan hasil
didapatkan perawatan di RSHS pada periode Januari 2018 sampai Desember 2019
teori bahwa angka insidensi ameloblastoma paling banyak pada decade ketiga
multikistik yang terjadi disuatu populasi Iran..23 Pada penelitian Ruslin et al. juga
anatomis. Pemeriksaan tersebut dihasilkan bahwa kasus yang sering terjadi pada
pasien yang dirawat di RSHS selama periode Januari 2018 - Desember 2019 paling
banyak terjadi kasus ameloblastoma plexiform yaitu sebanyak 22 kasus, dan diikuti
dengan ameloblastoma folikuler sebanyak 12 kasus. Kasus lain yang terjadi yaitu
Berdasarkan data yang telah didapatkan di RSHS maka tindakan yang lebih sering
konservatif yang dilakukan pada RSHS seperti dredging sebanyak 5 kasus dan
yang terjadi, sedangkan tindakan konservatif diindikasikan pada pasien anak dan
Defek yang sering terjadi pada kasus yang ditemui pada RSHS mayoritas
terjadi pada mandibular yang memberikan defek pada ekstraoral dan intra oral
yaitu 27,03% dari seluruh kasus ameloblastoma yang terjadi di RSHS. Menurut
yang terjadi mayoritas pada mandibular lebih dari 50%, dan penelitian Tatapudi et
plat AO, pemasangan graft, dan pembuatan protesa. Pada kasus yang terjadi pada
RSHS rekonstruksi yang dilakukan paling banyak adalah dengan pemasangan plat
kebutuhan dan sejauh mana defek yang telah ditimbulkan setelah pembedahan.2,3
BAB V
KESIMPULAN
ameloblastoma pada pasien wanita lebih sering dibandingkan pada pria, dengan
persentase kejadian perempuan 70,27% (26 pasien) dan persentase kejadian laki-laki
adalah 29,73% (11 pasien). Dari 37 pasien ameloblastoma terdapat beberapa variasi tipe
terdapat tiga jenis histopatologis utama, jumlah terbesar adalah jenis bentuk plexiform
yang ditemukan pada 22 kasus (59,46%), diikuti oleh jenis folikuler yang ditemukan
pada 12 kasus (32,43%) dan jenis campuran antara plexiform-follicular ditemukan pada
3 kasus (8,11%). Berdasarkan lokasi terjadi ameloblastoma yang paling sering adalah
Tatalaksana yang sering digunakan adalah dengan pembedahan radikal seperti reseksi
jaringan ekstraoral dan intraoral. Rekonstruksi yang baik pada defek yang terjadi adalah
dengan pemasangan plat AO, pembuatan protesa, dan pemasangan graft yang berfungsi
36
DAFTAR PUSTAKA
2. Andersson L, Khanberg KE, Pogrel MA. Oral and Maxillofacial Surgery. 2010.
3. Fonseca RJ, Carlson ER, Ness GM. Oral and Maxillofacial Surgery. 2018. ed-3
surgery. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2018. Jan 1;23 (1):e54-8.
7. Mc Clary AC. West RB. Pollack JR.et al. Ameloblastoma: a clinical review and
307–316
37
38
11. Koong B. 2017. Atlas of Oral and Maxillofacial Radiology. ed-1; 10: 153-178
12. Sasaki R, Watanabe Y, Ando T, et al. Two Stage Enucleation and Deflation of a
13. Barbosa GL, Oliveira ML, Almeida SM, et al. Computed Tomography Imaging
15. Neville DW, Damm DD, Allen CM, Chi AC. 2016. Oral and Maxillofacial
17. Au SW, Li KY, Choi WS, et al. Risk factors for recurrence of ameloblastoma :
: 1-7
18. Wright JM, Tekkesin MS. Odontogenic tumors: where are we in 2017. J Istanb
21. Malhiero P., Feio L., Costa H., Unicystic Plexiform Ameloblastoma: Case
22. Santis GD, Cordeiro PG, Chiarini L. 2019. Atlas of Mandibular and Maxillary
Switzerland : Springer
41
LAMPIRAN II. Surat Etik Penulis
42
LAMPIRAN III. Surat Persetujuan Penelitian
43
44