Oleh:
Yasinnurrasyad Azmabasyar Rausyanfikr
PEMBIMBING:
Prof.DR.Harmas Yazid Yusuf,drg.,Sp.BM(K)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
anugerah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“L i m f o m a ” dalam rangka tugas saya sebagai Residen Bedah Mulut Adapun
tujuan di buatnya makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan
dalam bidang bedah .
Pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih kepada Prof.DR.Harmas
Yazid Yusuf,drg.,Sp.BM(K) atas bimbingannya serta kepada rekan-rekan yang
telah memberikan masukan dalam pembuatan makalah ini.
Demikian makalah ini saya susun, saya menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran
untuk perbaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi rekan-
rekan dokter muda dan pembaca pada umumnya.
YASINNURRASYAD A. R
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
atau sistem imun, dan tersusun oleh sel-sel retikuler sederhana, histiosit atau
limfositik, atau kombinasi kedua sel tersebut. Limfoma maligna dibagi ke dalam
dua kelompok, yaitu penyakit Hodgkin (Hodgkin's disease) dan limfoma non-
muncul pada nodus limfatik tunggal atau pada rangkaian nodus limfatik dan
mengalami distorsi atau hilang oleh proliferasi sel-sel limfoid yang mengalami
keganasan. Perubahan bentuk arsitektur nodus tersebut bisa berpola difus atau
folikuler. Pada limfoma maligna, sel-sel yang berproliferasi biasanya terdiri dari
satu tipe sel (monomorf), namun pada keadaan yang reaktif sel-sel proliferasi
Hampir 80 dari limfoma maligna muncul di dalam nodus limfatik, dan sekitar 50
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tubuh yang bertindak sebagai penghasil dan penyaring cairan yang disebut sebagai
getah bening (limfosit). Getah bening berfungsi sebagai alat pertahanan alami
dalam tubuh manusia seperti di ketiak, lipatan paha, leher, panggul dan perut.1
bisa mengindikasikan adanya infeksi, kanker atau penyakit lain yang berhubungan
berhubungan dengan infeksi ringan yang sedang dihadapi oleh sistem kekebalan
tubuh. Misalnya demam atau infeksi pada gigi. Adapun area kelenjar getah bening
paling dekat dengan area terjadinya infeksi. Misalnya infeksi gigi bisa membuat
infeksi, virus, peradangan, kanker. Dalam berbagai kondisi kelenjar getah bening
dapat terserang penyakit. Jenis penyakit yang paling banyak menyerang kelenjar
sel limfosit (sel darah putih yang bertanggung jawab atas pertahanan alami tubuh).
alami tubuh terhadap infeksi. Sistem ini bekerja melalui cairan limfatik dalam
pembuluh getah bening. Cairan limfatik merupakan cairan putih menyerupai susu
4
yang mengandung protein, lemak dan limfosit. Limfosit terdiri dari 2 jenis yaitu
penuh dengan kapiler limfe. Begitu pula dengan usus, organ-organ tubuh lainnya
seperti ginjal, lien. Ada bagian tubuh yang tidak mempunyai sistem limfe, yaitu
susunan saraf pusat, sumsum tulang, sistem kartilago, mata, telinga bagian dalam,
Pada rongga mulut, jaringan limfoid sebagian besar tampak sebagai cincin
Waldeyer’s, sedangkan pada dasar lidah dan palatum lunak jaringan limfoid
tampak tidak berkapsul, seperti juga pada kelenjar ludah mayor dan minor dimana
Pada daerah leher dan kepala, tumor ganas limfe dapat ditemukan pada
nodus limfe regional dan pada daerah ekstranodus limfoid yang dikenal sebagai
perluasan dari kavitas oral. Tumor ganas kelenjar limfe pada rongga mulut terjadi
Limfoma adalah neoplasma ganas yang berasal dari sel asli jaringan
limfoid (yaitu, limfosit dan prekursor serta turunannya, dan yang jarang adalah
kelompok besar limfoma maligna telah dikenal yaitu limfoma non-Hodgkin dan
limfoma Hodgkin.1,2
I. LIMFOMA NON-HODGKIN
sering terjadi, sering pada daerah ekstranodus kepala dan leher, terutama pada
5
pasien dengan infeksi HIV (AIDS). Sampai sekarang, manifestasinya di rongga
mulut baik primer maupun sekunder sangat jarang. Terapi limfoma Non-Hodgkin
lebih sulit daripada limfoma Hodgkin dan lebih sering menyebar ke lokasi
ekstranodal jauh.4,5
dibandingkan wanita, terutama pada kulit putih. Biasanya terjadi pada usia
pertengahan dan orang tua, kecuali limfoma Burkit yang ditemukan pada anak-
anak.1,2,3
1.1 ETIOLOGI
- Transplantasi organ
rheumatoid atritis
1.2 KARAKTERISTIK
secara bertahap yang asimptomatis, yang dapat melibatkan kelenjar limfe tanpa
6
ganas.
(cincin Waldeyer’s) atau dapat berkembang sebagai infiltrat pada jaringan non
dengan atau tanpa ulserasi. Jika mengenai tulang dapat menimbulkan gejala
seperti sakit dan hilang rasa pada bibir, bahkan fraktur patologis tulang.3,4,5
tipe dari tumor ganas limfe. Semua limfoma tumbuh infiltratif, membentuk
lapisan luas sel neoplastik yang seragam dengan atau tanpa jaringan nekrotik.5,6
sakit, konsistensi padat kenyal. Melibatkan kelenjar limfe pada daerah servikal,
yang terkena akan bertambah dan terfiksasi dengan jaringan sekitarnya. Pada
rongga mulut limfoma terlihat sebagai ektranodular, lesi pada jaringan lunak
terlihat sebagai pembengkakan yang bersifat keras, menyebar serta daerah yang
terkena pada bukal, posterior palatum keras atau gingiva (gambar 1). Limphoma
dan sumsum tulang. Penderita juga mengeluhkan demam ringan serta keluar
7
A. B.
1.4 KLASIFIKASI
Kerja (Working Formulation) untuk penggunaan klinis telah diterima secara luas
dan akan dijelaskan. Sebelum Formulasi Kerja dibahas, beberapa prinsip umum
noduler berkaitan dengan prognosis yang lebih baik daripada pola yang difus.
limfoma ini adalah suatu usaha untuk menyerupai pusat germinal dari mana
limfoma ini berasal). Limfoma difus dapat berupa sel B atau sel T.
8
Klasifikasi limfoma Non-Hodgkin menurut Rappaport :6
1. Nodular
Histiosit
2. Difus
gambaran plasmasitoid
gambaran plasmasitoid
Tumor Burkitt
Undifferentiated
4. Composite
9
2. Tipe sel T
Sarkoma imunoblastik
3. Tipe sel B
Sarkoma imunoblastik
Histiosit
(1) derajat rendah, (2) derajat menengah, dan (3) derajat tinggi yang berdasarkan
10
kelompok lain yang meliputi limfoma histiositik, leukemia/limfoma sel T yang
yang jelas.5,6
(2) Folikuler, terutama limfoma sel belah (cleaved cell) kecil; dan
Morfologi. Sel bersifat kompak, kecil, tampak seperti limfosit tidak terstimulasi
dengan inti butat yang terpulas gelap, sitoplasma jarang, dan ukurannya agak
bervariasi. Gambaran mitosis jarang dan sedikit atau tidak ada atipia sitotogik.
Keterlibatan sumsum tulang terdapat hampir di semua kasus, dan pada sekitar
tindih, baik secara klinis maupun morfologis, dengan leukemia limfositik kronik
(gambar 2).1,5,6
11
Gambar 2. Keterlibatan kelenjar getah bening pada leukemia limfositik kronis/ limfoma limfositik
kecil. A. Dengan pembesaran lemah, tampak pengurangan difus arsitektur kelenjar getah bening.
B. Pada pembesaran kuat, sebagian sel tumor memperlihatkan gambaran limfosit bulat kecil.
Sebuah prolimfosit, sel yang lebih besar dengan nucleolus terletak ditengah. 1
limfositik kecil (SLL) terjadi secara primer pada kelompok usia yang lebih tua.
yang ringan sampai sedang; gejala lain yang terkait biasanya ringan, dan
CD19 permukaan, suatu fenotip yang sama dengan sel B tidak terstimulasi.
ditemukan pada semua sel T dan sangat sedikit pada subsel sel B.1,5,6
12
Terdapat dua subkelompok sitologik limfoma folikuler derajat rendah: (1)
folikuler sel belah kecil small cleaved cell) dan (2) folikuler sel campuran
Morfologi. Sel tumor tampak mirip seperti sel B pusat germinativum normal. Sel
nwoplastik yang predominan biasanya ”mirip sentrosit”. Sel ini sedikit lebih besar
daripada limfosit dengan kontur inti terbelah angular yang ditandai dengan
indentasi mencolok dan lipatan linear. Kromatin inti kasar dan padat, dan
nukleolus tidak jelas. Sel kecil ini bercampur dengan sel mirip sentroblas yang
lebih besar dan jumlah bervariasi. Jenis sel kedua ini memiliki kromatin vesikular,
beberapa nukleolus, dan jumlah sitoplasma yang sedang serta mirip dengan sel
yang bermitosis aktif yang secara normal terdapat dipusat germinativum (gambar
3).
Gambaran klinis. Limfoma folikuler terjadi terutama pada orang lanjut usia dan
generalisata yang tidak nyeri; organ selain kelenjar (misalnya, organ visera) tidak
lazim terkena. Sumsum tulang seringkali terlibat (pada 75% kasus), tetapi
keterlibatan darah perifer dalam bentuk leukemia berat tidak umum terjadi. Pada
difus.
13
Gambar.3. Limfoma folikular, yang mengenai sebuah kelenjar getah bening. A. Agregat nodular
sel limfoma terdapat diseluruh kelenjar getah bening. B. Pada pembesaran kuat, sel limfoid kecil
dengan kromatin padat dan inti iregular atau terbelah bercampur dengan populasi sel besar dengan
nukleolus.1
Prognosis. Limfoma folikuler adalah tumor yang kurang aktif (indolent), dengan
median angka kelangsungan hidup berkisar antara 7-9 tahun yang sebagian besar
lambat menjadi suatu tumor difus dengan tipe histologi derajat-tinggi yang
Ada empat tumor dalam kategori ini yang tercantum dalam formula kerja,
Adalah tumor yang jarang terjadi dan prosentasenya kurang dari 15%
14
rendah, sebagian besar sel neoplastik limfoma ini berukuran besar, dengan inti
belah (cleaved) atau tidak belah (noncleaved). Gambaran mitosis juga lebih
folikuler lainnya.1,6
1.4.2.2. Limfoma Difus, Sel Belah Kecil (Diffuse, Small Cleaved Cell
Lymphoma (DSCCL))
Tersusun dari sel belah kecil yang mirip dengan limfoma sel belah kecil
folikuler. Berlawanan dengan limfoma folikuler dan tipe histologi yang sama,
tumor ini mempunyai rasio banding pada wanita yang lebih tinggi dan
mempunyai sifat yang lebih agresif (median angka kelangsungan hidup 2-4
tahun). Suatu subkelompok yang secara fenotip dan genetik berbeda, kadang-
lymphocytic lymphoma" telah diidentifikasi. Tumor ini dapat dibedakan dari sel
folikular pucat (yang diduga merupakan asal sebagian besar DSCC1 ) sebab
Mengandung campuran sel belah kecil dan sel besar yang dapat belah atau
tidak belah. Inti sel belah besar berbentuk irreguler terindentasi, dan lebih besar,
dengan inti tidak jelas Sitoplasma jarang dan pucat. Sel tidak belah besar
berukuran sampai empat kali limfosit normal, dengan inti bulat atau oval dengan
15
satu atau dua anak inti yang jelas. Kromatin berbentuk vesikuler dan mitosis jelas
Terutama mengandung sel belah besar dan sel tidak belah besar seperti
yang telah dijelaskan untuk limfoma difus campuran sel besar dan kecil. Limfoma
sel besar difus dan varian campuran difus tampaknya mewakili ekspresi
sebagal limfoma- derajat-menengah, limfoma difus campuran sel besar dan kecil
(DM) dan limfoma difus sel besar (DLC) mempunyai gambaran klinis sama
Gambar.4. Limfoma sel B yang besar dan difus. Sel tumor memiliki nukleus besar, dengan
1.4.3.
Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini yaitu limfoma imunoblastik sel
16
1.4.3.1. Limfoma Imunoblastik Sel Besar
Sel tumor dalam neoplasma ini berukuran empat sampai lima kali lebih
besar daripada limfosit kecil dan mempunyai inti vesikuler besar berlobus banyak
dengan satu atau dua anak inti sang jelas terletak di tengah. Sitoplasma dapat
terpulas tebal dan pironinofilik atau jernih. Beberapa tumor mempunyai campuran
sel transforrnasi besar dan limfosit atipik kecil dengan inti sel yang berubah-ubah
Gambaran klinis. Limfoma imunoblastik sel besar, limfoma difus sel besar, dan
limfoma difus campuran mempunyai perilaku klinis yang sama, dan merupakan
Pronognosis. Ketiga limfoma difus ini (limfoma imunoblastik sel besar, limfoma
difus sel besar, dan limfoma difus campuran) adalah tumor agresif yang cepat
bersifat fatal bila tidak diobati. Namun, dengan kombinasi kemoterapi intensif,
remisi lengkap dapat dicapai pada 60%-80% kasus, dan hampir dapat diobati.
Imunofenotif. Dapat berasal dari sel T atau B, tetapi paling sering dari sel B.
Identifikasi imunofenotip yang dapat dipercaya (B atau tidak dapat dibuat tanpa
terapi.1,6
17
Gambar 5. Limfoma imunoblastik1
Morfologi. Sel berukuran kurang lebih sama, dengan sitoplasma yang jarang dan
inti sel yang agak lebih besar daripada inti sel limfosit kecil. Kromatin inti sel
terlihat tak beraturan dan berbintik-bintik halus, anak inti tidak ada atau tidak jelas
Biasanya tampak pula angka mitosis yang tinggi dengan pola "langit berbintang"
berusia di bawah 20 tahun. Merupakan kurang dari 5% dari seluruh limfoma non-
mediastinal yang jelas pada 50%-70% penderita pada saat diagnosis menunjukkan
asal dari timus. Penyebaran dini yang progresif cepat ke sumsum tulang dan
kemudian ke darah serta selaput otak mengarah pada gambaran yang menyerupai
LLA-T.
Pronosis. Biasanya buruk. Upaya mutakhir untuk mengobati tumor ini secara
agresif dengan menggunakan protokot yang efektif untuk LLA telah memberikan
terekspresi pada semua kasus. Pada beberapa penderita sel juga positif CD2+,
CD5+, dan CD7+, seperti pada timosit muda, sedangkan pada kasus lainnya CD4
dan CD8 juga terekspresi pada sel tumor. Pada sebagian besar kasus, tidak ada
Dalam kategori ini terdapat limfoma Burkitt, yang endemik di Afrika, dan
tumor sekerabat yang terlihat di luar Afrika. Secara histologis, kasus asal Afrika
dan kasus non-endemik adalah identik, meskipun ada perbedaan klinis dan
virologis.
Morfologi. Sel tumor tampak monoton, berukuran sedang antara sel-sel limfosit
tidak belah kecil dan besar, serta mempunyai inti sel bulat atau oval yang berisi
dua sampai lima anak inti. Ukuran inti hampir mendekati ukuran inti makrofag di
yang sangat pironinofilik dan sering mengandung vakuola kecil berisi lipid.
Tumor ini mempunyai indeks rnitotik yang tinggi dengan gambaran "langit
19
Gambar 6. Burkitt lymphoma. Sel tumor dan intinya hampir seragam sehingga gambarannya
monoton. Aktivitas yang tinggi (mata panah) dan nucleolus yang mencolok. Pola langit berbintang
yang ditimbulkan oleh makrofag normal yang berwarna terang akan lebih besar dengan
pembesaran lemah.
Imunofenotif. Tumor sel B ini menyerupai sel B pusat germinal yang aktif dan
Gambaran klinis. Keadaan ini paling banyak mengenai anak-anak atau orang
Amerika Serikat. Pada orang Afrika, adanya keterlibatan maksila atau mandibula
Penentuan galur sel T atau sel B yang tepat dapat dilakukan dengan
listaging semua pasien limfoma. Sistem staging sama dengan penyakit Hodgkin.
cincin Waldeyer’s, epitrochlear dan saluran cerna lebih sering daripada penyakit
20
Hodgkin. Limfoma Non-Hodgkin lebih sering mengenai ekstranodal.
Sistem staging Ann Arbor biasa dipakai untuk pasien limfoma Non-
Hodgkin. Dengan sistem ini, stadium I, II, III dan IV limfoma Non-Hodgkin dapat
umum. Gejala pada kelompok B adalah salah satu dari penurunan berat badan
lebih dari 10 dalam 6 bulan sebelum diagnosis, tanpa sebab yang jelas; suhu tubuh
lebih dari 38°C, keringat pada waktu malam. Staging (Penggolongan) Non-
Cotswolds, yaitu:6
Stadium 1 : Keterlibatan satu regio kelenjar getah bening (I) atau keterlibatan satu
Stadium II : Keterlibatan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi
diafragma yang sama (II) atau dengan keterlibatan lokal satu organ ekstranodal
(IIE).
Stadium III : Keterlibatan regio kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma
(III), dapat disertai limpa (IIIS) dan/atau keterlibatan satu organ ekstranodal atau
Stadium IV : Keterlibatan difus atau diseminata pada satu atau lebih organ
ekstranodal atau jaringan dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening
21
adekuat, kelangsungan hidup berkisar 50-60%.
bervariasi dari 3500 sampai 5000 cGy tergantung dari subtipe histologis, besarnya
penyakit dan digunakan kemoterapi. Terapi biasanya dimulai dari leher, dada dan
lokasi ekstranodal dengan harapan hidup lebih panjang, angka keberhasilan 50%,
tetapi sejumlah pasien dapat sembuh dengan regimen kemoterapi yang agresif.
Prognosis tergantung dari tipe histologis, stadium dan terapi limfoma Non-
mencapai 10 tahun, tetapi biasanya tidak kurabel pada stadium lanjut. Limfoma
Non-Hodgkin gradasi rendah stadium dini (I dan II) dapat diterapi secara efektif
mempunyai harapan hidup yang lebih pendek, tetapi sejumlah besar pasien dapat
2.1 Definisi
limfoid. LH berasal dari satu nodus atau satu rangkaian kelenjar limfe dan
berkaitan dengan gambaran klinis yang agak khas, termasuk manifestasi sistemik
limfoid lainnya.
diagnosis yang tepat dan terapi yang diberikan menunjukkan hasil yang baik
2.2 Etiologi
20-90% kasus limfoma Hodgkin klasik (LHK) ditemukan adanya virus Epstein
positif bervariasi dengan umur, subtipe histologi, dan faktor epidemiologi seperti
geografi atau status imunodefisiensi. VEB positif pada LHK biasanya sering
2.3 Epidemiologi
Serikat. LH merupakan kanker yang jarang terjadi, namun yang paling sering
terkena adalah pada usia muda dengan insidensi paling tinggi usia 15-34 tahun.
Angka kejadian LH menurun pada usia 35-54 tahun, kemudian meningkat lagi
setelah usia 55 tahun.2 Pada 90% kasus LH stadium 1, angka bertahan hidup
adalah 5 tahun.8
23
2.4 Histopatologi
dikenal dengan ditemukannya sel Reed-Sternberg (RS). Sel RS memiliki ciri yang
unik, merupakan sel raksasa (diameter 20-50 µm) dengan inti lebih dari satu dan
menutupi anak inti yang besar berwarna merah tua, dengan warna cerah di
sekelilingnya, terlihat seperti mata burung hantu (owl eye). Keberadaan sel RS
inilah yang membedakan LH dengan LNH. LH biasanya dimulai pada salah satu
Gambar 7: Sel RS binukleus, yang tampak seperti owl eye, dengan nukleolus besar mirip badan
2.5 Klasifikasi
Revised European American Lymphoma (REAL) tahun 1994, yang dibagi menjadi
24
dua tipe yaitu LH limfosit nodularis predominan (LHLNP) dan LH klasik (LHK).
LHK terbagi lagi menjadi beberapa subtipe, yaitu LHK sklerosis nodularis
limfosit reaktif yang tampak matang bercampur dengan histiosit jinak dengan
jumlah bervariasi, sering di dalam nodus besar yang batasnya tidak jelas. Tipe sel
reaktif lain, seperti eosinofil, neutrofil, dan sel plasma, tidak atau hanya sedikit
ditemukan, dan sel RS tipikal sangat sulit dicari. Sel varian limfosit dan histiosit
jagung (popcorn cell), lebih sering ditemukan. Sel tumor LHLNP menunjukkan
positif VEB. LHLNP lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita (3:1),
Gambar 8: Limfoma Hodgkin limfosit nodularis predominan. A, Sel limfosit predominan lebih
sering ditemukan pada pria usia muda. B, Terlihat sel limfosit predominan dengan kontur nukleus
multilobus.7
25
2.5.2 Limfoma Hodgkin Klasik Sklerosis Nodularis (LHKSN)
Tipe LHKSN merupakan bentuk histologis tersering dan berbeda dari tipe
lain, baik secara klinis maupun histologis. Sel tumor tidak menunjukkan adanya
1. Adanya varian khusus sel RS yang disebut sel lakuna. Sel ini berukuran
kecil dan sitoplasma berwarna pucat. Pada jaringan yang difiksasi oleh
histiosit, dan sel lakuna dalam proporsi yang berbeda-beda. Sel RS klasik
jarang ditemukan.
Gambar 9: Limfoma Hodgkin klasik skeloris nodularis. A, Sel RS memiliki gambaran sel lakuna
dengan nukleus yang mengandung banyak nukleolus kecil. B, Contoh kasus fibrohistiositik
26
2.5.3 Limfoma Hodgkin Klasik Selularitas Campuran (LHKSC)
LHKSC sering terjadi pada pasien berusia lebih dari 50 tahun dan secara
heterogen khas, yang mencakup limfosit, eosinofil, sel plasma, dan histiosit jinak.
Gambar 10. Limfoma Hodgkin klasik selularitas campuran. Sel RS binukleus dikelilingi berbagai
mengatakan bahwa LHKKL merupakan varian dari LHKSN pada “fase awal”,
namun pada pasien dengan biopsi multipel menunjukkan tidak ada perubahan
LHKSN. LHKKL lebih banyak terjadi pada pria, dan disertai dengan adanya
27
limfadenopati perifer pada stadium I atau II. Sel tumor biasanya menunjukkan
VEB negatif.7,9
Gambar 11: Limfoma Hodgkin klasik kaya limfosit. A, Sel RS ditemukan di antara folikel yang
diperluas, banyak di daerah tepi. B, Pada perbesaran yang lebih, tampak sel RS pada daerah tepi
banyak sel-sel RS yang besar dan letaknya acak dengan sedikit limfosit. LHKDL
lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita, dan terjadi pada usia tua
positif.9,10
28
Gambar 12: Limfoma Hodgkin klasik deplesi limfosit. Terlihat banyak
Gejala utama adalah pembesaran kelenjar limfe, tidak terasa sakit, pada
tahap awal biasanya mobile, tetapi bisa menjadi terfiksir dan melekat pada
jaringan. Pembesaran kelenjar pada bagian leher paling sering terjadi dan mudah
dideteksi (80% terdapat pada kelenjar limfe leher). Gejala selanjutnya tergantung
pada lokasi penyakit yang sudah stadium lanjut sering disertai gejala sistemik:
demam yang tidak jelas penyebabnya, keringat malam, penurunan berat badan dan
pruritus generalisata. Hampir semua sistem dapat diserang penyakit seperti traktus
pada fase awal unilateral. Ketika sudah melibatkan daerah ekstranodus dapat
29
I. Keterlibatan satu regio kelenjar limfe (I) atau terkenanya satu organ atau
II. Keterlibatan dua atau lebih kelenjar limfe di sisi diafragma yang sama (II)
(IIE).
III. Keterlibatan kelenjar limfe di kedua sisi diafragma (III), yang mungkin
IV. Keterlibatan satu atau lebih organ atau jaringan ekstralimfatik dengan atau
Semua stadium di atas dibagi lebih lanjut berdasarkan tidak ada (A) atau
adanya (B) gejala sistemik berikut: demam signifikan, keringat malam, berat
Pasien yang lebih muda dengan tipe histologik yang relatif baik cenderung
datang pada stadium klinis I atau II dan biasanya bebas dari manifestasi sistemik.
30
Pasien dengan penyakit diseminata (stadium III dan IV) lebih besar
2.8 Terapi
Terapi stadium awal (stadium I dan II) adalah terapi radiasi. Radioterapi
Terapi radiasi tidak hanya dilakukan pada regio kelenjar yang terkena, namun
kelenjar yang tidak terkena juga diradiasi. Pada stadium II-A dilakukan Total
Nodal Irradiation (TNI). Terapi untuk stadium II-B dan IV adalah kemoterapi,
2.9 Prognosis
sangat baik. Namun, kemajuan dalam terapi ini juga membawa masalah baru.
memperlihatkan resiko yang jauh lebih tinggi mengidap leukemia akut, kanker
paru, melanoma, kanker payudara, dan beberapa bentuk NHL. Akibatnya, upaya
31
sehingga penyulit terkait terapi berkurang sementara angka kesembuhan
32
BAB III
KESIMPULAN
terjadi, yang dapat menyebabkan suatu lesi primer maupun sekunder. Pada rongga
Hodgkin.
Hodgkin
Hodgkin
1. Usia 18-38 tahun Usia pertengahan
2. Keadaan umum Baik Terganggu
3. Pruritus Mendahului/menyertai -
4. Demam Kasus awal Jarang
5. Lesi pada URT dan GIT Jarang Lesi primer
6. Karakteristik Polilobulated Sangat besar oval
7. Respon Radiasi Lambat Cepat
8. Histopatologis Sel Reed-Sternberg -
9. Penyebaran Teratur mulai Tidak teratur/acak
servikal/supraklavila
Lebih sering terlokalisasi pada satu Lebih sering melibatkan banyak kelenjar
33
mediastinal, para-aortik)
(contiquity) (noncontiquous)
sering terkena
klinis dan mengetahui gambaran histopatologis dari jaringan tumor ganas limfoid
yang berasal dari nodus limfatik. Terapi untuk limfoma Hodgkin dan Non-
DAFTAR PUSTAKA
34
2. Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N. 2005. Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease. 7th Ed. Elsevier Saunders. p 686 -690.
3. Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., Bouquot, J.E. 2002. Oral &
Maxillofacial Pathology. 1st Ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia. p
515 - 521.
4. Regezi, J.A., Scciubba, JJ. 1999. Oral Pathology Clinical Pathologic
Correlations. 3rd Ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia. p 273 - 283.
5. Rosai, J. 2004. Rosai and Ackerman 's Surgical Pathology. 9th Ed. Mosby.
Philadelphia. p1917-1931.
6. Robbins, S.L. 1994. Pathology Basis of Disease. Ec1. ke-5. Philadelphia,
W.B. Saunders Co.p 648.
7. Eberle FC, Mani H, Jaffe ES. Histopathology of Hodgkin’s Lymphoma.
The Cancer Journal [Internet]. 2009 [cited 2013 March 8]; 15(2):129-37.
Available from: http://www.edwards.usask.ca/faculty/Colin
%20Boyd/Personal/WebMagic/CancerJournal/Eberle.pdf.
8. Clarke C, O’Malley C, Glaser S. Chapter 27 Hodgkin Lymphoma.
National Cancer Institute [Internet]. Available from:
http://seer.cancer.gov/publications/survival/surv_hodgkin.pdf.
9. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN. Robbins, Basic Pathology.
8th ed. Philadelphia: Elsevier. 2007. P. 444-61.
10. Armitage JO. Early-Stage Hodgkin’s Lymphoma. N Engl J Med [Internet].
2010 [cited 2013 March 8]; 363:653-62. Available from:
http://sumed.stb.sun.ac.za:8001/rid=1HM6S1C2L-16J7B5X-
3PQ/Hodgkins%20Lymphoma.pdf.
11. Greenberg MS, Glick M. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. 10th ed. Ontario: BC Decker Inc; 2003. P. 448-51.
35