Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 10 MODUL 2

INFEKSI MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT


DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................... i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB 1 : Pendahuluan............................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

ii
B. Tujuan Penulisan............................................................................................1

C. Manfaat Penulisan..........................................................................................1

BAB 2 : Pembahasan.............................................................................................2

A. Skenario.......................................................................................................2

B. Identifikasi istilah sulit.................................................................................2

C. Identifikasi masalah.....................................................................................3
D. Analisa masalah...........................................................................................4
E. Strukturisasi konsep.....................................................................................7
F. Learning Objective.......................................................................................7
G. Belajar mandiri.............................................................................................7
H. Sintesis.........................................................................................................8

BAB 3 : Penutup...................................................................................................27

A. Kesimpulan................................................................................................27
B. Saran..........................................................................................................27

Daftar Pustaka.....................................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oral candidiasis disebabkan oleh Candida, yang biasanya terdapat
dalam rongga mulut dari sekitar 50% orang sebagai organisme komensal.
Transformasi dari organisme komensal ke patogen tergantung pada intervensi
faktor predisposisi yang berbeda-beda sehingga memodifikasi lingkungan
mikro dari rongga mulut dan mendukung munculnya infeksi oportunistik.
Adapun faktor-faktor yang mendukung munculnya infeksi oportunistik adalah
sebagai berikut: iritasi lokal yang kronis, perawatan yang tidak sesuai,
kortikosteroid, xerostomia, makanan yang dikonsumsi, gangguan imunologis
dan endokrin, penyakit ganas dan kronis, diskrasia darah yang parah, paparan
rasiasi pada kepala dan leher, nutrisi yang abnormal, usia dan perokok berat.

Candida albicans adalah spesies yang aling ganas dan paling sering
dijumpai, diikuti oleh Candida tropicalis, Candida parapsilosis, Candida
guillermondii, Candida krusei, Candida kyfer, dan yang terkini ditemukan:
Candida dubliniensis

Penanganan kandidiasis oral harus mengarah pada identifikasi faktor-


faktor yang mendasari penyebab terjadinya penyakit melalui pemeriksaan
klinis dan riwayat penyakit pasien. Jika perubahan atau koreksi dari faktor
predisposisi tidak memungkinkan /diperlukan, maka terapi obat dapat
dilakukan. Penanganan dapat dilakukan dengan memberikan obat jenis topikal.
Pemilihan obat tergantung pada riwayat klinis pasien serta gejala yang terjadi
di rongga mulut.

B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi candidiasis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patogenesis candidiasis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis-jenis candidiasis.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor-faktor candidiasis.


5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala candidiasis.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penanganan candidiasis.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan secara menyeluruh mengenai etiologi, perjalanan
bagaimana hingga dapat terbentuknya candidiasis, jenis-jenis, faktor-faktor
yang dapat menyebabkan candidiasis dapat terbentuk, bagaimana tanda dan
gejala dari candidiasis serta bagaimana cara penanganan terhadap candidiasis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

SKENARIO:
Di gazebo kampus….
Luthfi : Lagi liatin apa bro? Serius amat.

Aviv : Ini nah. Tadi malam pas aku magang ma drg. Sultan, Sp.PM ada 3 orang
pasien datang dengan kondisi rongga mulutnya terdapat bercak-bercak putih
sebagaimana yang udah kudokumentasikan seperti ini. Kata drg. Sultan,
Sp.PM, mikroba penyebabnya sih semuanya sama. Kamu tahu ga?

1 2 3
Luthfi : Kalo ini sih semuanya kandidiasis bro. Cuma nama jenisnya masing-masing
aku ga tahu. Selain gambar-gambar yang kamu ambil ini sih masih ada lagi
jenis lainnya.

Aviv : Wah, tahu juga kamu sekalinya. Kenapa ya bisa kayak gini wal?

Luthfi : Banyak faktor bro. Bisa dari patogenitas mikrobanya. Atau bisa juga karena
faktor dari kondisi penderitanyanya sendiri, baik itu kondisi lokal rongga
mulutnya atau karena pengaruh sistemik kondisi tubuhnya. Kalo
pengalamanku sih, paling sering terjadi pada pasien imunocompromised.

Aviv : Kayak apa sudah penanganannya kalo kayak gini wal?

Luthfi : Kalo itu sih aku juga belum bisa berkomentar, takut asbun. Ayo sudah kita cari
referensi tentang penyakit ini. Mana tahu kan pas kita insyaaLlah dah jadi
dokter nanti ketemu kasus beginian, kita udah tahu apa yang harus dilakukan.
Ya ga?

A. Identifikasi Istilah Sulit


a) Candidiasis : Infeksi yang disebabkan oleh jamur candida. Normalnya,
kulit manusia ditinggali oleh bakteri dan jamur (fungi) yang kebanyakan

3
tidak berbahaya. Beberapa jenis bakteri dan fungi bahkan dapat membantu
kulit untuk melakukan fungsinya. Akan tetapi, jika bakteri dan fungi
tersebut berkembang biak tanpa terkontrol, maka akan menyebabkan
infeksi.
b) Imunocompromised :Defisiensi imun, kondisi abnormal dimana
kemampuan seseorang untuk melawan infeksi menurun. Hal ini dapat
disebabkan oleh proses penyakit, obat-obatan tertentu atau kondisi yang ada
saat lahir (Yoko,2017).
c) Patogenitas : Kemampuan suatu mikroorganisme untuk menyebabkan suatu
patogen atau penyakit.
d) Mikroba : Suatu organisme hidup yang berukuran sangat kecil.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa saja mikroorganisme penyebab candidiasis?
2. Apa saja jenis dari candidiasis?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya candidiasis?
4. Mengapa keadaan sistemik tubuh seseorang bisa menjadi faktor adanya
candidiasis?
5. Bagaimana kondisi dari rongga mulut dapat berpengaruh terhadap
perkembangan candidiasis?
6. Mengapa pasien dengan imunocompromised paling sering atau rentan
mengalami candidiasis?
7. Apa saja tanda dan gejla dari candidiasis?
8. Bagaimana patogenesis dari candidiasis?
9. Mengapa candidiasis paling banyak ditemukan di lidah?
10. Bagaimana penanganan dari candidiasis?
11. Apa saja penyakit didalam rongga mulut selain candidiasis?

4
C. Analisa Masalah
1. Mikroorganisme penyebab candidiasis :
Penyebab candidiasis antara lain: Candida albicans, Candida
tropicalis, Candida glabrata, Candida parasilopsis, Candida
guillermondii, Candida krusei, Candida kyfer, Candida dublimiensis,
Candida apseuda dan Candida stellatoidea.

2. Jenis-Jenis candidiasis :
a. Candidiasis pseudomembran, secara umum dikenal dengan thrush.
Tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau
seperti beludru, terdiri dari sel epitel dekuamasi, fibrin. Pada
umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah dan palatum lunak.
b. Candidiasis atropik akut, ditandai dengan adanya kemerahan difus,
sering dengan mukosa yang relatif kering, permukaan mukosa
terkelupas akibat dari penggunaan antibiotik spektrum luas seperti
tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacillus achidophillus
dan Candida albicans. Antibiotik yang dikonsumsi pasien
mengurangi tumbuhnya Lactobacillus achidophillus dan
memungkinkan Candida albicans tumbuh subur. Dan terdapat rasa
terbakar. (Fenlon,1998).
c. Candidiasis kronik, biasanya disebut dengan Denture Stomatitis
atau alergi gigi tiruan. Mukosa palatum atau mandibula yang
tertutup gigi tiruan akan menjadi merah. Kandidiasis ini hampir
60% diderita oleh pemakai gigi palsu atau tiruan. (Fenlon,1998).
d. Candidiasis, Hiperplastik, timbul pada mukosa bukal atau tepi
bilateral lidah berapa bntik-bintik putih yang tepinya menimbul
tegas dengan beberapa daerah merah.
e. Median rhomboid glositis, candidiasis yang terkait dengan lidah.
f. Keilitis angularis, infeksi Candida albicans pada sudut mulut,
dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Sudut mulut yang
terinfeksi tampak merah dan pecah-pecah dan terasa sakit ketika
membuka mulut. Dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin
B12 dan Anemia defisiensi besi (Agha-Hoseini,2006).
g. Eritematosa, Tidak ada bercak putih cenderung kemerahan.
3. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya candidiasis
a. Faktor lokal (host), karena kalenjar saliva yang kurang
menyebabkan saliva yang seharusnya menjadi sistem pertahanan

5
terhadap mikroorganisme asing menjadi tidak dapat mengerjakan
tugasnya.
b. Faktor sistemik, merokok, imunocompromised.penggunaan obat-
obatan, gigi palsu, faktor patogen.
4. Pengaruh kondisi sistemik terhadap terjadinya candidiasis
Karena kondisi sistemik yang menurun menyebabkan mudahnya
bakteri atau mikroorganisme asing penyebab patogen masuk kedalam tubuh
hingga nantinya dapat menyebabkan candidiasis. Contoh pada penderita
diabetes yang merupakan penyakit gula menyebabkan sulitnya menutupnya
mukosa ketika terjadinya luak atau lesi yang memungkinkan menyebabkan
candidiasis dapat berkembang. Candidiasis merupakan infeksi oportunistik
yang menyerang ketika sistem pertahanan tubuh disaat lemah dan memiliki
penyakit sistemik lainnya.
5. Pengaruh kondisi rongga mulut terhadap perkembangan candidiasis
Rongga mulut memiliki Ph normal 6-7. Ph dengan keadaan normal
inilah yang menyebabkan adanya keseimbangan seluruh mikroorganisme
yang berada didalam rongga mulut. Ketika keadaan rongga mulut dalam
keadaan tidak normal, maka akan sangat mudah bagi mikroorganisme
penyebab patogen untuk berkembang biak dengan didukung adanya
lingkungan yang kondusif bagi perkembangan mikroorganisme tersebut.
6. Pasien dengan imunocompromised rentan atau sering terkena candidiasis:
Karena ada hubungannya dengan sistem imun tubuh yang menurun
yang menyebabkan jamur yang mempunyai sifat oportunistik memanfaatkan
situasi ini untuk menginvasi lingkungan untuk perkembanganbiakan jamur.
7. Tanda dan gejala dari candidiasis :
- Oral burning
- Bercak putih pada daerah palatum, faring hingga uvula
- Warna kemerahan pada jaringan rongga mulut
- Nyeri pada mukosa
- Terdapat lesi yang timbul
- Kegagalan dalam pengecapan.
8. Patogenesis dari candidiasis:
Dimulai dengan adanya faktor-faktor tertentu yang menyebabkan
jamur Candida dapat masuk menembus sistem pertahanan tubuh hingga
menginvasi jaringan dan menimbulkan tanda serta gejala tertentu hingga
dapat dikenali sebagai candidiasis.
9. Mengapa candidiasis paling sering ditemukan pada lidah?
Candidiasis tidak selalu terjadi di lidah dapat juga terjadi pada sudut
mulut, pada bibir serta pipi.Namun, kemungkinan dikarenakan lidah
merupakan organ yang paling sering dilewati oleh makanan dan tersentuh

6
makanan. Pada lidah juga terdapat papilla yang kasar yang dapat
menyebabkan makanan dapat dengan mudah tersangkut pada lidah hingga
dapat menyebabkan candidiasis.
10. Pengananan candidiasis:
- Menjaga oral Hygiene
- Berhenti merokok
- Mengurang konsumsi obat-obatan kortikosteroid
- Terapi kausatif, pasien diintruksikan untuk membershikan lidah
dengan pembersih lidah (tongue cleanser).
- Obat antifungal: Polienes, Azoles, Etsino
11. Penyakit rongga mulut selain candidiasis:
Ada banyak sekali penyakit rongga mulut selalin candidiasis contoh :
stomatitis, infeksi pada tulang rahang seperti osteomyelitis, dll.

E. Strukturisasi Konsep

Candidiasis

Etiologi Jenis-jenis Patogenesis Faktor-faktor Tanda dan gejala Penanganan

F. Learning Objektif
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi candidiasis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patogenesis candidiasis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis-jenis candidiasis.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor-faktor candidiasis.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala candidiasis.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penanganan candidiasis.

7
G. Belajar Mandiri
Pada step ini masing-masing anggota kelompok belajar secara mandiri untuk
menemukan learning objective yang sebelumnya sudah disepakati bersama.

H. Sintesis
1. Etiologi dari kandiasis

Kandidiasis oral adalah penyakit pada mukosa rongga mulut yang


disebabkan oleh Candida yang merupakan fungi yang paling sering
menginfeksi tubuh manusia. Fungi adalah suatu mikroorganisme
oportunistik patogen terutama ada pasien imunokompromis, yang dapat
diperberat oleh adanya faktor lokal ataupun proses patologik sistemik.
Kandidiasis oral dapat merupakan gambaran adanya penurunan
mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, antara lain penurunan jumlah
sekresi saliva, penurunan imunitas seluler dan humoral, penyakit mukosa
lokal atau penggunaan antibiotik spektrum luas dan agen imunosupresif,
yang juga merupakan beberapa faktor predisposisi yang memicu
timbulnya penyakit ini.

Penyakit infeksi ini muncul karena adanya pertumbuhan dari yeast


seperti fungus yaitu candida. Mikroorganisme nomor satu yang paling
sering ditemui dari kasus oral candidiasis adalah C. albicans diikuti
dengan C. tropicalis, C. glabrata, C. pseudotropicalis, C. guillerimondi,
C. kruisei, C. lusitiniae, C. parapsilopsis, C. c. albicans, c. glabrata dan c.
tropicalis, 80% sering ditemui pada kasus-kasus oral candidiasis yang
sudah diisolasi . oral candidiasis adalah penyakit infeksi mulut yang
sering ditemukan khususnya pada usia muda dan usia lanjut.

Insidensi ditemukannya c. albicans pada rongga mulut dilaporkan


45% pada neonates, 45-65% pada anak kecil yang sehat, 30%-45% pada
orang dewasa yang sehat, 50%-65% pada orang yang menggunakan gigi
palsu, 90% pada orang yang menderita leukemia yang sedang menjalani
kemoterapi, dan 95% ada penderita HIV. Namun, pertumbuhan berlebih
kandida dapat menyebabkan penyakit local, ketidaknyamanan, sensasi rasa
yang berubah, disfagia dari pertumbuhan esofagus yang berlebihan
mengakibatkan miskin nutrisi, pemulihan yang lambat, dan rumah sakit
yang berkepanjangan tinggal. Pada pasien immunocompromised, infeksi
dapat menyebar melalui aliran darah atau atas saluran pencernaan yang
menyebabkan infeksi parah dengan morbiditas dan mortalitas yang
signifikan. (akpan & Morgan, 2002).

8
Kandidiasis superfisial (kulit atau mukosa) terbentuk oleh
peningkatan jumlah lokal Candida dan kerusakan kulit atau epitel yang
memungkinkan invasi lokal oleh yeast dan pseudohyphae. Kandidiasis
sistemik terjadi ketika Candida memasuki aliran darah dan pertahanan
inang fagositik tidak mampu menahan pertumbuhan dan penyebaran yeast.
Dari sirkulasi, Candida dapat menginfeksi ginjal, menempel pada katup
jantung prostetik, atau menghasilkan infeksi candidal hampir di mana saja
(misalnya, artritis, meningitis, endophthalmitis). Histologi lokal lesi kulit
atau mukokutan ditandai oleh reaksi inflamasi yang bervariasi dari abses
piogenik hingga granuloma kronis. Lesi-lesi itu mengandung sel-sel yeast
yang mulai tumbuh dan pseudohyphae.

Ada hubungan yang jelas antara kandidiasis oral dan pengaruh


faktor predisposisi lokal dan general (tabel 5-2). Faktor predisposisi lokal
mampu mendukung pertumbuhan yeast atau mempengaruhi respon imun
dari mukosa mulut. Faktor predisposisi general seringkali terkait dengan
status kekebalan individu dan status endokrin. Obat-obatan serta penyakit,
yang menekan sistem imun adaptif atau bawaan dapat memengaruhi
kerentanan lapisan mukosa. Selain itu kandidiasis juga terkait dengan
infeksi jamur pada anak-anak yang belum memiliki sistem kekebalan
tubuh yang utuh atau mikroflora oral yang berkembang penuh.

9
2. Patofisiologi dari kandisiasis
Seperti yang sudah diketahui bahwa oral candidiasis disebabkan
oleh mikroorganisme yang nomor satu yaitu C. albicans.
Mikroorganisme seperti C. albicans memiliki port of entry pada manusia
yaitu melalui mulut manusia. Hal ini selaras dengan yang ditemukan dari
penelitian bahwa C. albicans ini dapat diisolasi dari saliva manusia. C.
albicans kemungkinan besar diperoleh pada awal masa anak-anak yang
mana pada masa tersebut masih bersifat mikroorganisme yang
komensalisme. Artinya dia menetap pada mulut manusia namun tidak
merugikan maupun menguntungkan pada manusia. Namun, pada usia
lanjut mikoorganisme ini bis amenyebabkan pathogen karena mungkin
diperparah oleh beberapa penyakit sistemik. Secara klinis, transfer
mikroorganisme ini bisa terjadi juga melalui tangan praktisi kesehatan,
khususnya yang paling sering ditemui adalah C. parapsilopsis.
Pada tahap selanjutnya, setelah masuk ke dalam mulut manusia, C.
albicans dapat melekat pada bakteri yang ada di dalam mulut Atau
melekat pada lapisan pelikel pada permukaan gigi maupun jaringan pada
rongga mulut dan biasanya terdeteksi pula pada plak gigi. Proses
perlekatan tersebut dilakukan dengan menggunakan adhesin sel
permukaan sel yang dapat mengenali dan mengikat secara spesifik dengan
permukaan sel pada inangnya. Adhesin tersebut dapat berupa glycoprotein
dan interaksinya dengan reseptor inangnya berupa protein-protein atau
protein-karbohidrat. C. albicans memiliki adhesin yang yang telah
dikodekan oleh gen ALS(Aglutinin-like sequences). Gen ini juga
mengkode protein permukaan yang luas seperti Als3, yang mana terbukti
berinteraksi dengan sel epitel, sel endotel dan matriks ekstraselular.
Permukaan lain daei C. albicans juga teridentifikasi sebagai adhesin
berupa Hwp1 yang merupakan hypha spesifik.

Kemampuan C. albicans untuk menginfeksi inang yang beragam


tersebut didukung oleh berbagai faktor virulensi dan atribut kebugaran
(fitness atribute). Sejumlah atribut, termasuk transisi morfologis antara
bentuk ragi dan hifa, ekspresi adhesin dan invasin pada permukaan sel,
thigmotropisme, pembentukan biofilm, penggantian fenotipik dan sekresi
enzim hidrolitik dianggap sebagai faktor virulensi. Selain itu, atribut
kebugaran termasuk adaptasi cepat terhadap fluktuasi pH lingkungan,
fleksibilitas metabolisme, sistem akuisisi nutrisi yang kuat dan mesin
respon stres yang kuat.

Sel-sel yeast menempel pada permukaan sel inang dengan ekspresi


adhesin. Kontak dengan sel inang memicu transisi yeast ke hifa dan

10
mengarahkan pertumbuhan melalui thigmotropisme. Ekspresi invasins
memediasi penyerapan jamur oleh sel inang melalui endositosis yang
diinduksi. Adhesi, kekuatan fisik dan sekresi hidrolase jamur digunakan
untuk memfasilitasi mekanisme invasi kedua, yaitu, penetrasi aktif yang
digerakkan jamur ke dalam sel inang dengan menghancurkan barier.
Penempelan sel yeast ke permukaan abiotik (mis., Kateter, gigi palsu)
atau biotik (sel inang) dapat menimbulkan pembentukan biofilm dengan
sel ragi di bagian bawah dan sel hifa di bagian atas biofilm. Plastisitas
fenotipik (switching) merupakan kemampuan untuk mempengaruhi
antigenisitas dan pembentukan biofilm C. albicans. Selain faktor
virulensi ini, beberapa sifat kebugaran mempengaruhi patogenisitas
jamur. Mereka termasuk respon stres yang kuat dimediasi oleh protein
heat shock (Hsps); auto-induksi pembentukan hifa melalui penyerapan
asam amino, ekskresi amonia (NH3) dan alkalinisasi ekstraseluler secara
bersamaan; fleksibilitas metabolik dan penyerapan berbagai senyawa
sebagai sumber karbon (C) dan nitrogen (N); dan serapan logam jejak
esensial, mis., besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu) dan mangan (Mn).

11
3. Jenis-jenis kandisiasis
Lehner membagi klasifikasi candidiasis menjadi dua sbudivisi utama
yaitu acute ( pseudomembran candidiasis & atrophic candidiasis) dan
chronic (meliputi hyperplastic candidiasis dan atrophic candidiasis).
Selain itu juga diklasifikasikan menjadi median rhomboid glossitis dan
candidiasis -associated angular cheilitis.

Secara umum, kandidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok,

yaitu:

1 Akut , dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut

Kandidiasis ini biasanya disebut juga sebagai thrush. Secara klinis,


pseudomembranosus kandidiasis terlihat sebagai plak mukosa yang putih
atau kuning, seperti cheesy material yang dapat dihilangkan dan
meninggalkan permukaan yang berwarna merah.Kandidiasis ini terdiri
atas sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur dan umumnya dijumpai
pada mukosa labial, mukosa bukal, palatum keras, palatum lunak, lidah,
jaringan periodontal dan orofaring.Thrush dijumpai sebesar 5% pada bayi
bayu lahir dan 10% pada orang tua yang kondisi tubuhnya
lemah.Keberadaan kandidiasis pseudomembranosus ini sering
dihubungkan dengan penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia,
dan pada pasien dengan sistem imun rendah seperti HIV/AIDS.
Diagnosa banding dari kandidiasis pseudomembranosus ini meliputi flek
dari susu dan debris makanan yang tertinggal menempel pada mukosa
mulut, khususnya pada bayi yang masih menyusui atau pada pasien lanjut
usia dengan kondisi tubuh yang lemah akibat penyakit.

12
Gambar 1.
Kandidiasis Pseudomembranosus Akut

b. Kandidiasis Atrofik Akut

Tipe kandidiasis ini kadang dinamakan sebagai antibiotic sore


tongue atau juga kandidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada
mukosa bukal, palatum, dan bagian dorsal lidah dengan permukaan
tampak sebagai bercak kemerahan. Penggunaan antibiotik spektrum luas
maupun kortikosteroid sering dikaitkan dengan timbulnya kandidiasis
atrofik akut.Pasien yang menderita kandidiasis ini mengeluh adanya rasa
sakit seperti terbakar.

Gambar 2. Kandidiasis Atrofik Akut

13
2. Kronik, dibedakan atas tiga jenis, yaitu :

a. Kandidiasis Atrofik Kronik

Kandidiasis atrofik kronik disebut juga denture sore mouth atau


denture related stomatitis,dan merupakan bentuk kandidiasis paling
umum yang ditemukan pada24-60% pemakai gigi tiruan.Gambaran klinis
denture related stomatitis ini berupa daerah eritema pada mukosa yang
berkontak dengan permukaan gigi tiruan.Gigi tiruan yang menutupi
mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi jamur.
Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang
terinflamasi di bawah gigi tiruan rahang atas,denture stomatitis ini dapat
diklasifikasikan atas tiga yaitu :

• Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang


terlokalisir

• Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan


gigi tiruan

• Tipe III : tipe granular (inflammatory papillary hyperplasia) yang


biasanya tampak pada bagian tengah palatum keras.

Gambar 3. Denture Stomatitis tipe I

14
Gambar 4. Denture Stomatitis tipe II

Gambar 5. Denture Stomatitis tipe III

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik

Kandidiasis ini sering disebut juga sebagai Kandida leukoplakia


yang terlihat seperti plak putih pada bagian komisura mukosa bukal
atau tepi lateral lidah yang tidak bisa hilang bila dihapus. Kondisi ini
dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Kandida
leukoplakia ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok.

15
Gambar 6. Kandidiasis Hiperplastik Kronik

3. Median Rhomboid Glositis

Median Rhomboid Glositis merupakan bentuk lain dari atrofik


kandidiasis yang tampak sebagai daerah atrofik pada bagian tengah
permukaan dorsal lidah, dan cenderung dihubungkan dengan perokok
dan penggunaan obat steroid yang dihirup.

Gambar 7. Median Rhomboid Glositis

4. Keilitis Angularis

Keilitis Angularis atau disebut juga angular stomatitis atau


perleche merupakan infeksi campuran bakteri dan jamur Kandida yang
umumnya dijumpai pada sudut mulut baik unilateral maupun bilateral.
Sudut mulut yang terinfeksi tampak merah dan sakit.Keilitis angularis

16
dapat terjadi pada penderita anemia defisiensi besi, defisiensi vitamin
B12, dan pada gigi tiruan dengan vertikal dimensi oklusi yang tidak
tepat.

Gambar 8. Keilitis Angularis

4. Faktor-faktor penyebab kandisiasis

1. Faktor Patogen Jamur

kandida mampu melakukan metabolisme glukosa dalam kondisi


aerobik maupun anaerobik. Selain itu jamur kandida mempunyai
faktor-faktor yang mempengaruhi adhesi terhadap dinding sel epitel
seperti mannose, reseptor C3d, mannoprotein dan Saccharin. Sifat
hidrofobik dari jamur dan juga kemampuan adhesi dengan fibronektin
host juga berperan penting terhadap inisial dari infeksi ini.4

2. Faktor Host

a. Faktor lokal

Fungsi kelenjar saliva yang terganggu dapat menjadi predisposisi


dari kandidiasis oral. Sekresi saliva menyebabkan lemahnya dan
mengbersihkan berbagai organisme dari mukosa. Pada saliva terdapat
berbagai protein-protein antimikrobial seperti laktoferin,
sialoperoksidase, lisosim, dan antibodi antikandida yang spesifik.

Penggunaan obat-obatan seperti obat inhalasi steroid menunjukan


peningkatan resiko dari infeksi kandidiasis oral. Hal ini disebabkan
tersupresinya imunitas selular dan fagositosis.6 Penggunaan gigi
palsu merupakan faktor predisposisi infeksi kandidiasis oral.
Penggunaan ini menyebabkan terbentuknya lingkungan mikro yang
memudahkan berkembangnya jamur kandida dalam keadaan PH

17
rendah, oksigen rendah, dan lingkungan anaerobik. Penggunaan ini
pula meningkatkan kemampuan adhesi dari jamur ini.7

b. Faktor sistemik

Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dapat


mempengaruhi flora lokal oral sehingga menciptakan lingkungan yang
sesuai untuk jamur kandida berproliferasi. Penghentian obat-obatan
ini akan mengurangi dari infeksi jamur kandida. Obat-obatan lain
seperti agen antineoplastik yang bersifat imunosupresi juga
mempengaruhi dari perkembangan jamur kandida.8 Beberapa faktor
lain yang menjadi predisposisi dari infeki kandidiasis oral adalah
merokok, diabetes, sindrom Cushing’s serta infeksi HIV.

5. Tanda dan gejala kandisiasis

Tanda dan gejala berdasarkan candidiasisnya :

 Candidiasis pseudomembran

Ditandai oleh plak putih seperti krim yang jika dikeruk


meninggalkan permukaan mukosa yang merah, kasar, atau berdarah.
Organismenya jika diperiksa dengan hapusan dan diberi warna
kalium hidroksida atau dibiakkan akan menunjukkan bentuk hifa
candida albicans yang khas.

 Candidiasis Eritematosa

18
Tampak secara klinis sebagai daerah merah yang luas, biasanya
terletak pada bagian dorsum lidah. Lesi kontak besar dan kemerahan
yang ukuran dan bentuknya berhubungan dengan lesi lidah akan
tampak di bagian palatum. Pasien merasakan rasa tidak nyaman, rasa
terbakar, atau perubahan pengecapan.

 Candidiasis Denture stomatitis

 Merupakan infeksi candida yang paling umum ditemukan


dengan insiden 25-50% pada pemakaian gigi tiruan
 Candidiasis terletak dibawah basis gigi tiruan
 Mukosa berwarna merah menyala
 Terdapat 3 tahap denture stomatitis:
a. Tahap pertama daerah merah dari hiperemia yang
ukurannya seujung jarum dan terbatas pada orifisium
kelenjar saliva minor palatum.
b. Tahap kedua menghasilkan eritema yang besar yang
kadang-kadang disertai deskuamasi epitel.
c. Hiperplasia papila,terdiri atas papula yang mirip fibroma,
dengan berjalannya waktu, papula akan membesar dan
membentuk nodula yang berwarna merah. Terletak di
bagian tengah palatum durum.

 Keilitis Angularis

19
Muncul di sudut bibir sebagai erosi berwarna dengan fisura sentral
yang mungkin mengalami ulserasi. Eritema, rasa tidak nyaman yang
disebabkan oleh gerak membuka mulut akan membuat fungsi normal
rongga mulut menjadi terbatas.

 Hiperplastik Kronis

 Daerah yang terkena di dorsum lidah, palatum, mukosa bukal,


dan komisura labial.
 Lesi mempunyai tepi yang sedikit yang menonjol
 Lesi tidak bisa dikerok
 Permukaan lembek berwarna putih atau keabuan
 Terdapat zona merah yang disebabkan oleh kerusakan mukosa
 Di komisura labial ditemukan daerah berwarna putih yang
menempel cekat pada jaringan dibawahnya.
 Lesi bersifat unilateral atau bilateral
 Tampilan lesi bisa halus dan berbintik-bintik
 Dapat disertai ulser

6. Penanganan dari kandisiaisis

20
Perawatan untuk infeksi jamur, yang biasanya termasuk antijamur
rejimen tetapi tidak selalu berhasil kecuali dokter mengatasi faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan kekambuhan. Faktor-faktor lokal
seringkali mudah diidentifikasi tetapi kadang-kadang tidak mungkin untuk
dikurangi atau diberantas. Obat antijamur memiliki peran utama dalam
kasus tersebut. Obat antijamur yang paling umum digunakan adalah
kelompok poliena atau azol. Poliena seperti nistatin dan amfoterisin B
biasanya merupakan pilihan pertama dalam pengobatan kandidiasis oral
primer dan keduanya ditoleransi dengan baik. Poliena tidak diserap dari
saluran pencernaan dan tidak terkait dengan perkembangan resistensi.
Mereka mengerahkan tindakan melalui efek negatif pada produksi
ergosterol, yang sangat penting untuk integritas membran sel ragi. Poliena
juga dapat mempengaruhi adhesi jamur.

Kandidiasis dan bentuk kandidiasis mukokutan lainnya adalah


biasanya diobati dengan nistatin topikal atau ketoconazole oral atau
flukonazol. Kandidiasis sistemik diobati dengan amfoterisin B, kadang-
kadang dalam hubungannya dengan flucytosine oral, fluconazole, atau
caspofungin. Pembersihan lesi kulit adalah dipercepat dengan
menghilangkan faktor-faktor yang berkontribusi seperti berlebihan obat
kelembaban atau antibakteri. Mukokutan kronis candidiasis merespons
dengan baik terhadap ketoconazole oral dan azole lainnya, tetapi pasien
memiliki kelainan imun seluler genetik dan seringkali membutuhkan
perawatan seumur hidup. Seringkali sulit untuk menegakkan diagnosis
dini sistemik kandidiasis — tanda-tanda klinis tidak definitif, dan kultur
seringkali negatif. Selain itu, tidak ada rejimen profilaksis yang mapan
untuk pasien yang berisiko, meskipun pengobatan dengan azole atau
dengan dosis rendah amfoterisin B dosis rendah sering diindikasikan untuk

21
pasien demam atau lemah yang immunocompromised dan tidak
menanggapi terapi antibakteri.
Perawatan kandidiasis oral dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan rongga mulut, pemberian obat-obatan antifungal, dan sebisa
mungkin menghilangkan faktor predisposisi penyebab kandidiasis oral.
Kebersihan rongga mulut dapat dijaga dengan membersihkan
daerah mukosa bukal, menyikat gigi, lidah, dan membersihkan gigi tiruan
bagi yang memakainya.
Gigi tiruan harus dibersihkan dan direndam dalam larutan
pembersih seperti klorheksidin yang efektif dalam menghilangkan
Kandida dibanding dengan hanya menyikat gigi tiruan. Ketika
membersihkan mulut dengan antifungal topikal, gigi tiruan harus
dilepaskan sehingga terjadi kontak antara mukosa dengan antifungal. Di
samping itu, pemakai gigi tiruan disarankan untuk melepas gigi tiruan
pada malam hari atau setidaknya enam jam sehari.

Daftar Pustaka

Glick, Michael. 2015. Burket’s Oral Medicine 12th ed. People Medical Publishing
house : USA

Brooks, G. F., Butel, J. S., & Morse, S. A. 2013 . Jawetz, Melnick, dan Adelberg's
Medical Microbiology . The MCGraw- Hill Companies Inc

Akpan A, Morgan R. Review: Oral Candidiasis. Postgrad Med J. 2002; [accessed


30 January 2019]. 78: 455 – 459. Available at: http://pmj.bmj.com/.
Lamont RJ, Hajishengallis GN, Jenkinson HF. Oral Microbiology and
immunology ed.3. Washington: ASM Press; 2019.

Mayer François L., Wilson Duncan & Hube Bernhard. Review: Candida albicans
pathogenicity mechanisms. Virulence, 4:2, 119-128: [accessed 15
February 2013]. Available at:
https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.4161/viru.22913

22
Gow N a R, van de Veerdonk FL, Brown AJP, Netea MG. Candida albicans:
Morphogenesis and host defence: discriminating invasion from colonization.
Nature reviews. Microbiology. 2012 Feb;10(2):112–22

23

Anda mungkin juga menyukai