Anda di halaman 1dari 28

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

CANDIDIASIS”

DISUSUN OLEH :

RAHMAWATI RIRIN ARDILLA


(102081803)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, terima kasih Saya ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah
mempermudah dalam pembuatan tesis ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat
waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan, Saya bukanlah siapa-siapa. Selain itu, Saya
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga, serta pasangan
yang sudah mendukung hingga titik terakhir ini.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN PASIEN CANDIDIASIS”. Dalam hal ini, Saya
ingin membahas mengenai cara menjadi orang tua yang baik terutama orang tua
muda. Zaman sekarang, tidak sedikit kaum milennials yang memutuskan diri
untuk menikah. Namun, mereka kurang dengan ilmu parenting sehingga yang
dibutuhkan para orang tua adalah ilmu tambahan mengenai hal parenting. Untuk
membaca lebih lengkap, Anda dapat membaca hasil tesis Saya yang membahas
mengenai parenting.
Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,
seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan
pengetahuan pembaca lain. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada
kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali
Tuhan.
Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca hasil
karya ilmiah Saya.

Jembrana, 14 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................2
1. Tujuan Khusus................................................................................2
2. Tujuan Umum.................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Definisi Candidiasis........................................................................4
2. Klasifikasi Candidiasis....................................................................5
3. Etiologi............................................................................................9
4. Manifestasi Klinis...........................................................................9
5. Patofisiologi...................................................................................10
6. Pemeriksaan Penunjang.................................................................11
7. Penatalaksanaan.............................................................................11
8. Komplikasi.....................................................................................11
9. Pencegahan.....................................................................................11
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian......................................................................................13
2. Diagnosa.........................................................................................16
3. Intervensi........................................................................................17
4. Implementasi..................................................................................20
5. Evaluasi..........................................................................................20
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................21
B. Saran......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................22

iii
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Candida albicans adalah sebuah jamur seksual diploid (sebuah bentuk
ragi) dan merupakan agen penyebab infeksi oral dan vaginal oportunis pada
manusia yang bersifat patogen jika jumlahnya berlebihan dan daya tahan
manusia menurun dan infeksi yang disebabkan Candida disebut dengan
kandidiasis (Sari & Suryani, 2014).
Spesies Candida salah satunya Candida albicans merupakan flora
normal yang hidup pada mukosa oral, saluran pencernaan dan vagina.
Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C.
glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C.
albicanmerupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia
sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.
Kandidiasis oral dalam tubuh manusia atau sering disebut sebagai
moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam
rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia
sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan
peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%, terkadang yang diserang
adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada kondidsi normal,
jamur Candida sudah ada pada permukaan kulit manusia, namun jika
berkembang biak secara berlebihan dan system imun menurun jamur ini
akan memicu terjadinya infeksi. (Sari & Suryani, 2014). Secara
epidemiologi menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun
2001 frekuensi kandidiasis antara 5,8% sampai 98,3%.kejadian kandidiasis
oral sering sekali dihubungkan dengan faktor-faktor predisposisi seperti
merokok, usia, jenis kelamin, penggunaan antibiotik oral (Egusa H, 2008).
Infeksi oportunistik merupakan penyakit yang jarang terjadi pada
orang sehat, tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem imunnya
terganggu, termasuk infeksi HIV. Organisme-organisme penyakit ini sering
hadir dalam tubuh, tetapi umumnya dikendalikan oleh sistem kekebalan

4
tubuh yang sehat. Ketika seseorang terinfeksi HIV/AIDS berkembang
infeksi oportunistik. Umumnya bagian intra oral yang paling banyak dialami
penderita AIDS yakni infeksi jamur Candida. Terdapat 5 macam infeksi
jamur candida di rongga mulut yaitu candida albicans, candida tropicalis,
candida krusei, candida parapsilosis, candida guilliermondi.
Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang paling sering
terdapat pada kavitas oral. Candida albicans merupakan fungi yang
menyebabkan infeksi opurtunistik pada manusia. Salah satu kemampuan
yang dari Candida albicans adalah kemampuan untuk tumbuh dalam dua
cara, reproduksi dengan tunas, membentuk tunas elipsoid, dan bentuk hifa,
yang dapat meningkatkan misela baru atau bentuk seperti jamur
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa penulis dapat menyimpulkan :
1. Apakah definisi dari kandidiasis?
2. Bagaimana klasifikasi kandidiasis?
3. Apakah etiologi dari kandidiasis?
4. Bagaimana manifestasi klinis kandidiasis?
5. Bagaimana patofisiologi kandidiasis?
6. Apakah pemeriksaan penunjang pada klien dengan kandidiasis?
7. Bagaimana penatalaksanaan serta pencegahan pada kandidiasis?
8. Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
kandidiasis?
9. Bagaiman asuhan keperawatan pada klien dengan kandidiasis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep penyakit kandidiasis serta
pendekatan asuhan keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui teori kandidiasis
2) Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kandidiasis

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori

1. Definisi Candidisiasi

Candidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh


candida. Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut,
mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001).
Candidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida,
khususnya C.albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada
penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian
antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).
Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam
kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit
misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002). Pada
rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering
menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai
penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus (Silverman S, 2001).
Pada keadaan akut candidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa
terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal,
atau labial dan rasa kering atau serostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada
umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat
anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan
kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Candidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah
infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut.
Infeksi oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut

6
kandidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa
diistilahkan candidosis atau moniliasis. Candidiasis yang sering disebut
juga candidosis, trush, dan moniliasis merupakan suatu keadaan patologis
yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa. Infeksi Candida yang
berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang
yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien
transplantasi.
Kandidiasis oral ini memang sering terjadi pada bayi yang berusia
kurang dari 6 bulan, seiring dengan bertambah dewasanya bayi tersebut,
penyakit ini akan makin jarang terjadi. Penyakit ini juga bukan penyakit
yang serius dan beberapa sumber mengatakan bahwa penyakit ini dapat
sembuh sendiri (walaupun tentu saja lebih baik diobati).
2. Klasifikasi Candidiasis
Kandidiasis dapat dibagi menjadi beberapa jenis : (James, et al., 2006)
a. Kandidiasis Mukosa
1) Kandidiasis Oral/orofaringeal atau thrush merupakan
kandidiasis yang berkembang di mulut atau tenggorokan
(CDC, 2016). Kandidiasis ini tampak sebagai bercak putih
diskret yang dapat menjadi konfluen pada mukosa bukal,
lidah, palatum, dan gusi (Klenk, et al.,2003).
2) Kandidiasis vulvovaginal, kadang disebut sebagai infeksi
jamur (ragi) vagina, merupakan infeksi yang umum terjadi
ketika terdapat pertumbuhan berlebih dari jamur kandida.
Kandida selalu ada di dalam dan permukaan tubuh dalam
jumlah yang kecil. Akan tetapi, ketika terjadi
ketidakseimbangan, seperti perubahan keasaman vagina
atau perubahan hormonal, kandida dapat bermultiplikasi.
Ketika hal tersebut terjadi, gejala kandidiasis dapat muncul
(CDC, 2016). Pasien biasanya memiliki keluhan sangat
gatal atau pedih disertai keluar cairan yang putih mirip krim
susu/keju, kuning tebal, tetapi dapat cair seperti air atau
tebal homogen dan tampak pseudomembran abuabu putih

7
pada mukosa vagina. Lesi bervariasi, dari reaksi eksema
ringan dengan eritema minimal sampai proses berat dengan
pustul, eksoriasi dan ulkus, serta dapat meluas mengenai
perineum, vulva, dan seluruh area inguinal. Sering dijumpai
pada wanita hamil, dan pada wanita tidak hamil biasanya
keluhan dimulai seminggu sebelum menstruasi. Gatal
sering lebih berat bila tidur atau sesudah mandi air hangat.
Umumnya didapati disuria dan dispareunia superfisial.
Dapat juga terjadi vulvitis tanpa disertai infeksi vagina.
Umumnya vulva eritema dengan fisura yang sering
terlokalisata pada tepi mukosa introitus vagina, tetapi dapat
meluas mengenai labia mayora Intertrigo perineal dengan
lesi vesikular dan pustul dapat terjadi (Richardson, et al.,
2003).
3) Balanitis kandidiasis merupakan kandidiasis yang teri pada
glans penis, sedangkan balanopostitis mengenai glans penis
dan prepusium pada laki-laki yang belum disirkumsisi.
Gambaran klinis tampak erosi merah superfisialis dan
pustul berdinding tipis di atas glans penis, sulkus
koronarius (balanitis) dan pada prepusium penis yang tidak
disirkumsisi (balanopostitis) (Hay, et al., 2010). Papul kecil
tampak pada glans penis beberapa jam sesudah
berhubungan seks, kemudian menjadi pustul putih atau
vesikel dan pecah meninggalkan tepi yang mengelupas.
Bentuk ringan ini biasanya sedikit pedih dan iritasi. Pada
bentuk lanjut tampak bercak putih susu di glans penis,
sulkus koronanius dan kadang-kadang di batang penis.
Dapat meluas ke skrotum, paha dan seluruh area inguinalis,
terutama pada udara panas. Pada kasus berat lesi tampak
pada epitel uretra (Rippon, 1988).
b. Kandidiasis Kutis

8
Kandidiasis kutis merupakan penyakit infeksi pada kulit yang
disebabkan oleh jamur genus kandida. Gambaran klinis kandidiasis
kutis berdasarkan tempat yang terkena dibagi menjadi : kandidiasis
kutis intertriginosa, kandidiasis paronikia dan onikomikosis,
kandidiasis kutis generalisata, kandidiasis kutis granulomatosa, dan
diaper rash (Ramali, 2004).
1) Kandidiasis intertrigo merupakan infeksi pada kulit yang
disebabkan oleh Candida albicans, khususnya terletak di
antara lipatan intertriginosa kulit yang berdekatan. Gambaran
klinis tampak sebuah bercak merah yang gatal, diawali
dengan vesikulopustul yang membesar dan pecah,
menyebabkan maserasi dan membentuk fisura pada area
intertrigo yang terlibat. Area yang terlibat memiliki batas
bergerigi dengan pinggiran putih yang terdiri dari epidermis
yang mengalami nekrosis, yang mengelilingi dasar maserasi
yang ertitem. Lesi satelit biasanya dijumpai dan dapat
menyatu dan meluas menjadi lesi yang lebar (Scheinfeld,
2016).
2) Kandidiasis mukokutaneus kronik adalah infeksi heterogen
pada rambut , kuku , kulit , dan selaput lendir yang terus
berlanjut meskipun dengan terapi, ditandai dengan infeksi
kronik dari kandida, yang terbatas pada permukaan mukosa,
kulit, dan kuku. Munculnya penyakit biasanya dimulai pada
masa bayi atau dalam dua dekade pertama kehidupan.
Kondisi ini mungkin ringan dan terbatas pada area tertentu
dari kulit atau kuku (Edward, 2008).
3) Kandidiasis paronikia merupakan inflamasi pada lipatan
kuku, yang disebabkan oleh Candida albicans. Tampak
daerah lipatan kuku menjadi eritem, bengkak, dan lunak,
dengan discharge sesekali. Kutikulia menghilang, bersama
dengan distrofi kuku dan onikolisis dengan perubahan warna
di sekitar daerah lipatan kuku bagian lateral. Terdapat warna

9
kehijauan dengan akumulasi cairan hyponychial yang
mungkin terjadi yang merupakan hasil dari infeksi kandida
(Scheinfeld, 2016). Pasien akan merasakan pembengkakan
yang sakit pada sekitar kulit kuku (Edward, 2008).
4) Kandidiasis Onikomikosis. Gejala yang paling umum dari
infeksi jamur kuku adalah kuku menjadi menebal dan
berubah warna menjadi putih, hitam, kuning atau hijau. Saat
infeksi berlangsung kuku bisa menjadi rapuh. Jika tidak
diobati, kulit bisa menjadi meradang dan nyeri di bawah dan
di sekitar kuku. Mungkin juga timbul bercak putih atau
kuning pada kuku atau kulit menjadi bersisik disekitar kuku
dan berbau busuk (NHS, 2015).
5) Kongenital Kandidiasis kutaneus merupakan kondisi kulit
pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh ketuban pecah dini
yang bersamaan dengan jalan lahir yang terinfeksi Candida
albicans. Biasanya bermanifestasi sebagai erupsi
makulopapular eritematosa yang mengenai badan dan
ekstremitas, akan sembuh setelah deskuamasi yang luas.
Pustula dan vesikula biasanya dangkal dan menghilang secara
spontan atau dengan pengobatan topikal. Adanya mikroabses
putih pada plasenta dan tali pusat bayi dengan erupsi tersebut
harus dicurigai kandidiasis kutaneus kongenital (Scheinfeld,
2016).
6) Diaper rash kandidiasis merupakan sebuah infeksi oleh
Candida albicans pada area diaper pada anak. Infeksi
perineum yang umum pada bayi, pustular dan eritem
(Edward, 2008). Maserasi dari mukosa anal dan kulit perianal
sering merupakan manifestasi klinis pertama. Erupsi khas
dimulai dengan papula bersisik yang bergabung dan
membentuk lesi yang jelas. Kemudian lesi terkikis dengan
perbatasan bergerigi (Scheinfeld, 2016).

10
7) Kandidiasis Kutis Generalisata Lesi terdapat pada glabrous
skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan
umbilicus. Sering disertai glossitis, stomatitis, dan paronikia.
Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-
pustul (Scheinfeld, 2016).
8) Candidiasis Unspecified Kondisi dimana Candida albicans,
tumbuh diluar kendali di daerah kulit yang lembab. Biasanya
merupakan akibat dari sistem kekebalan tubuh yang lemah,
tetapi dapat pula akibat dari efek samping kemoterapi atau
terapi antibiotik. Dikatakan candidiasis unspecified ketika
seseorang mengalami kandidiasis mukokutan kronik, atau
kandidiasis kutis, atau candidiasis oral, atau monilial vaginitis
secara bersamaan (ICD 10, 2016).

3. Etiologi

Penyebab candidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis


ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak
berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini
baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya
tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam
pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum
sempurna.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan
sekitar mulut dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas
tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah
bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi
dapat berdarah.
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan
kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa
(dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin
muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.

11
Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan
dapat sembuh sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti
kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat
menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum (kebanyakan
disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI
sehingga berat badannya tak kunjung bertambah. Candida pada mulut bayi
juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang memperberat
(misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).
5. Patofisiologi
Infeksi kandida dapat terjadi apabila fungsi system imun dalam
tubuh manusia melemah (Klenk, et al., 2003). Bentuk blastospora dari
candida yang tumbuh ke selaput mukosa atau lapisan epiter kulit adalah
gejala infeksi, sebelum terbentuknya pseudohifa dan filament. Penyebaran
candida ke organ visceral mungkin terjadi secara merata (Soedarmo et al.,
2008). Candida dapat masuk ke banyak organ seperti selaput otak melalui
aliran darah, selain itu factor imunitas yang menurun memicu cepatnya
pertumbuhan jamur tersebut seperti pada pasien dengan penderita Kanker,
AIDS, dan lain-lain (Jawets et al., 1996).

12
Sumber : Scribd, Anonim, 2013
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan dari bahan kerokan kulit atau kuku, diperiksa dengan
larutan KOH 10% atau 20%, akan didapatkan hifa semu (pseudohifa)
dengan atau tanpa blastospora.
b. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam pada agar Sabouraud dekstrosa
(ASD), dengan antibiotika (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Inkubasi dalam suhu kamar atau lemari suhu
37°C, koloni tumbuh setelah 24- 48 jam, berupa yeast like colony.
c. Slide culture
Dilakukan dari media yang positif Candida, dengan menusukkan
sampel ke media cornmeal agar lalu dipotong 1,5 cm x 1,5 cm,
kemudian letakkan di 16 atas gelas objek, kemudian ditutup dengan
gelas penutup, disimpan 3 x 24 jam dalam suhu kamar dan keadaan
lembab.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan infeksi Candida bervariasi dan bergantung dari lokasi
anatomis terjadinya infeksi, penyakit lain yang diderita pasien, kekebalan
tubuh pasien, factor risiko pada pasien, spesies Candida penyebab infeksi,
dan pada kasus tertentu, sensitivitas spesies Candida terhadap obat
antijamur.
Ada beberapa perubahan signifikan dalam managemen kandidiasis
dalam beberapa tahun terakhir, terutama berkaitan dengan penggunaan
echinocandins dan azole spectrum luas untuk kandidemia, jenis lain dari
kandidiasis invasif, dan kandidiasis mukosa. Panduan yang diterbitkan oleh
Asosiasi Penyakit Menular Amerika Serikat (IDSA) pada tahun 2016
memasukkan echinocandins, caspofungin, micafungin, dan anidulafungin,

13
termasuk juga fluconazole dan formulasi lipid dari amphotericin B dalam
berbagai situasi.
Fluconazole masih dijadikan obat utama bagi pasien
nonneutropenik dengan kandidemia atau yang terduga menderita kandidiasis
invasif. Akan tetapi, sebuah analisis post-hoc dari data klinis antara
anidulafungin dengan fluconazole dalam perawatan kandidiasis invasif
menunjukkan bahwa anidulafungin bekerja secara lebih efektif pada pasien
yang sakit parah. Revisi dari hasil data penanganan kandidiasis invasif
dalam percobaan klinis menunjukkan bahwa echinocandins lebih unggul
dalam bidang harapan hidup pasien. Hasil ini dapat memengaruhi terapi
antijamur pada pasien di masa yang mendatang.
8. Komplikasi
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus,
usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati
dan otak.  Komplikasi kandidiasis oral umumnya sangat jarang terjadi.
Namun, infeksi luas dari penyakit ini pada trakea dan kerongkongan dapat
menyebabkan disfagia dan gangguan pernapasan. Komplikasi sistemik
dapat terjadi pada pasien dengan imunokompromais.
9. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis
oral antara lain :
a. Oral hygiene yang baik
b. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung
banyak immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi.
Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya
daripada botol dot bayi
c. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan
kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya
dengan air panas
d. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi
setelah minum susu
e. Pastikan bayi beristirahat yang cukup

14
f. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap

15
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Candidisiasis

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sariawan yang banyak dan sulit
sembuh. Pasien mengalami susah menelan dan merasa sangat nyeri
di bagian rongga mulut. Di sekitar bibir terdapat luka yang
bernanah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat pada mulut saat ingin makan
atau minum. Lalu terjadi penurunan nafsu makan sehingga pasien
mengalami masalah system pencernaan.
d. Riwayat Kesehatan Lalu
Jika sebelumnya pasien mengalami penyakit candidiasis karena
terjadi penurunan system imun, maka dapat dipastikan panyakit ini
akan terjadi secara terus menerus jika tidak ditangani dengan baik.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau
teman dekat yang terinfeksi virus ini.
f. Riwayat Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada
bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya
mengalami gangguan konsep diri, hal itu meliputi perubahan citra
tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran,
atau identitas diri.
g. Pemeriksaan Fisik
TTV TD: >120/80 mmHg Nadi : >100x/menit Suhu: 360C
RR: >20x/menit,
1) Kulit :

13
a) Inspeksi : Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya
kemerahan dan lesi
b) Palpasi : Menilai ada tidaknya benjolan, menilai ada
tidaknya nyeri tekan, menilai akral pasien panas, hangat
atau dingin
2) Kepala:
a) Inspeksi : Melihat keadaan rambut dan kulit kepala,
melihat ada tidaknya kemerahan dan lesi
b) Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan
benjolan
3) Mata
a) Inspeksi : Menilai apakah pandangan kabur atau
tidak, menilai warna konjuctiva dan sklera
4) Telinga
a) Inspeksi : Melihat apakah telinga simetris, menilai
ada tidaknya kemerahan dan lesi
5) Hidung
a) Inspeksi : Melihat ada tidaknya kemerahan dan lesi,
melihat apakah terdapat sekret, saat anak bernafas terdapat
cuping hidung
6) Mulut
a) Inspeksi : warna mukosa mulut terdapat banyak
jamur candida seperti stomatitis dan kemerahan.
7) Leher
a) Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar
tiroid pada leher
b) Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar
tiroid atau kelenjar limfe
8) Dada
Payudara
a) Inspeksi : Areola : Menilai warna areola, Puting :
Menilai apakah puting susu menonjol atau tidak

14
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Menilai apakah gerakan dada kanan dan
kiri simetris
b) Palpasi : Menilai bagaimana retraksi dinding dada
c) Auskultasi : Menilai suara nafas klien
10) Jantung
a) Inspeksi : Menilai apakah iktus kordis terlihat atau
tidak
b) Palpasi : Menilai tempat terabanya iktus kordis
c) Auskultasi : Menilai suara jantung dan menilai apakah
ada suara tambahan
11) Abdomen
a) Inspeksi : Melihat keadaan perut dan tidaknya asites
b) Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan
c) Perkusi : Apakah suara perkusi perut timfani atau
tidak
d) Auskultasi : Menilai bunyi bising usus
12) Sistem gastrointestinal
Mulut:
a) Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan mulut
Mukosa
b) Inspeksi : Melihat warna mukosa mulut dan serta
apakah mukosa mulut lembab atau kering
Hepar
c) Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran hepar
d) Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran hepar
Genetalia
e) Inspeksi : Melihat kebersihan genitalia
Anus dan rektum
f) Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan anus dan
rektum
13) Muskuloskeletal

15
a) Mengkaji refleks kaki dengan tes pattela
14) Neurologi
a) Menilai tingkat kesadaran pasien (Composmentis)
2. Diagnosa Keperawatan :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan napsu
makan
2. Kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan mual muntah
3. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan integritas kulit.
4. Nyeri akut berhubungan dengan lesi di mulut

16
3. Intervensi
Dx. 1
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Inter implemen
vensi tasi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC:  Kaji adanya alergi makanan  Sudah meng informasikan
kebutuhan tubuh a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli pada klien dan keluarga
Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk Adequacy of gizi untuk menentukan tentang manfaat nutrisi
memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena nutrient jumlah kalori dan nutrisi  Melakukan kolaborasi
faktor biologis, psikologis atau ekonomi. b. Nutritional Status : yang dibutuhkan pasien dengan ahli gizi untuk
DS: food and Fluid Intake  Yakinkan diet yang menentukan jumlah kalori
- Nyeri abdomen c. Weight dimakan mengandung dan nutrisi yang dibutuhkan
- Muntah Control tinggi serat untuk pasien
- Kejang perut Setelah mencegah konstipasi  Sudah mengatur jadwal
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan DO: dilakukan  Ajarkan pasien bagaimana pengobatan dan tindakan
- Diare tindakan membuat catatan makanan selama jam makan
- Rontok rambut yang berlebih keperawatan harian.  Sudah mencatat adanya
- Kurang nafsu makan selama….nutrisi kurang  Monitor adanya penurunan edema, hiperemik,
- Bising usus berlebih teratasi dengan indikator: BB dan gula darah hipertonik papila lidah dan
- Konjungtiva pucat  Albumin serum  Monitor lingkungan selama cavitas oval
- Denyut nadi lemah  Pre albumin serum makan
 Hematokrit  Jadwalkan pengobatan dan
 Hemoglobin tindakan tidak selama jam
 Total iron binding makan
capacity  Monitor turgor kulit
 Jumlah limfosit  Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti
emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval

17
Dx. 2
Diagnosa Keperawatan /Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan intervensi implement
Kriteria Hasil asi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :  Sudah memberikan cairan
 Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan
Berhubungan dengan: iv pada pasien
 Hydration
- Kehilangan volume cairan secara aktif output yang akurat  Sudah menjelaskan
 Nutritional Status :
- Kegagalan mekanisme pengaturan  Monitor status hidrasi
Food and Fluid keluarga untuk membantu
( kelembaban membran
Intake pasien makan.
DS : mukosa, nadi adekuat, tekanan
Setelah dilakukan
- Haus DO:
tindakan
darah ortostatik ), jika  Sudah memantau status
- Penurunan turgor kulit/lidah diperlukan nutrisi
keperawatan selama…..
- Membran mukosa/kulit kering  Monitor hasil lab yang sesuai
- Peningkatan denyut nadi, penurunan
defisit volume cairan
dengan retensi cairan (BUN ,  Sudah memantau intake
teratasi dengan kriteria Hmt , osmolalitas urin, dan urin output px setiap 8
tekanan darah, penurunan
hasil: albumin, total protein )
volume/tekanan nadi jam
 Mempertahankan
- Pengisian vena menurun  Monitor vital sign setiap 15menit
urine output sesuai
- Perubahan status mental – 1 jam
dengan usia dan
- Konsentrasi urine meningkat
BB, BJ urine  Kolaborasi pemberian cairan IV
- Temperatur tubuh meningkat
normal,  Monitor status nutrisi
- Kehilangan berat badan secara tiba- tiba
 Tekanan darah,
- Penurunan urine output  Berikan cairan oral
nadi, suhu tubuh
- HMT meningkat  Berikan penggantian nasogatrik
dalam batas normal
- Kelemahan sesuai output (50 – 100cc/jam)
 Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,  Dorong keluarga untuk
Elastisitas turgor membantu pasien makan
kulit baik,  Kolaborasi dokter jika tanda
membran mukosa cairan berlebih muncul
lembab, tidak ada meburuk
rasa haus yang  Atur kemungkinan tranfusi
berlebihan
 Orientasi terhadap  Persiapan untuk tranfusi
waktu dan tempat  Pasang kateter jika perlu
baik  Monitor intake dan urin output
 Jumlah dan irama setiap 8 jam
pernapasan dalam
batas normal
 Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
 pH urin dalam batas
normal
 Intake oral dan
intravena adekuat

18
Dx. 3
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi impleme
ntasi

Risiko infeksi NOC : NIC : Sudah mengajarkan px


 Immune Status Pertahankan teknik aseptif cuci tangan setiap sebelum
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection dan sesudah tindakan
Batasi pengunjung bila perlu keperawatan
- Prosedur Infasif control
Cuci tangan setiap sebelum dan Sudah melakukan
- Kerusakan jaringan dan  Risk control sesudah tindakan keperawatan
peningkatan paparan lingkungan Setelah dilakukan pemantauan tanda dan
- Malnutrisi tindakan Gunakan baju, sarung tangan gejala infeksi sistemik dan
- Peningkatan paparan keperawatan selama…… sebagai alat pelindung lokal pada px
lingkungan patogen pasien tidak mengalami Ganti letak IV perifer dan dressing Tingkatkan intake nutrisi
- Imonusupresi infeksi dengan kriteria hasil: sesuai dengan petunjuk umum Sudah mengkaji suhu badan
- Tidak adekuat pertahanan  Klien bebas dari tanda Gunakan kateter intermiten untuk pada pasien neutropenia
sekunder (penurunan Hb, dan gejala infeksi menurunkan infeksi kandung setiap 4 jam
Leukopenia, penekanan respon  Menunjukkan kencing
inflamasi) kemampuan untuk Tingkatkan intake nutrisi
- Penyakit kronik mencegah timbulnya Berikan terapi
- Imunosupresi infeksi
antibiotik:.................................
- Malnutrisi  Jumlah leukosit dalam
- Pertahan primer tidak adekuat Monitor tanda dan gejala infeksi
batas normal
(kerusakan kulit, trauma  Menunjukkan perilaku sistemik dan lokal
jaringan, gangguan hidup sehat Pertahankan teknik isolasi k/p
peristaltik)  Status imun, Inspeksi kulit dan membran
gastrointestinal, mukosa terhadap
genitourinaria dalam kemerahan, panas, drainase
batas normal Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

19
Perencanaan
No. Tujuan dan Kriteria intervensi implementasi
hasil
4. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Sudah menganjurkan
keperawatan 3x24 jam, nyeri pada pasien pasien untuk
nyeri pada klien dapat 2. Berikan makanan memperbanyak
berkurang atau hilang yang tidak mengkonsumsi buah dan
sayuran terutarama B12,
dengan kriteria hasil : merangsang,
vit C dan zat besi
1. Hilangnya rasa sakit dan seperti makanan
perih di mukosa mulut. yang
2. Sudah menganjurkan px
untuk menghindari pasta
2. Lesi berkurang dan mengandung zat gigi yang merangsang
berangsur sembuh kimia. timbulnya nyeri
3. Membrane mukosa oral 3. Hindari makanan 3. Telah melakukan
lembab yang terlalu Kolaborasi pemberian
4. Suhu tubuh normal panas atau terlalu analgesic dan
dingin kortikosteroid
4. Hindari pasta
gigi yang
merangsang
timbulnya nyeri.
5. Menganjurkan
pasien untuk
memperbanyak
mengkonsumsi
buah dan sayuran
terutarama B12,
vit C dan zat besi
6. Lakukan
Kolaborasi
pemberian
analgesic dan
kortikosteroid

20
4. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan candidiasis
adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni :

a. Kebutuan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi


malnutrisi.
b. Kebutuhan cairan terpenuhi sehingga dapat mencegah dehidrasi.
c. Pemahaman tentang proses penyakit, program pengobatan dan
perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida,
khususnya C.albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada
penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian
antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang. Jamur candida
albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit
sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan
mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan
tubuh. Kandidiasis dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu kandidiasis
mukosa ( kandidiasis oral/orofaringeal, kandidiasis vulvovaginal, kalanitis
kandidiasis) dan kandidiasis kutis ( kandidiasis intertrigo, kandidiasis
mukokutaneus kronik, kandidiasis paronikia, kandidiasis onikomikosis
kongenital kandidiasis kutaneus, diaper rash kandidiasis, kandidiasis kutis
generalisata lesi, kandidiasis unspecified kondisi). Gejala yang timbul
adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut dan sering
menimbulkan nyeri.
B. Saran
Demikian materi yang penulis paparkan, penulis harap bagi pembaca
dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan herpes simpleks harus
mampu menerapkan teknik septik dan anseptik guna mencegah terjadinya
infeksi rosokomial.
Masyarakat hendaknya lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada selagi penyakit dapat diketahui sendiri dan ditanggulangi secepat
mungkin guna mencapai kesehatan yang optimal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ramali, 2004; Kamus Kedokteran; Djambatan.

Anonim. 2013. woc kandidiasis. [online]. Tersedia :


https://www.scribd.com/doc/187724042/woc-kandidiasis

CDC. (2016). Identifying Healthcare-associated Infections. Diakses 28 Februari


2016, dari http://www.cdc.gov/nhsn/PDFs /pscManual/
2PSC_Iden ifyingHAIs_NHSNcurrent.pdf

Depkes RI bekerjasama dengan WHO. 2008. Buku Panduan Penentuan Kode


Penyebab Kematian menurut ICD-10. Jakarta :
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI.

Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia sehat 2010.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2002:40.

Edwards, N. L., 2008, The Role of Hyperuricemic and Goud in Kidney and
Cardiovascular Disease, Cleveland Clinic Journal of
Medicine, 75 (5), S13-S16.

Egusa, H., Soysa, N.S., Ellepola, A.N., Yatani, H., Samaranayake, L.P.,2008. Oral
candidiasis in HIV infected patients. Curr HIV
research. 6(1):p485-99.

Engel, James et al. 2006. Consumer Behaviour. Mason: Permissions Department,


Thomson Business and Economics

MacFarlane TW, Poxton IR, Smith AJ. Essentials of Microbiology for Dental
Student. Oxford University Press: 2002: 237-258

23
Greenberg, J. dan Baron, R.A. (2003).Behavior in Organizations Understanding
and Managing the Human Side of Work. New Jersey:
Prentice-Hall International.

Hay RJ, Ashbee HR. Mycology. Dalam: Rook’s Textbook of Dermatology. Vol 2.
8th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publication.2010:
36.18-51.

James et al. 2006. Consumer Behaviour. Mason: Permissions Department,


Thomson Business and Economics

Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi
ke-20, 213, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

Klenk AS et all. Yeast infection : Candidisis. Pityriasis (Tinea) Versicolor. Dalam


Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K et all. Fitzpatrick’s
Dermatology in general Medicine, edisi ke-7. New
York: McGraw-Hill; 2008.h.1822-30

Mc. Farlane. 2002. Essential of Microbiology For Dental Student. Oxford, New
York. pp.287.

Ramali, Ahmad, Kamus Kedokteran, Jakarta : PT. Djambata, 2004.

Richardson, M.D. & Warnock, D.W., 2003. Fungal infection. Edisi ke 3., Oxford :
Blackwell Publication.

Rippon JW. Cutaneous infections. Dermatophytosis and Dermatomycosis. In:


Medical Mycology.3th ed.Philadelphia: WB
Saunders,1988. p.169- 85.

Sari, M., & Suryani, C. (2014, Agustus 23). Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbil.) Dalam Menghambat
Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Secara In Vitro.
325-330.
Scheinfeld, Noah S. (2016). Cutaneous candidiasis clinical presentation.
Medscape. Diakses 24 Maret 2016, dari

24
http://emedicine. medscape.com /article/1090632-
clinical#b4.
Silverman, George. 2001. New York: How to Trigger Exponential Sales through
Runaway Word of Mouth. The Secrets of Word of
Mouth Marketing: AMACOM.
Soedarmo, et al. 2008 Buku Ajar Infeksi dan pediatri topis, Badan Penerbit IDAI,
Jakarta.
Stedman. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran STEDMAN untuk Profesi

Kesehatan. Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai