Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TUGAS BIOMEDIK
Candida albicans

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TOMPOTIKA
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Candida albicans”,ini tepat waktu, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada dosen. Makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan baik dari
segi isi maupun dari segi bahasa untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini kami
berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit jamur banyak dialami oleh penduduk Indonesia. Salah satu
penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah candidiasis (Ermawati, 2013).
Infeksi jamur ini dikenal sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas pada
manusia dengan imunokompromais (seperti Human Immunodeficiency
Virus/HIV) (Mutiawati, 2016).
Candidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut yang
disebabkan oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut,
vagina, paruparu, kuku, kulit, yang menyebabkan septikemia, endocarditis
atau meningitis. Penyakit candidiasis dapat ditemukan di seluruh dunia,
dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan (Sanjaya,
Darmada and Rusyati, 2014).
Candidiasis vulvovaginitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
jamur Candida yang mengenai mukosa vagina dan vulva. Penyebabnya yang
tersering biasanya adalah Candida albicans. Nama lain dari penyakit ini
adalah candidosis vulvovaginitis atau Mycotic Vulvovaginitis (Sanjaya,
Darmada and Rusyati, 2014). Candidiasis Vulvovaginalis adalah suatu
penyakit pada organ reproduksi wanita terutama pada mukosa vulva dan
vagina, serta ditandai dengan adanya keputihan dan rasa gatal yang
disebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali dari Candida albicans
(Tasik, Kapantow and Kandou, 2016). Prevalensi Candidiasis vulvovaginitis
pada wanita subur di dunia yaitu sebesar 27-60 % (World Health
Organization, 2009).
Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fiari, Savira,
dan Sukasihati (2013) didapatkan hasil bahwa 11 dari 35 (40,74 %) pekerja
seks komersial, positif terinfeksi candidiasis. Sedangkan prevalensi
candidiasis vaginalis pada pekerja seks komersial dari hasil penelitian Badan
Gerakan Nasional Penanggulangan HIV/AIDS (2005) yang dilakukan di 10
kota di Indonesia, menunjukkan hasil yaitu Jayapura (33 %), Medan (27 %),
Palembang (23 %), Bitung (21 %), Surabaya (18 %), Bandung (12 %), Jakarta
Barat (9 %) dan untuk Provinsi Kepulauan Riau yaitu Kota Tanjung Pinang
sebesar 12 %. Sementara kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) di kota
Denpasar pada tahun 2012 terdapat 5.872 kasus, dan kecamatan Denpasar
Selatan adalah kecamatan di Denpasar dengan kasus IMS terbanyak (Dinas
Kesehatan Kota Denpasar, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesmas II Denpasar Selatan, pada tahun 2015 total kunjungan Pekerja
Seks Komersial (PSK) yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Denpasar
Selatan sebanyak 617 kunjungan dan terdapat 99 kasus candidiasis,
selanjutnya pada tahun 2016 terdapat 603 kunjungan Pekerja Seks
Komersial (PSK) yang melakukan pemeriksaan dan terdapat 148 kasus
candidiasis, dan pada tahun 2017 terdapat 634 kunjungan Pekerja Seks
Komersial (PSK) yang melakukan pemeriksaan dan terdapat 127 kasus
candidiasis (Puskesmas II Denpasar Selatan, 2017).
Candida adalah flora normal pada saluran pencernaan, selaput mukosa
saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah kuku (Simatupang,
2009). Akan tetapi Candida albicans dikelompokkan ke dalam fungi yang
oportunistik (berpeluang), karena dapat menyebabkan infeksi terutama
pada pasien dengan defisiensi imun, misalnya adalah HIV/AIDS (Jawetz,
Melnick and Adelberg’s, 2013). Jamur ini bersifat komensal pada manusia
sehat namun dapat menyebabkan infeksi sistemik pada situasi
immunocompromised karena kemampuan adaptasinya pada host menjadi
berbeda (Sardi et al., 2013). Status kekebalan host adalah faktor dasar yang
paling penting menentukan dari infeksi setelah terkena paparan jamur
(Hospenthal and Rinaldi, 2008). Infeksi Candida dapat disebabkan oleh
adanya faktor predisposisi yaitu dari faktor eksogen maupun faktor
endogen.
Faktor endogen yang dapat menyebabkan terjadinya candidiasis
vulvovaginitis adalah kegemukan, kehamilan, DM, dan infeksi kronis dalam
servik atau vagina. Sedangkan faktor eksogen terjadinya candidiasis
vulvovaginitis seperti iklim, kelembaban dan panas yang meningkat serta
higienitas yang buruk. (Casari et al., 2010). Salah satu kelompok yang
berisiko terkena penyakit candidiasis adalah orang yang suka berganti-ganti
pasangan seks dan melakukan hubungan seksual dengan orang yang
berisiko tinggi misalnya pekerja seks komersial (Fiari, Savira and Sukasihati,
2013). Sanur yang berada di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan,
merupakan daerah wisata dengan perkembangan pelayanan jasa yang
meningkat termasuk di dalamnya prostitusi, yang berakibat pada
meningkatnya kasus IMS (Puskesmas II Denpasar Selatan, 2010). Untuk itu
perlu dilakukan pemantauan terhadap pekerja seks komersial, untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi candidiasis pada pekerja seks komersial
tersebut. Sehingga dapat dicegah penularan infeksi candidiasis yang lebih
luas. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang identifikasi Candida albicans pada sampel swab vagina
pekerja seks komersial yang berada di wilayah Puskesmas II Denpasar
Selatan.

B. TUJUAN
1. Mengetahui definisi candida albicans
2. Klasifikasi candida albicans
3. Morfologi dan karakteristik umum
4. Patogenesis
5. Penyakit yang disebabkan
6. Diagnosis
7. Cara pencegahan
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 DEFINISI
Candidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut yang
disebabkan oleh spesies Candida albicans. Candidiasis ini dapat mengenai
kulit, kuku, vagina, mulut dan paru-paru. Penyakit ini dapat ditemukan di
seluruh dunia, yang dapat menyerang semua umur, baik perempuan maupun
laki-laki. Jamur penyebabnya dapat ditemukan pada orang yang sehat sebagai
jamur saprofit. Gambaran klinisnya sangat beragam sehingga tidak diketahui
data-data penyebarannya (Casari et al., 2010).
1.2 KLASIFIKASI
Genus Candida terdiri dari lebih dari 200 spesies dan merupakan spesies
ragi yang sangat beragam. Spesies Candida yang memiliki pengaruh yang
signifikan secara medis meliputi: Candida albicans, Candida (Torulopsis)
glabrata, Candida parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida
kefyr, Candida guilliermondii, Candida lusitaniae, C. stellatoidea, dan Candida
dubliniensis. Candida albicans merupakan jamur patogen utama manusia dan
penyebab paling umum infeksi jamur mukosa dan sistemik, yang merupakan
ciri khas spesies Candida (Dismukes, Pappas and Sobel, 2003). Klasifikasi
Candida albicans menurut Maharani (2012) yaitu sebagai berikut: Kingdom :
Fungi Phylum : Ascomycota Subphylum : Saccharomycotina Class :
Saccharomycetes Ordo : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida Spesies : Candida albicans Sinonim : Candida stellatoidea dan
Oidium albicans.
1.3 MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK UMUM
Candida albicans adalah suatu jamur dengan bentuk sel ragi lonjong,
bertunas, berukuran 2-3 x 4-6 μm yang dapat menghasilkan pseudomiselium
baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Jamur ini sebenarnya
adalah anggota flora normal kulit, membran mukosa saluran pernafasan,
pencernaan, dan genitalia wanita. Pada organ tersebut, jamur ini dapat
menjadi dominan dan menyebabkan keadaan-keadaan patologis (Jawetz,
Melnick and Adelberg’s, 2013). Sel-sel ragi ini berbentuk bulat sampai oval
dan mudah terpisah dari satu sama lain.
Pseudohifa tersusun memanjang dengan bentuk elips yang menempel
satu sama lain pada bagian septa yang berkonstriksi. Biasanya pseudohifa
tumbuh bercabang yang berfungsi untuk mengambil nutrisi yang jauh dari sel
induk atau koloni. Hifa sejati berbentuk panjang dengan sisi paralel dan tidak
ada konstriksi yang jelas antar sel. Perbedaan antara ketiganya terdapat pada
derajat polarisasi pertumbuhan, posisi septin, pergerakan nukleus serta
kemampuan melepas sel tunas dari sel induk secara individual (Maharani,
2012). Candida albicans seringkali dideskripsikan sebagai jamur dimorfik yang
terdapat dalam bentuk sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pesudohifa).
Sebenarnya Candida albicans bersifat polimorfik dikarenakan kemampuannya
untuk tumbuh dalam beberapa macam bentuk yang berbeda, sebab selain
blastospora dan pseudohifa, Candida albicans juga bisa menghasilkan hifa
sejati (Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2013). Untuk identifikasi Candida
albicans terdapat dua jenis uji yang telah digunakan selama beberapa dekade
yang dijadikan “gold standar”. Yang pertama adalah uji germ tube.
Uji ini berdasarkan bahwa Candida albicans memproduksi 8 germ tube
(tahap pertama pengembangan hifa saat hifa muncul dari sel) saat diinkubasi
dalam serum. Uji yang kedua adalah terbentuknya chlamydospores (spora
refraksi berdinding tebal yang tidak diketahui fungsinya) saat dikultur pada
media dengan nutrisi tertentu (Kavanagh, 2011). Dalam mengisolasi jamur
Candida dapat menggunakan media agar yaitu media Sabouraud Dextrose
Agar (SDA) atau media Potato Dextrose Agar (PDA) dan diinkubasi dalam
waktu 24 jam pada suhu 37 0C. Spesies Candida menghasilkan koloni
berwarna krem. Pertumbuhan pseudohifa terlihat seperti terendam di bawah
permukaan media agar. Kemudian untuk memastikan jamur Candida
dilakukan tes germ tube dengan menggunakan serum dan diinkubasi selama
90 menit dengan suhu 37 0C, kemudian diamati secara mikroskopis dan akan
terlihat bentuk klamidospora. Uji fermentasi dan uji gula-gula dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan spesiasi isolat Candida yang lebih
umum, seperti C. tropicalis, C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. kefyr, C.
krusei, dan C. lusitaniae. Pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang diinkubasi
selama 24 jam pada suhu kamar, berbentuk koloni-koloni lunak berwarna
coklat yang mempunyai bau seperti ragi. Pertumbuhan pada permukaan
media terdiri atas sel-sel bertunas lonjong. (Jawetz, Melnick and Adelberg’s,
2013).
1.4 PATOGENESIS
Spesies Candida merupakan jamur patogen oportunistik yang penting
karena kemampuan mereka untuk menginfeksi host yang dalam keadaan sakit
parah. Candida menyumbang sekitar 15 % dari semua infeksi yang didapat di
rumah sakit dan lebih dari 72 % dari semua infeksi jamur nosokomial
(Dismukes, Pappas and Sobel, 2003). 9 Candidiasis superfisial (cutaneus atau
mucosal) ditandai dengan adanya peningkatan jumlah populasi Candida
setempat dari kerusakan terhadap kulit atau epitel yang memungkinkan invasi
setempat oleh ragi dan pseudohifa. Candidiasis sistemik terjadi ketika Candida
memasuki aliran darah dan pertahanan host tidak mampu menahan
pertumbuhan dan penyebaran ragi. Dari sirkulasi, Candida dapat menyerang
ginjal, melekat ke katup jantung prostetik, atau menghasilkan infeksi Candida
hampir di semua organ tubuh (seperti artritis, meningitis, endoftalmitis).
Histologi setempat lesi kutan atau mukokutan ditandai oleh reaksi
peradangan yang beragam, mulai dari abses piogenik hingga granuloma
kronis. Pada lesi ini terdapat sel ragi bertunas serta pseudohifa yang sangat
banyak. Peningkatan Candida dalam jumlah besar disaluran usus sering kali
terjadi setelah pemberian antibiotik oral, dan ragi dapat masuk ke dalam
sirkulasi melalui mukosa usus (Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2013).
Langkah pertama dalam infeksi Candida adalah kolonisasi pada sel epitel,
yang selanjutnya bergantung pada kesesuaian mikroorganisme terhadap sel
epitel dan protein, yang memungkinkan mereka menahan kekuatan cairan
yang berfungsi untuk mengeluarkan partikulat. Kemampuan perekat Candida
albicans berkorelasi dengan patogenesis infeksi. Invasi sel inang oleh Candida
melibatkan penetrasi dan pengerusakan selubung sel luar. Transmigrasi
kemungkinan besar dimediasi oleh proses fisik dan/atau enzimatik. Fosfolipid
dan protein mewakili unsur kimia utama membran sel inang.
Fosfolipase, dengan membelah fosfolipid, menginduksi terjadinya lisis sel
dan dengan demikian memudahkan invasi jaringan. Aktivitas fosfolipase
terkonsentrasi pada ujung tumbuh hifa dan fosfolipase ekstraselular berperan
penting untuk invasi jaringan (Dismukes, Pappas and Sobel, 2003). 10 Pada
penyuntikan intravena terhadap tikus atau kelinci dengan menggunakan
supensi jamur Candida albicans, akan menyebabkan abses yang tersebar luas,
terutama pada ginjal, dan menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari
satu minggu. Secara histologis, infeksi dapat menyebabkan lesi pada kulit
manusia menyerupai peradangan. Beberapa menyerupai pembentukan abses
atau dapat menyerupai granuloma menahun. Kolonisasi jamur Candida juga
dapat ditemukan dalam saluran pencernaan setelah pemberian antibiotik oral,
misalnya tetrasiklin, namun hal ini biasanya tidak menyebabkan gejala.
Candida dapat terbawa oleh aliran darah menuju ke beberapa organ termasuk
selaput otak, tetapi biasanya tidak dapat bertahan lama dan hanya
menyebabkan abses-abses milier kecuali bila keadaan host sedang lemah.
Penyebaran dan sepsis dapat terjadi pada penderita dengan imunitas seluler
yang lemah, misalnya pada orang yang menerima kemoterapi kanker atau
penderita limfoma, AIDS, atau keadaan-keadaan lain (Jawetz, Melnick and
Adelberg’s, 2013).
1.5 PENYAKIT YANG DISEBABKAN
1. Infeksi jamur di kulit
Infeksi jamur di kulit juga bisa terjadi akibat pertumbuhan
jamur Candida albicans yang tidak terkendali. Hal ini biasanya terjadi karena
kurangnya merawat kebersihan kulit, seperti jarang mandi dan tidak segera
mengganti pakaian setelah banyak berkeringat.
Gejala candidiasis kulit meliputi ruam, gatal, kulit kering dan mengelupas.
Tanda ini umumnya ditemukan di area lipatan tubuh, seperti ketiak,
selangkangan, bagian bawah payudara, atau sela jari.
2. Sariawan
Jamur Candida albicans yang menginfeksi mulut dapat
menyebabkan sariawan. Kondisi ini ditandai dengan bercak putih di bibir,
lidah, pipi bagian dalam, atau tenggorokan.
Selain itu, candidiasis mulut juga dapat menimbulkan rasa nyeri sehingga
penderitanya akan sulit menelan dan selera makannya menurun. Hal ini
membuat penderitanya rentan mengalami malnutrisi karena kurangnya
asupan nutrisi.
Pada dasarnya, sariawan akibat Candida albicans mudah diobati dan akan
sembuh dalam waktu beberapa minggu. Namun, pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah, infeksi jamur ini dapat menyebar ke bagian
tubuh lain dan menyebabkan komplikasi serius.
3. Infeksi jamur vagina
Pertumbuhan jamur Candida albicans yang berlebihan juga dapat
menyebabkan candidiasis vagina. Infeksi ini dapat menyebabkan iritasi yang
memicu rasa gatal yang hebat pada vagina.
Candidiasis vagina umumnya terjadi akibat beberapa faktor, seperti tidak
mengganti pakaian dalam, menggunakan pakaian yang tidak menyerap
keringat, dan menggunakan cairan pembersih vagina secara berlebihan.
Gejala yang umumnya ditimbulkan infeksi ini meliputi keputihan kental
berwarna putih, kemerahan dan pembengkakan pada vagina, atau nyeri saat
buang air kecil.
4. Masalah pencernaan
Kesehatan sistem pencernaan pada dasarnya sangat bergantung pada
keseimbangan jumlah bakteri dan jamur dalam usus. Ketika kadarnya tidak
seimbang, Anda bisa mengalami masalah pencernaan, seperti sembelit, diare,
mual, dan perut kembung.
Penelitian juga menunjukkan bahwa pertumbuhan berlebih jamur Candida
albicans di saluran cerna sering kali dikaitkan dengan beberapa penyakit di
sistem pencernaan, misalnya penyakit celiac atau penyakit Crohn.
5. Infeksi sinus
Sinusitis atau infeksi sinus jangka panjang yang tidak membaik dengan
pengobatanbisa dicurigai akibat infeksi jamur Candida albicans. Namun,
kondisi ini sangat jarang terjadi dan umumnya dialami oleh orang yang
mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh.
6. Gangguan sendi
Bila infeksi jamur Candida albicans di organ tertentu sudah parah dan
memasuki aliran darah hingga menyebar ke seluruh tubuh, dapat
menyebabkan infeksi di persendian dan memicu radang sendi. Hal ini juga
dapat menyebabkan infeksi tulang atau osteomielitis yang menyebabkan rasa
sakit dan nyeri di tulang yang terinfeksi.
Pada dasarnya, berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans perlu mendapatkan penanganan medis. Dokter akan memberikan
obat antijamur sesuai dengan lokasi dan tingkat keparahannya untuk
membunuh jamur maupun mencegah terjadinya komplikasi.
1.6 DIAGNOSIS
Diagnosis Candidiasis
Untuk melakukan diagnosis, dokter akan melihat keluhan, gejala, hingga bertanya
seputar riwayat medis medis pengidap candidiasis. Dokter juga akan melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk pemeriksaan pada kulit untuk melihat
ruam yang timbul. 

Jika terjadi keraguan pada diagnosis, maka dokter juga akan melakukan beberapa
pemeriksaan penunjang untuk benar-benar memastikannya. Berikut adalah
beberapa pemeriksaan penunjang tersebut, antara lain: 

 Tes darah. Dilakukan dengan cara mengambil sampel darah untuk


mengujinya di laboratorium. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
infeksi pada tubuh. 
 Tes antigen Mannan dan antibodi anti-mannan. Tes antibodi Candida ini
digunakan untuk mendiagnosis kandidiasis invasif. Tes tersebut bertujuan
untuk mendeteksi mannan, yaitu karbohidrat yang ada di dinding sel
spesies Candida.
 Tes kultur jamur. Dilakukan dengan cara mengambil sampel dari darah dan
jaringan tubuh untuk mendeteksi jenis jamur apa yang menginfeksi tubuh.
 Pemeriksaan endoskopi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
melibatkan pemeriksaan kerongkongan, lambung, dan bagian atas usus
kecil melalui penggunaan endoskop. Endoskop sendiri merupakan tabung
fleksibel berlampu yang dilengkapi dengan kamera di ujungnya.

1.7 CARA PENCEGAHAN


Untuk mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur seperti
yang telah disebutkan di atas, Anda dapat melakukan beberapa cara sederhana,
seperti:

 Menjaga kesehatan mulut dan gigi dengan menggosok gigi setidaknya 2 kali
sehari
 Menjaga kebersihan area organ intim dengan mengganti pembalut saat
menstruasi dan pakaian dalam secara teratur, serta membersihkan area
vagina dengan benar
 Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang
 Mengonsumsi makanan probiotik, misalnya dari kimchi, natto, atau yoghurt
 Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter dan
mengonsumsi obat medis sesuai indikasi bila menderita penyakit kronis
tertentu, seperti diabetes atau penyakit autoimun

Bila Anda mengalami tanda-tanda infeksi jamur Candida albicans, segeralah


periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai
dengan kondisi Anda.

Anda mungkin juga menyukai