Anda di halaman 1dari 13

KANIDIASIS PADA SAMPEL URIN LANSIA

LAPORAN PRAKTIKUM

DISUSUN OLEH :

KHOTIMATUL MA’RUFAH

(NPM 412118073)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABROATORIUM MEDIS (D-4)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI2021
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar gambar
BAB 1
Pendahuluan
A.Latar belakang

Kandidiasis merupakan penyakit akibat infeksi kandida baik secara primer mupun infeksi
secara sekunder terhadap penyakit lain. Penyebab utama adalah Candida albicans, yang dikenal dapat
hidup pada manusia antara lain, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis,
Candida krusei, Candida parapsilosis dan Candida guilliermondii menurut Sunarso Suyoso, (2013,
dalam chrissa , 2020).
Jamur ini dapat hidup sebagai saprofit tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun di dalam
berbagai organ manusia atau hewan. Pada keadaan tertentu sifat jamur dapat berubah menjadi patogen
dan menyebabkan penyakit yang disebut Kandidiasis. Candida albicans dianggap sebagai spesies yang
sangat patogen dan menjadi penyebab paling tinggi kasus kandidiasis, tetapi spesies yang lain juga
ada yang bisa menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir fatal. Standard Operational Procedure
(SPO) dalam mendiagnosis infeksi Candida sp. adalah dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan baik secara makroskopis maupun
mikroskopis. Kelebihan metode pemeriksaan mikroskopis yaitu dapat melihat bentuk atau morfologi
dari 2 organisme yang lebih kecil menggunakan mikroskop dan kelebihan secara makroskopis adalah
dapat mengamati bentuk organoleptik menggunakan panca indra dengan mendeskripsikan
bentuk,warna serta bau (Kemala et al., 2013, dalam chrissa , 2020).
Kultur jamur digunakan sebagai metode untuk menegakkan diagnosis pasti bila terdapat
kecurigaan adanya infeksi Candida secara klinis (Kundu & Grag, 2012 dalam Tara & Sri, 2016).
Pemeriksaan dengan pewarnaan Gram adalah salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk menentukan adanya jamur. Berdasarkan hasil penelitian, pewarnaan ini dapat digunakan
sebagai tes alternatif dalam mengidentifikasi adanya jamur. Adapun Kelebihan dari pewarnaan gram
yaitu dapat melihat jamur berdasarkan morfologinya, pewarnaan Gram dapat disimpan untuk
penilaian ulangan. Kelemahan dari pewarnaan Gram antara lain : tidak dapat mengidentifikasi
spesiesnya dan sedikit membutuhkan waktu dibandingkan dengan pemeriksaan langsung (Mutiawati,
2016, dalam chrissa , 2020 dalam Tara & Sri, 2016)..
Jamur merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi kasus tinggi terjadi di negara-negara
tropis. (Frendsiane R. Pangalinan, 2011 dalam Tara & Sri, 2016). Penyakit yang disebabkan oleh
jamur dapat disebut mikosis. (Gandahusada, 1998 dalam Tara & Sri, 2016). Mikosis yang mempunyai
kasus paling tinggi adalah dermatofitosis dan kandidiasis. (Jawetz, 2007 dalam Tara & Sri, 2016).
Kandidiasis atau kandidosis aalah penyakit dari jamur yang menyerang kulit, kuku, selaput lendir dan
alat dalam yang disebabkan oleh berbagai spesies Candida. Penyebab terbanyak kandidosis adalah
Candida albicans, spesies dengan patogenitas paling tinggi. (Inge Susanto, 2009 dalam Tara & Sri,

1
2016).

Jamur Candida albicans merupakan penyebab yang sering dijumpai pada genetalia dan
daerah perigenital wanita. Beberapa faktor predisposisi dapat mengubah sifat saprofit Candida
albicans menjadi patogen, antara lain : Diabetes Mellitus, penyalahgunaan antibiotik, penggunaan
obat kortiokostreoid dan sitostatik, kehamilan, penggunaan pil anti hamil, dan kelembapan yang tinggi
(Koes Irianto, 2013 dalam Tara & Sri, 2016). Dari hasil penyelidikan Hesseltine dan Campbell,
diantara 73 orang wanita penderita Diabetes Mellitus terdapat 12 orang atau 16,5% menderita
Kandidiasis. (Hesseltine dan Campbell, 1938 dalam Tara & Sri, 2016).

B.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu keberadaan
jamur kanida albicans pada sampel urin lansia

C.Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah pada pemeriksaan ini yaitu sampel yang akan diteliti adalah 1
sampel urin lansia dengan menggunakan 2 metode yaitu tanam pada media PDA dan pewarnaan
gram.

D.Tujuan pemeriksaan

Untuk mengetahui ada dan tidaknya jamur pada sampel urin lansia dengan menggunakan 2
metode yang berbeda :
1. Untuk mengetahui ada dan tidaknya jamur pada sampel urin lansia dengan metode tanam
pada media PDA.
2. Untuk mengetahui ada dan tidaknya jamur pada sampel urin lansia dengan metode
pewarnaan gram.

E.Manfaat pemeriksaan

Manfaat yang dapat diambil dari pemeriksaan ini diantaranya :


1. Sebagai informasi sehingga pasien dapat mengetahui ada tidaknya jamur Candida
albicans pada urin lansia.
2. jika ditemukan adanya jamur Candida albicans dapat dilakukan pengobatan segera.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Candida albicans
1. Morfologi
Candida albicans adalah sel ragi bertulang tipis, gram positif, tidak memiliki kapsul,
berbentuk oval hingga bulat dengan ukuran 3 – 4 μm. Candida albicans juga membentuk pseudohifa
ketika tunas-tunasnya terus bertumbuh, tetapi gagal melepaskan diri sehingga menghasilkan rantai-
rantai sel panjang yang bertakik atau menyempit pada lokasi penyekatan di antara sel. Candida
albicans bersifat dimorfik, selain ragi dan pseudohifa Candida albicans juga dapat menghasilkan hifa
sejati (Brooks et al., 2013 ). Candida albicans berkembang biak dengan cara memperbanyak diri
dengan spora yang tumbuh dari tunas yang disebut dengan blastospora (Siregar, 2004).
Organisme Candida tumbuh dengan mudah dalam botol kultur darah dan pada plate agar.
Pada kultur media, spesies Candida terbentuk halus, berwarna putih krem, dengan koloni berkilau.
Banyak spesies Candida mudah diidentifikasi berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan kit
komersial yang mengevaluasi asimilasi karbohidrat dan reaksi fermentasi serta memberikan
identifikasi spesies dari isolat Candida selama 2-4 hari (Dismukes, Pappas and Sobel, 2003).

2. Klasifikasi
Genus Candida terdiri dari lebih dari 200 spesies dan merupakan spesies ragi yang sangat
beragam yang ikatannya sama dengan tidak adanya siklus seksual. Tidak semua genus Candida dapat
menyebabkan infeksi pada manusia, hanya beberapa spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia. Spesies Candida yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia yaitu: Candida albicans,
Candida (Torulopsis) glabrata, Candida parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida
kefyr, Candida guilliermondii, Candida lusitaniae, Candida stellatoidea, dan Candida dubliniensis
(Dismukes, Pappas and Sobel, 2003).
Klasifikasi Candida albicans yaitu sebagai berikut (Maharani, 2012):
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales

3
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida Spesies : Candida albicans
Sinonim : Candida stellatoidea dan Oidium albicans

3. Fisiologi Candida albicans


Candida spp. tumbuh optimal pada suhu 37°C dengan pH netral13 . Candida spp. merupakan
organisme dimorfik. Organisme ini dapat berada dalam bentuk miselium pada lingkungan dengan
suhu 37-40°C dan pH yang relatif netral, sedangkan umumnya berada dalam bentuk ragi pada
lingkungan dengan pH yang relatif lebih rendah .
Dinding sel Candida spp. tersusun dari manoprotein dan protein-protein spesifik, seperti
chitinase, enolase, helicase dan HSP70, yang menempel pada lapisanlapisan glucans dan kitin.
Protein-protein tersebut dapat mengatur penggabungan komponen dinding sel yang lain, karena
protein-protein tersebut membawa sebagian kode morfogenetik yang bertanggung jawab dalam
pembentukan morfologi sel, sehingga bertanggung jawab juga dalam pembentukan morfologi
alternatif pada dimorfisme Candida spp.2. Dimorfisme Candida spp. tergantung pada temperatur,
konsentrasi CO2 dan pH8.
Transisi morfologi dari bentuk ragi ke bentuk miselium dirangsang oleh suhu yang berkisar
antara 37-40°C, pH yang relatif netral, serta adanya beberapa senyawa, seperti asam amino, biotin,
komponen heme dalam hemoglobin, seng dan serum.

4. Patogenesis
Spesies Candida merupakan jamur patogen oportunistik karena kemampuan mereka untuk
menginfeksi manusia. Candida menyumbang sekitar 15% dari semua infeksi yang didapat di rumah
sakit dan lebih dari 72% dari semua infeksi jamur nosokomial (Dismukes, Pappas and Sobel, 2003).
Kandidiasis superfisial ditegakkan melalui adanya peningkatan jumlah populasi Candida
setempat dari kerusakan terhadap kulit atau epitel yang memungkinkan invasi setempat oleh ragi dan
pseudohifa. Kandidiasis sistemik terjadi ketika Candida memasuki aliran darah dan pertahanan
pejamu fagositik tidak mampu menahan pertumbuhan dan penyebaran ragi. Dari sirkulasi, Candida
dapat menyerang ginjal, melekat ke katup jantung prostetik, atau menghasilkan infeksi Candida
hampir di manapun (seperti artritis, meningitis, endoftalmitis). Histologi setempat lesi kutan atau
mukokutan ditandai oleh reaksi peradangan yang beragam, mulai dari abses piogenik hingga
granuloma kronis. Lesi –lesi ini mengantung sel ragi bertunas serta pseudohifa yang sangat banyak.
Peningkatan Candida dalam jumlah besar disaluran usus sering kali terjadi setelah pemberian 9
antibiotik antibakteri oral, dan ragi dapat masuk ke dalam sirkulasi dengan melintas mukosa usus
(Brooks et al., 2013).
Langkah pertama dalam infeksi Candida adalah kolonisasi epitel, yang pada gilirannya

4
bergantung pada kepatuhan mikroorganisme terhadap sel epitel dan protein, yang memungkinkan
mereka menahan kekuatan cairan yang berfungsi untuk mengeluarkan partikulat. Kemampuan perekat
Candida albicans telah berkorelasi dengan patogenesis infeksi. Invasi sel inang oleh Candida
melibatkan penetrasi dan pengersakan selubung sel luar. Transmigrasi kemungkinan besar dimediasi
oleh proses fisik dan / atau enzimatik. Fosfolipid dan protein mewakili unsur kimia utama membran
sel inang. Fosfolipase, dengan membelah fosfolipid, menginduksi terjadinya lisis sel dan dengan
demikian memudahkan invasi jaringan. Aktivitas fosfolipase terkonsentrasi pada ujung tumbuh hifa
dan fosfolipase ekstraselular dianggap perlu untuk invasi jaringan (Dismukes, Pappas and Sobel,
2003).

B. Kanidiasis
 Definisi
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan spesies
Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku,
bronki atau paru, kadang-kadang menyebabkan septikemia, endokarditis atau meningitis. Penyakit ini
terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan
(Dismukes, Pappas and Sobel, 2003).
C. Identifikasi Candida albicans
1. Pemeriksaan langsung dengan Pewarnaan Gram
Teknik pewarnaan Gram dimulai dari pengambilan spesimen, kemudian dilanjutkan
dengan persiapan apusan, pewarnaan Gram, dan pemeriksaan slide di bawah mikroskop.
Bakteri Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal (20-80 nm), sehingga akan
mengambil kompleks stain-mordant primer dan akan tampak biru atau ungu di bawah
mikroskop. Sementara itu, bakteri Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis (1-
3 nm) dan persentase ikatan silang yang rendah diikuti dengan lapisan membran luar yang
tipis (7-8 nm), sehingga tidak mengikat kompleks stain-mordant dan akan tampak merah di
bawah mikroskop.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien bergantung pada jenis sampel yang diambil. Beberapa jenis sampel yang
dapat diambil antara lain sampel darah, biopsi jaringan, cairan serebrospinal, cairan sinovial,
lavase bronkoalveolar, sputum, nanah, duh tubuh, dan urin.
Peralatan
Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam melakukan pewarnaan Gram antara lain: Mikroskop
cahaya, Kaca objek, Pipet, Api Bunsen, Kertas saring, Inoculation loop, Minyak imersi.

5
Bahan-bahan yang diperlukan dalam melakukan pewarnaan Gram antara lain: Sampel yang
akan diperiksa, Cairan pewarna: larutan gentian violet atau kristal violet, Larutan A: kristal
violet 2 g, etanol 95% 20 ml, Larutan B: ammonium oksalat 0,8 g, air steril 80 mL,
Mordant larutan iodin Gram: iodin 1 g, potassium iodida 2 g, air steril 300 ml, Zat
dekolorisasi (peluntur): etanol 95% 50 ml atau aseton 50 ml, Counterstain: ,Stock solution:
safranin O 2,5 g, etanol 95% 100 ml ,Working solution: stock solution 10 ml, air steril 90 mL.

Prosedural
Prosedur pewarnaan Gram terdiri dari persiapan apusan, pewarnaan Gram, dan pemeriksaan
di bawah mikroskop.

Persiapan Apusan

Cara mempersiapkan apusan yang akan diwarnai adalah :

1.Sterilkan inoculating loop pada api bunsen hingga memerah, kemudian tunggu dingin
selama sekitar 30 detik. Jika loop masih panas saat spesimen diambil, sampel.

2.Dengan menggunakan kaca objek (slide) bersih, letakkan spesimen di tengah kaca objek.
Jika spesimen diambil dari agar plate, beri 1 tetes air untuk membuat suspensi terlebih dulu

3.Dengan menggunakan inoculating loop, apuskan spesimen di atas kaca objek sampai
didapatkan lapisan yang tipis, kemudian keringkan di udara

4.Panaskan kaca objek dengan melewatkannya di atas api bunsen sebanyak 2-3 kali agar
terfiksasi

Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram dilakukan dengan cara :

1.Tuangkan cairan pewarna kristal violet pada preparat secara merata, tunggu selama 1 menit

2.Miringkan preparat dan bilas dengan sedikit air mengalir

3.Tuangkan cairan mordant pada preparat, tunggu selama 1 menit


4.Miringkan kembali preparat dan bilas dengan sedikit air mengalir

6
5.Lakukan dekolorisasi dengan cara meneteskan cairan dekolorisasi sedikit demi sedikit pada
preparat hingga tidak ada zat warna yang mengalir keluar dari preparat

6.Bilas preparat dengan air mengalir

7.Tuangkan counterstain (safranin) pada preparat, tunggu selama 30 detik sampai 1 menit
8.Bilas preparat dengan air mengalir, kemudian keringkan preparat

9.Lakukan pengamatan preparat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 kali, 400
kali, hingga 1000 kali.

Kesalahan dalam Prosedur Pewarnaan Gram

Terdapat beberapa kesalahan yang dapat terjadi saat melakukan prosedur pewarnaan gram,
antara lain:

. Pemanasan berlebihan saat fiksasi

. Preparat terlalu tebal

. Larutan kristal violet konsentrasi rendah

. Pencucian berlebihan dengan air (sebaiknya tidak lebih dari 5 detik)

. Iodin yang kurang. Semakin rendah konsentrasi iodin yang digunakan, semakin mudah
dekolorisasi terjadi

. Dekolorisasi yang terlalu lama dengan etanol

. Counterstaining terlalu banyak dan terlalu lama

2. Penanaman media agar PDA

PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan media umumnya digunakan membiakkan


fungi di laboratorium karena pH yang dimiliki media ini rendah yaitu antara 4,5 sampai 5,6
sehingga pertumbuhan bakteri menjadi terhambat, dibutuhkan lingkungan yang netral

7
dengan pH 7,0 dengan suhu optimum untuk pertumbuhanbakteriCappucino, 2014).

Media PDA biasanya berbentuk instan dibuat oleh pabrik atau perusahan tertentu
yang berupa sediaan siap pakai sehingga lebih praktis. Namun, medium ini harganya
mahal, higriskopis, dan hanya diperoleh pada tempat-tempat tertentu saja. Dilihat dari
hal-hal tersebut serta banyaknya bahan-bahan alam

yang ada sehingga dapat menjadikan media pengganti untuk pertumbuhan mikroorganisme
terutama jamur untuk menjadikan dorongan bagi para peneliti untuk melakukan penelitian
media pengganti pengganti PDA yang berasal dari bahan alam yang mudah didapatkan
sekaligus terjangkau. Bahan alternatif yang digunakan sebagai penganti media PDA harus
mengandung dan memenuhi nutrisi yang dibutuhkan sebagai pertumbuhan sepeti dari
bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein (Octavia, 2017).

8
BAB III
METODOLOGI PEMERIKSAAN

A. Metode pemeriksaan
1.Rancangan Pemeriksaan
Adapun skema kerja pemeriksaan ini sebagai berikut :

Sampel urin Sentrifus 3000 rpm Sisakan


5 menit endapan

Pewarnaan Media
gram PDA

Tidak Tumbuh

Non Hijau
Uji CHROM
agar
Hijau

Uji Germ Tube

Negatif Positif Uji gula-


gula dan
crom agar

Spesies dan
warna berbeda
untuk jamur
Candida albicans

Gambar 3.1

Anda mungkin juga menyukai