Anda di halaman 1dari 13

A.

Pendahuluan
Jamur termasuk dalam organisme eukariotik, memiliki setidaknya satu nukleus dan
membran nukleus, retikulum endoplasma, mitokondria, dan aparatus sekretorik. Kebanyakan
jamur merupakan aerob obligat atau fakultatif. Jamur bersifat kemotropis, mensekresi enzim
yang mendegradasi beragam substrat organik menjadi nutrien-nutrien, mampu larut yang
kemudian diserap secara pasif atau dibawa ke dalam sel dengan transpor aktif.
Infeksi jamur disebut mikosis. Kebanyakan jamur patogen bersifateksogenik, habitat
alamiahnya adalah air, tanah dan debris organik.Mikosisdengan insiden tertinggi adalah
kandidiasis dan dermatofitosis disebabkan oleh jamur yang merupakan bagian dari flora mikroba
normal atau sudah sangat beradaptasi untuk bertahan dalam pejamu manusia.
Candida albicans merupakan flora normal pada beberapa area tubuh manusia,
terutama saluran pencernaan, juga selaput mukosa saluran pernafasan, vagina, uretra,
kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan kaki. Di tempat-tempat ini ragi dapat
menjadi dominan dan menyebabkan keadaan-keadaan patologik ketika daya tahan
tubuh menurun baik secara lokal maupun sistemik. Kadang-kadang candida
menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau sistem
imunnya tertekan, terutama jika imunitas berperantara sel terganggu. Candida dapat
menimbulkan invasi dalam aliran darah, tromboflebitis, endokarditis, atau infeksi
pada mata dan organ-organ lain bila dimasukkan secara intravena (kateter, jarum,
hiperalimentasi, penyalahgunaan narkotika dan sebagainya).

B. Morfologi dan identifikasi Candida albicans


Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil, berdinding tipis,
bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 µm, yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa).
Candida membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri,
menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi
diantara sel. Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga bisa
menghasilkan hifa sejati.6 Candida berkembang-biak dengan budding.
Pada agar sabrouraud yang dieramkan pada suhu kamar atau 37C selama 24 jam, spesies
Candida menghasilkan koloni-kolini halus berwarna krem yang mempunyai bau seperti ragi.
Pertumbuhan permukaan terdiri atas sel-sel bertunas lonjong. Pertumbuhan di bawahnya terdiri
atas pseudomiselium. Ini terdiri atas pseudohifa yang membentuk blastokonidia pada nodus-
nodus dan kadang-kadang klamidokonidia pada ujung-ujungnya.
Dua tes morfologi sederhana membedakan Candida albicans yang paling patogen dari
spesies candida lainnya yaitu setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu
37C, sel-sel ragi Candida albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau tabung benih dan pada
media yang kekuarangan nutrisi Candida albicans menghasilkan chlamydospora bulat dan besar.
Candida albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas; asam dari
sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini, bersama dengan sifat-sifat
koloni dan morfologi, membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya.
Candida albicans mempunyai tiga bentuk morfologi yaitu :
1. Yeast Like cells, terlihat sebagai kumpulan sel berbentuk bulat atauoval dengan variasi
ukuran lebar 2-8 µm dan panjang 3-4 µm, diameter 1,5-5 µm. Sel-sel tersebut dapat
membentuk blastospora.
2. Pseudohypha, karena blastospora tidak lepas dan terus membentuk tunas baru.
3. Chlamydospora, dinding sel bulat dengan diameter 8-12 µm .Chlamydospora terbentuk jika
Candida albicans di kultur pada medium kurang nutrien seperti Corn meal agar.

Gambar 2. Candida albicans. A. Blastospora dan pseudohifa dalam eksudat, B.


Blastospora, pseudohifa, dan klamidospora (konidium) dalam biakan pada Sabouraud’s
agar 20oC C. Biakan muda membentuk tabung-tabung benih bila diletakkan dalam
serum selama 3 jam pada 37oC.
Ada beberapa kriteria untuk mengidentifikasi spesies Candida, yaitu :
1. Warna, teksture (permukaan) dan bentuk koloni pada media Sabouraud’s dextrose agar.
2. Pemeriksaan mikroskopik.
3. Adanya Chlamydospora.

4. Fermentasi dan asimilasi pada karbohidrat khusus.


Struktur fisik Candida albicans terdiri dari dinding sel, membran sel, sitoplasma dan nukleus.
Membran sel Candida albicans terdiri dari fosfolipid ganda (lipid bilayer), lapisan terluar kaya
akan phosphatidyl, choline, ergosterol dan sphingolipids. Sphingolipids mengandung
komponen negatif paling besar pada membran plasma dan memegang peranan penting sebagai
target antimikotik.
Berdasarkanreaksiikatan antigen antibodi, Candida albicans
dikelompokkan ke dalam 2 serotipe, yaitu :
a. Candida albicans serotipe A, mempunyai determinan antigen pada permukaan selnya
sehingga dengan reaksi ikatan antigen antibodi terjadi aglutinasi positif.
b. Candida albicans serotype B, tidak memiliki antigen pada permukaan selnya sehingga
dengan adanya reaksi antigen antibodi tidak terjadi aglutinasi.
Klasifikasi dari Candida albicans adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
C. Struktur Antigen
Tes aglutinasi dengan serum yang terabsorpsi menunjukkan bahwa semua
strain Candida albicans termasuk dalam dua kelompok besar serologic A dan B.
Kelompok A mencakup C tropicalis. Ekstrak Candida untuk tes serologik dan kulit
tampaknya terdiri atas campuran antigen. Antibodi ini dapat diketahui melalui
presipitasi, imunodifusi, imunoelektroforesis balik, aglutinasi lateks, dan tes-tes
lainnya, tetapi pengenalan antibodi sirkulasi ini tidak terlalu membantu dalam
mendiagnosis penyakit akibat candida. Pada candidiasis yang tersebar sering terdapat
antigen mannan dari Candida yang beredar, dan kadang-kadang dapat ditemukan
antibodi presipitasi terhadap antigen nonmannan. Sebenarnya semua serum manusia
normal akan mengandung antibodi IgG terhadap Candida mannan.

D. Metabolisme Candida albicans


Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan
lebih baik pada pH antara 4,5 - 6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 280C-
370C.Candida albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber
energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari
karbohidrat.Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan
metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob.Proses akhir fermentasi anaerob
menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan.
Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh Candida albicans sebagai sumber karbon
maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel.
Candida albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya
melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan karbohidrat
sebagai sumber karbon. Pada proses asimilasikarbohidrat dipakai olehCandida albicans sebagai
sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel. Pada proses
fermentasi, jamur ini menunjukkan hasil terbentuknya gas dan asam pada glukosa dan maltosa,
terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak terbentuknya asam dan gas pada laktosa.
E. Epidemiologi
Jamur ragi termasuk spesies Candida albicans yang merupakan flora komensal normal
pada manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus).Pada
vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi spesies Candida
komensal oral berkisar pada 30 – 60 % ditemukan pada orang dewasa sehat.
Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis pada 46 laki-
laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang spesifik, 63 % dengan
kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan ekzema, dan 11 % dengan psoriasis.
Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73 % dirawat 8 minggu setelah terapi.
Di Argentina,dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral
didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari laboratorium sentral Dr. J.M.
Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel tersebut diteliti
dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 % adalah positif,
63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki.
Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 kasus (1 %) dari
72.660 pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo347 kasusmerupakan manifestasi klinis
kandidiasispaling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper kandidiasis tercatat
102 kasus.Sedangkan di Bombay, India diperiksa 150 pasien dengan kandidiasis kutaneus.
Kerokan kulit diuji dengan KOH 10 % dan dikultur pada media SDA.Insiden tersering adalah
intertrigo 75 kasus, vulvovaginitis 19 kasus, danparonikia 17 kasus. Sedangkan jamur yang
diisolasi didapatkanCandida albicans 136 kasus, Candida tropicalis 12 kasus, danCandida
guillermondi 2 kasus. Dan Diabetes Mellitus menjadi faktor predisposisi pada 22 orang pasien.
F. Patogenesis dan Patologi
Sumber utama infeksi candida adalah flora normal dalam tubuh pada pasien
dengan sistem imun yang menurun. Dapat juga berasal dari luar tubuh, contohnya pada
bayi baru lahir mendapat candida dari vagina ibunya (pada waktu lahir atau masa
hamil) atau dari staf rumah sakit, dimana angka terbawanya candida sampai dengan
58%, meskipun masa hidup spesies candida di kulit sangat pendek. Transmisi Candida
antara staf rumah sakit dengan pasien, pasien dengan pasien biasanya muncul pada unit
khusus, contohnya unit luka bakar, unit geriatri, unit hematologi, unit bedah, Intensive
Care Unit dewasa dan neonatus dan unit transpantasi.
Infeksi Candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen.
Faktor endogen :
1. Perubahan fisiologik :
a. Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
b. Kegemukan, karena banyak keringat
c. Debilitas
d. Iatrogenik, misal kateter intravena, kateter saluran kemih
e. Endokrinopati, penyakit Diabetes Melitus, gangguan gula darah kulit
f. Penyakit kronik; tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang
buruk
g. Pemberian antimikroba yang intensif (yang mengubah flora bakteri normal)
h. Terapi progesterone
i. Terapi kortikosteroid.
j. Penyalahgunaan narkotika intravena
2. Umur : orangtua dan bayi lebih muda terkena infeksi karena status imunologiknya tidak
sempurna
3. Imunologik (imunodefisiensi)
Faktor eksogen :
a. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada trush, balanopostitis.
Pada penyuntikan intravena terhadap tikus atau kelinci, supensi padat Candida
albicans menyebabkan abses yang tersebar luas, khususnya di ginjal, dan
menyebabkan kematian kurang dari satu minggu. Secara histologik, berbagai lesi kulit
pada manusia menunjukkan peradangan. Beberapa menyerupai pembentukan abses;
lainnya menyerupai granuloma menahun. Kadang-kadang ditemukan sejumlah besar
Candida dalam saluran pencernaan setelah pemberian antibiotika oral, misalnya
tetrasiklin, tetapi hal ini biasanya tidak menyebabkan gejala. Candida dapat dibawa
oleh aliran darah ke banyak organ termasuk selaput otak, tetapi biasanya tidak dapat
menetap disini dan menyebabkan abses-abses milier kecuali bila inang lemah.
Penyebaran dan sepsis dapat terjadi pada penderita dengan imunitas seluler yang
lemah, misalnya mereka yang menerima kemoterapi kanker atau penderita limfoma,
AIDS, atau keadaan-keadaan lain.
G. Gambaran Klinik
Penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida disebut Kandidiasis, dapat
bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau
paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.
1.Mulut
a.Trush
Biasanya mengenai bayi, terjadi pada selaput mukosa pipi bagian dalam, lidah,
palatum mole dan permukaan rongga mulut yang lain dan tampak sebagai bercak-
bercak (pseudomembran) putih coklat muda kelabu yang sebagian besar terdiri atas
pesudomiselium dan epitel yang terkelupas, dan hanya terdapat erosi minimal pada
selaput. Lesi dapat terpisah-pisah dan tampak seperti kepala susu pada rongga mulut.
Bila pseudomembran terlepas dari dasarnya tampak daerah yang basah dan merah.
Pada glositis kronik lidah tampak halus dengan papila yang atrofik atau lesi berwarna
putih di tepi atau di bawah permukaan lidah. Bercak putih ini tidak tampak jelas bila
penderita sering merokok. Pertumbuhan candida di dalam mulut akan lebih subur bila
disertai kortikosteroid, kadar glukosa tinggi dan imunodefisiensi.
b.Perleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut, lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah dan
dasarnya eritematosa. Faktor predisposisinya ialah defisiensi riboflavin.
2. Genitalia Wanita (vulvovaginitis)
Candida albicans penyebab yang paling umum dari vulvovaginitis. Hilangnya pH
asam merupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitis candida. Dalam keadaan
normal pH yang asam dipertahankan oleh bakteri vagina. Diabetes, kehamilan,
progesteron, atau pengobatan antibiotik merupakan predisposisi penyakit ini. Biasanya
sering terdapat pada penderita Diabetes Melitus karena kadar gula darah dan urin yang
tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen dalam epitel vagina.
Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan
pengeluaran sekret. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi dan
dispareunia. Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia di daerah labia minora,
introitus vagina dan vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan
yang khas yaitu bercak-bercak putih kekuningan. Pada kelainan yang berat juga
terdapat edema pada labia minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora dan
sekitar introitus vagina. Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan.
Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih
kekuningan. Gumpalan tersebut berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva
atau vagina terdiri atas bahan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur.
3. Genitalia pria (Balanitis atau balanopostitis)
Penderita mendapat infeksi karena kontak seksual dengan wanitanya yang
menderita vulvovaginitis. Lesi berupa erosi, pustula dengan dindingnya yang tipis,
terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius glandis.
4. Kulit (Kandidosis Kutis)
Candidiasis kulit yang terdapat pada lapisan terluar kulit, merupakan bentuk yang
paling sering dari infeksi Candida. Pada kebanyakan kasus tidak bersifat invasif atau
mengancam nyawa. Infeksi kulit terutama terjadi pada bagian-bagian tubuh yang
basah, hangat seperti ketiak, lipat paha, skrotum, atau lipatan-lipatan di bawah
payudara. Infeksi paling sering terdapat pada orang gemuk dan diabetes. Daerah-
daerah itu menjadi merah dan mengeluarkan cairan dan dapat membentuk vesikel.
Infeksi Candida pada kulit antara jari-jari tangan paling sering terjadi bila tangan
direndam cukup lama dalam air secara berulang kali, ini terjadi pada pembantu rumah
tangga, tukang masak, pengurus sayuran dan ikan.
Jenis-jenis kandidosis kutis :
1. Kandidosis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari
tangan atau kaki, glans penis dan umbilicus, berupa bercak yang berbatas tegas,
bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-
vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang
erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
2. Kandidosis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan
pruritus ani.
3. Kandidosis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin biasanya juga di lipat payudara, intergluteal dan
umbilicus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa exzematoid
dengan vesikel-vesikel dan pustule-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi,
mungkin karena ibunya menderita kandidosis vagina atau mungkin karena gangguan
imunologik.
4. Kandidosis kutis granulomatosa
Houser dan Rothman melaporkan bahwa penyakit ini sering menyerang anak-anak, lesi
berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat
erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm,
lokasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai dan farings.
5. Diaper rash
Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti yang dapat
menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejala sisa
dermatitis oral dan perianal.

E.Kuku (Paronikia dan Onikomikosis)


Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air, bentuk
ini tersering didapat. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah,
kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna
kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku
seperti pada tinea unguium. Rasa nyeri, bengkak kemerahan pada lipat kuku, yang
menyerupai paronikia piogenik dapat mengakibatkan penebalan dan alur transversal
pada kuku dan akhirnya kuku tanggal.

F.Paru-paru dan organ lain


Infeksi Candida dapat menyebabkan invasi sekunder pada paru-paru, ginjal, jantung,
meningen dan organ lain yang sebelumnya telah menderita penyakit lain (misalnya
tuberculosis atau kanker). Pada leukemia yang tidak terkendali dan pada penderita yang
sistem imunnya tertekan atau menjalani pembedahan, lesi oleh Candida dapat terjadi
pada banyak organ. Endokarditis Candida terutama terjadi pada pecandu narkotika atau
orang dengan katup prostetik. Kadang-kadang timbul kandiduria setelah kateterisasi air
kemih, tetapi ini cenderung sembuh secara spontan. Meningitis terjadi karena
penyebaran hematogen jamur. Gejalanya sama dengan meningitis tuberculosis atau
karena bakteri lain.2

G.Kandidiasis Mukokutan Menahun


Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem hormonal,
biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat
genetik, umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip penderita
dengan defek poliendokrin.2,6

H. Kandidiasis sistemik/invasif
Candidiasis invasif adalah infeksi yang bersifat sistemik atau invasif di luar lapisan-
lapisan kulit dan secara klinis muncul sebagai spektrum penyakit hanya pada
individu dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak. Candidiasis invasif ini terbagi atas
hematogenous candidiasis (melibatkan aliran darah) dan deep organ candidiasis
(infeksi pada spesifik organ). Istilah candidemia merujuk kepada spektrum klinis yang
dimulai dari isolasi spesies Candida dari aliran darah sampai dengan candidiasis invasif
yang melibatkan satu atau lebih organ.1
Candidemia bisa disebabkan oleh kateter menetap, pembedahan, penyalahgunaan obat-
obat intravena, aspirasi, atau kerusakan pada kulit atau saluran pencernaan. Pada
kebanyakan pasien dengan pertahanan tubuh yang normal, ragi-ragi disingkirkan dan
candidemia hanya sementara. Tetapi pasien dengan kelemahan pertahanan fagositik
bisa timbul lesi samar di mana saja, terutama ginjal, kulit (lesi makulonoduler), mata,
jantung dan selaput otak. Candidiasis sistemik paling sering disebabkan oleh pemberian
kortikosteroid atau agen imunosupresan lain, oleh penyakit darah, seperti leukemia,
limfoma, anemia aplastik atau oleh penyakit granulomatosa kronis. Endokarditis
candida sering disebabkan oleh penumpukan dan pertumbuhan ragi dan pseudohifa
atau vegetasi pada katup jantung buatan. Infeksi ginjal biasanya bermanifestasi
sistemik, dimana infeksi saluran kencing seringkali disebabkan oleh kateter Folley,
diabetes, kehamilan dan antibiotik antibakteri.6
Adapun spektrum klinis Candidemia :
1. Candidemia
2. Acute disseminated candidiasis
3. Chronic disseminated candidiasis
4. Deep organ candidiasis
Untuk menegakkan diagnosis definitif spektrum klinis di atas tidak selalu mudah.
Invasive Hematogenous Candidiasis terbagi atas 2 tipe yaitu uncomplicated atau
complicated, tergantung apakah telah terjadi penyebaran atau tidak.
4. Uncomplicated Invasive Hematogenous Candidiasis
Candidemia tanpa penyebaran ke organ tubuh. Kadang mengarah kepada candidemia
karena pemakaian kateter. Isolasi candida dari spesimen darah tanpa bukti adanya
metastasis infeksi ke organ-organ dihubungkan dengan keadaan yang jinak.
5. Complicated Invasive Hematogenous Candidiasis
Candidemia dengan penyebaran ke organ tubuh. Terbagi atas 2 tipe, yaitu :
a.Acute Disseminated Candidiasis (Hematogenous Candidiasis)
Terjadi candidemia dan ada bukti penyebaran ke organ tubuh.
b.Chronic Disseminated Candidiasis (Hepatosplenic Candidiasis)
Terjadi hampir secara eksklusif setelah episode yang lama dari disfungsi sumsum
tulang dan netropenia yang muncul selama terapi kanker sel-sel darah. Hati, limpa,
dan kadang ginjal terinfeksi dengan Candida. Kultur darah jarang positif.
Deep Organ Candidiasis yaitu infeksi Candida pada satu organ, biasanya
muncul sesudah inokulasi langsung, tetapi pada situasi tertentu dapat terjadi sebagai
hasil dari penyebaran secara hematogen candidemia yang tidak terdeteksi.
Peritonitis candida biasanya muncul pada pasien dengan kateter dialisis
peritoneal atau sesudah trauma usus (inokulasi langsung). Infeksi candida pada
saluran kemih atas dan bawah dapat terjadi melalui rute ascending (inokulasi
langsung), sedangkan pielonefritis dapat terjadi melalui penyebaran secara
hematogen.
Candidiasis hematogen terjadi melibatkan beberapa faktor. Pertama
kolonisasi, diikuti perubahan dari usus dan translokasi dari organisme melintasi barier
usus, dan akhirnya terjadi candidemia. Keadaan imunosupresi dengan netropenia
memudahkan penyebaran jamur.
Kesukaran untuk membuat batasan yang jelas diantara bentuk-bentuk
disseminated Candida yaitu sangat sulit untuk menentukan apakah pada kultur darah
yang positif terdapat candida terbatas hanya di darah atau telah menyebar ke organ-
organ kecuali pada kasus yang jarang atau bila dilakukan otopsi.1

• Reaksi id (kandidid)
Reaksi terjadi karena adanya metabolit kandida, klinisnya berupa vesikel-
vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela jari tangan atau bagian badan yang lain,
mirip dermatofitid. Di tempat tersebut tidak ada elemen jamur. Bila lesi kandidosis
diobati, kandidid akan menyembuh. Jika dilakukan uji kulit dengan kandidin (antigen
kandida) memberi hasil positif.2

H. Imunitas
Dasar dari resistensi Candidiasis bersifat kompleks dan belum secara lengkap
dimengerti. Respon imun yang diperantarai sel , terutama CD4, penting dalam
mengontrol candidiasis mucocutaneous dan netrofil mungkin sebagai komponen yang
penting pada candidiasis sistemik.6

I. Pengobatan
A. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
Lesi-lesi lokal paling baik diobati dengan menghilangkan penyebabnya, yaitu
menghindari basah, mempertahankan daerah-daerah tersebut tetap sejuk, berbedak
dan kering dan penghentian pemakaian antibiotika.2,6
B. Topikal2
c. Larutan ungu gentian ½-1 % untuk selaput lendir, 1-2 % untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali
selama 3 hari
d. Nistatin, berupa krim, salap, emulsi
3.Amfoterisin B
4.Grup azol antara lain :
- Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
- Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
- Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
- Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
- Antimikotik lain yang berspektrum luas
C. Sistemik :
1.Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna
Pemberian nistatin melalui mulut tidak diabsorpsi, tetap dalam usus dan tidak
mempunyai efek pada infeksi Candida sistemik.2,4
2. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
Amfoterisin B yang disuntikkan secara intravena, merupakan usaha pengobatan
efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk kandidiasis yang mengenai
organ dalam. Amfoterisin B diberikan dalam kombinasi dengan flusitosin melalui
mulut untuk menambah efek pengobatan pada kandidiasis diseminata.2,6
3. Ketokonazol bersifat fungistatik Ketokonazol menimbulkan respons terapeutik yang jelas
pada beberapa penderita infeksi Candida sistemik, terutama pada kandidiasis mukokutan.
Terapi ketokonazol adalah obat pilihan untuk pengendalian jangka panjang untuk kandidiasis
mukokutan kronik.6 Anti jamur grup azol menghambat pembentukan ergosterol dengan mem
blok aksi 14-alpha-demethylase.1 Dapat diberikan dengan dosis 200 mg per hari selama 10
hari – 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk
penderita kelainan hepar.2
4.Kandidosis vaginalis dapat diberikan klotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal,
sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2x200
mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal. Pada vulvovaginitis Candida,
terapi perawatan dengan ketokenazol mungkin diperlukan.
5. Anti jamur spektrum luas adalah polyene, echinocandin digunakan jika belum diketahui
spesies jamurnya. Bila organisme nya dipastikan Candida albicans, harus dimulai terapi
dengan fluconazol.

J. Profilaksis
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah menghindari gangguan
keseimbangan pada flora normal dan gangguan daya tahan inang. Infeksi Candida
tidak menular, karena sebagian besar individu dalam keadaan normal sudah
mengandung organisme tersebut.
Profilaksis efektif pada pasien dengan risiko tinggi. Meskipun flukonazol
mengurangi insiden candidiasis invasif, dampak positif pada angka kematian tidak
terlihat kecuali pada individu imunocompromised misal pasien netropenia,
transplantasi organ.

Anda mungkin juga menyukai