Kanker leher rahim adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-
sel epitelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis. Kanker Leher rahim atau serviks adalah kanker primer yang berasal
dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk
silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri
eksternum.
Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses
terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut sel displastik
sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia
ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya dan akhirnya menjadi
karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia
menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-
situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker serviks adalah kanker terbanyak kelima pada wanita di seluruh
dunia. Penyakit ini banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika, dan negara-
negara berkembang lainnya di Asia, termasuk Indonesia. Pada wanita-wanita
Suriname keturunan Jawa, terdapat insidensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan keturunan etnis lainnya.
Pada tahun 2009, Kanker serviks di negara- negara maju menempati
urutan keempat setelah kanker payudara, kolorektum, dan endometrium.
Sedangkan di negara-negara sedang berkembang menempati urutan pertama. Di
negara Amerika Serikat kanker serviks memiliki Age Spesific Incidence Rate
(ASR) yang khas, kurang lebih 20 kasus per 100.000 penduduk wanita per tahun.
Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim
1.2 Etiologi
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model
karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsinogenesis
awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi kanker invasif. Studi-
studi epidemiologi menunjukkan bahwa lebih dari 90% kanker serviks
dihubungkan dengan jenis human pailoma virus (HPV). HPV merupakan anggota
famili Papovirida yang mempunyai diameter 55 µm dan virus ini ditularkan secara
seksual. HPV memiliki kapsul isohedral yang telanjang dengan 72 kapsomer,
serta mengandung DNA circular double stranded dengan panjang kira-kira 8000
pasang basa.
Berdasarkan penelitian dari Sjamsuddin dalam jurnalnya yang berjudul
Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks, disimpukan bahwa terdapat 3
golognan tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker serviks, yaitu : 1) HPV
resiko rendah, yaitu HPV tipe 6 dan 11, 46 jarang dotemukan pada karsinoma
invasif; 2) HPV resiko sedang, yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58 ; 3) HPV
resiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, 31. Ketiga jenis HPV ini dapat menyebabkan
pertumbuhan sel yang abnormal, namun hanya tipe 2 dan 3 yang menyebabakan
kanker
Beberapa bukti menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada
wanita yang lebih tua dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. HPV
merupakan faktor inisiator kanker serviks. Onkoprotein E6 dan E7 yang berasal
dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6
akan mengikat p53 sehingga TSG (Tumor Supressor Gene) p53 akan kehilangan
fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7 akan mengikat TSG Rb, ikatan ini
menyebabkan terlepasnya E2f yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus
sel berjalan tanpa kontrol.
Hubungan Seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara
seksual. Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya,
wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita yang memulai
hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker
serviks. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia
dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan
berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat
pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah faktor risiko kuat
untuk terjadinya kanker serviks.
Karakteristik Partner
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi
sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus
kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih sering
menjalani seks aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali. Selain
itu, partner dari pria dengan kanker penis atau partner dari pria yang istrinya
meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan risiko kanker serviks.
ss
Riwayat Ginekologis
Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko
kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen
persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko. Dietilstilbesterol
(DES) Hubungan antara clear cell adenocarcinoma serviks dan paparan DES in
utero telah dibuktikan.
Agen Infeksius
Mutagen pada umumnya berasal dari agen-agen yang ditularkan melalui
hubungan seksual seperti Human Papilloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks
Virus Tipe 2 (HSV 2) (Benedet 1998; Nuranna 2005).
Lain-lain
Infeksi trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan berhubungan dengan
kanker serviks. Namun, infeksi ini dipercaya muncul akibat hubungan seksual
dengan multipel partner dan tidak dipertimbangkan sebagai faktor risiko kanker
serviks secara langsung.
Merokok
Saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai penyebab
kanker serviks dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada
serviks (bukan adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanis- me kerja bisa
langsung (aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau
melalui efek imunosupresif dari merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari
tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari mulut rahim pada wanita perokok.
Bahan karsinogenik ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama
infeksi HPV dapat mencetuskan transformasi keganasan.
Diet
Diet rendah karotenoid dan defisiensi asam folat juga dimasukkan dalam
faktor risiko kanker serviks.
Etnis dan Faktor Sosial
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko
lima kali lebih besar daripada wanita di kelas yang paling tinggi. Hubungan ini
mungkin dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan
kesehatan.
Di Amerika Serikat, ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki insiden
kanker serviks yang lebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini
mungkin mencerminkan pengaruh sosioekonomi.
Pekerjaan
Sekarang ini, ketertarikan difokuskan pada pria yang pasangannya
menderita kanker serviks. Diperkirakan bahwa paparan bahan tertentu dari suatu
pekerjaan (debu, logam, bahan kimia, tar, atau oli mesin) dapat menjadi faktor
risiko kanker serviks.
Untuk tumbuh menjadi kanker leher rahim dibutuhkan beberapa tahun sejak
sel-sel leher rahim mengalami perubahan. Sel-sel leher rahim abnormal yang
bukan merupakan sel kanker namun dapat berkembang menjadi kanker disebut
dengan cervical intra-epithelial neoplasia (CIN). CIN juga disebut sebagai sel-sel
prekanker yang jika tidak ditangani lebih lanjut akan berpotensi untuk berkembang
menjadi kanker. Namun tidak semua wanita yang memiliki CIN akan menderita
kanker. Keberadaan CIN identik dengan dysplasia.
2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop,
yaitu suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya
di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi
vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat
diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus
dilakukan.
Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal
3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk
menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
● Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
● Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1 -3 hari dan selama itu penderita
dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1
-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
● Iritasi rektum dan vagina
● Kerusakan kandung kemih dan rektum
● Ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk
menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat -obatan
untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui
suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu
siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan,
lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam mela wan penyakit. Terapi biologis dilakukan
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering
digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau menghindari faktor
resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain -lain. Selain itu
juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV pada
kelompok masyarakat
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini
dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus -kasus
kanker serviks secara dibni sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu yang lama.
Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih.
Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk
mwndeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra
invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus
pada fase invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan kanker
serviks, yaitu :
1. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1) Kampanye kesadaran masyarakat
2) Program pendidikan kesehatan masyarakat
3) Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus, misalnya :
1) Interfensi sumber keterpaparan
2) Kemopreventif
2. Pencegahan Tingkat Kedua
a. Diagnosis dini, misalnya screening
b. Pengobatan, misalnya :
l) Kemoterapi
2) Bedah
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan
kanker umumnya ialah secara pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan
radioterapi dan operasi radikal kurang lebih sama, meskipun sebenarnya
sukar untuk dibandingkan karena umumnya yang dioperasi penderita yang
masih muda dan umumnya baik.
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya.
Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi
HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang
dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal
untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi
berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi
risiko terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan
tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau
belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk
mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya
kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes
Pap smear
7. bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga
terjangkau.
8. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih
murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi
HPV.
9. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi
HPV.
10. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah
vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan
bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim
wanita dari kotoran dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA