Anda di halaman 1dari 10

Laporan Fisiologi 8

Percobaan Darah II
Hitung Jenis-Jenis Leukosit (Differential Leucocyt)
A. Tujuan :
Praktikum ini bertujuan untuk membedakan macam-macam jenis leukosit,
menghitung masing-masing jenis leukosit, menentukan daya kerapuhan eritrosit (fragility
globuler)
B. Dasar Teori
1. Darah
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang merupakan bagian
terpenting dalam system transport. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu ada dalam
pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: pembawa oksigen(oksigen
carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah
terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang
sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah, sedangkankan butir darah (blood
corpuscles) terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.
Pada pembentukan eritrosit yang melalui tahapan sebagai berikut eritroblast,
basophilic normoblas, policromatofilik normoblast, asidofilik normoblas, retikulosit dan
eritrosit. Namun hanya retikulosit yang ditemukan pada darah tepi pada keadaan normal.
Sedangkan pada pembentukan leukosit (jalur mieloid) pada awalnya mieloblast menjadi
progranulosit (neutrofil), eosinofil maupun basofil selanjutnya menjadi promielosit kemudian
menjadi metamielosit. Semua aktifitas ini secara normal dijumpai dalam sumsum tulang dan
pada perkembangan di darah tepi akna menjadi stab/band serta segmen. Sedangkan trombosit
terbentuk dari pecahan sitoplasma megakarioblast.

2. Leukosit

PembahasanLeukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan


hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Nilai normal :
Bayi baru lahir

9000 -30.000 /mm3

Bayi/anak

9000 12.000/mm3

Dewasa

4000-10.000/mm3

Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau
radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak),
apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama
ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama
virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan,
terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika
(penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang
disebabkan oleh bakteri).
3. Hapusan Darah Tepi
Darah dapat dibuat preparat apus dengan metode supra vital yaitu suatu metode untuk
mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Sel-sel darah yang hidup dapat
mengisap zat-zat warna yang konsentrasinya sesuai dan akan berdifusi ke dalam sel darah
tersebut, selanjutnya zat warna akan mewarnai granula pada sel bernukleus polimorf.
Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel
darah tepi seperti eritosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria,
tripanasoma, microfilaria dan lain sebagainya. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan
baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang baik.
Dasar dari pewarnaan Romanowsky adalah penggunaan dua zat warna yang berbeda
yaitu Azur B (Trimetiltionion) yang bersifat basa dan eosin y (tetrabromoflurescein) yang
bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam seperti kromatin.
DNA dan RNA. Sedangkan eosin y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa seperti

granula eosinofil dan hemoglobin. Ikatan eosin y pada Azur B yang bergenerasi dapat
menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky giemsa efek
ini sangat nyata pada DNA tetapi tidak pada RNA sehingga menimbulkan kontras antara inti
yang berwarna untuk sitoplasma yang berwarna biru. Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah
darah segar yang berasal dari kapiler atau vena, yang dihapuskan pada kaca obyek. Pada
keadaan tertentu dapat pula digunakan darah EDTA.
Kriteria preparat yang baik :
a. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga masih ada tempat
untuk pemberian label.
b. Secara granulapenebalannya nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke arah
ekor.
c. Ujung atau ekornya tidak berbentuk bendera robek.
d. Tidak berulang-ulang karena bekas lemak ada di atas kaca benda.
e. Tidak terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu.
f. Tidak terlalu tebal (karena sudut penggeseran yang sangat kecil) atau tidak terlalu
tipis (karena sudut penggeseran yang sangat besar).
g. Pewarnaan yang baik.
4. Hitung Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yangm asing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam
melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit,monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil
hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenaiinfeksi dan proses
penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis
sel.Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total (sel/l).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang
diwarnai dengan pewarnaGiemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop
dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan100 sel. Tiap jenis sel darah putih

dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah
dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/L.
Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x
kemudian dengan pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah
tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan
leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit
tidak boleh bergerombol.

JENIS LEKOSIT

GAMBAR

CIRI-CIRI

Basofil
Nilai Normal : 0-1 %

-14 m
-Inti Polimorf
-Plasma Rose
-Granula kasar, tidak teratur
-N= 0-1%

Eosinofil
Nilai Normal : 1-6 %

-16 m
-Inti tembereng dua
-Plasma Rose
-Granula teratur seperti gelembung
-N= 1-6%

N. segmen
Nilai Normal : 3570%

-14 m
-Inti segmen 2
-Plasma Rose
-Granula ungu, halus, tersebar
-N= 35-70%

N. Batang
Nilai Normal : 3-5 %

-14 m
-Inti batang, tapal kuda
-Plasma Rose
- Granula ungu, halus, tersebar
-N= 3-5%

Limfosit
Nilai Normal : 20-45
%

-12 m
-Inti bulat, hampir menutup inti
-Inti biru, jernih
-Tak bergranula
-N= 20-45%

Monosit
Nilai Normal : 2-10 %

-18 m
-Inti berlekuk
-Plasma Biru
-Tidak bergranula
-N= 2-10%

Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari
netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga
bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain.
Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.
Bila pada hitung jenis leukosit, diperoleh eritrosit berinti lebih dari 10 per 100
leukosit, maka jumlah leukosit/l perlu dikoreksi. Berikut ini merupakan beberapa hasil yang
mungkin diperoleh pada hitung jenis leukosit:
a. Netrofilia
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil melebihi nilai normal.
Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan
metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab
infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh
bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan
netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium
tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi
dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang
sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya jaringan

yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting substance
sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang
ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan
menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai netrofilia.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit
muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan
dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat
dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai
banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang
kurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering
dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi
toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun
sitoplasma
b. Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihi nilai normal.
Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi
antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain
dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan
hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.
c. Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil melebihi nilai normal. Basofilia
sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi
seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia.
Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.
d. Limfositosis

Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit


melebihi nilai normal. Limfositosis

dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili,

mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh
kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
e. Monositosis
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit melebihi nilai normal.
Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan
leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan
reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa
maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis.
Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan
limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar,
perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.
f. Netropenia
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari nilai normal.
Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan
netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak
diketahui penyebabnya.
Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena
drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang
pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi
atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sumsum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti
tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic
neutropenia.
g. Limfopenia

Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari nilai normal.
Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin,
sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi,
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic
duct drainage dan protein losing enteropathy.
h. Eosinopenia dan lain-lain
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari nilai normal. Hal ini dapat
dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga
dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil,
sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil,
eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung
jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.

C. Pembahasan
Dalam praktikum hematologi yang telah dilakukan, terdapat dua materi yang
dikerjakan, yaitu hitung jenis leukosit (Diff. Count). Hitung jenis leukosit digunakan untuk
mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masingmasingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil(
stab/ segmen ), limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit
memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung
jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Praktikum
dilakukan dengan cara yaitu pertama- tama disiapkan semua peralatan serta bahan yang akan
digunakan. Kemudian ditaruh objek glass (hapusan darah tepi) di atas meja mikroskop. Dan
dicari lapang pandang pada perbesaran 10X lensa objektif. Setelah ditemukan lapang
pandang, objek glass ditetesi dengan oil emersi dan diputar lensa objektif kearah perbesaran
lensa 100X. Kemudian diidentifikasi jenis leukosit pada setiap lapang pandang. Identifikasi
dilakukan di daerah penghitungan ( counting area). Identifikasi sel dimulai dari satu sisi
bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak 3
lapangan pandang. Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat kotak penghitungan jenis

leukosit. Jenis leukosit yang mula- mila terlihat dimasukkan dalam kolom-1, bila jumlah sel
sudah 10 pindah ke kolom-2. Setiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan
bila ke- 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung.
Selanjutnya ditentukan hasil diff.count dengan cara mencocokkan hasil yang diperoleh
dengan nilai rujukan dari hasil differential count.
Pada praktikum diperoleh hasil hitung jenis leukosit yaitu sebagai berikut:
Eosinofil / Basofil / N.batang / N. Segmen / Limfosit / Monosit
2%

2%

/ 58%

35%

3%

Setelah dicocokkan dengan nilai rujukan dari differential count diperoleh bahwa
pasien Normal. Karena semua sel leukosit jumlahnya normal.
D. Kesimpulan
a. Kesimpulan
Pada praktikum Differential Count, disimpulkan bahwa pasien normal. Karena jumlah sel
leukosit yang diperoleh nilainya normal.

Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/doc/94305564/Hitung-Jenis-Leukosit
http://www.scribd.com/doc/56223489/Bpp-Ia-Modul-Hemato-Onko-Reg-Uin-2011.html
http://www.farmasiku.com/index.php?target=pages&page_id=Makna_Hasil_Lab_Anda,

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenilaianHasilPemeriksaan.pdf/10_PenilaianHasilPemer
iksaan.html,

Anda mungkin juga menyukai