PENDAHULUAN
Penyakit infeksi jamur termasuk salah satu penyakit kulit yang masih
berdasarkan data dari berbagai rumah sakit pendidikan. Salah satu jenis infeksi
jamur yang sering ditemukan adalah kandidiasis Penyakit ini disebabkan oleh
Candida albicans merupakan flora normal yang hidup antara lain pada
membran mukosa rongga mulut, saluran pencernaan, dan vagina. Candida albicans
bentuk berbeda, yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora
serta dapat menghasilkan germ tube yang akan membentuk pseudohifa. Faktor-
antibiotik yang mengeliminasi flora komensial lain di rongga mulut dan usus,
Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida, terutama
usia, baik laki-laki maupun wanita, tetapi data menunjukkan bahwa 70%
1
mengalami vulvavaginitis candidiasis. Antara 40-50% mengalami infeksi berulang
15%. Tahun 2008, prevalensi infeksi saluran reproduksi pada remaja putri dan
K. studi terbaru terhadap penderita yang terinfeksi HIV, menunjukkan 157 kejadian
penyakit karena jamur. Kandidiasis adalah infeksi yang paling sering ditemui,
Berbagai jenis obat antijamur telah diciptakan untk mengobati infeksi Candida
yang paling banyak diberikan saat ini adalah golongan azol seperti klotrimazol,
yang berat, spectrum antijamur yang sempit, penetrasi yang buruk, dan munculnya
hayati cukup luas, dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya
tumbuh di Indonesia. Sebanyak 940 jenis tanaman telah digunakan sebagai obat
2
menggunakan obat sebagai bahan bakunya.(10) Meningkatnya penggunaan tanaman
obat ini juga disebabkan pola hidup masyarakat yang mencari alternatif pengobatan
kembali ke alam (back to nature), karena pengobatan cara ini dianggap memiliki
efek samping yang relatif kecil dibanding pengobatan medis atau modern.(11)
Salah satu tanaman yang mempunyai banyak manfaat yaitu daun salam
(Syzgium polyanthum). Daun salam telah dikenal secara luas oleh masyarakat
masakan. Namun dibalik itu semua, ternyata daun salam mempunyai aktivitas
farmakologis yang sangat berguna bagi tubuh kita.(12) Penilitian yang dilakukan
antifungi, maka pada penilitian ini akan dilakukan pengujian terhadap daun salam
sebagai obat herbal antijamur untuk mengobati kandidiasis yang lebih aman dan
pertumbuhanCandida albicans ?”
3
1.3 Tujuan Penelitian
4
1.4.2 Bagi Peneliti
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Ragi ini
6
Candida albicans seringkali dideskripsikan sebagai jamur
dimorfik yang terdapat dalam bentuk sel ragi (blastospora) dan hifa semua
bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. Terdapat
enam lapisan sel (dari luar ke dalam) pada dinding sel Candida albicans
7
(Sumber : Candida species: current epidemiology, pathogenocity, biofilm
sifat permukaan sel dan berperan penting dalam interaksi dengan hospes.
kompartemen sel independen, budding scars, dan cincin antara sel induk
8
1. Yeast Like cells, terlihat sebagai kumpulan sel berbentuk bulat
atau oval dengan variasi ukuran lebar 2-8 µm dan panjang 3-4 µm,
ruang, Candida sp. Membentuk koloni lunak berwarna krem dengan bau
9
membedakan Candida albicans, pathogen yang paling umum, dengan
membentuk hifa sejati atau tabung-tabung tunas, dan di atas medium yang
berukuran besar.(20)
dengan sel inang adalah dinding sel. Dinding sel Candida albicans terdiri
dari enam lapisan dari luar ke dalam adalah fibrillar layer, mannan, β-
lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena mekanisme kombinasi
10
imunitas hospes.Candida albicans tidak hanya menempel, namun juga
berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semua tersebut
2.1.4 Kandidiasis
11
Kandidiasis superfisial merupakan infeksi yang umum ditemukan
predisposisi.(22)
1. Kandidiasis Orofaringeal
Infeksi ini sering ditemukan pada anak-anak, usia lanjut, dan pasien
putih pada epitel yang terinfeksi dan dapat lepas dengan mudah.
“trush”.(22)
12
Gambar 2.4 Kandidiasis oral “Oral Trush”
(Sumber: Singh, Arun. Oral Candidiasis: An Overview.2009. Diakses di
www.ncbi.nlm.nih.giv.com)
akut. Hal ini dapat muncul pada pasien AIDS. Pada perokok,
plak putih yang ireguler, yang tidak mudah lepas pada lidah dan area
lain di mulut.(22)
2. Kandidiasis Vaginal
13
rasa gatal, dan dyspareunia. Gambaran klinis bervariasi yang
3. Kandidiasis intertrigo
14
Gambar 2.6 Kandidiasis Intertrigo
(Sumber: Kalra,MG. Intertrigo and secondary skin infections. 2014. diakses di
www.ncbi.nlm.nih.gov.com)
4. Kandidiasis interdigital
Negara dengan iklim panas. Lesi berupa bercak putih dengan kulit
Paronikia adalah infeksi akut dan kronis pada lipat kuku yang
15
parapsilosis.Hal ini sangat umum ditemukan di daerah
memasak.(22)
16
Gambar 2.9 Kandidiasis .Mukokutaneus Kronik
(Sumber: Kusumaputra, Bagus. Penatalaksanaan Kandidiasis Mukokutam Pada
Bayi. Vol. 26/ No.2. 2014. diakses di www.journal.unair.ac.id)
17
sumber energi, agar sebagai bahan pemadat, dan dua kandungan
pada suhu 25º C. Kandungan dekstrosanya yang tinggi dan pHnya yang
Kingdom : Plantae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
2.2.2 Morfologi
18
Pohon salam berwarna coklat abu-abu, kayunya memecah atau bersisik
dan tingginya bisa mencapai 30 meter dengan diameter hingga 60 cm. Pohon
ini memiliki bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, 2-8 cm. Sering
kali bunganya muncul di bawah daun atau di bawah ketiak ranting. Daun salam
merupakan daun tunggal berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur
pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan
menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, dan permukaan bawah
(Sumber: Harismah, Kun. Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia polyantha) Sebagai Obat
Herbal. 2016. Diakses www.journals.ums.ac.id)
19
Daun salam mempunyai kandungan kimia utama yaitu tannin,
flavonoid, dan minyak atsiri 0,05% yang terdiri dari eugenol dan sitral.(26)
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang akhir-akhir ini
sintesis protein dengan cara menghilangkan struktur tersier dan sekunder ikatan
Alkaloid adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan
aktivator kuat bagi sel imun yang menghancurkan bakteri, virus, jamur, dan sel
Kandungan kimia yang lain adalah tanin. Tanin terdapat luas dalam
20
kayu.Secara kimia terdapat dua jenis utama tannin, yaitu tannin terkondensasi
yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi.
Sedangkan tannin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana
dengan membentuk senyawa yang tidak larut.Selain itu, tanin berperan dalam
terikat pada dinding sel dan mengakibatkan kerusakan dinding sel. Selain itu,
di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur
dapat digunakan sebagai terapi kesehatan, seperti obat diare, hipertensi, maag,
diabetes mellitus, sakit gigi, penurunan kadar kolesterol, dan penuruan kadar
asam urat.(25)Tanaman ini bersifat analgesik ,anti bakteri, antifungi dan anti
21
flavonoid seperti kalkon,flavanon,flavon,flavonol,isoflavon,katekin berkhasiat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
pelarut tertentu sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisah. Pemisahan
pelarut berdasarkan kaidah “like dissolved like” artinya suatu senyawa polar
maserasi.(34,35)
22
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
2.4 Ketoconazole
mikonazil dan klotrimazol.Obat ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada
spp.(36)
cincinnya.(37)
23
Gambar 2.11 Struktur Kimia
(Sumber: www.pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
berbau, berwarna coklat kekuningan yang pucat dan suram atau kurang
ringan tetapi kerusakan hepar yang serius jarang terjadi.Efek samping yang
24
serius dari hepatotoksik adalah idiosinkratik dan jarang ditemukan yaitu
pengobatan lebih dari 2 minggu. Untuk pengobatan jangka waktu yang lama,
mg/hari) dapat menghambat sintesis human adrenal dan testicular steroid yang
25
2.6 Kerangka Kosep
Ekstrak Daun
Salam
(Syzygium
polyanthum)
26
Sifat
antifung
i
Keterengan:
Variabel independen
Variabel dependen
Variabel kontrol
2.7 Hipotesis
Candida albicans.
27
2. H0 : Tidak ada pengaruh pemberian eskrak daun salam (Syzygium
Candida albicans.
BAB III
METODE PENELITIAN
28
Penelitian ini merupakan penelitian true experimental post test
Bahan uji berupa tanaman daun salam yang diambil dari daerah kota
Makassar
Jamur Candida albicans yang telah diisolasi pada medium agar miring.
3.4.1.1.1 Alat
29
b. Alat pengujian jamur: Petridish, autoclave,plastic wrap, spoit 1 ml,
3.4.1.1.2 Bahan
30
kandungan senyawa kimianya tidak rusak. Sampel yang telah kering
kental.
konsentrasi yang akan digunakan dari ekstrak daun salam yang dapat
100% diperoleh dari ekstrak daun salam kental yang murni. Ekstrak
31
yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam vial yang masing-masing
32
hingga larut. Erlemenyer yang berisi cairan medium kemudian ditutup
33
3x24 jam dan diukur zona hambat yang terbentuk menggunakan jangka
sorong.
Dalam penelitian ini yang dianggap variabel bebas adalah ekstrak daun
34
3. Daun salam yang berjamur
Farmasi UMI.
2. Ekstrak daun salam adalah hasil ekstraksi dari daun salam yang
dan dibuat dalam 4 jenis konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan
100%.
berikut:(40)
35
Tabel 3.10 Klasifikasi respon hambatan menurut CLSI
1. + Susceptible ≥20
2. ++ Intermediate 15-19
diukur adalah zona inhibisi/ Diameter Daya Hambat (DDH). Luas zona
inhbisi merupakan diameter daerah zona jernih yang telah diberi ekstrak
(millimeter).
3.13Analisis Data
37
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan
tidak berpasangan sehingga uji statistik yang digunakan adalah One Way
Annova dengan syarat distribusi data tidak normal, maka uji alternatif yang
dilakukan uji post hoc apabila hasil uji One Way Anova maupun uji
Kruskall-Wallis bermakna.
BAB IV
38
Gambar 4.1 Fakultas Kedokteran UMI
39
1. Dekan : Prof. dr. H. Syarifuddin Wahid, Ph.D., Sp.PA(K)., Sp.F.
DFM.
2. Wakil Dekan I : Dr. dr. H. Nasruddin, A.M., Sp.OG., MARS
3. Wakil Dekan II : dr. Hj. Suliati P. Amir, Sp.M.
4. Wakil Dekan III : dr. Hj. ShulhanaMokhtar, M.Med.Ed
5. Wakil Dekan IV : Drs. Muh. Said P, M.Ag
40
ruang kuliah, laboratorium, keterampilan klinik, laboratorium terpadu,
laboratorium komputer dan internet, perpustakaan, ruang untuk pimpinan,
ruang untuk tenaga administrasi serta ruang Medical Unit/ruang dosen.
2. Gedung berlantai 1 untuk laboratorium dasar, ruang kuliah, ruang diskusi
tutorial, ruang Karya Tulis Ilmiah, serta kantin.
3. Fasilitas manikin untuk keterampilan klinik
4. Gedung Student Centre
5. Sarana parkiran
6. Sarana olahraga
7. Rumah Sakit Ibnu Sina Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia dan
beberapa Rumah Sakit serta Puskesmas di Kota Makassar dan sekitarnya.
41
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia UMI didirikan seiring dengan
gedung lantai 3 Fakultas Tehnik dan kemudian pada tahun 2003 berpindah ke
ex gedung administrasi Fakultas Farmasi hingga tahun 2011. Sejak tahun 2012
42
Laboratorium di Fakultas Farmasi yang didirikan pada tanggal 24 April 2004
Pada tahun 2012 semua laboratorium pindah dan dipusatkan di Gedung Baru
BAB V
5.1 Hasil
Tabel 5.1.1. Hasil pengukuran zona hambat aktivitas antifungi ektrak daun salam terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans
43
2 26,54 16,09 22,20 21,58 28,33
Dari tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa ekstrak daun salam memiliki aktivitas
antifungi terhadap jamur Candida albicans dan diameter zona hambat pada masing-
masing konsentrasi ekstrak 25%, 50%, 75%, dan 100% menunjukkan rerata yang
bervariasi.
Hasil uji aktivitas antifungi ekstrak daun salam terhadap jamur Candida
albicans setelah diinkubasi selama 3x24 jam dapat disajikan pada plot dibawah
ini:
44
30
25
Zona Hambat (mm)
20
15
10
0
25% 50% 75% 100% K+
Konsentrasi (%)
Gambar 5.1 Hasil pengukuran rerata zona hambat ekstrak daun salam terhadap
Dengan melihat hasil tersebut, dapat diketahui rerata zona hambat yang
dibentuk oleh setiap perlakuan konsentrasi ekstrak daun salam 25% sebesar 15
mm, konsentrasi 50% sebesar 18,73 mm, konsentrasi 75% sebesar 21,06 mm,
aplikasi SPSS. Secara statistik, hasil daya hambat yang diperolehdapat diuji
menggunakan analisa One Way Anova dengan syarat data terdistribusi normal
dan homogen. Oleh karena itu, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Shapiro
45
Wilk dan diperoleh p (sig)> 0,05 menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.
Pengujian data dilanjutkan pada uji homogenitas Levene’s test dan diperoleh nilai
p (sig) > 0,05 yaitu 0,053 yang menunjukkan data homogen. Setelah itu,
dilakukan analisis One Way Anova dan diperoleh nilai p (sig) <0,05 yaitu 0,001.
Candida albicans. Pengujian kemudian dilanjutkan analisis post hoc metode LSD
untuk mencari kelompok mana saja yang memiliki perbedaan rata-rata secara
berbagai konsentrasi. Perbedaan signifkan dapat dilihat bila nilai p (sig) <0,05.
1. Ada perbedaan daya hambat yang bermakna antara daun salam 25% dengan
2. Ada perbedaan daya hambat yang bermakna antara daun salam 50% dengan
3. Ada perbedaan daya hambat yang bermakna antara daun salam 75% dengan
4. Ada perbedaan daya hambat yang bermakna antara daun salam 100% dengan
46
5. Ada perbedaan daya hambat yang bermakna antara ketconazole dengan
5.2 Pembahasan
dengan mengukur zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya
dengan tujuan untuk meyakinkan keabsahan data hasil percobaan dan dapat
percobaan.
Dari hasil penelitian uji daya hambat antifungi ekstrak daun salam
didapatkan bahwa ekstrak daun salam memiliki aktivitas antifungi yang ditandai
konsentrasi 100% dengan diameter 26,57 mm. Zona bening menandakan bahwa
pertumbuhan jamur di sekitar ekstrak daun salam terhambat pada daerah tersebut.
Any Fitriani juga membuktikan bahwa ektrak daun salam memiliki potensi
47
antifungi terhadap pertumbuhan Candida albicans. Dalam penelitiannya, ekstrak
daun salam sudah dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans pada
yang dilakukan oleh GY. Bhaskara, ekstrak daun salam pada konsentrasi 5%,
10%, dan 20% tidak mempunyai daya antifungi dan pada konsentrasi 40% mulai
mengutip dari Gholib dan Noveriza mungkin karena konsentrasi yang terlalu
fisiologis sel jamur uji dan jamur tersebut masih dapat tumbuh pada media.(13)
yang terbentuk berukuran ≤14 mm, maka respon zona hambat dikategorikan
resistant atau lemah. Jika zona hambat yang terbentuk 15-19 mm, maka respon
zona hambat masuk ke dalam kategori intermediate atau sedang. Sedangkan ≥20
zona hambat, maka diketahui ekstrak daun salam pada konsentrasi 25% dan 50%
memiliki daya hambat intermediate atau sedang, sedangkan ekstrak daun salam
pada konsentrasi 75% dan 100% memiliki daya hambat susceptible atau sensitive
terhadap jamur uji. Kontrol positif termasuk kategori daya hambat susceptible
atau sensitif.
48
Hal tersebut menunjukkan bahwa besar diameter daya hambat
semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam yang diberikan maka semakin
besar pula kemampuan zat aktif untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida
albicans. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roslizawaty dkk dalam penelitiannya
Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Melsi Pratiwi mengenai uji daya
konsentrasi. Kenaikan zona hambat yang tidak teratur tersebut dapat disebabkan
antibakteri pada media agar dan kertas cakram yang pengeringannya cukup lama
ekstrak. Selain itu juga dapat disebabkan pertumbuhan jamur yang tidak merata
49
pada medianya, kecepatan pertumbuhan jamur, maupun lamanya penyimpanan
ekstrak.(43,44)
aktif daun salam yang bekerja dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida
merupakan zat aktif dari tanaman yang bersifat basa yang mampu menekan
lipofilik sehingga mudah terikat pada dnding sel dan mengakibatkan kerusakan
dinding sel. Tannin juga bersifat menciutkan dan mengendapkan protein dari
larutan dengan membentuk senyawa yang tidak larut.(13) Selain itu, tannin dapat
jamur.(31)
molekul sel jamur akan keluar dan menyebabkan kematian sel.(27) Selanjutnya
protein pada membrane sel sehingga membrane sel lisis dan mungkin menembus
ke dalam inti sel. Masuknya fenol ke dalam inti sel inilah yang menyebabkan
komponen organik dan transport nutrisi yang akhirnya mengakibatkan sel jamur
menjadi lisis.(29)
50
Hasil uji hipotesis dengan metode One Way Anova didapatkan nilai
pertumbuhan jamur Candida albicans . Selanjutnya pada uji post hoc dengan
(p<0,05). Namun pada konsentrasi 100% nilai p>0,05 yaitu 0,715 yang berarti
bahwa tidak ada perbedaan bermakna diameter zona hambat antara konsentrasi
BAB VI
6.1Kesimpulan
51
2. Ekstrak daun salam konsentrasi 25% memiliki diameter zona hambat sebesar 15
3. Ekstrak daun salam konsentrasi 50% memiliki diameter zona hambat sebesar
4. Ekstrak daun salam konsentrasi 75% memiliki diameter zona hambat sebesar
5. Ekstrak daun salam konsentrasi 100% memiliki diameter zona hambat sebesar
6.2Saran
1. Perlu dilakukan uji efektifitas ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) lebih
lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi paling optimal dari
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan ekstrak daun salam
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas serta efek samping
52
DAFTAR PUSTAKA
53
2. Hamrun N, Mahardhika A. Jumlah koloni Candida albicans pada pemakai
3. Cook G. Manson’s Tropical Disease 22th Edition. Vol. 71. 2009. 1172-1174 p.
54
11. Anonim. Pedoman teknologi penanganan pascapanen tanaman obat. 2013.
13. Bhaskara G. Uji daya antifungi ekstrak etanol daun salam. Universitas
14. Larnani S. Adhesi Candida albicans Pada Rongga Mulut. Maj Kedokt Gigi.
2005;7:369–79.
2000;57(3):24–9.
2006;151:33–6.
17. Bates S, Rosa J. Candida albicans Iff11, A secreted protein required for cell
Immun. 2006;74(4):2373–81.
55
20. Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. 25th ed. Jakarta: EGC; 2014.
22. Nelwan EJ. Kandidiasis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. IV. Jakarta:
23. Neogen Corporation. Sabouraud Dextrose Agar (7150) [Internet]. 2011 [cited
http://www.neogen.com/acumedia/pdf/ProdInfo/7150_PI.pdf
24. Van Steenis CGGJ. Flora of Java untuk sekolah. Jurusan Bo. Surjowinoto M,
25. Erna N. Khasiat Dahsyat Daun Salam Untuk Kesehatan & Pengobatan Tanpa
56
29. Darwis W. Efektifitas Ekstrak Akar dan Daun Pecut Kuda Stachytarpethra
30. Rahayu T. Uji Antijamur Kombucha Coffee terhadap Candida albicans dan
32. Utami P, dkk. The Miracle of Herbs. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka; 2013.
34. Pratiwi, I. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap
57
2000.
Jakarta; 2011.
2008;XXXVI.
39. Fitriany, Any dkk. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium
41. Rozlizawaty, dkk. Aktivitas Antibakterial Ekstrak Etanol dan Rebusan Sarang
42 Melsi Pratiwi, dkk. Uji Daya Hambat Ektrak Meniran (Phyllanthus niruri L.)
43. Ludfi , Achmad. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kayu Tanaman Secang
(Caesalpnia sappan Linn terhadap bakteri Escherichia coli ATCC 11229 dan
Staphylococcus aureus ATCC 6538 Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
58
44. Kartini, Desy Aprlia. Efek Lama Penyimpanan Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium guajaya L.) Sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Culex sp. dengan
Metode Semprot. 2016
45. Sulityawati, D. Uji Aktivitas Antijamur Infusa Daun Jambu Mete (Anacardium
occidentale, L) terhadap Candida albicans. Biomediaka. P:47-51. 2009.
Lampiran 1.
59
Tabel 5.1.2. Hasil uji normalitas Saphiro Wilk terhadap diameter zona hambat
yang dibentuk setiap perlakuan
Tabel 5.1.3. Hasil uji homogenitas Levene Statistic aktivitas antifungi ekstrak
daun salam terhadap pertumbuhan Candida albicans
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3.398 4 10 .053
Tabel 5.1.4. Hasil uji One Way ANOVA aktivitas antifungi ekstrak daun salam
terhadap pertumbuhan Candida albicans
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 331.231 4 82.808 10.989 .001
Within Groups 75.357 10 7.536
Total 406.589 14
Lampiran 2
Tabel 5.1.5 Hasil uji post hoc metode LSD aktivitas antifungi ekstrak daun salam
terhadap pertumbuhan Candida albicans
60
(I) Konsentrasi Daun (J) Konsentrasi Daun 95% Confidence Interval
Salam Salam Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
61
Lampiran 4. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Salam Terhadap Candida albicans
62
63
64
65
Lampiran 5. Zona Hambat Ekstrak Daun Salam terhadap Candida albicans
. Replikasi 1 Replikasi 2
66
Replikasi 3
Ks djnd
67
68