OLEH:
Kelompok IV
MUHAMMAD SYAKUR ASYURAH D011 17 1538
A.M RAFLY R P PARAWANSA D011 17 1546
MUHAMMAD NABIL HERIZA ANWAR D011 17 1534
ARYA ARYANDI A.R D011 17 1508
Pertama – tama penyusun mengucapkan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena berkat izin-Nya tugas besar Perancangan Bangunan Sipil Terpadu ini dapat
disusun. Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas besar Perancangan Bangunan Sipil
Adapun tujuan dari diberikannya tugas besar ini adalah untuk lebih memahami dan
perencaanaan tanggul mulai dari menghitung debit banjir sampai merencanakan dimensi
Tugas ini pun masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan saran dan kritik kepada semua pihak agar tugas ini menjadi contoh
yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga tugas besar ini dapat berguna dan
Akhir kata saya ucapkan selamat membaca dan terima kasih telah meluangkan
Gowa , 2020
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang termasuk ke dalam lima
besar negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Dengan jumlah populasi penduduk
sekitar 265 juta jiwa (BPPN, 2019). Oleh karena populasi yang banyak, tentu
pengembangan ekonomi di negara tersebut harus terpacu. Angka laju pertumbuhan
ekonomi pada saat ini berada di kisaran 5,07% (BPS,2017). Hal itu didasari oleh
pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan tiap tahun. Bukan tanpa alasan
infrastruktur harus berkembang tiap tahun, karena pada saat ini merupakan zaman
industri 4.0, dimana mengharuskan tiap-tiap negara mempunyai peningkatan di segala
sektor terutama multimedia, sosial dan infrastruktur.
Infrastruktur di Indonesia bisa dikatakan sebagai penopang dan pendorong
ekonomi, bukan hanya untuk kawasan perkotaan dan kawasan maju saja, akan tetapi
juga di kawasan yang sedang berkembang dan perbatasan untuk mengurangi disparitas
sosial, ekonomi, dan wilayah. Maka dari itu Infrastruktur tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan suatu negara.
Air menjadi kebutuhan primer oleh semua mahkluk hidup, maka dari itu di
butuhkan pengelolahan air untuk menunjang kehidupan karena ketika terjadi
kekurangan air maka akan timbul masalah kekeringan dan ketika terjadi kelebihan air
maka akan terjadi bencana yang di sebut banjir.
Banjir terjadi karena adanya dua faktor utama yaitu faktor alam dan manusia.
faktor alam diantaranya intensitas curah hujan yang tinggi, luas daerah sungai yang
tidak mampu menahan aliran debit banjir, jenis tanah yang tidak mampu menyerap air
sehingga air tidak dapat melanjutkan proses infiltrasi, adanya endapan sedimen
sehingga mengakibatkan berkurangnya tampungan air sungai. Adapun faktor manusia
meliputi eksploitasi tata guna lahan yang mengakibatkan habisnya daerah resapan air,
perawatan drainase yang kurang baik dapat menghambat aliran air
A. Maksud dan Tujuan
2. Mengetahui analisis semua aspek dalam pengerjaan proyek di bidang Sipil secara
terpadu.
B. Ruang Lingkup
wilayah, yaitu Desa , Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Teori-teori yang berkaitan
1. Teori Hidrologi
2. Teori Tanggul
Teori tanggul digunakan dalam penentuan sistem tanggul secara keseluruhan pada
Teori bangunan air digunakan dalam penentuan tanggul secara keseluruhan pada
Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan yang
merupakan bagian dari Jurusan Teknis Sipil. Konsep utama yang digunakan
adalah Hidrologi.
wilayah, yaitu Desa Pakatto, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Data-data yang
a. Data curah hujan untuk menghitung curah hujan efektif regional yang didapat
dari dua stasiun disekitar daerah irigasi, yaitu Stasiun A dan Stasiun B
perencanaan tanggul.
Pada bagian ini kesuluruhan metode yang telah digunakan beserta hasilnya akan
hasil analisis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanggul
Tanggul merupakan bangunan yang berada diantara aliran sungai yang
bertujuan untuk menahan aliran air sungai agar tidak menuju ke wilayah permukiman
ataupun lahan yang tidak memerlukan pengaliran air sungai. Tinggi tanggul akan
ditentukan berdasarkan tinggi muka air rencana pada kala ulang 25 tahun dengan
penambahan jagaan yang diperlukan. Pembuatan tanggul merupakan salah satu usaha
dalam konservasi tanah dan air. Tanggul digunakan untuk melindungi daerah irigasi
dari banjir yang disebabkan oleh sungai, pembuang yang besar atau laut. Tanggul
merupakan salah satu jenis bendungan urugan homogen karena semua tanggul dibuat
dengan bahan tanah yang hampir sejenis dan gradasinya hampir seragam. Tubuh
sebagai penyangga aliran air sekaligus menahan rembesan air (Sosrodarsono dan
Takeda 1977).
sekitar bantaran sungai-sungai yang akan dibangun tanggul, yang pada umumnya
berupa lempung kelanauan dengan plastisitas tinggi. Beberapa parameter tanah yang
dibutuhkan untuk menghitung daya dukung dan kestabilan lereng antara lain berat isi
tanah, kohesi, dan sudut geser dalam. Terdapat beberapa karakteristik tanah yang
tepat guna bagi pembangunan tanggul menurut Sosrodarsono dan Tominaga (1985),
beberapa diantaranya yaitu tanah yang dalam keadaan jenuh air mampu bertahan
terhadap gejala gelincir dan longsor, selanjutnya pada waktu banjir yang lama tidak
rembes atau bocor. Berikutnya, tanah yang proses penggalian, sarana transportasi dan
proses pemadatannya mudah dan tidak terjadi retak-retak yang dapat membahayakan
kestabilan tubuh tanggul. Tanah yang baik untuk dijadikan tanggul juga sebaiknya
rumputan.
Tinggi tanggul adalah beda tinggi tegak antara puncak dan bagian bawah dari
pondasi tanggul. Permukaan pondasi adalah dasar dinding kedap air atau dasar zona
kedap air. Apabila pada tanggul tidak terdapat dinding atau zona kedap air, maka
yang dianggap permukaan pondasi adalah garis perpotongan antara bidang vertikal
yang melalui tepi hulu mercu tanggul dengan permukaan pondasi alas tanggul
tersebut. Mercu adalah bidang teratas dari suatu tanggul yang tidak dilalui oleh luapan
yang melalui puncak dan panjang garis horizontal yang melalui tumit masing-masing
lereng tersebut. Kemiringan lereng dirancang sedemikian rupa tergantung pada jenis
bahan.
air dalam saluran dengan elevasi tanggul. Elevasi permukaan rencana merupakan
elevasi banjir rencana saluran. Elevasi permukaan air penuh normal atau elevasi
permukaan banjir rencana, dalam keadaan demikian yang disebut elevasi permukaan
air maksimum rencana adalah elevasi yang paling tinggi yang diperkirakan akan
dicapai oleh permukaan air saluran tersebut (Sosrodarsono dan Tominaga 1985).
berikut :
a. Tanggul Primer
b. Tanggul sekunder
sebagai pengaman dan pertahanan kedua apabila tanggul primer jebol atau rusak.
1. Persyaratan
- Data lain diperlukan adalah data atau informasi bahan bangunan dan bahan
timbunan tanggul yang tersedia, sarana dan prasarana serta tenaga kerja yang
tersedia.
b. Fungsi
2. Aman terhadap gerusan, rembesan dan erosi buluh, abrasi, benturan, limpasan
dan longsoran
d. Tanggung Jawab
terhadap :
1. Fungsi
3. ekonomis
e. Ketentuan-ketentuan
1. Ketentuan Umum
Terpenuhinya parameter dan data lain guna perencanaan teknis tanggul pada
sungai
2. Ketentuan teknis
a. Tata letak
sungai.
2. Talud tanggul bagian dalam harus diberi perkuatan pasangan batu/beton kedap
air
3. Talud tanggul bagian luar dilapis tanah liat dan ditanami rumput dan apabila
4. Bila tanggul lebih dari 3 m, ketinggian tanggul 3 m harus dibuat bahu dengan
rencana
9. Pada talud luar dan dalam dibuat tangga pasangan batu dengan
jarak maksimum 40 m;
10. Talud tanggul bagian dalam harus tahan terhadap abrasi dan benturan akibat
aliran sungai.
B. Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi yang dilakukan secara runtut adalah sebagai berikut :
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan,
menampung, menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut.
Komponen masukan dalam DAS adalah curah hujan, sedangkan keluarannya terdiri dari debit
air dan muatan sedimen (Suripin, 2004). Digambarkan dengan garis yang menghubungkan
kontur punggung (tertinggi) dari peta kontur.
3) Metode isohiet
Metode ini dikenal sebagai metode rata – rata timbang (weighted mean ).
Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasi ketidak seragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis – garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
antara dua pos penakar terdekat (gambar 2.3). Diasumsikan bahwa fariasi hujan
antara pos satu dengan yang lainnya adalah linier dan bahwa sembarang pos
dianggap dapat mewakili kawasan terdekat.
Hasil metode poligon Thiessen lebih akurat dibandingkan dengan metode rata
– rata aljabar. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 – 5.000 km 2 ,
dan jumlah pos penakar hujan terbatas dibandingkan luasnya.
P1 A 1+ P 2 A2 + P3 A 3 +…+ Pn A n
P=
A1 + A2 + A3 + …+ A n
Keterangan :
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menetukan hujan rata
– rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini memperhitungkan
secara actual pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan. Dengan kata lain, asumsi
metode Thiessen yang secara membabi buta menganggap bahwa tiap-tiap pos
penakar mencatat kedalaman yang sama untuk daerah sekitarnya dapat dikoreksi.
a) Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta.
c) Hitung luas area antara dua garis Ishoiet dengan menggunakan Plainimeter.
Kalikan masing-masing luas daerah dengan rata-rata hujan antara dua Ishoiet
yang berdekatan.
p=
A1 ( p +2 p )+ A ( p +2 p )+ …+ A ( p
1 2
2
2 3
n −1
n−1
2
+ pn
)
A 1+ A 2 + A 3 +…+ A n−1
Atau
P=
∑ [ A1 ( p +2 p )]
1 2
∑A
Dimana,
Metode Ishoiet cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih
dari 5.000 km2.
Penentuan jenis distribusi yang dapat digunakan untuk analisis frekuensi dapat
dilakukan dengan tiga jenis sebaran (distribusi) yang bnyak dilakukan dalam
bidang hidrologi,yaitu:
1) Distribusi log normal
XT = X + KT ⋅Sd
Di mana,
XT = Besarnya curah hujan yang mungkin terjadi dengan periode ulang T
tahun(mm)
X = Curah hujan rata-rata(mm)
XT = X K Sd + T log x
Dimana,
Sd log x =
√ ∑ {log ( x 1) log x }
−1
n−1
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
Dimana,
√
2
∑ {log ( x 1) log x }
−1
Sd log x =
n−1
Dimana,
n = jumlah data
Dimana,
Cs = koefisien skewness
n = jumlah data
Dimana,
n
2
Ck=n ∑ ¿¿¿¿¿
−1
Dimana,
Ck = koefisien kurtosis
N = jumlah data
Sd log x
Cv=
log x
Dimana,
Cv = koefisien variasi
log x = harga rata rata logaritmik
3. Distribusi Gumbel
XT = X + SSdn (Y YT− N)
∑ (x 1−x)2
Sd=
√ n−1
Metode Rasional
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum dipakai
adalah metode rasional USSCS (1973).metode ini sangat simple dan mudah
penggunaannya,namun penggunaannya terbatas untuk DAS –DAS
Dengan ukuran kecil,yaitu kurang dari 300 ha.karena model ini merupakan model
kotak hitam ,maka tidak dapat menerangkan hubungan.curah hujan dan aliran
permukaan dalam bentuk hidrograf.persamaan matematika metode rasional
dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
QP = 0,002778 ×C×I×A
Dimana,
I = intensitas hujan
Koefisien limpasan
koefisien ditetapkan sebagai rasio secepat maksimum pada aliran air pada
daerah tangkapan hujan,koefisien ini merupakan nilai banding antara bagian
hujan yang membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi.nilai C
tergantung pada beberapa karakteristik dari daerah tangkapan hujan ,yang
termasuk didalamnya:
1) Relief atau kelandaian daerah tangkapan air hujan
Besarnya aliran permukaan dapat menjadi kecil,terlebih bila curah hujan tidak
melebihi kapasitas infiltrasi.selama hujan yang terjadi adalah kecil atau sedang
,aliran permukaan hanya terjadi di daerah yang impermeable dan jenuh didalam
suatu DAS atau langsung jatuh dibawah permukaan air.apabila curah hujan yang
jatuh jumlahnya lebih besar dari jumlah air yang dibutuhkan untuk
evavorasi,intersepsi,dan infiltrasi,simpanan depresi dan cadangan depresi,maka
barulah bisa terjadi aliran permukaan .apabila hujan terjadi kecil,maka barulah
bisa terjadi aliran permukaan .apabila hujan yang terjadi kecil,maka hampir
semua curah hujan yang jatuh terintersepsi oleh vegetasi yang lebat.
Pada daerah dimana penggunaan lahan berubah-ubah ,nilai dari koefisien
limpasan yang digunakan harus mempertimbangkan pembangunan didaerah
hulu,untuk daerah tangkapan air dimasa yang akan datang .hal ini sangat relevan
pada situasi dimana daerah tangkapan air dipedesaan mungkin berkembang
sebagai atau seluruhnya menjadi daerah tangkapan hujan perkotaan selama
dilakukan perencanaan pelayanan kesejahteraan hidup.
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien
aliran permukaan(C),yaitu,bilangan yang menampilkan perbandingan antara
besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan .angka koefisien aliran
permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik
atau suatu DAS.Nilai C berkisar antara 0-1.nilai C = 0 menunjukkan bahwa sama
air hujan terintersepsi terinfiltrasi kedalam tanah ,sebaliknya untuk nilai C = 1
menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran permukaan .pada DAS
yang baik harga C mendekati nol dan semangkin rusak suatu DAS maka harga C
semangkin mendekati satu.