Anda di halaman 1dari 22

TUGAS BESAR

Perancangan Bangunan Sipil Terpadu


KELAS B

OLEH:
Kelompok IV
MUHAMMAD SYAKUR ASYURAH D011 17 1538
A.M RAFLY R P PARAWANSA D011 17 1546
MUHAMMAD NABIL HERIZA ANWAR D011 17 1534
ARYA ARYANDI A.R D011 17 1508

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2020
KATA PENGANTAR

Pertama – tama penyusun mengucapkan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa, karena berkat izin-Nya tugas besar Perancangan Bangunan Sipil Terpadu ini dapat

disusun. Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas besar Perancangan Bangunan Sipil

Terpadu pada semester 6 tahun ajaran 2019/2020

Adapun tujuan dari diberikannya tugas besar ini adalah untuk lebih memahami dan

mengetahui cara merencanakan bangunan pencegah banjir. Tugas ini merupakan

perencaanaan tanggul mulai dari menghitung debit banjir sampai merencanakan dimensi

tinggul serta menghitung Rencana anggaran biayanya.

Tugas ini pun masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,

penyusun mengharapkan saran dan kritik kepada semua pihak agar tugas ini menjadi contoh

yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga tugas besar ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi penyusun dan khususnya pada pembaca.

Akhir kata saya ucapkan selamat membaca dan terima kasih telah meluangkan

waktunya untuk membaca laporan ini.

Gowa , 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang termasuk ke dalam lima
besar negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Dengan jumlah populasi penduduk
sekitar 265 juta jiwa (BPPN, 2019). Oleh karena populasi yang banyak, tentu
pengembangan ekonomi di negara tersebut harus terpacu. Angka laju pertumbuhan
ekonomi pada saat ini berada di kisaran 5,07% (BPS,2017). Hal itu didasari oleh
pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan tiap tahun. Bukan tanpa alasan
infrastruktur harus berkembang tiap tahun, karena pada saat ini merupakan zaman
industri 4.0, dimana mengharuskan tiap-tiap negara mempunyai peningkatan di segala
sektor terutama multimedia, sosial dan infrastruktur.
Infrastruktur di Indonesia bisa dikatakan sebagai penopang dan pendorong
ekonomi, bukan hanya untuk kawasan perkotaan dan kawasan maju saja, akan tetapi
juga di kawasan yang sedang berkembang dan perbatasan untuk mengurangi disparitas
sosial, ekonomi, dan wilayah. Maka dari itu Infrastruktur tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan suatu negara.

Adapun jenis-jenis Infrastruktur yaitu jalan, jembatan, bangunan, dan bendungan


yang dimana merupakan aspek penunjang kontruksi yang menjadi fokus pemerintah
saat ini. Menurut Task Advisory, sebuah perusahaaan konsultan di bidang infrastruktur
asal Singapura, melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai
7% dalam lima tahun ke depan, apabila seluruh proyek infrastruktur yang sedang
dibangun saat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Air menjadi kebutuhan primer oleh semua mahkluk hidup, maka dari itu di
butuhkan pengelolahan air untuk menunjang kehidupan karena ketika terjadi
kekurangan air maka akan timbul masalah kekeringan dan ketika terjadi kelebihan air
maka akan terjadi bencana yang di sebut banjir.

Banjir terjadi karena adanya dua faktor utama yaitu faktor alam dan manusia.
faktor alam diantaranya intensitas curah hujan yang tinggi, luas daerah sungai yang
tidak mampu menahan aliran debit banjir, jenis tanah yang tidak mampu menyerap air
sehingga air tidak dapat melanjutkan proses infiltrasi, adanya endapan sedimen
sehingga mengakibatkan berkurangnya tampungan air sungai. Adapun faktor manusia
meliputi eksploitasi tata guna lahan yang mengakibatkan habisnya daerah resapan air,
perawatan drainase yang kurang baik dapat menghambat aliran air
A. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari tugas besar ini adalah :

1. Mengetahui tentang proses perencanaan tanggul dari pengolahan data hingga

rincian anggaran biaya yang diperlukan; dan

2. Mengetahui analisis semua aspek dalam pengerjaan proyek di bidang Sipil secara

terpadu.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penyusunan laporan adalah perencanaan tanggul di suatu

wilayah, yaitu Desa , Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Teori-teori yang berkaitan

dengan hal ini adalah sebagai berikut.

1. Teori Hidrologi

Teori-teori hidrologi digunakan dalam melakukan analisis data hidrologi dan

klimatologi wilayah yang ditujukan.

2. Teori Tanggul

Teori tanggul digunakan dalam penentuan sistem tanggul secara keseluruhan pada

wilayah yang ditujukan.

3. Teori Bangunan Air

Teori bangunan air digunakan dalam penentuan tanggul secara keseluruhan pada

wilayah yang ditujukan.


C. Metodologi Penyusunan Tugas

Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan yang

tertulis diatas adalah sebagai berikut :

1. Melakukan Studi Literatur

Studi yang dilakukan didasarkan pada konsep-konsep Perencanaan tanggul yang

merupakan bagian dari Jurusan Teknis Sipil. Konsep utama yang digunakan

adalah Hidrologi.

2. Mengumpulkan Data Wilayah, Hidrologi, dan Kondisi Geografis.

Data yang dikumpulkan merupakan data yang merepresentasikan keadaan

wilayah, yaitu Desa Pakatto, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Data-data yang

digunakan untuk melakukan analisis antara lain :

a. Data curah hujan untuk menghitung curah hujan efektif regional yang didapat

dari dua stasiun disekitar daerah irigasi, yaitu Stasiun A dan Stasiun B

b. Peta topografi DAS Desa Pakatto, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

c. Profil Sungai wilayah yang akan dibangun tanggul.

3. Analisis Hidrologi dan Klimatologi

Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan konsep

hidrologi dan klimatologi untuk selanjutnya digunakan dalam analisis

perencanaan tanggul.

4. Kesimpulan dan Saran

Pada bagian ini kesuluruhan metode yang telah digunakan beserta hasilnya akan

dievaluasi. Evaluasi didasarkan pada tujuan laporan dan hubungannya dengan

hasil analisis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanggul
Tanggul merupakan bangunan yang berada diantara aliran sungai yang

bertujuan untuk menahan aliran air sungai agar tidak menuju ke wilayah permukiman

ataupun lahan yang tidak memerlukan pengaliran air sungai. Tinggi tanggul akan

ditentukan berdasarkan tinggi muka air rencana pada kala ulang 25 tahun dengan

penambahan jagaan yang diperlukan. Pembuatan tanggul merupakan salah satu usaha

dalam konservasi tanah dan air. Tanggul digunakan untuk melindungi daerah irigasi

dari banjir yang disebabkan oleh sungai, pembuang yang besar atau laut. Tanggul

merupakan salah satu jenis bendungan urugan homogen karena semua tanggul dibuat

dengan bahan tanah yang hampir sejenis dan gradasinya hampir seragam. Tubuh

tanggul sebagaimana bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu

sebagai penyangga aliran air sekaligus menahan rembesan air (Sosrodarsono dan

Takeda 1977).

Tanah selalu mempunyai peranan penting pada suatu lokasi pekerjaan

konstruksi. Bahan tanah urugan untuk tanggul dapat memanfaatkan tanah-tanah

sekitar bantaran sungai-sungai yang akan dibangun tanggul, yang pada umumnya

berupa lempung kelanauan dengan plastisitas tinggi. Beberapa parameter tanah yang

dibutuhkan untuk menghitung daya dukung dan kestabilan lereng antara lain berat isi

tanah, kohesi, dan sudut geser dalam. Terdapat beberapa karakteristik tanah yang

tepat guna bagi pembangunan tanggul menurut Sosrodarsono dan Tominaga (1985),

beberapa diantaranya yaitu tanah yang dalam keadaan jenuh air mampu bertahan
terhadap gejala gelincir dan longsor, selanjutnya pada waktu banjir yang lama tidak

rembes atau bocor. Berikutnya, tanah yang proses penggalian, sarana transportasi dan

proses pemadatannya mudah dan tidak terjadi retak-retak yang dapat membahayakan

kestabilan tubuh tanggul. Tanah yang baik untuk dijadikan tanggul juga sebaiknya

bebas dari bahan-bahan organis, seperti akar-akaran, pohon-pohonan dan rumput-

rumputan.

Tinggi tanggul adalah beda tinggi tegak antara puncak dan bagian bawah dari

pondasi tanggul. Permukaan pondasi adalah dasar dinding kedap air atau dasar zona

kedap air. Apabila pada tanggul tidak terdapat dinding atau zona kedap air, maka

yang dianggap permukaan pondasi adalah garis perpotongan antara bidang vertikal

yang melalui tepi hulu mercu tanggul dengan permukaan pondasi alas tanggul

tersebut. Mercu adalah bidang teratas dari suatu tanggul yang tidak dilalui oleh luapan

air dari saluran.

Kemiringan lereng tanggul adalah perbandingan antara panjang garis vertikal

yang melalui puncak dan panjang garis horizontal yang melalui tumit masing-masing

lereng tersebut. Kemiringan lereng dirancang sedemikian rupa tergantung pada jenis

bahan.

Tinggi jagaan adalah perbedaan antara elevasi permukaan maksimum rencana

air dalam saluran dengan elevasi tanggul. Elevasi permukaan rencana merupakan

elevasi banjir rencana saluran. Elevasi permukaan air penuh normal atau elevasi

permukaan banjir rencana, dalam keadaan demikian yang disebut elevasi permukaan

air maksimum rencana adalah elevasi yang paling tinggi yang diperkirakan akan

dicapai oleh permukaan air saluran tersebut (Sosrodarsono dan Tominaga 1985).

Berdasarkan fungsi (tujuan penggunaan), jenis tanggul dibedakan sebagai

berikut :
a. Tanggul Primer

adalah bangunan tanggul yang dibangun sepanjang kiri-kanan sungai guna

menangkis debis banjir rencana.

b. Tanggul sekunder

adalah bangunan tanggul yang dibangun dibelakang tanggul primer berfungsi

sebagai pengaman dan pertahanan kedua apabila tanggul primer jebol atau rusak.

A. Kriteria Desain Bangunan Tanggul

1. Persyaratan

a. Data dan informasi

Untuk membuat perencanaan teknis tanggul pada sungai diperlukan :

- Parameter desain, meliputi parameter desain topografi, hidrologi dan geoteknik

yang merupakan hasil analisi data.

- Data lain diperlukan adalah data atau informasi bahan bangunan dan bahan

timbunan tanggul yang tersedia, sarana dan prasarana serta tenaga kerja yang

tersedia.

b. Fungsi

Tanggul yang direncanakan harus dapat berfungsi untuk :

1) Membatasi penyebaran aliran

2) Mengarahkan aliran di hilir

3) Keperluan lain asal tidak menganggu fungsi utamanya

c. Keamanan dan stabilitas


Tanggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Stabil terhadapa gaya-gaya yang berkerja

2. Aman terhadap gerusan, rembesan dan erosi buluh, abrasi, benturan, limpasan

dan longsoran

3. Stabil terhadap penurunan/settlement.

d. Tanggung Jawab

Tanggul direncanakan harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis

terhadap :

1. Fungsi

2. Keamanan dan stabilitas

3. ekonomis

e. Ketentuan-ketentuan

1. Ketentuan Umum

Terpenuhinya parameter dan data lain guna perencanaan teknis tanggul pada

sungai

2. Ketentuan teknis

a. Tata letak

Harus terletak di daerah yang dimungkinkan terjadinya pelimpasan aliran

sungai.

b. Tanggul terletak pada lokasi dengan biaya pembuatan yang murah.

f. Bentuk dan dimensi

1. Tanggul dapat dibuat tunggal dan ganda

2. Talud tanggul bagian dalam harus diberi perkuatan pasangan batu/beton kedap

air
3. Talud tanggul bagian luar dilapis tanah liat dan ditanami rumput dan apabila

diperlukan diberi pasangan batu kosong dengan ijuk setebal 10 cm.

4. Bila tanggul lebih dari 3 m, ketinggian tanggul 3 m harus dibuat bahu dengan

lebar minimal 1m, baik dalam maupun luar tanggul

5. Kemiringan arah memanjang tanggul sama dengan kemiringan dasar sungai

rencana

6. Tinggi tanggul ditentukan berdasrkan elevasi

7. Tinggi jagaan tanggul ditentukan dengan syarat tinggi jagaan.

8. Lebar puncak minimal 4m

9. Pada talud luar dan dalam dibuat tangga pasangan batu dengan

jarak maksimum 40 m;

10. Talud tanggul bagian dalam harus tahan terhadap abrasi dan benturan akibat

aliran sungai.

B. Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi yang dilakukan secara runtut adalah sebagai berikut :
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan,
menampung, menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut.
Komponen masukan dalam DAS adalah curah hujan, sedangkan keluarannya terdiri dari debit
air dan muatan sedimen (Suripin, 2004). Digambarkan dengan garis yang menghubungkan
kontur punggung (tertinggi) dari peta kontur.

2. Curah Hujan Rencana


Dalam Pembuatan Rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan pada
wilayah atau areal yang diamati.
Ada tiga metode yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata daerah
yaitu:

1) Metode rata-rata Al-jabar

2) Metode polygon thiessen, dan

3) Metode isohiet

1. Metode rata-rata Aljabar

(GambarMetode rata-rata Aljabar)

Merupakan yang paling sederhana dalam perhitungan hujan kawasan. Metode


ini didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh
yang setara. Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, alat
penakar tersebar merata/hamper merata, dan harga individual curah hujan tidak
terlalu jauh dari harga rata-ratanya. Hujan kawasan diperoleh dari persamaan
berikut,
1
R=
n
(R1+R2+R3…+Rn) Di mana,

R = Curah hujan rata-rata daerah (mm)


n = Jumlah pos penakar hujan
R1,R2,R3 = Curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan (mm).

2. Metode Poligon Thiessen

(Gambar Metode Poligon Thiessen)

Metode ini dikenal sebagai metode rata – rata timbang (weighted mean ).
Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasi ketidak seragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis – garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
antara dua pos penakar terdekat (gambar 2.3). Diasumsikan bahwa fariasi hujan
antara pos satu dengan yang lainnya adalah linier dan bahwa sembarang pos
dianggap dapat mewakili kawasan terdekat.

Hasil metode poligon Thiessen lebih akurat dibandingkan dengan metode rata
– rata aljabar. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 – 5.000 km 2 ,
dan jumlah pos penakar hujan terbatas dibandingkan luasnya.

Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah – langkah sebagai berikut :


a) Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos penakar dibuat
garis lurus penghubung.
b) Tarik garis tegak lurus ditengah – tengah tiap garis penghubung sedemikian
rupa, sehingga membentuk poligon Thiessen (gambar 2.4). Semua titik dalam
satu poligon akan mempunyai jarak terdekat. Dengan pos penakar yang ada
dalamnya dibandingkan dengan jarak terhadap pos lainnya. Selanjutnya, curah
hujan pada pos tersebut dianggap representasi hujan pada kawasan dalam poligon
yang bersangkutan.
c) Luas areal pda tiap – tiap poligon dapat diukur dengan plainimeter dan luas
total DAS, A, dapat diketahui dengan menjumlahkan semua luasan poligon.
d) Hujan rata – rata DAS dapat dihitung dengan perssmaan berikut

P1 A 1+ P 2 A2 + P3 A 3 +…+ Pn A n
P=
A1 + A2 + A3 + …+ A n

Keterangan :

P = Curah hujan rerata tahunan (mm)

n = Jumlah pos penakar hujan

P1,P2…..Pn = Curah hujan yang tercatat pada pos 1,2,….n(mm)

A1,A2,….An = Luas daerah pada poligon 1,2….,n (km2)


3. Metode Ishoiet

(Gambar. Metode ishoiet)

Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menetukan hujan rata
– rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini memperhitungkan
secara actual pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan. Dengan kata lain, asumsi
metode Thiessen yang secara membabi buta menganggap bahwa tiap-tiap pos
penakar mencatat kedalaman yang sama untuk daerah sekitarnya dapat dikoreksi.

a) Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta.

b) Gambar kontur kedalaman air hujan dengan menghubungkan tititk-titik yang


mempunyai kedalaman air yang sama. Interfal Ishoiet yang umum dipakai adalah
10 mm.

c) Hitung luas area antara dua garis Ishoiet dengan menggunakan Plainimeter.
Kalikan masing-masing luas daerah dengan rata-rata hujan antara dua Ishoiet
yang berdekatan.

Hitung hujan rata-rata DAS dengan persamaan berikut :

p=
A1 ( p +2 p )+ A ( p +2 p )+ …+ A ( p
1 2
2
2 3
n −1
n−1
2
+ pn
)
A 1+ A 2 + A 3 +…+ A n−1
Atau
P=
∑ [ A1 ( p +2 p )]
1 2

∑A
Dimana,

P = Curah hujan rata – rata (mm)

P1,P2,….,Pn = Curah hujan yang tercatat pada pos 1,2……,n (mm)

A1,A2,….An = Luas bagian yang dibatasi oleh garis Ishoiet (km2).

Metode Ishoiet cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih
dari 5.000 km2.

Analisis jenis sabaran (distribusi)

Penentuan jenis distribusi yang dapat digunakan untuk analisis frekuensi dapat
dilakukan dengan tiga jenis sebaran (distribusi) yang bnyak dilakukan dalam
bidang hidrologi,yaitu:
1) Distribusi log normal

2) Distribusi log pearson –Tipe III,dan


3) Distribusi gumbel

1. Distribusi Log Normal

Metode distribusi log normal apabila digambarkan pada kertas peluang


logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus,sehimgga dapat dinyatakan
sebagai model matematika persamaan sebagai berikut(soemarno,1995)

XT = X + KT ⋅Sd

Di mana,
XT = Besarnya curah hujan yang mungkin terjadi dengan periode ulang T
tahun(mm)
X = Curah hujan rata-rata(mm)

Sd = Deviasi standar nilai variat

2. Distribusi Log pearson-Tipe III

Metode disribusi log pearson-Tipe III apabila digambarkan pada kertas


peluang logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus,sehingga dapat
dinyatakan sebagai model matematika dengan persamaan sebagai
berikut(soemarto,1999)

XT = X K Sd + T log x

Dimana,

XT = Nilai logaritmik dari X atau LogX

X = Curah hujan (mm)

Sd log x= deviasi standar nilai LogX

KT =Karakteristik distibusi peluang Log perseon berdasarkan (Cs)T tahun-

Sd log x =
√ ∑ {log ( x 1) log x }
−1
n−1
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

a) Mengubah data curah hujan sebanyak n buah

X1,X2,X3.....,Xn menjadi Log (X1),Log(X2),Log(X3),....,Log(Xn)

b) Menghitung harga rata ratanya dengan rumus sebagai berikut:


n
( X x 1 ¿ ¿)
log x=∑ log ¿¿
−1 n−1

Dimana,

log x= harga rata rata logaritmik


n = jumlah data
Xi = nilai curah hujan tiap tiap tahun (mm)

c) Menghitung harga deviasi standarnya dengan rumus sebagai berikut:


2
∑ {log ( x 1) log x }
−1
Sd log x =
n−1
Dimana,

Sd log x= deviasi standar

log x = harga rata rata logaritmik

n = jumlah data

Xi = nilai curah ujan tiap-tiap tahun (mm)

d) Menghitung koefisien skewness (Cs)dengan menggunakan rumus sebagai


berikut:
n
Cs=∑ ¿ ¿ ¿ ¿¿
−1

Dimana,

Cs = koefisien skewness

log x = harga rata rata logaritmik

n = jumlah data

X1 = Nilai curah hujan tiap tiap tahun (mm)


e) Menghitung logaritma hujan rencana dengan priode ulang T tahun dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

log XT = log x G Sd + log x

Dimana,

XT = Curah hujan rencana periode ulang T tahun(mm)

log x = Harga rata-rata logaritmik

G = Harga yang diperoleh berdasarkan nilai Cs yang didapat ,seperti

Sd log x= Deviasi standar nilailog x

f) Menghitung koefisiens kurtosis (Ck) dengan menggunakan rumus sebagai


berikut:

n
2
Ck=n ∑ ¿¿¿¿¿
−1

Dimana,
Ck = koefisien kurtosis

log x = Harga rata-rata logaritmik

N = jumlah data

Sd log x = Deviasi standart nilai log x

g) Menghitung koefisien variasi (cv)dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Sd log x
Cv=
log x
Dimana,
Cv = koefisien variasi
log x = harga rata rata logaritmik

Sd log x = deviasi standar

3. Distribusi Gumbel

Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode distribusi gumbel


digunakan persamaan distribusi frekuensi empiris
sebagai berikut(soemarto,1999)

XT = X + SSdn (Y YT− N)

∑ (x 1−x)2
Sd=
√ n−1

Analisis debit banjir rencana

Metode Rasional

Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum dipakai
adalah metode rasional USSCS (1973).metode ini sangat simple dan mudah
penggunaannya,namun penggunaannya terbatas untuk DAS –DAS
Dengan ukuran kecil,yaitu kurang dari 300 ha.karena model ini merupakan model
kotak hitam ,maka tidak dapat menerangkan hubungan.curah hujan dan aliran
permukaan dalam bentuk hidrograf.persamaan matematika metode rasional
dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

QP = 0,002778 ×C×I×A

Dimana,

Qp= laju aliran permukaan (debit)puncak (m3/detik)


C = koefisien limpasan

I = intensitas hujan

A = Luas DAS dalam hektar

Koefisien limpasan

koefisien ditetapkan sebagai rasio secepat maksimum pada aliran air pada
daerah tangkapan hujan,koefisien ini merupakan nilai banding antara bagian
hujan yang membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi.nilai C
tergantung pada beberapa karakteristik dari daerah tangkapan hujan ,yang
termasuk didalamnya:
1) Relief atau kelandaian daerah tangkapan air hujan

2) Karakteristik daerah ,seperti perlindungan vegasi,tipe tanah,dan daerah kedap


air
3) Storange atau karakteristik detention lainnya,

Besarnya aliran permukaan dapat menjadi kecil,terlebih bila curah hujan tidak
melebihi kapasitas infiltrasi.selama hujan yang terjadi adalah kecil atau sedang
,aliran permukaan hanya terjadi di daerah yang impermeable dan jenuh didalam
suatu DAS atau langsung jatuh dibawah permukaan air.apabila curah hujan yang
jatuh jumlahnya lebih besar dari jumlah air yang dibutuhkan untuk
evavorasi,intersepsi,dan infiltrasi,simpanan depresi dan cadangan depresi,maka
barulah bisa terjadi aliran permukaan .apabila hujan terjadi kecil,maka barulah
bisa terjadi aliran permukaan .apabila hujan yang terjadi kecil,maka hampir
semua curah hujan yang jatuh terintersepsi oleh vegetasi yang lebat.
Pada daerah dimana penggunaan lahan berubah-ubah ,nilai dari koefisien
limpasan yang digunakan harus mempertimbangkan pembangunan didaerah
hulu,untuk daerah tangkapan air dimasa yang akan datang .hal ini sangat relevan
pada situasi dimana daerah tangkapan air dipedesaan mungkin berkembang
sebagai atau seluruhnya menjadi daerah tangkapan hujan perkotaan selama
dilakukan perencanaan pelayanan kesejahteraan hidup.
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien
aliran permukaan(C),yaitu,bilangan yang menampilkan perbandingan antara
besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan .angka koefisien aliran
permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik
atau suatu DAS.Nilai C berkisar antara 0-1.nilai C = 0 menunjukkan bahwa sama
air hujan terintersepsi terinfiltrasi kedalam tanah ,sebaliknya untuk nilai C = 1
menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran permukaan .pada DAS
yang baik harga C mendekati nol dan semangkin rusak suatu DAS maka harga C
semangkin mendekati satu.

Anda mungkin juga menyukai