Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SPERMATOCELE, HYDROCELE, VARICOCELE

Disusun oleh:

Echa Putri Ayu RMZ

Mutiara Muslimah

Nelvia Novita Sari

Novia Heriza

Raudhatul Muttaqin

Sindy Mutiara Irawati

Yuni Sartika

Yohana Novelia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

PEKANBARU

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Spermatocele, Hydrocele, Varicocele”. Shalawat beriringkan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, serta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia kea lam yang penuh
ilmu pengetahuan.

Terimakasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan telah
mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan pembelajaran dan
menyelesaikan makalah hasil diskusi ini.Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
hasil diskusi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan
dari tutor ataupun dari rekan mahasiswa/I untuk kesempurnaan pembuatan makalah hasil diskusi
ini.

Pekanbaru, 13 Maret 2019

Penulis,

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................................3
2.1 Spermatocele ...........................................................................................................3
2.1.1 Definisi .......................................................................................................3
2.1.2 Etiologi .......................................................................................................3
2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi .....................................................................5
2.1.4 Penegakan Diagnosis .................................................................................8
2.1.5 Tatalaksana ................................................................................................12
2.2 Hydrocele ................................................................................................................18
2.2.1 Definisi .......................................................................................................
2.2.2 Klasifikasi ..................................................................................................18
2.2.3 Etiologi .......................................................................................................
2.2.4 Patogenesis dan Patofisiologi .....................................................................18
2.2.5 Penegakan Diagnosis .................................................................................20
2.2.6 Tatalaksana ................................................................................................24
2.3 Varicocele ...............................................................................................................30
2.3.1 Definisi .......................................................................................................
2.3.2 Klasifikasi ..................................................................................................
2.3.3 Etiologi .......................................................................................................
2.3.4 Patogenesis dan Patofisiologi .....................................................................
2.3.5 Penegakan Diagnosis .................................................................................
2.3.6 Tatalaksana ................................................................................................
BAB III PENUTUP .................................................................................................................31

ii
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................31
3.2 Saran ......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Testis merupakan organ yang berperan dalam proses reproduksi dan hormonal pria.
Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormone androgen terutama
testosterone.Testis terdapat didalam skrotum yang merupakan kantung lapisan kulit yang
tidak rata dimana dibawahnya terdapa lapisan, yaitu tunika vaskulosa, tunika albugenia,
dan tunika vaginalis. Apabila terdapat massa skrotum berupa suatu benjolan atau
pembengkakan yang bisa dirasakan di dalam skortum maka massa skrotum yang jinak itu
bisa merupakan spermatokel.
Spermatokel adalah suatu massa di dalam skrotum yang menyeurpai kista, yang
mengandung cairan dan sel sperma yang mati. Spermatokel berkembang di
epididymis.Massa ini menimbulkan rasa sakit dan bersifat jinak. Risiko terkena
spermatokel meningkat diduga pada usia antara 40 hingga 60 tahun.
Penyebab spermatokel belum diketahui secara pasti.Tetapi, banyak ahli percaya hasil dari
penyumbatan di salah satu tabung yang mengalirkan sperma dari testis ke
epididimis.Trauma dan peradangan juga dapat menyebabkan spermatokel.
1.2 Rumusan Masalah

 Apa definisi spermatocele, hydrocele, dan varicocele?

 Apa klasifikasi hydrocele, dan varicocele?

 Apa etiologi spermatocele, hydrocele, dan varicocele?

 Bagaimana pathogenesis dan patofisiologi spermatocele, hydrocele, dan varicocele?

 Bagaimana penegakan diagnosis spermatocele, hydrocele, dan varicocele?

 Bagaimana tatalaksana spermatocele, hydrocele, dan varicocele?

 Bagaimana perbedaan spermatocele, hydrocele, dan varicocele?

iv
1.3 Tujuan Penulisan

 Memberi informasi tentang definisi spermatocele, hydrocele, dan varococele

 Memberi informasi tentang klasifikasi hydrocele dan varicocele

 Memberi informasi tentang etiologi spermatocele, hydrocele, dan varicocele

 Memberi informasi tentang pathogenesis dan patofisiologi spermatocele, hydrocele,


varicocele

 Memberi informasi tentang penegakan diagnosis spermatocele, hydrocele, dan


varicocele

 Memberi informasi tentang tatalaksana spermatocele, hydrocele, dan varicocele

 Memberi informasi tentang perbedaan spermatocele, hydrocele, dan varicocele

v
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Spermatocele
2.1.1 Definisi1
Spermatocele adalah akumulasi kistik sperma yang biasa timbul di kepala epididymis.
Pada umumnya spermatokel tidak menunjukkan adanya gejala, tetapi untuk
spermatokel yang cenderung besar pasien dengan spermatokel akan mengeluhkan
ketidaknyamanan pada testis.
2.1.2 Etiologi2
1. Penyebab spermatokel pada manusia belum pasti. Beberapa penyebab telah
diajukan, walaupun tidak ada yang diterima secara universal.
2. Beberapa hipotesis termasuk bahwa spermatokel dapat timbul dari ductus efferent,
mungkin dilatasi aneurisma dari epididymis atau mungkin dilatasi sekunder akibat
penyumbatan distal.
3. Dalam model spermatokel spontan distal efferent ductus ditemukan sumbatan oleh
sel kuman agglutinated.
2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi2,3
Menurut teori kelainan pada testis pada awalnya mungkin terjadi karena masalah
reproduksi pria. Spermatokel dapat berasal sebagai divertikulum dari tubulus yang
ditemukan di kepala epididimis. Pembentukan sperma secara bertahap menyebabkan
divertikulum meningkat dalam ukuran, menyebabkan spermatokel. Kejadian ini
disebabkan oleh kontinuitas antara epididmis dan tunika vaginalis.
Berasal dari epididimis atau terjadi trauma fisik pada bagian epididimis. Timbul
luka pada bagian epididimis, kemudian obstruksi dan terjadi penyumbatan satu atau
lebih saluran testis pada akhirnya akan menjadi predisposisi dan terjadi spermatokel.

vi
2.1.4 Manifestasi klinis2
Biasanya spermatokel asimptomatik tetapi apabila ukurannya besar akan timbul
gejala :
 Pembengkakan disekitar testis
Spermatokel merupakan akumulasi kistik sperma pada kepala epididimis
sehingga menyebabkan pembengkakan scrotum yaitu disekitar testis.
 Rasa yang tidak nyaman pada testis
Dengan adanya pembengkakan scrotum menyebabkan pasien dengan
spermatokel akan merasakan ketidaknyamanan pada testis.
 Lunak dan licin
Spermatokel bersifat lunak karena spermatokel berisi cairan sperma yang mati.
Saat dilakukan palpasi pada scrotum maka akan dirasakan spermatokel bersifat
lunak dan licin.
2.1.5 Penegakan Diagnosis3
1. Anamnesis
 Benjolan pada testis
 Tidak ada nyeri
2. Pemeriksaan fisik
 Transiluminasi
Adalah saat dokter mengarahkan pancaran cahaya senter yang kuat dari bagian
belakang skrotum. Transmisi cahaya berupa pantulan sinar dan cahaya akan
menunjukkan cairan yang menandakan adanya spermatokel.

Gambar 1. Gambaran transiluminasi yang memantulkan cahaya

vii
3. Pemeriksaan penunjang
 Ultrasonografi
Adalah langkah selanjutnya jika transiluminasi tidak menunjukkan
cairan.Tes ini menggunakan gelombang suara frekeunsi tinggi untuk membuat
gambar di layer.USG berguna untuk mengkonfirmasi diagnosis yang dicurigai
dan untuk menyngkirkan kondisi patologi intratesticular tambahan.

Gambar 2. Ultrasonografi menunjukkan spermatokel yang terlihat


disebelah kiri testis normal.2
2.1.6 Tatalaksana2
1. Terapi medis
 Tidak ada terapi khusus analgesic dapat digunakan untuk mengurangi gejala
 Jika terdapat epididymitis diobati dengan antibiotic
2. Terapi bedah
 Spermatokelektomi
Jenis perawatan yang paling umum untuk spermatokel. Tujuan untuk
mengeluarkan spermatokel. Operasi ini dilakukan dengan anastesi lokal atau
umum, dan biasanya dalam waktu kurang dari satu jam.

Gambar 3. Spermatokel sebelum spermatokelektomi2 Gambar 4. Gambaran spermatokel2

viii
2.2 Hydrocele
2.2.1 Definisi1
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis
dan visceralis tunika vaginalis.Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam
rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi
oleh system limfatik dan disekitarnya.
2.2.2 Klasifikasi1
1. Primer Hydrocele
 Terjadi pada usia setengah baya, umum di negara tropis.
 Testis tidak teraba karena biasanya mencapai ukuran besar (tidak seperti
hidrokel sekunder yang kecil, kecuali pada filariahidrokel).
 Berfluktuasi (ditimbulkan oleh, memperbaiki hidrokel dengan tangan dan
merasakan pergerakan cairan menggunakan jari yang ditempatkan dalam
dua arah tegak lurus).
a. Hydrocele Infantil
Di sini tunika dan processus vaginalis (hidrokel) distensi hingga cincin internal,
tetapi kantung tidak memiliki hubungan dengan rongga peritoneum umum.
b. Hydrocele Bawaan
 Processus vaginalis berkomunikasi dengan rongga peritoneum.
 Karena lubang komunikasi ini terlalu kecil, usus tidak turun sehingga
hernia biasanya tidak akan berkembang. Saat berbaring, cairan
menghilang secara bertahap dan sambil berdiri cairan teringat kembali.
 Hydrocele tidak dapat dikosongkan dengan tekanan digital karena
menyebabkan efek "botol tinta terbalik". Asites, peritonitis TB adalah
etiologi untuk hal yang sama.
c. Hydrocele dari Tali pusat
 Ini adalah penumpukan cairan di bagian proses paten digerakkan oleh
tali dari tunica vaginalis; tetapi ditutup di atas dan di bawah; terletak di
bagian inguinal / inguinoskrotal / skrotum yang fluktuatif dan
transilluminant.

ix
 Pada traksi lembut ke testis, pembengkakan menjadi kurang bergerak
(tes traksi).
 Diagnosis banding: Kista epididimis, hernia inguinalis, lipoma tali
pusat, varikokel.
d. Hydrocele-en-bisac (Bilocular Hydrocele)
Hydrocele memiliki dua kantung yang saling berkomunikasi, satu di atas dan
satu di bawah leher skrotum.Yang atas terletak dangkal atau di kanal inguinalis
atau mungkin menyusup sendiri di antara lapisan-lapisan otot — lintas-
fluktuatif.
e. Hydrocele dari Kanal Nuck
Ini terjadi pada wanita, dalam hubungannya dengan ligamentum bundar, selalu
di kanal inguinalis.
f. Hidrokel Kantung Hernial
Ini karena adhesi isi kantung hernia.Cairan yang dikeluarkan terkumpul di
kantung hernia dan membentuk hidrokel kantung hernia.
2. Sekunder Hydrocele
Biasanya kecil, lemah dan testis biasanya teraba (tidak seperti hidrokel
primer).Pengecualian adalah hidrokel sekunder akibat filariasis bisa sangat besar.
Penyebab:
 Infeksi: Filariasis, Tuberkulosis epididimis, Sipilis
 Cedera: Trauma, hidrokel postherniorrhaphy
 Tumor: Malignancy
a. Hydrocele Postherniorrhaphy
Ini adalah hidrokel sekunder yang terjadi setelah operasi untuk hernia
inguinalis. Ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh limfatik pada tunica
vaginalis dan 0,2% sering terjadi. Itu diperlakukan seperti hidrokel tetapi
biasanya setelah sekitar 6 bulan.
b. Hydrocele Filarial dan Chylocele
 Terjadi secara umum di wilayah pantai, dan di dalam dan sekitar garis
katulistiwa.

x
 Biasanya terjadi berulang-ulang setelah serangan asididilitisilarial.
Hydrocele biasanya berukuran besar dan kantungnya menebal.
 Cairan mengandung lemak, kaya kolesterol, dan berasal dari
pecah getah bening ke tunika.
 Sering sulit dibedakan dari hidrokel primer.
2.2.3 Etiologi1
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena:
1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis
2. Belum sempurnanya system limfatik didaerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder.Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya system sekresi atau reabsorbsi cairan
dikantong hidrokel.Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma
pada testis/epididimis.
2.2.4 Patogenesis dan Patofisiologi4
Selama perkembangan janin, testis terbentuk setelah migrasi sel germ yang
mengandung Y dari yolksac ke Gonadal ridge pada usia kehamilan 6 minggu. Ridge
Gonadal adalah struktur mesenchymal yang terletak medial dari mesonephros.
Selanjutnya dan selama sisa perkembangan janin, testis turun melalui dinding
perut posterior dan melalui kanal inguinalis dengan memperpendek struktur seperti tali
(gubernaculum).Mekanisme pasti dari regresi ini tidak sepenuhnya dipahami dan
mungkin disebabkan oleh kombinasi hormon lokal yang kompleks yang dihasilkan oleh
testis.Ada beberapa hormon androgenik yang terlibat dalam penurunan testis; terutama
testosteron, yang bertindak secara langsung dengan menyingkat dan mundur dari
Gubernaculum, penurunan testis jauh lebih kompleks dari itu, dan itu berada di luar
ruang lingkup mini-review.Sebagai bagian dari turunannya melalui kanal inguinalis,
sebuah bukaan muncul di cincin internal dengan ekstensi peritoneum yang seperti
sakral, Processus Vaginalis (PV).Tidak ada informasi tersedia tentang mekanisme
untuk penampilan ekstensi ini.

xi
Setelah testis turun, PV menghilang atau menjadi tali pusar tanpa lumen.Ujung
distal PV tetap sebagai membran di sekitar testis, yang umumnya disebut sebagai tunika
vaginalis.
Hilangnya PV yang memutuskan daerah inguinalis dan skrotum dari perut, dan
oleh karena itu, tidak ada organ perut atau cairan peritoneum yang dapat masuk ke
dalam skrotum atau kanal inguinal.Jika PV tidak menutup, itu disebut sebagai Patent
Processus Vaginalis (PPV).Jika PPV kaliber kecil dan hanya cukup besar untuk
memungkinkan cairan terlewati, kondisi ini disebut sebagai hidrokel komunikasi.Jika
PPV lebih besar, memungkinkan ovarium, usus, omentum, atau isi perut lainnya
menonjol, kondisi ini disebut sebagai hernia.Pada pria normal, lapisan parietal dari
tunika vaginalis propria memiliki saluran sistem limfatik yang jelas.Dalam hidrokel
idiopatik, rantai limfatik ini rusak secara permanen di sebagian besar membran.Dengan
demikian patogenesis hidrokel dapat dijelaskan sebagai berikut: Jelas ada perubahan
konstan cairan di semua rongga serosa tersebut, dengan keseimbangan antara sekresi
dan penyerapan. Ada kelebihan produksi cairan dalam bentuk akut, dan gangguan
reabsorpsi karena kekurangan limfatik dalam hidrokel kronis.Singkatnya, dalam
hidrokel idiopatik, reabsorpsi tidak cukup untuk mengimbangi sekresi.Sehingga terjadi
penumpukan cairan pada tunika vaginalis.
2.2.5 Penegakan Diagnosis5
A. Anamnesis
Pasien mengeluh adanya benjolan dikantong skrotum yang tidak nyeri
B. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri.Jika pada posisi berdiri
tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine.
a. Inspeksi
Inspeksi Terlihat kantung scrotum membesar di bagian bawah, di bagian atas
kecil seperti buah peer. Tidak ada kemerahan atau perubahan warna di scrotum
kecuali ada infeksi yang menyebabkan hidrokel akut.

b. Palpasi

xii
Palpasi Ukuran dan konsistensi dari hidrokel dapat bervariasi tergantung dari
posisinya. Hidrokel biasanya menjadi lebih lembek atau lunak setelah lama
berbaring, dan menjadi lebih tegang dan besar setelah berdiri lama. Batas atas dari
hidrokel jelas (pada leher scrotum di palpasi dengan 2 jari dan dapat ditentukan
batas atas dari hidrokel). Konsistensi dari hidrokel adalah kistika karena berisi
cairan. Hidrokel pada anak-anak dapat diraba adanya testis, sedangkan pada dewasa
tidak teraba adanya testis karena kemungkinan banyaknya cairan peritoneum yang
meliputi testis. Pada palpasi hidrokel didapatkan adanya fluktuasi tang positif pada
kantung skrotum.

C. Auskultasi
Auskultasi Pada hidrokel tidak ditemukan adanya bising usus kecuali bila disertai
dengan adanya hernia.

C. Pemeriksaan Penunjang
 Transiluminasi
Testransiluminasi(diafanoskopi)Caranyadenganmelakukanpenyinaranmenggunak
ansenterpadabagianscrotumdaninidilakuakandiruanganyangtertutupdangelapsehing
gapendaranwarnayangdihasilkanakanterlihatjelas.Padahidrokeldidapatkanhasiltransi
luminasipositifyaitutampaksumbercahayadapatmenembushidrokel,Hidrokelberisicai
ranjernih,straw-
coloreddanmentransiluminasi(meneruskan)berkascahaya.Kegagalantransiluminasid
apatterjadiakibatpenebalantunikavaginaliskarenainfeksikronik

ataumassadiskrotumtersebuthidrokel.Transiluminasimerupakantesyangumumdanb
ukanmerupakantesyangdiagnostik
Testransiluminasi(diafanoskopi)Caranyadenganmelakukanpenyinaranmenggunak
ansenterpadabagianscrotumdaninidilakuakandiruanganyangtertutupdangelapsehing
gapendaranwarnayangdihasilkanakanterlihatjelas.Padahidrokeldidapatkanhasiltransi
luminasipositifyaitutampaksumbercahayadapatmenembushidrokel,Hidrokelberisicai
ranjernih,straw-

xiii
coloreddanmentransiluminasi(meneruskan)berkascahaya.Kegagalantransiluminasid
apatterjadiakibatpenebalantunikavaginaliskarenainfeksikronik
ataumassadiskrotumtersebuthidrokel.Transiluminasimerupakantesyangumumdanb
ukanmerupakantesyangdiagnostik

 Ultrasonografi
Pemeriksaan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan
transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum
pasien.Dengan hasil USG berwarna keabu-abuan.
2.2.6 Tatalaksana6
1. Lord’s plicationdiindikasikan untuk hidrokel kecil. Kantung dibuka dan ujung
kantung dipotong sampai tunica albuginea. (Ini adalah bagian yang dipantulkan dari
processus vaginalis.) Akibatnya, kantung itu akan kusut di dekat testis. Sekresi
testis dapat diserap oleh limfatik subkutan dan sistem pembuluh darah.
2. Eksisi parsial dan eversi kantung: operasi Jaboulay. Ini diindikasikan pada
hidrokel besar. Kantung yang tebal, qbesar, dipotong dan dijahit di belakang testis.
3. Aspirasi adalah metode sementara dan ada peluang untuk terjadi infeksi. Ini dapat
dilakukan hanya pada pasien berisiko tinggi.
2.3 Varicocele
2.3.1 Definisi5
Varicocele adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna.Kelainan ini terdapat pada 15%
pria.Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria.Dari
beberapa penelitian di dapatkan bahwa 21-41% pria yang mandul menderita varikokel.
2.3.2 Klasifikasi7
1. Primary/Idiopatik Varicocele (95%)
Ada ketidakmampuan katup vena testis.Hal ini biasa terjadi di sisi kiri karena vena
testikularis kiri bergabung dengan vena renalis kiri secara tegak lurus dan vena sisi
kiri lebih panjang dan cenderung dikompresi oleh sigmoid colon.Vena ginjal kiri
sering dikompresi antara aorta dan SMA.
2. Secondary Varicocele

xiv
Karena penyebab spesifik seperti karsinoma sel ginjal sisi kiri dengan trombus
tumor di vena ginjal kiri yang menyebabkan obstruksi aliran vena vena testis kiri.
2.3.3 Etiologi7
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70-93%). Hal ini disebabkan karena vena
spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus,
sedangkan yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Disamping itu
vena spermatika interna kiri lebih Panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih
sedikit dan inkompeten. Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel
bilateral patut dicurigai adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat
obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika kanan pada vena renalis kanan,
atau adanya situs inversus.

2.3.4 Patogenesis dan Patofisiologi8

Sudut masuk Penekanan vena ketiadaan/malfun


renalis oleh arteri
vena Testicularis Mesenterika gsi katup pada
ke vena renalis superior vena testikularis

Sudut masuk Peningkatan


yang semakin tekanan vena
renalis
horizontal
Refluks darah vena
Sempitnya drainase renalis ke vena
dari vena Testikularis testikularis
ke vena renalis

Varises pada vena


spermatika interna

Varikokel

xv
Varikokel
Peningkatan Refluks Refluks
Peningkatan tekanan metabolit ginjal katekolamin dari
suhu testis intratestikular dari v. renalis v. adrenal

Akibat dari refluk dan Gangguan Vasokonstriksi


hambatan aliran drainase
aliran darah kronis arteriol
vena pada testis
Reduksi aliran arteri sebagai
kompensasi untuk menjaga tek.
peningkatan suhu Intratestis

Hipoksia akibat
merusak DNA dan protein hambatan aliran
pada spermatozoa/sel leydig darah

Peningkatan ROS

- Rusaknya struktur dan fungsi spermatozoa


rusaknya
-Membran lipid
- gangguan metabolisme spermatozoa
-reduksi motilitas
- fragmentasi DNA

Infertilitas

2.3.5 Penegakan Diagnosis5


1. Anamnesis
 Nyeri scrotal
 Testis terasa berat
2. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi adanya tonjolan diatas testis
 Palpasi tampak atau teraba bentukan seperti kumpulan cacing pada cranial testis.
Derajat varikokel secara klinis
 Varikokel derajat 1 : dapat diraba hanya saat valsava maneuver
 Varikokel derajat 2 : dapat diraba dengan tanpa valsava maneuver
 Varikokel derajat 3 : varikokel tampak sebelum di palpasi,seperti “kantong
cacing”
 Orkidometer

xvi
Ukuran testis (kecil dan konsistensi lunak = telah terjadi kerusakan sel germinal)
 Transluminasi (pencahayaan)
Cahaya tidak tembus karena bukan berisi darah(karena varikokel berisi vena yang
berdilatasi)
3. Pemeriksaan Penunjang
1. USG Doppler
Ultrasonografi Doppler, memungkinkan diagnosis varikokel yang
akurat. Computed tomography dapat menunjukkan varikokel, tetapi paparan
radiasi adalah kelemahan, dan peran diagnostik pencitraan resonansi magnetik
(MRI) belum ditetapkan. Venografi biasanya dicadangkan untuk digunakan pada
pasien yang menjalani terapi oklusif, untuk pemetaan anatomi vena.
2. Angiografi
Venografi adalah modalitas yang paling dapat diandalkan untuk
mendeteksi varikokel kecil atau subklinis karena temuan menunjukkan refluks
darah vena yang abnormal secara retrograde ke dalam ISV dan pleksus
pampiniformis.
3. Pencitraan Resonansi Magnetik
Pada MRI, varikokel ditunjukkan sebagai massa pembuluh serpiginosa
yang melebar, biasanya berdekatan dengan kepala epididimis. Kanalis spermatika
melebar, dan korda spermatika intraskotal dan / atau pleksus pampiniformis
menonjol.
Korda spermatika memiliki intensitas sinyal yang heterogen. Ini berisi
struktur intensitas sinyal tinggi serpiginous, yang mungkin karena artifak fase-
shift dari aliran darah lambat.
Peningkatan yang berhubungan dengan aliran sekunder untuk aliran lambat dapat
menghasilkan peningkatan intensitas sinyal intraluminal pada gambar yang
diperoleh dengan semua urutan MRI.
Tiga-dimensi (3-D) fase-kontras magnetic resonance angiography (MRA)
telah dijelaskan dalam serangkaian 4 pasien dengan varikokel berulang. Bagian
skrotum varikokel ditunjukkan pada 3 pasien, dan vena spermatika ditunjukkan
pada 2 pasien. Beberapa orang berpendapat bahwa teknik ini dapat memberikan

xvii
alternatif untuk venografi sperma dalam pemetaan radiologis pembuluh darah
sperma yang dilatasi.
4. Ultrasonografi
Temuan ultrasonografi dalam varikokel termasuk struktur tubular
anechoic berbatasan dengan testis. Dengan pasien dalam posisi tegak lurus,
diameter vena dominan di saluran inguinalis berukuran lebih dari 2,5 mm dan
dikaitkan dengan peningkatan diameter minimal 1 mm selama manuver Valsava.
Varikokel dapat ditemukan di mana saja di skrotum (yaitu, medial, lateral,
anterior, posterior, atau lebih rendah dari testis). Mereka bisa berukuran kecil
hingga sangat besar, dengan beberapa pembuluh yang diperbesar sebesar diameter
8 mm. Varikokel intratestik dapat muncul sebagai area hypoechoic yang tidak
jelas di testis. Mereka tampak berbentuk tubular atau oval dan biasanya terletak di
dekat mediastinum testis.Pencitraan ultrasonografi Color Doppler dapat
membantu membedakan saluran vena dari kista epidermoid
atau spermatokel ketika ada keraguan. Ultrasonografi Doppler dua arah yang
dilakukan dengan pasien dalam posisi tegak dengan respirasi yang tenang
menunjukkan jenis aliran shunt pada 86% pasien yang katup distalnya tidak
cukup memungkinkan refluks spontan dan terus menerus dari ISV ke dalam vena
kremasterik dan vena dari vas deferens. Ultrasonografi Doppler dua arah yang
dilakukan dengan pasien dalam posisi tegak dengan respirasi yang tenang
menunjukkan jenis aliran berhenti pada 14% pasien yang katupnya hanya
memungkinkan refluks sporadis dari vena spermatika ke dalam pleksus
pampiniformis dengan manuver Valsava. Ultrasonografi Doppler dapat digunakan
untuk menilai refluks vena sebagai statis (grade I), intermiten (grade II), atau
kontinu (grade III).

2.3.6 Tatalaksana6
1. Pendekatan inguinal: Eksisi pleksus pliniformis di kanal inguinalis setelah diikat.
Testis masih memiliki drainase vena melalui vena kremaster.
2. Pendekatan retroperitoneal (operasi Palomo): Pada retroperitoneum, vena testis
bersifat tunggal dan terpisah dari vas deferens. Oleh karena itu, diikat di

xviii
retroperitoneum. Operasi ini pernah dianggap lebih baik daripada pendekatan
inguinal karena tidak ada bahaya merusak vas dan ligasi vena testis mudah tetapi
tingkat kekambuhan tinggi dan karenanya tidak disukai saat ini.
3. Subinguinal Microscopik Varicocelectomy ligasi lengkap.

2.4 Perbedaan Spermatocele, Hydrocele, Varicocele

Spermatocele Hydrocele Varicocele


Definisi Akumulasi kistik Penumpukan cairan Dilatasi abnormal dari
sperma di kepala yang berlebihan vena pada pleksus
epididimis diantara lapisan pampiniformis akibat
parietalis dan visceralis gangguan aliran darah
tunika vaginalis balik vena spermatika
interna
Etiologi  Dilatasi epydidimis  Belumsempurnanya  Malfungsi katup
penutupan prosesus vena sprematika
vaginalis interna
 Belum sempurnanya  Meningkatnya
system limfatik tekanan vena
didaerah skrotum renalis
dalam melakukan
reabsorbsi cairan
hidrokel
Manifestasi Klinis  Benjolan pada testis  Pembengkakan  Nyeri Skrotal
 Tidak nyeri testis  Testis terasa berat
 Tidak nyeri

xix
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Spermatocele adalah akumulasi kistik sperma di kepala epididimis
 Hydrocele adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis dan
visceralis tunika vaginalis
 Varicocele adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna
3.2 Saran
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempura,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan penulisan
makalah spermatocele, hydrocele, varicocele ini sangat di harapkan.

xx
DAFTAR PUSTAKA

1. Sriram B. SRB’s Manual of Surgery. 4th ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers; 2013.
2. Vernon M Pais. Spermatocele. 2017. www.medscape.com.
3. Blahd W, MD. What is Spermatocele. WebMD. 2017.
4. Natasha, Fourie. Pediatric Hydrocele: A Comprehensive Review. 2017. South Africa
5. Basuki B. Purnomo. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto
6. Rajgopal, Shenoy. Manipal Manual of Surgery 4th Edition. 2014
7. Wesley M. Varicocele. 2019. www.medscape.com
8. Kumar Rajeev. Varicocele and Male Infertility: Current Status. 2005.
9.

xxi

Anda mungkin juga menyukai