Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PIELONEFRITIS”

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH

Dosen Pembimbing

Kurniawati S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun Oleh:
Amatul Infitah (7116001)
Annisa Kurnia Ilahi (7116013)
Moch. Agung Setiawan (7116018)

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
D3 KEPERAWATAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim Penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan segala Rahmat dan Karunia-Nya. Berkat Rahmat dan Karunia-Nya
lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“PIELONEFRITIS” ini tepat pada waktunya. Shalawat bermahkotakan Salam kita
hadiahkan keharibaan Baginda Rasullullah Muhammad SAW. yang telah
membawa ummatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan
penerangan Islam dan Pengetahuan.

Ucapan terima kasih tak lupa saya haturkan kepada Dosen, Ibu dan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari titik kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari Pembaca sangat Tim
Penulis harapkan agar makalah ini mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

Akhirnya, Tim Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi
para Pembaca serta bagi Tim Penulis sendiri.

Jombang, 27 Juli 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB 1 ..................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN .................................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB 2 ..................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7

2.1 Definisi .......................................................................................................... 7

2.2 Etiologi .......................................................................................................... 8

2.3 Patofisiologi................................................................................................. 10

2.4 Gejala.......................................................................................................... 10

2.6 Penatalaksanaan Medik .......................................................................... 12

2.7 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 13

2.8 Komplikasi ............................................................................................. 13

2.9 Pathway Nursing Proses .............................................................................. 15

BAB 3 ................................................................................................................... 18

KONSEP ASKEP ................................................................................................. 18

3.1 Pengkajian .............................................................................................. 18

3.2 Diagnosa keperawatan ................................................................................. 20

3.3 Intervensi ..................................................................................................... 20

3.4 Implementasi ............................................................................................... 22

3.5. Evaluasi ...................................................................................................... 22

BAB 4 ................................................................................................................... 23

3
PENUTUP ............................................................................................................. 23

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23

4.2 Saran ....................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan


interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih
melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25%
curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus
penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.

Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana


katup uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik
(refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan
kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia
prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain.
Pielonefritis dapat akut dan kronis.

Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis


ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang
menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis
(Tambayong. 200)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pielonefritis ?
2. Apa etiologi dari pielonefritis?
3. Bagaimana patofisiologi pielonefritis?
4. Apa saja gelaja dari pielonefritis?
5. Apa saja komplikasi dari pielonefritis?
6. Pemeriksaan apa yang digunakan pielonefritis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari pielonefritis
2. Untuk mengetahui etiologi dari pielonefritis

5
3. Untuk mengetahui patofisiologi pielonefritis
4. Untuk mengetahui gelaja dari pielonefritis
5. Untuk mengetahui komplikasi dari pielonefritis
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan yang digunakan pielonefritis

6
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang
sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung
selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut
tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut
dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala
ginjal (pelvis renalis),tubulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau
kedua gunjal (Brunner &Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul
secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood,
2002:668). Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang
terdiriatas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun
menyalurkanair kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat
menyerangkomponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi
berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi
yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi
bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya
membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat
dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya,
atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut
merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui.Gangguan ini
tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih.Infeksi ginjal lebih
sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya

7
(uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya
terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat
mencapai kandung kemihdan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga
akan bertambah padawanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun.
Demikian pula, penderitakencing manis/diabetes mellitus dan penyakit
ginjal lainnya lebih mudahterkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
2. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk
jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksiginjal yang berulang-
ulang berlangsung beberapa tahun atau setelahinfeksi yang gawat.
Pembagian Pielonefritis akut seringditemukan pada wanita hamil, biasanya
diawali dengan hidroureter danhidronefrosis akibat obstruksi ureter karena
uterus yang membesar.

2.2 Etiologi
1. Bakteri
a. Escherichis colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan diusus
besar) merupakan penyebab infeksi yang sering ditemukan
pada pielonefritis akut tanpa komplikasi
b. Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan
merupakan penyebab infeksi pada saluran kemih.
c. Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular yang
umumnya menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih

8
d. Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna, menjadi
patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.
e. Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami salurancerna
dan bersifat patogen di dalam saluran kemih
f. Lactobacillus
Lactobacillus dalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan
vagina, dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila
ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus
dipertimbangkan terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinis
disebaban oleh endotoksemia. Tidak semua bakteri bersifat patogen
disaluran perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam
sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap merupakan
kontaminan.
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
Kembali kedalam ureter.
4. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran
plasmaefektif ke ginjal dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus
dan fungsi tubuler meningkat 30-50%. Dibawah keadaan yang
normal peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi ibu dan janin yang
tumbuh tidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra. Keduanya menjadi
dilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat, gerakan urin
kekandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan
kemungkinan pielonefritis.
Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang
terjadi pada kandung kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan
atoni ureter dalam kehamilan mungkin disebabkan oleh progesteron,
obstipasi atautekanan uterus yang membesar pada ureter.

9
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan
oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal
atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke
dalamureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

2.3 Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococu fecalis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi
ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian
bawah(uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih
bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke
ginjal,yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam
waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui
alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang
ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang
mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal
yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik
dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi
menghsilkanfibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode
berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan
menjadi kecilserta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang
menjadi gagal ginjal

2.4 Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba.
Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan
muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah
yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat
Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat
yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya

10
iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi
pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot
perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal sering kali sangat ringan dan
lebih sulit untuk dikenali.
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
1. Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
2. Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi,
menggigil,nausea
3. Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan
fisik.
4. Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness
5. Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapahari.
6. Ada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau
hematuriadengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan
sel darah putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang,
sehinggakedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak.
Tanda dan gejala:
1. Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya
tidak mempunyai gejala yang spesifik
2. Adanya keletihan
3. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
4. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
5. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalamigagal ginjal.
6. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks
7. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan
luka pada jaringan
8. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

11
2.6 Penatalaksanaan Medik
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan
sembuh tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit
kambuh kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya
lemahseperti penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin
misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya. Penatalaksanaan medis menurut
Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
1. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial
seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra),
gentamycindengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau
ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari
2. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan
rasanyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan
obatfarmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti
oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
3. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan
kerusakanginjal secara progresif.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan
Nancy E.Smith tahun 2007:
1. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
2. Monitor Vital Sign
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien
5. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis
6. Memantau input dan output cairan.
7. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum
electrolytes)
8. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti
prosedur pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah
lama danmemakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil
hati.

12
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis
pielonefritis adalah:
1. Whole blood
2. Urinalisis
3. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan
adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan
air kemih lainnya
4. BUN
5. Creatinin
6. Serum Electrolytes
7. Biopsi ginjal
8. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan
atau abnormalitas struktur

2.8 Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan
darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila
ginjal,terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat
terjadinya obstruksi.
2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter
yangdekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis
dansistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami
pereganganakibat adanya pus
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan
meluaske dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.Komplikasi
pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari
hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut),
hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai

13
organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu)
(Brunner & Suddarth, 2002: 14

14
2.9 Pathway Nursing Proses
Diabetes
Penurunan Bakteri : Kehamilan Obstruksi
imunitas E.coli, kandung
Klebsielle, kemih,
Urine
Streptococus Kadar Penekanan VUR
Tubuh mengandung
estrogen pada
rentan glukosa
Memasuki tinggi vesika dan
terinfeksi
saluran saluran
bakteri
kemih Bakteri di
Vasodilata
bawah si saluran
Hambatan
pembuluh dalam kemih
darah pengeluaran
Bakteri urine
Dengan
berkembangbiak Peningkatan mudah
dan mengeluarkan permeabilitas berkembang
zat endotoksis kapiler biak
Penurunan
kecepatan
Peradangan-infeksi Perpindahan eliminasi
Menimbulkan
protein urine
saluran kemih peradangan
plasma ke
intersisiel
Penumpukan
cairan pada
Konsentrasi pelvis
protein
plasma dalam
filtrasi Peningkatan
glomerulus tekanan
tinggi hidrostatik

Peningkatan
tekanan
onkotik
plasma

Penarikan cairan
dari kapsula
bowmen ke
kapiler
glomelurus

15
PK : Infeksi PIELONEFRITIS

Terjadi reaksi
inflamasi

Reaksi antigen-
antibodi

Pelepasan mediator
inflamasi Antigen
mengeluarkan
endositosik Stress tubuh
EP “Endogen Kalekrein Histamin
Pirogen” Kerusakan
parenkim ginjal Pengeluaran
hormon stress
Merangsang “katekolamin”
Pengaktifan pusat sensori
prostaglandia Vasodilatasi
nyeri pembuluh
darah Peningkatan asam
Perangsangan Nyeri akibat lambung
pusat peradangan
thermostat di parenkim Peningkatan
hipotalamus ginjal aliran pembuluh
Mual-muntah
darah

Peningkatan Nyeri
tersmostat menyebar Peningkatan
tubuh vol. darah

Nyeri
Peningkatan pinggang Peningkatan
suhu tubuh suplai darah
filtrasi
Nyeri Akut
Hipertermi

16
Peningkatan
GFR

Kerusakan Laju filtrasi> Defisiensi


parenkim ginjal kecepatan reabsorbsi
reabsorbsi

Gangguan
dalam Elektrolit dan Penurunan Penurunan
pemekatan air hanya transport cairan reabsorbsi K+
kemih sedikit dapat ke sel dan ion lainnya
diserap

Terbentuk Dehidrasi sel- Penurunan


Cairan dalam sel tubuh kontraktilitas
urine encer lumen banyak otot polos dan
penurunan
peristaltik
Peningkatan
volume urine
Penurunan
nafsu makan
Peningkatan dan mual
frekuensi muntah
berkemih dan
banyak

Poliuri Pengeluaran
cairan berlebih
Nausea
Gangguan
Eliminasi Kekurangan
Urine Volume
Cairan

17
BAB 3

KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian
I. Biodata : mengkaji identitas klien, anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens
infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.dan penanggung yang
meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan keberapa, lamanya perkawinan dan alamat.
II. Keluhan utama : nyeri punggung dibawah dan disuria.
III. Riwayat kesehatan yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti nyeri atau masuknya bakteri ke kandung kemih
sehingga menyebabkan infeksi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami
oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit
endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
4) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang kebersihan genetalia dan gejala serta
keluahan yang menyertainya
IV. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan yang pernah di konsumsi
pasien
V. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
VI. Pemeriksaan fisik, meliputi :
1. B1 (Breathing)

18
Bila tidak melibatkan infeksi sistemik, pola napas dan jalan napas dalam kondisi
efektif walau secara frekuensi mengalami peningkatan.
2. B2 (Blood)
Bila tidak melibatkan respon sistemik, status kardiovaskuler tidak mengalami
perubahan walau secara frekuensi denyut jantung mengalami peningkatan. Perfusi
perifer dalam batas normal, akral hangat, akral hangat.

3. B3 (Brain)
Pada wajah biasanya tidak didapatkan adanya perubahan konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, mukosa mulut tidak mengalami peradangan. Status neurologis
tidak mengalami perubahan, tingkat kesadaran dalam batas normal dimana orientasi
(tempat, waktu, orang) baik.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi : tidak ada pembesaran pada suprapubis, tidak ada kelaianan pada genitalia
eksterna. Didapatkan disuria, pada pielonefritis yang mengenai kedua ginjal sering
didapatkan penurunan urine output karena terjadi pe nurunan dari fungsi ginjal.
a. Palpasi : sering didapatkan distensi kandung kemih. Pada palpasi area
kostovertebra sering didapatkan adanya perasaan tidak nyaman dan mungkin
didapatkan adanya massa dari pembesaran ginjal akibat infiltrasi interstisial sel-
sel inflamasi pada palpasi ginjal.
b. Perkusi : perkusi pada sudut kostovertebra memberikan stimulus nyeri lokal
disertai suatu penjalaran ke nyeri ke pinggang dan perut.
c. Auskultasi : tidak didapatkan adanya bruit ginjal
5. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual, muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan berat badan terutama pada pielonefritis kronik. Penurunan peristaltik usus
sering didapatkan.
6. B6 (Bone)
Didapatkan malaise dan adanya kelemahan fisisk secara umum.
5) Pemeriksaan laboratorium :

19
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi ginjal, kreatinin,
leukosit dan ivp

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Hipertermi

2. Nyeri akut

3. Gangguan eliminasi urine

4. Kekurangan volume cairan

3.3 Intervensi
Diagnosa
No. Tujuan Kriteria (NOC) Intervensi (NIC)
keperawatan

1. Hipertermi Setelah NOC : TTV NIC : Perawatan Demam


dilakukan
tindakan Suhu tubuh 4 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
(deviasi ringan vital lainnya
keperawatan 2
x 24 jam di dari kisaran
2. Monitor warna kulit dan suhu
harapkan normal)
masalah 3. Dorong konsumsi cairan
NOC :
hiperterm termoregulasi 4. Edukasi keluarga untuk
dapat teratasi memantau tanda-tanda
Melaporkan infeksi
kenyamanan suhu
4 ( sedikit 5. Bantu pasien untuk
terganggu ) memandikan atau menyeka
pasien
Dehidrasi 3
(cukup terganggu) 6. Kolaborasikan dengan dokter
untuk pemberian obat dan
cairan IV

2. Nyeri akut Setelah NOC : Kontrol NIC : Manajemen Nyeri


dilakukan Nyeri
tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan 2 Mengenali kapan secara komprehensif meliputi
x 24 jam di nyeri terjadi 3 karakteristik, lokasi, kualitas
(kadang kadang dan faktor nyeri
harapkan
20
masalah nyeri menunjukkan) 2. Gunakan strategi komunikasi
akut dapat terapeutik
teratasi NOC : status
kenyamanan 3. Gali pengetahuan pasien
tentang nyeri
Posisi yang
nyaman 4 (sedikit 4. Dorong pasien untuk
terganggu) mengontrol nyeri

5. Edukasi keluarga tentang


distraksi relaksasi

6. Kolaborasikan dengan tim


medis lainnya untuk
analgesik penguramgan nyeri

3. Gangguan Setelah NOC : Eliminasi NIC : Monitor cairan


eliminasi dilakukan Urine
urine tindakan 1. Tentukan jumlah
keperawatan 2 Pola eliminasi 4 intake/asupan caran serta
(sedikit kebiasaan eliminasi
x 24 jam di
harapkan terganggu)
2. Periksa turgor kulit pasien
masalah Jumlah urine (4)
gangguan 3. Catat dengan akurat input
eliminasi urine Retensi urine (4) dan output pasien
dapat teratasi 4. Perbaiki alat medis yang
bermasalah
5. Berikan edukasi pada
keluarga bahwa input dan
output pasien harus dihitung

6. Konsultasikan ke dokter jika


pengeluaran urine < 0.5
ml/kg/jam

4. Kekurangan Setelah NOC : NIC : Manajemen cairan


volume dilakukan Keseimbangan
1. Berikan cairan dengan tepat
cairan tindakan Cairan
keperawatan 2 2. Tingkatkan asupan oral
x 24 jam di TD (4)
harapkan 3. Dukung paien dan keluarga
Turgor kulit (4)
masalah untuk membantu dalam
kekurangan
21
volume cairan Kehausan (4) pemberian makan
dapat teratasi
4. Monitor reaksi pasien setelah
diberikan terapi cairan

5. Kolborasi dengan dokter


tentang pemberian cairan iv

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga
kesehatan lain. Di sisi lain, tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya.

3.5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian perkembangan hasil implementasi keperawatan
dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

22
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan
karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang di mulai dari
saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym
maupun renal pelvis (pyelum= piala ginjal).

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen
atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002:668). Ginjal merupakan bagian utama
dari sistem saluran kemih yang terdiriatas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi
maupun menyalurkanair kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat
menyerangkomponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal

4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami dan
merealisasikan apa yang telah ada dimateri dan penjelasan makalah. Semoga mahasiswa
mampu memahami dan bermanfaat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2. EGC:
Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Edisi 8 Bedah Volume 2. EGC:
Jakarta
http://lianerako.blogspot.com/2014/01/asuhan-keperawatan-pielonefritis.html (di akses oleh
Annisa Kurnia ilahi tanggal 31 Juli 2018)

24

Anda mungkin juga menyukai