Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEILONEFRITIS

Kelompok 1 :

Erdini Cahya Utami (20.14401.1.010)

Nita Hekmayanti (20.14401.1.007)

Fina Anggita (20.14401.1.006)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SAMAWA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta anugrah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan dengan baik dan dalam bentuk
yang sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai pengetahuan dasar kesehatan.

Harapan ini semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengelaman


bagi para pembaca , walaupun saya akui masih banyak kekuarngan dalam penyajian
makalah ini karena ilmu yang saya miliki masih sangat kurang.

Akhir kata, saya sampaikan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyusun makalah ini, dari awal samapai akhir hingga menjadi
sebuah makalah. Saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
pembuatan makalh berikutnya, terima kasih.

2
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang……...……………………………………………………..4
1.2 Tujuan …………...………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..5
2.1 Anatomi Fisiologi……………………………………………………………...5
2.1.1 Ginjal………………………………………………………………...5
2.1.2 Ureter………………………………………………………………...5
2.1.3 Vesika urinaria……...……………………………………………....5
2.1.4 Uretra……………………………………………………………......5
2.2 Konsep Dasar Penyakit………………………………………………………..6
2.2.1 Pengertian Pielonefritis………………………………………………6
2.2.2 Etiologi...……………………………………………………………8
2.2.3 Patofisiologi…………………………………………………………9
2.2.4 Tanda dan Gejala………………………………………………..…11
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………12
2.2.6 Komplikasi…………………………………………………………13
2.2.7 Penatalaksanaan Medik……………………………………………13
2.2.8 Pencegahan……………………………………………………...…14
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………………..15
2.3.1 Pengkajian…………………………………………………………15
2.3.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………16
2.3.3 Intervensi…………………………………………………………..16
2.3.4 Implementasi……………………………………………………...22
2.3.5 Evaluasi……………………………………………………………22
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..23
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..23
3.2 Saran ………………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 `Latar Belakang


Manusia adalah individu yang mempunyai sub-sub sistem. Sub-sub sistem
tersebut adalah sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem pencernaan,
sistem muskuloskeletal, sistem persyarafan, sistem perkemihan, dan sistem-
sistem yang lainnya. Keseimbangan antara semua sistem diatas itulah yang
menyebabkan manusia dikatakan sehat secara jasmani.Semua sistem tersebut
melibatkan organ-organ dalam menjalankan tugasnya, seperti sistem perkemihan
yang melibatkan organ ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal merupakan bagian utama dari saluran kemih yang terdiri dari organ-organ
tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urin) ke
luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal,
antara lain yaitu infeksi ginjal. Infeksi ginjal atau pielonefritis merupakan
peradangan pada jaringan ginjal. Untuk lebih jelasnya, penulis akan membahas
tentang bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada
pasien yang mengalami pielonefritis agar tidak berlanjut menjadi pielonefritis
kronik.
1.2 Tujuan
Menjelaskan tinjauan pustaka tentang pielonefritis.
a. Melakukan pengkajian pada klien pielonefritis.
b. Menganalisa data-data yang ditemukan pada klien pielonefritis.
c. Membuat nursing care planning pada klien pielonefritis.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI FISIOLOGI


2.1.1 Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari
tubuh manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari
mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam
pengeluaran zat-zat toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan
air. mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan
mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
darah.
2.1.2 Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung
kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna
vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis
dengan kandung kemih.
2.1.3 Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat
menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis
pubis, di dalam rongga panggul.Bila terisi penuh, kandung kemih dapat
terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
2.1.4 Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk
menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok,
menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju
ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra

5
ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di
belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya
kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah
atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi
sebagai saluran ekskretori.
2.2 KONSEP DASAR PENYAKIT
2.2.1 Pengertian Pielonefritis

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang


sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung
selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak
sukses madka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan
pielonefritis kronis.Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal
(pelvis renalis), tubulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua
gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul


secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002:
668)

Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri
atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan
air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang
komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.

6
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri
dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.Ginjal biasanya membesar
disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.Abses dapat dijumpai pada
kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan
kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut merupakan
salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui.Gangguan ini tidak dapat
dilepaskan dari infeksi saluran kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi
pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih
pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan
dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih
dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada
wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita
kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah
terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis  juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi

7
ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis Pielonefritis akut Sering
ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan
hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
2.1.2 Etiologi
a. Bakteri
 Escherichis colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di
usus besar) merupakan penyebab infeksi yang sering ditemukan pada
pielonefritis akut tanpa komplikasi
 Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan merupakan
penyebab infeksi pada saluran kemih.
 Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular yang
umumnya menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih
 Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna,
menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.
 Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami saluran
cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih
 Lactobacillus
Adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan vagina,
dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila
ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus
dipertimbangkan terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinis

8
disebaban oleh endotoksemia. Tidak semua bakteri bersifat patogen di
saluran perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam
sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap merupakan
kontaminan.
b. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
c. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
d. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma
efektif ke ginjal dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus dan
fungsi tubuler meningkat 30-50%. Dibawah keadaan yang normal
peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi ibu dan janin yang tumbuh
tidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra. Keduanya menjadi
dilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat, gerakan urin ke
kandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan kemungkinan
pielonefritis.
Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang terjadi
pada kadung kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan atoni ureter
dalam kehamilan mungkin disebabkan oleh progesteron, obstipasi atau
tekanan uterus yang membesar pada ureter.

Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh
penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai
penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

2.1.3 Patofisiologi

Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,


Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal

9
berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah
(uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian
atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal,
yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu
24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat
seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila
terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit
pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.

Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang


tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan
pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan
fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari
pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil
serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal
ginjal.

Pathway Pielonefritis

Penyebab (bakteri)

Masuk saluran kemih Masuk saluran darah

Adanya Obstruksi Ginjal

Aliran balik ginjal oleh bakteri

Peradangan / infeksi ginjal

Hematuria Demam
Nyeri Akut
Kurang pengetahuan
Hipertermi

10
Perubahan kenyamanan
Ansietas

Gangguan
Pola Tidur Penguapan berlebihan Mukosa kering

Nafsu makan
Resiko
kekurangan berkurang
volume cairan

Gangguan
nutrisi

Intoleransi
Aktivitas Kelemahan

2.1.4 Tanda dan Gejala

Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian


dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah.
Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat
berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.

Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat


yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya
iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran
pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut
berkontraksi kuat.

Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.

a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :

11
- pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
- Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,
nausea,
- nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan
fisik.
- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
- Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa
hari.
- Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria
dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah
putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga
kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
- Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang spesifik.
- Adanya keletihan.
- Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
- Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
- Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami
gagal ginjal.
- Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
- Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka
pada jaringan.
- Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis
adalah:
a. Whole blood
b. Urinalisis

12
c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan
adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air
kemih lainnya
d. BUN
e. Creatinin
f. Serum Electrolytes
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan
atau abnormalitas struktur
2.1.6 Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal,
terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya
obstruksi.
b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang
dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan
sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan
akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas
ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir


(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan
jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik
disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu)
(Brunner & Suddarth, 2002: 1437).

2.1.7 Penatalaksanaan Medik

Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan


sembuh tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit

13
kambuh kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah
seperti penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin
misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya. Penatalaksanaan medis menurut
Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:

a. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial


seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin
dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro)
selama 14 hari
b. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti
oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
c. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan
ginjal secara progresif.

Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E.


Smith tahun 2007:

a. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.


b. Monitor Vital Sign
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
e. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
f. Memantau input dan output cairan.
g. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
h. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur
pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan
memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati.
2.1.8 Pencegahan

Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang


harus dilakukan:

14
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan
kandung kemih serta kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c. banyak istirahat di tempat tidur
d. terapi antibiotika

Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak


pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan
cara membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa
membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal
tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air
besar agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra.Pada waktu
pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar
tidak terjadi infeksi.

Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan


infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan
panas, dan diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan,
antara lain :

a. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)


b. Meniran (Phyllanthus urinaria)
c. Sambiloto (Andrographis paniculata)
d. Pegagan (Centella asiatica)
e. Daun Sendok (Plantago major)
f. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
g. Rambut Jagung (Zea mays)
h. Krokot (Portulaca oleracea)
i. Jombang (Taraxacum mongolicum)
j. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa).
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.3.1 Pengkajian

15
Dalam melakukan pengkajian pada klien pielonefritis menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas Klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, Jantung
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Infeksi darah meatus
3) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine
4) Pengkajian pada costovertebralis
d. Riwayat psikososial

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan persepsi terhadap kondisi


penyakit mekanisme kopin dan system pendukung

e. Pengkajian pengtahuan klien dan keluarga


1) Pemahaman tentang penyebab / perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
3) Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi,
perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
b. Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
2.3.3 Intervensi

Dx. 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan

16
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien
merasa nafsu makan bertambah.

Kriteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat
gizi.

Intervensi :

No Intervensi Rasionalisasi

Mandiri

1 Pantau / catat permasukan diet Membantu dan mengidentifikasi


defisiensi dan kebutuhan diet.
Kondisi fisik umum, gajala uremik
(contoh : mual, anoreksia,
gangguan rasa) dan pembatasan
diet multiple mempengaruhi
pemasukan makanan.

Mambran mukosa menjadi kering


dan pecah. Perawatan mulut
menyejukkan, meminyaki dan
2 Tawarkan perawatan mulut membantu menyegarkan rasa mulut
sering/cuci dengan larutan (25%) yang sering tidak nyaman pada
cairan asam asetat. Berikan permen uremia dan membatasi pemasukan
karet, permen keras, penyegar mulut oral. Pencucian dengan asam asetat
diantara makan membantu menetralkan amonea
yang dibentuk oleh perubahan urea.

Meminimalkan anoreksia dan mual


sehubungan dengan status
uremik/menurunnya paristaltik

17
Berikan makanan sedikit tapi sering Menentukan kalori individu dan
kebutuhan nutrisi dalam
3
pembatasan,dan mengidentifikasi
rute paling efektif dan produknya,
contoh tambahan oral, makanan
selang hiperalimentasi
Kolaborasi :

4 Konsul dengan ahli gizi/tim


Pembatasan elektrolit ini
pendukung nutrisi
dibutuhkan untuk mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut,
khususnya bila dialisis tidak
menjadi bagian pengobatan, dan
atau selama fase penyembuhan.

Indikator kebutuhan nutrisi,


pembatasan, dan kebutuhan /
Batasi kalium, natrium dan
efektivitas terapi.
pemasukan fosat sesuai indikasi
5

Awasi pemeriksaan labiratorium,


contoh; BUN, albumin serum,
transferin, natrium dan kalium.
6

Dp. 2: Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi

18
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam
pasien berkurang

Kriteria Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas
normal dan suhu kulit lembab

Intervensi :

No Intervensi Rasionalisasi

Mandiri :

1 Pantau suhu pasien (drajat dan Suhu 38,90 – 41,10 C menunjukkan


pola) ; perhatikan proses penyakit infeksius akut
menggigil/diaforesis

Suhu ruangan/jumlah selimut harus


2
Pantau suhu lingkungan, batasi / diubah untuk mempertahankan
tambahkan linen tempat tidur, sesuai suhu mendekati normal.
indikasi
Dapat membantu mengurangi
demam. Catatan : penggunaan air
es/alkohol mungkin menyebabakan
Berikan kompres mandi hangat;
3 kedinginan, peningkatan suhu
hindari penggunaan alkohol
secara aktual. Selain itu alkohol
dapat mengeringkan kulit.
Digunakan untuk mengurangi
demam umumnya lebih besar dari
39,50-400 C pada waktu terjadi
kerusakan/ gangguan otak.

Berikan selimut pendingin


4 Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotelamus. Meskipun

19
demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan
organisme. Dan meningkatkan
Kolaborasi : autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi
5 Berikan antipiretik, misalnya ASA
(aspirin), asetaminofen (tylenol)

Dx. 3 : Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien


dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat

Kriteria hasil :tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebih, memiliki


keseimbangan asupan Dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam

Intervensi :

No Intervensi Rasionalisasi

Mandiri :

1 Ukur dan catat urine setiap kali Untuk mengetahui adanya


berkemih perubahan warna dan untuk
mengetahui input / output

Terputusnya pirau / akses terbuka


Pastikan kontinuitas kateter pirau /
2 akan memungkinkan eksanguinasi
akses

20
Tempatkan pasien pada posisi Memaksimalkan aliran balik vena
telentang / tredelenburg sesui bila terjadi hipotensi
3
kebutuhan

Pantau mambran mukosa kering,


Hipovolemia/cairian ruang ketiga
torgor kulit yang kurang baik, dan
akan memperkuat tanda-tanda
rasa haus
4 dehidrasi

Kolaborasi :

Awasi pemeriksaan laboratorium


~    Menurun karena anemia,
sesuai indikasi
hemodilusi atau kehilangan darah
5
~         aktual.

Berikan cariran IV (contoh, garam ~    Cairan garam faal/dekstrosa,


faal)/ volume ekspender (contoh elektrolit, dan NaHCO3 mungkin
albumin)selama dialisa sesuai diinfuskan dalam sisi vena
idikasi hemofelter Cav bila kecepatan
6 ultrafiltrasi tinggi digunakan untuk
membuang cairan ekstraseluler dan
cairan toksik. Volume ekspender
mungkin dibutuhkan selama /
setelah hemodialisa bila terjadi
hipotensi tiba-tiba.

21
2.3.4 Implementasi
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari
suatu rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap
intervensi atau perencanaan. Fokus pada intervensi keperawatan
antara lain menemukan perubahan sistem tubuh, mempertahankan
daya tahan tubuh,menetapkan hubungan klien dengan
lingkungan,mencegah komplikasi, implementasi pesan dokter
(Wahyuni, 2016)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan
perbandingan yang sistematis dan terencana yang memiliki tujuan
tentang kesehatan pasien. Dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan dari
evaluasi yaitu untuk mengetahui kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang telah direncanakan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Wahyuni, 2016).

BAB III

PENUTUP

3.3 Kesimpulan

22
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan
jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai
kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima
20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah;
kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di
usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit
dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya
berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.

Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah
oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan
ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.

3.4 Saran
Saran kami dalam makalah ini semoga para pembaca bisa lebih memahami
isi dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam melakukan asuhan
keperawatan dan membandingkan dengan referensi lainnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC

24
25

Anda mungkin juga menyukai