Kelompok 1 :
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SAMAWA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta anugrah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan dengan baik dan dalam bentuk
yang sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai pengetahuan dasar kesehatan.
Akhir kata, saya sampaikan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyusun makalah ini, dari awal samapai akhir hingga menjadi
sebuah makalah. Saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
pembuatan makalh berikutnya, terima kasih.
2
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang……...……………………………………………………..4
1.2 Tujuan …………...………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..5
2.1 Anatomi Fisiologi……………………………………………………………...5
2.1.1 Ginjal………………………………………………………………...5
2.1.2 Ureter………………………………………………………………...5
2.1.3 Vesika urinaria……...……………………………………………....5
2.1.4 Uretra……………………………………………………………......5
2.2 Konsep Dasar Penyakit………………………………………………………..6
2.2.1 Pengertian Pielonefritis………………………………………………6
2.2.2 Etiologi...……………………………………………………………8
2.2.3 Patofisiologi…………………………………………………………9
2.2.4 Tanda dan Gejala………………………………………………..…11
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………12
2.2.6 Komplikasi…………………………………………………………13
2.2.7 Penatalaksanaan Medik……………………………………………13
2.2.8 Pencegahan……………………………………………………...…14
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………………..15
2.3.1 Pengkajian…………………………………………………………15
2.3.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………16
2.3.3 Intervensi…………………………………………………………..16
2.3.4 Implementasi……………………………………………………...22
2.3.5 Evaluasi……………………………………………………………22
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..23
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..23
3.2 Saran ………………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….24
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di
belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya
kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah
atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi
sebagai saluran ekskretori.
2.2 KONSEP DASAR PENYAKIT
2.2.1 Pengertian Pielonefritis
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri
atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan
air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang
komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.
6
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri
dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.Ginjal biasanya membesar
disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.Abses dapat dijumpai pada
kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan
kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut merupakan
salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui.Gangguan ini tidak dapat
dilepaskan dari infeksi saluran kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi
pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih
pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan
dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih
dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada
wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita
kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah
terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
7
ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis Pielonefritis akut Sering
ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan
hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
2.1.2 Etiologi
a. Bakteri
Escherichis colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di
usus besar) merupakan penyebab infeksi yang sering ditemukan pada
pielonefritis akut tanpa komplikasi
Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan merupakan
penyebab infeksi pada saluran kemih.
Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular yang
umumnya menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih
Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna,
menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.
Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami saluran
cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih
Lactobacillus
Adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan vagina,
dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila
ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus
dipertimbangkan terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinis
8
disebaban oleh endotoksemia. Tidak semua bakteri bersifat patogen di
saluran perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam
sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap merupakan
kontaminan.
b. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
c. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
d. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma
efektif ke ginjal dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus dan
fungsi tubuler meningkat 30-50%. Dibawah keadaan yang normal
peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi ibu dan janin yang tumbuh
tidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra. Keduanya menjadi
dilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat, gerakan urin ke
kandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan kemungkinan
pielonefritis.
Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang terjadi
pada kadung kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan atoni ureter
dalam kehamilan mungkin disebabkan oleh progesteron, obstipasi atau
tekanan uterus yang membesar pada ureter.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh
penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai
penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
2.1.3 Patofisiologi
9
berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah
(uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian
atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal,
yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu
24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat
seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila
terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit
pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Pathway Pielonefritis
Penyebab (bakteri)
Hematuria Demam
Nyeri Akut
Kurang pengetahuan
Hipertermi
10
Perubahan kenyamanan
Ansietas
Gangguan
Pola Tidur Penguapan berlebihan Mukosa kering
Nafsu makan
Resiko
kekurangan berkurang
volume cairan
Gangguan
nutrisi
Intoleransi
Aktivitas Kelemahan
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.
11
- pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
- Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,
nausea,
- nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan
fisik.
- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
- Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa
hari.
- Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria
dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah
putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga
kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
- Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang spesifik.
- Adanya keletihan.
- Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
- Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
- Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami
gagal ginjal.
- Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
- Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka
pada jaringan.
- Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis
adalah:
a. Whole blood
b. Urinalisis
12
c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan
adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air
kemih lainnya
d. BUN
e. Creatinin
f. Serum Electrolytes
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan
atau abnormalitas struktur
2.1.6 Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal,
terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya
obstruksi.
b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang
dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan
sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan
akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas
ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
13
kambuh kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah
seperti penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin
misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya. Penatalaksanaan medis menurut
Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
14
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan
kandung kemih serta kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c. banyak istirahat di tempat tidur
d. terapi antibiotika
15
Dalam melakukan pengkajian pada klien pielonefritis menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas Klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, Jantung
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Infeksi darah meatus
3) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine
4) Pengkajian pada costovertebralis
d. Riwayat psikososial
16
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien
merasa nafsu makan bertambah.
Kriteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat
gizi.
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
17
Berikan makanan sedikit tapi sering Menentukan kalori individu dan
kebutuhan nutrisi dalam
3
pembatasan,dan mengidentifikasi
rute paling efektif dan produknya,
contoh tambahan oral, makanan
selang hiperalimentasi
Kolaborasi :
18
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam
pasien berkurang
Kriteria Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas
normal dan suhu kulit lembab
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
19
demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan
organisme. Dan meningkatkan
Kolaborasi : autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi
5 Berikan antipiretik, misalnya ASA
(aspirin), asetaminofen (tylenol)
Intervensi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
20
Tempatkan pasien pada posisi Memaksimalkan aliran balik vena
telentang / tredelenburg sesui bila terjadi hipotensi
3
kebutuhan
Kolaborasi :
21
2.3.4 Implementasi
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari
suatu rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap
intervensi atau perencanaan. Fokus pada intervensi keperawatan
antara lain menemukan perubahan sistem tubuh, mempertahankan
daya tahan tubuh,menetapkan hubungan klien dengan
lingkungan,mencegah komplikasi, implementasi pesan dokter
(Wahyuni, 2016)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan
perbandingan yang sistematis dan terencana yang memiliki tujuan
tentang kesehatan pasien. Dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan dari
evaluasi yaitu untuk mengetahui kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang telah direncanakan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Wahyuni, 2016).
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
22
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan
jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai
kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima
20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah;
kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di
usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit
dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya
berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah
oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan
ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
3.4 Saran
Saran kami dalam makalah ini semoga para pembaca bisa lebih memahami
isi dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam melakukan asuhan
keperawatan dan membandingkan dengan referensi lainnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC
24
25