PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Trauma amputasi adalah hilangnya bagian tubuh biasanya jari, jari kaki, lengan, atau
kaki yang terjadi sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma. Sebuah amputasi traumatik
dapat melibatkan bagian tubuh, termasuk lengan, tangan, jari tangan, kaki, jari kaki, telinga,
hidung, kelopak mata dan alat kelamin. Anggota tubuh bagian atas termasuk jari-jari
(falang), tangan (metakarpal), pergelangan tangan (carpals), lengan (radius/ulna), lengan
atas (humerus), tulang belikat (tulang belikat) dan tulang kerah (klavikula). Amputasi
ekstremitas lebih dari 65% dari traumatik amputasi, sementara orang yang dapat terlibat
dalam amputasi korban kebanyakan antara usia 15 dan sebagian besar korban 80% adalah
laki-laki.
Diperkirakan bahwa satu dari setiap 200 individu di Amerika Serikat telah mengalami
amputasi. Amputasi traumatik tidak direncanakan biasanya terjadi di luar lingkungan rumah
sakit. Lebih dari 30.000 amputasi traumatik terjadi setiap tahun.
Amputasi dapat melibatkan anatomi proksimal atau distal. Amputasi proksimal
melibatkan anatomi yang melekat erat dengan inti tubuh, seperti seluruh lengan pada sendi
bahu atau kaki di sendi pinggul. Distal amputasi melibatkan anatomi yang jauh dari inti
tubuh, seperti jari tangan atau kaki. Distal amputasi lebih umum daripada amputasi
proksimal.
Pada kelompok usia muda amputasi disebabkan karena trauma. Pada anak-anak, 60%
disebabkan oleh amputasi kongenital dan amputasi bedah umumnya disebabkan karena
trauma atau keganasan. Sekitar 75% amputasi terjadi pada pria. Baik amputasi yang terjadi
karena pekerjaan, penyakit dan penyebab lain, insidennya lebih tinggi pada pria, 85%
amputasi terjadi pada ekstremitas bawah.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umun
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan pada masalah Traumatik Amputasi
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa mampu
1. Memahami definisiamputasi
2. Memahami etiologi dari amputasi
3. Menyebutkan manifestasi klinis amputasi
4. Menjelaskan patofisiologi amputasi
5. Menjelaskan kompikasi amputasi
6. Menjelaskan cara penanganan amputasi
7. Menjelaskan penatalaksanaan amputasi
8. Menjelaskan proses keperawatan amputasi
1.3 MANFAAT
Adapun makalah ini dapat digunakan sebagai :
1. Bahanuntuk belajar tentang perawatan amputasi dalam keperawatan gerontik.
2. Menambah bacaan tentang amputasi
3. Salah satu acuan belajar tentang asuhan pasien amputasi
4. Sebagai motivator dan sumber informasi bagi mahasiswa tentang amputasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 PENGERTIAN
Menurut para ahli ada beberapa pengertian tentang trauma dan amputasi, antara lain:
2.1.1 Menurut Cerney dan Pickett (1998),
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka.
3
Trauma amputasi biasanya hasil langsung dari pabrik, peternakan, atau kecelakaan
perkakas listrik atau dari kecelakaan kendaraan bermotor. Bencana alam, perang, dan
serangan teroris juga bisa menyebabkan amputasi traumatik.
Trauma adalah penyebab paling sering dari suatu amputasi, cedera terkait
pekerjaan, aktivitas di alam bebas, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kendaraan bermotor
dan cedera terkait pekerjaan. Terdapat suatu insiden yang lebih besar dari hilangnya
ekstermitas bawah, meliputi hampir 10% tindakan amputasi, terutama pada kecelakaan
kerja.
2.3 PATOFISIOLOGI
Terjadinya amputasi (kehilangan bagian tubuh) pada seseorang dapat disebabkan
karena berbagai faktor antara lain penyakit vaskuler perifer yaitu penyakit pada pembuluh
darah, trauma disebabkan kerena kecelakaan, tumor ganas seperti osteosarkoma (tumor
tulang) serta congenital (bawaan sejak lahir). Amputasi sendiri bisa diartikan sebagai
diskontinuitas jaringan tulang dan otot yang dapat mengakibatkan terputusnya pembuluh
darah dan syaraf serta kehilangan bagian tubuh, dimana pada terputusnya pembuluh darah
dan syaraf ini akan menimbulkan rasa nyeri yang sering kali berdampak pada resiko
terjadinya infeksi pada luka yang ada dan gangguan mobilitas fisik yang dapat
menimbulkan resiko kontraktur fleksi pinggul. Selain disebabkan oleh nyeri, gangguan
mobilitas fisik juga bisa disebabkan oleh kehilangannya bagian tubuh terutama pada
ekstremitas bawah. Kehilangan bagian tubuh juga dapat menimbulkan stress emosional
dikarenakan gangguan psikologis yang disebabkan oleh adanya perubahan dari struktur
tubuh yang berdampak pada timbulnya gangguan citra diri dan penurunan intake oral. Pada
penurunan intaka oral ini biasanya akan menimbulkan resiko kurangnya pemenuhan nutrisi
(kurang dari kebutuhan tubuh dan akan terjadi kelemahan fisik serta resiko penyembuhan
luka yang lambat.
f. Sistem pencernaan
1) Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi
kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan
kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.
2) Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat peristaltikusus dan spincter anus
menjadi konstriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan
feces lebih keras dan orang sulit buang air besar.
g. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada
dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal
banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan: Akumulasi endapan urine di renal
pelvis akan mudah membentuk batu ginjal, tertahannya urine pada ginjal akan
menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK (Infeksi Saluran
Kemih).
h. Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong
akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke
jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali
jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada
pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan
infeksi pada semua pembedahan. Dengan peredaran darah yang buruk atau kontaminasi luka
setelah amputasi traumatika, risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan kerusakan kulit. (Smeltzer, 2002:2389)
2.7 PENATALAKSANAAN
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan
sisa amputasi (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk penggunaan
prostesis. Penyembuhan dipercepat dengan penanganan lembut terhadap sisa amputasi,
pengontrolan edema, dengan balutan kompres lunak atau rigit dan menggunakan teknik
aseptik dalam perawatan luka untuk meghindari infeksi.
a. Balutan rigit tertutup, ini sering digunakan untuk mendapat kompresi yang merata,
menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur.
b. Balutan lunak, dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi
berkala sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma
(luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
(Smeltzer, 2002:2388-2389).
10
2.8 WOC
Conggenita
Discontinue jaringan
Jaringan, otot dan tulang
Amputasi
Ketidakadekuatan pertahanan
Perifer (kulit robek)
Resiko infeksi
11
Gangguan
Mobilitas Fisik
Impuls ke hipotalamus
stress emosional
Nyeri di persepsikan
Gangguan citra
diri
Nyeri
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja
dandewasa
muda.jenis
kelamin;
dapat
terjadi
pada
pria
dan
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang mengalami
keterbatasan
aktual/antisipasi
yang
dimungkinkan
oleh
kondisi/amputasi.
b. Integritas ego
Gejala: Antisipasi pola hidup, situasi finansial, perasaan putus asa, tidak berdaya.
Tanda: Ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri.
c. Seksualitas
Gejala: Masalah tentang keintiman hubungan
d. Interaksi sosial
Gejala: Masalah sehubungan dengan penyakit/kondisi, peran fungsi.
e. Penyuluhan/pembelajaran
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 9,7 hari
Rencana pemulangan: Memerlukan bantuan dalam perawatan luka/bahan, adaptasi
terhadap alat bantu ambulatori, transportasi, pemeliharaan rumah, kemungkinan
aktivitas parawatan diri, dan latihan kejuruan.
8.Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan tergantung pada kondisi dasar perlunya amputasi dan digunakan untuk
menentukan tingkat yang tepat untuk amputasi.
a. Foto rontgen: Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
b. Skan CT: Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma
13
Intervensi:
1) Kaji/pertimbangan persiapan klien dan pandangan terhadap amputasi
Rasional: Memandang amputasi sebagai rekonstruksi akan menerima diri yang baru.
2) Dorong ekspresi ketakutan perasaan negatif, dan kehilangan bagian tubuh.
Rasional: Ekspresi emosi membantu klien menerima kenyataan dan realita hidup tanpa
tungkai
3) Kaji derajat dukungan untuk klien
Rasional: Dukungan yang cukup dari orang terdekat membantu proses ketakutan
4) Dorongan dalam aktivitas sehari-hari, beri kesempatan untuk memandang/merawat
puntung menggunakan waktu untuk menunjukkan tanda positif kesembuhan
Rasional: Meningkatkan kemandirian, meningkatkan perasaan harga diri, membantu
dalam pemecahan masalah.
2. Nyeri berhubungan dengan cidera fisik/jaringan dan trauma syaraf. Dampak psikologis
dari kehilangan bagian tubuh.
15
Tujuan/kriteria hasil:
Intervensi:
1) Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10) selidiki perubahan karakteristik nyeri.
Rasional: Membantu dalam evaluasi dan keefektifan intervensi
2) Terima kenyataan sensasi fantom tungkai yang biasanya hilang dengan sendirinya
dan banyak alat akan dicobakan untuk menghilangkan nyeri.
Rasional: Mengetahui tentang sensasi ini memungkinkan klien memahami
fenomena normal yang terjadi segera atau beberapa minggu pasca operasi.
3) Berikan pijatan lembut pada puntung sesuai toleransi bila balutan telah lepas.
Rasional: Meningkatkan sirkulasi, menurunkan tegangan otot
4) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, analgesik, relaksan otot
Rasional: Menurunkan nyeri/spasme otot.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan/kriteria:
Klien mencapai penyembuhan tepat pada waktunya, bebas draine purulen, atau
eritema, dan tidak demam.
Intervensi:
1) Pertahankan tekhnik antiseptik bila merawat luka/ganti balutan
Rasional: Meminimalkan introduksi bakteri
2) Inspeksi puntung yang tepat, mencegah komplikasi
Rasional: Deteksi dini terjadinya infeksi, memberikan kesempatan untuk intervensi
yang tepat, mencegah komplikasi
3) Buka puntung terhadap udara, pencucian dengan sabun ringan dan air setelah balutan
konraindikasi
Rasional: Mempertahankan kebersihan, meningkatkan penyembuhan kulit yang
lunak
4) Awasi tanda vital
Rasional: Peningkatan suhu dapat menunjukkan adanya sepsis
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tungkai, gangguan perseptual
16
Tujuan/kriteria:
Klien
menyatakan
situasi
individu/pemahaman
tindakan
keamanan
klien
3.5 EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi
merupakan kegiatan yang disengaja dan terus menerus yang melibatkan klien, perawat
dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga hanya menunjukkan masalah mana yang telah
dipecahkan yang perlu dikaji ulang rencana kembali dilaksanakan dan rencana evaluasi
kembali.
17
BAB 4
18
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
trauma adalahsuatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas
yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang melukai secara fisik, misalnya kecelakaan,
kekerasan atau bencana alam. bahwa traumatik amputasi adalah penghilangan sebuah
ekstremitas tubuh oleh traumafisik yang dialami individu seperti kecelakaan atau
kekerasan.
Terjadinya amputasi (kehilangan bagian tubuh) pada seseorang dapat disebabkan
karena berbagai faktor antara lain penyakit vaskuler perifer yaitu penyakit pada
pembuluh darah, trauma disebabkan kerena kecelakaan, tumor ganas seperti
osteosarkoma (tumor tulang) serta congenital (bawaan sejak lahir). Amputasi sendiri bisa
diartikan sebagai diskontinuitas jaringan tulang dan otot yang dapat mengakibatkan
terputusnya pembuluh darah dan syaraf serta kehilangan bagian tubuh, dimana pada
terputusnya pembuluh darah dan syaraf ini akan menimbulkan rasa nyeri yang sering kali
berdampak pada resiko terjadinya infeksi pada luka yang ada dan gangguan mobilitas
fisik yang dapat menimbulkan resiko kontraktur fleksi pinggul. Selain disebabkan oleh
nyeri, gangguan mobilitas fisik juga bisa disebabkan oleh kehilangannya bagian tubuh
terutama pada ekstremitas bawah. Kehilangan bagian tubuh juga dapat menimbulkan
stress emosional dikarenakan gangguan psikologis yang disebabkan oleh adanya
perubahan dari struktur tubuh yang berdampak pada timbulnya gangguan citra diri dan
penurunan intake oral.
19
4.2 SARAN
Perawat ataupun mahasiswa keperawatan harus banyak membaca
memperbanyak
referensi
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
dan
pemahaman
tentangTraumatik Ampitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Salemba Medika, Jakarta
`1
20