BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
listrik, bahan kimia, dan radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah. Luka bakar ini
dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik
(Clevo & Margareth, 2012).
2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi kulit
Gambar 2.1 Anatomi kulit
(Hundak & Gallo, 1996)
Kulit merupakan pembungkus elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, baik
itu cuaca, polusi, temperatur udara dan sinar matahari. Kulit terbagi menjadi 3 lapisan utama:
1) Epidermis
Epidermis terbagi atas empat bagian :
a) Lapisan basal/stratum germinativum
(1) Terdiri atas sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
(2) Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
(3) Sebagai lapisan terbawah dari epidermis.
(4) Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang membentuk melanin (mulindungi kulit dari sinar
matahari).
Gambar 2.2
Luka bakar derajat 1 superfisial ( Hundak & Gallo, 1996)
Pada luka bakar derajat satu, Epidemis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis
turut cedera.Luka tersebut biasanya nyeri, tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari,
atau mengalami lepuh/bullae.Biasanya sembuh dalam 5 sampai 7 hari (Andra & Yessie, 2013).
2) Luka bakar derajat dua
Gambar 2.3
Luka bakar derajat 2 Partial thickness ( Hundak & Gallo, 1996)
Luka bakar derajat dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada
bagian dermis yang lebih dalam.Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami
eksudasi cairan.Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian kembali kapiler; folikel
rambut masih utuh.Biasanya luka dapat sembuh sendiri dalam 2 sampai 3 minggu (Andra &
Yessie, 2013).
3) Luka bakar derajat tiga
Gambar 2.4
Luka bakar derajat 3 full thinkness ( Hundak & Gallo, 1996)
Meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam.Tidak ada
lagi elemen epitel hidup yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar.Oleh karna
itu, untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit.Kulit tampak pucat dan abu-
abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih dari jaringan sekeliling yang masih sehat.Tidak
ada bula dan tidak ada rasa nyeri.
Diagnosis banding ditentukan dengan uji tusuk jarum. Uji dilakukandengan menusukan
jarum untuk menentukan apakah daerah luka bakar luka bakar masih memiliki daya rasa. Bila
tusukan itu masih terasa, artinya sensorisnya masih berfungsi dan dermis masih vital, luka itu
bukan dengan derajat tiga (Andra & Yessie, 2013).
b. Keparahan luka bakar
a) Luka bakar minor
Cedera ketebalan parsial dengan LPTT lebih kecil dari 15% pada orang dewasa atau LPTT 10%
pada anak-anak atau cedera ketebalan penuh LPTT kurang 2% yang tidak disertai komplikasi
(Andra & Yessie, 2013).
b) Luka bakar sedang tak terkomplikasi
Ketebalan parsial dengan LPTT dari 15% sampai 25% pada orang dewasa atau LPTT dari 10%
sampai 20% pada anak-anak atau cedera ketebalan penuh dengan LPTT kurang dari 10% tanpa
disertai komplikasi (Andra & Yessie, 2013).
c) Cedera luka bakar mayor
Cedera ketebalan parsial dengan LPTT lebih dari 25% pada orang dewasa atau lebih dari 20%
pada anak-anak.Cedera ketebalan penuh dengan LPTT 10% atau lebih besar (Andra & Yessie,
2013).
c. Penentuan luas luka bakar
Gambar 2.5
Penilaian luas luka bakar dengan metode Rule of nine.
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara Role of nine metode ini membagi permukaan
tubuh pada dewasa kedalam persentase yang sama dengan 100%
Keterangan :
1) Kepala dan leher 9%
2) Ekstremitas atas kiri 9%
3) Ekstremitas atas kanan 9%
4) Tubuh bagian belakang 18%
5) Tubuh bagian depan 18%
6) Genetalia 1%
7) Ekstremitas bawah kiri 18%
8) Ekstremitas bawah kanan 18%
100%
(Andra & Yessie, 2013).
d. Klasifikasi tingkat kegawatan luka bakar
1) Luka bakar berat
a) Derajat II dengan luas lebih dari 25%
b) Derajat III dengan luas lebih dari 10%, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan
c) Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau fraktur
d) Luka bakar akibat listrik
2) Luka bakar sedang
a) Derajat II dengan luas 15 25%
b) Derajat III dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, dan tangan
3) Luka bakar ringan
a) Derajat II dengan luas luka kurang dari 15%
b) Derajat III kurang dari 2 %
(Clevo & Margareth, 2012).
Menurut padali klasisifikasi luka bakar menurut dalamnya adalah sebagai berikut :
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan Jilatan api, Kering tidak ada Bertambah Nyeri
partial sinar gelembung. merah
superfisial ultraviolet Oedem minimal
(tingkat I) (terbakar oleh atau tidak ada.
matahari). Pucat bila ditekan
dengan ujung jari,
berisi kembali bila
tekana dilepas.
Lebih dalam Kontak dengan Blister besar dan Berbintik Sangat nyeri
dari bahan air atau lembab yang bintik yang
ketebalan bahan padat. ukurannya kurang jelas,
partial Jilatan api bertambah besar. putih, coklat,
(tingkat II) pada pakaian. Pucat bila ditekan pink
-superfisial Jilatan dengan ujung jari,
-dalam langsung bila tekanan
kimiawi. dilepas berisi
Sinar ultra kembali
violet.
Ketebalan Kontak dengan Kering disertai Putih, kering, Tidak sakit,
sepenuhnya bahan cair atau kulit mengelupas. hitam, coklat sedikit sakit.
(tingkat III) padat. Pembuluh darah tua, merah. Rambut
Nyala api. seperti arang mudah lepas
Kimia. terlihat dibawah bila dicabut.
Kontak dengan kulit yang
arus listrik. mengelupas.
Gelembung jarang,
dindingnya sangat
tipis, tidak
membesar.
Tidak pucat bila
ditekan.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Hitung darah lengkap
Peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan.Selanjutnya menurunkan Ht dan SDM dapat terjadi sehubungan
dengan kerusakan oleh panas terhadap endotelium pembuluh darah (Ht normal 37-47%).
b. Sel darah putih
Peningkatan sel darah putih karena kehilangan sel pada sisi luka dan respon peradangan (normal
5000-10.000).
c. Analisa gas darah
Dasar penting untukkecurigaan cedera inhalasi.Penurunan PaO2/peningkatanPaC02 mungkin
terlihat pada retensi karbon monoksida.Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan
fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan.
d. COHbg (karbon hemoglobin)
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida/cedera inhalasi.
e. Elektrolit serum
Kalium dapat meingkat pada awal sehubung dengan cedera jaringan/kerusakan SDM dan
penurunan fungsi ginjal, hipokalemia dapat terjadi bila mulai diuresis,Magnesium mungkin
menurun.Natrium pada awal mungkin menurun pada kehilangan air, Hipernatremia dapat terjadi
selanjutnya saat terjadi konservasi ginjal.
f. Natrium urin random
Lebih besar dari 20 mEg/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan kurang dari 10 mEg/L
menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.
g. Alkalin fosfat
Peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial/gangguan pompa natrium.
h. Glukosa serum
Peninggian penunjukkan respon stress
i. Albumin serum
Albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan.
j. Bun/kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi/fungsi ginja, namun kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan.
k. Urine
Adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan
protein (khususnya terlihat pada luka bakar listrik serius).Warna hitam kemerahan pada urine
sehubungan dengan mioglobin.
l. Foto ronsen dada :
Dapat tampak pada pasca luka bakar dini meskipun dengan cedera inhalasi, namun cedera
inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif tanpa foto dada (SDPD).
m. Bronkoskopi serat optik
Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi, hasil dapat meliputi edema, perdarahan, dan tukak
pada saluran pernapasan atas.
n. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek/luasnya cedera inhalsi.
o. Skan paru
Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.
p. EKG
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
q. Fotografi luka bakar
r. Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
(Doengoes & Marlin,)
10. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan medis darurat
Pasien diangkut ke klinik gawat darurat yang terdekat. Rumah sakit dan dokter disiagakan
dengan menginformasikan bahwa pasien datang dalam perjalanan ke rumah sakit sehingga
semua tindakan penyelamatan jiwa pasien dapat segera dimulai oleh tim yang sudah terlatih.
Prioritas utama dalam ruang darurat tetap ABC (airway, breating, dan circulation).Untuk
cedera paru yang ringan, udara pernapasan dilembabkan dan pasien di dorong supaya batuk
sehingga secret saluran napas bias dikeluarkan dengan pengisapan. Untuk situasi yang lebih
parah diperlukan pengeluaran secret dengan pengisapan bronkus dan pemberian preparat
bronkodilator serta mukolitik.Jika terjadi edema pada jalan napas, intubasi endotrakeal mungkin
merupakan indikasi.Continous positive airway pressure dan ventilasi mekanis mungkin pula
diperlukan untuk menghasilkan oksegenasi yang adekuat (Brunner & Suddart,2002).
b. Penatalaksanaan kehilangan cairan dan syok
Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah
terjadinya syok ireversibel dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.Selang infus
dan kateter urin harus sudah terpasang pada tempatnya sebelum resusitasi cairan dimulai.Hasil
ukuran berat badan dan tes laboratorium juga dicatat.Semua parameter ini harus dipantau dengan
ketat dalam periode segera sesudah terjadinya luka bakar (periode resusitasi), Tidak boleh ada
makanan atau cairan yang diberikan lewat mulut (Brunner & Suddart,2002).
Pedoman dan rumus untuk penggantian cairan luka bakar :
1) Rumus Evans
Untuk menghitung kebutuhan airan pada hari pertama hitunglah:
a) Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCL
b) Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc Larutan Koloid
c) Cc Glukosa 5 %
Separuh dari jumlah (1), (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua, sebagai monitor pemberian cairan lakukan
penghitungan diuresis.
Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50
% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50 % luas permukaan tubuh.
2) Rumus Baxter
Larutan RL : ml x % luas luka bakar
Hari 1: separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh dalam 16 jam berikutnya
Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid
c. Penatalaksanaan luka bakar berdasarkan derajat
1) Derajat I
Biasanya segera diguyur dengan air dingin yang mengalir selama 15 menit, untuk mengurangi
panas dan mencegah kerusakan jaringan yang lebih luas kemudian diberi analgetik (obat
penghilang sakit) (Rusman, 2013).
2) Derajat II
Pada luka derajat dua sebaiknya dijaga kebersihannya karena luka nya sudah agak dalam dan
mengenai lapisan dermis yang lebih dalam, kalau perlu dibersihkan dengan obat antiseptik. Jika
terjadi infeksi, akan memperlama proses penyembuhan lukanya.
Penderita dibersihkan seluruh tubuhnya, rambutnya dikeramasi, kuku-kuku dipotong,
lalu lukanya dibilas dengan cairan NaCL 0,9% lalu Melakukan debridement bila terdapat
jaringan nekrotik dengan cara memotong bagian nekrotik dengan mengangkat jaringan nekrotik
menggunakan pinset chirurgis dan digunting setelah itu menutupnya dengan kassa steril. Untuk
luka bakar derajat dua ini sebaiknya memang benjolan berisi air yang timbul jangan sampai
pecah, karena biasanya kalau sampai pecah, dapat terjadi infeksi dan menimbulkan bekas luka
yang sulit hilang (Rusman, 2013).
3) Derajat III
Pada luka bakar derajat III bisa diberikan cairan intravena yang banyak seperti NaCL,RL dan
glukosa serta diberikan injeksi anti tetanus untuk mencegah infeksi karna kedalaman luka bakar
sudah sampai ke lapisan subkutis dan sudah tidak ada lagi elemen epitel hidup yang tersisa yang
memungkinkan penyembuhan dasar. Oleh karena itu tindakan yang diambil berupa
pencangkokan kulit (Andra & Yessi, 2013).
11. Perawatan luka bakar ditempat kejadian
Menurut Burner & Suddarth, 2002 ada beberpa cara perawatan luka bakar di tempat kejadian
yaitu sebagai berikut :
a. Mematikan api
Kalau pakaian turut terbakar, api dapat dimatikan jika korban menjatuhkan dan
menggulingkan badannya dilantai atau ditanah. Segala sesuatu yang ada untuk mengurangi nyala
api seperti selimut, permadani atau jas dapat digunakan, jika sumbernya adalah arus listrik,
sumber listrik harus dipadamkan.
b. Mendinginkan luka bakar
Sesudah api dipadamkan daerah yang terbakar dan pakaian yang menempel pada daerah
tersebut dibasahi dengan air yang sejuk untuk mendinginkannya dan menghambat proses
perjalanan luka bakar. Setelah proses ini dihambat, kompres dingin merupakan pertolongan
pertama yang paling tepat. Merendam luka bakar dengan sering ke dalam air yang sejuk dan
menggunakan kompres handuk yang dingin akan mengurangi rasa sakit dengan segera dan
membatasi edema serta kerusakan jaringan setempat. Namun demikian, kita tidak boleh sekali-
kalimengompres luka bakar selama lebih dari beberapa menit dengan air es atau dengan kasa
yang direndam dengan air es, karena tindakan ini dapat memperparah kerusakan jaringan dan
menimbulkan hipotermia pada pasien dengan luka bakar yang luas.
c. Melepaskan benda penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan ditempatnya, pakaian
lain dan semua barang perhiasan harus segera dilepas untuk melakukan penilaian serta mencegah
terjadinya konstriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan cepat.
d. Menutup luka bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi
bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai
permukaan kulit yang terbakar. Kasa steril dapat digunakan untuk membalut luka bakar, salep
dan balsam serta bahan lain tidak bolehdipakai.
e. Mengirigasi luka bakar kimia
Luka bakar kimia akibat kontak dengan bahan korosif harus segera dibilas dengan air
mengalir.Kebanyakan laboratorium kimia memilki shower yang berkekuatan tinggi untuk
keadaan darurat tersebut, jiika luka bakar semacam ini terjadi dirumah pakaian harus segera
dilepas dan semua bagian tubuh yang terkena bahan kimia dicuci di bawah pancuran atau sumber
air yang mengalir lainnya.Jika bahan kimia mengenai mata atau daerah di dekat mata, maka
bagian ini harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk.
B. Asuhan keperawatan teoritis
1. Pengkajian
a. Identitias
Meliputi nama, jenis kelamnin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa, medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak napas.Nyeri dapat
disebabkan karena iritasi terhadap syaraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan
paliatif, severe, pain, kuality (p,q,r,s,t). sesak napas yang timbul beberapa jam/hari setelah klien
mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran napas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien dengan luka bakar ini sebelumnya bekerja pada tempat yang mempunyai resiko
terjadi luka bakar seperti proyek lapangan pabrik kimia atau petugas lapangan lainnya
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pada klien luka bakar derajat satu yang dirasakan olehklienadalah nyeri, sesak nafas
serta sensitife untukdisentuh, ditekan, gerakan udara, dan perubahan suhu luka bakar derajat
kedua biasanya terasa sangat nyeri d dan pada luka bakar derajat tiga sudah tidak terasa nyeri
lagi.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga tidak ada menderita penyakit yang sama dengan klien tetapi perlu di kaji
riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus dan Hipertensi.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien
a) Kesadaran : Biasanya klien dengan luka bakar ringan tingkat kesadarannya compos mentis dan
pada luka bakar berat biasanya kedaran klien sudah mulai menurun bahkan ada yang sampai
koma.
b) Berat badan :
c) Tinggi badan :
2) Kepala
Biasanya pada kepala amati bentuk kepala, hematoma, edema, perlukaan, luasnya luka, kondisi
luka dan adanya jahitan.
a) Rambut
Biasanya keadaan rambut klien kotor atau terbakar pada klien dengan luka bakar berat yang
sampai sekujur tubuh.
b) Wajah
Biasanya pada luka bakar wajah klien tidak ada masalah tergantung lokasi dan luasnya luka
apabila luka mengenai muka, maka akan menimbulkan bula, gosong, mengkilat, pembuluh darah
terlihat dan gosong.
c) Mata
Biasanya pada mata dicatat kesimetrisan, bentuk, adanya edema, reflek pupil, conjungtiva,
skelera dan kelengkapan bulu mata jika terkena bahan yang panas.
d) Hidung
Biasanya catat adanya perdarahan, secret, bentuk, kesimterisan, dan sbulu hidung yang rontok
pada luka bakar derajat 2 dan 3.
e) Telinga
Biasanya yang dicatat pada telinga bentuk, kesimetrisan, adanya perdarahan, dan perlukaan.
f) Bibir
Biasanya mukosa bibir kurang karena kekurangan cairan dan sianosis akibat kekurangan supplay
darah ke otak.
3) Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
4) Dada/thorak
a) Inspeksi
Biasanya pada luka derajat 1 tampak kering, lepuh tidak ada, pucat bila ditekan dengan ujung jari
berisi kembali bila tekanan dilepas pada luka derajat 2luka tampak lembab, merah, berbentuk
lepuh sebagian memucat. Pada derajat 3 luka tampak kering, kulit mengelupas, pembuluh darah
seperti arang.
b) Palpasi
Biasanya pada luka derajat 1fremitus tidak bermasalah dan baru ditemukan kelainan pada derajat
2 dan 3 fremitus kurang bergetar karna cairan yang masuk ke paru
c) Perkusi
Biasanya suara napas normal bunyinya sonor
d) Auskultasi
Biasanya irama ireguler, suara napas tambahan ronchi
5) Jantung
a) Inspeksi
Biasanya iktus kordis tidak terlihat
b) Palpasi
Biasanya ictus kordis tidak teraba
c) Perkusi
Biasanya jantung pada batas normal
d) Auskultasi
Biasanya pada derajat 2 dan 3 adanya bradikardi karena syok hipovolemik dan penurunan curah
jantung.
6) Abdomen
a) Inspeksi
Biasanya perut klien bulat tidak ada kelainan tergantung pada luas dan lokasi luka bakar terjadi
b) Perkusi
Biasanya tidak ada bising usus dan tergantung pada derajat dan luasnya luka bakar
c) Palpasi
Biasanya keadaan kulit klien baik dan tidak ada pembesaran hepar
d) Auskultasi
Biasanya tidak terjadi perubahan bunyi pada abdomen
7) Genitourinaria
Biasanya keadaan genetalia bersih dan klien terpasang kateter
8) Ektremitas
Biasanya ekstremitassimetris, adanya perlukaan, edema, dan adanya bullae;
9) Sistem integument
Biasanya pada derajat 1 kulit tampak kering, warnanya merah muda, pucat bila ditekan dengan
ujung jari dan berisi kembali bila tekanan dilepas.Pada derajat 2 luka lembab, warna merah,
berbentuk lepuh sebagian memucat. Pada derajat 3 luka akan tampak pucat, kering disertai kulit
mengelupas.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Data pola nutrisi
a) Makan
Sehat : Biasanya pada waktu klien sehat makan 3x1 sehari, tidak ada pantangan atau alergi
makanan.
Sakit : Biasanya pola makan klien saat sakit mengalami perubahan dikarenakan nyeri yang hebat,
dan tergantung lokasi luka bakar, apabila luka bakar di daerah mulut maka makan klien akan
terganggu dan biasanya klien anoreksia, mual dan muntah.
b) Minum
Sehat : Biasanya saat sehat minum klien cukup kira-kira 6-8 gelas sehari
Sakit : Biasanya saat klien sakit minum klien terganggu dan kebutuhan cairan klien tergantung
pada luasnya luka bakar, karna pada kasus luka bakar harus mendapatkan cairan yang banyak
untuk mengganti cairan yang hilang.
2) Eliminasi
a) Miksi
Biasanya pada klien luka bakar haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat, warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam
diuresis (setalah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi).
b) Defekasi
Biasanya frekuensi BAB klien dapat terganggu tergantung pada kedalaman luka bakar.
3) Data pola tidur dan istirahat
Biasanya pada kasus luka bakar derajat 2 dan 3 klien akan kesulitan untuk tidur kerena nyeri
yang dirasakan klien.
4) Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
Biasanya pada saat klien sehat klien bisa beraktivitas sendiri tanpa bantuandari orang lain,
sedangkan pada saat klien sakit akitivitas dan perawatan diri klien dibantu oleh keluarga dan
perawat
f. Data sosial ekonomi
Biasanya klien luka bakar berasal dari ekonomo menengah kebawah, karna memiliki pekerjaan
yang beresiko luka bakar.
g. Data psikososial
Biasanya pada klien dengan luka bakar akan terganggu psikologinya, klien akan merasa malu,
tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri.
h. Data spiritual
Biasanya klien dengan luka bakar lebih meningkatkan spritualnya untuk meyakinkan dari untuk
menerima kenyataan dan motivasi dirinya sendiri
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeabronkial,
edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher, kompresi jalan nafas thorak
dan dada atau keterbatasan pengembangan dada.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute
abnormal. Peningkatan kebutuhan status hypermatabolik, ketidak cukupan pemasukan.
Kehilangan perdarahan
c. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
syndrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan
perlindunagan kulit, jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan hb,
penekanan respons inflamasi.
e. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan pembentukan edema. Manifulasi jaringan
cedera contoh debridemen luka.
f. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskular perifer
berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar
ekstremitas dengan edema .
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
(sebanyak 50%-60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme
protein.
h. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neoromuskuler, nyeri/tak nyaman,
penurunan kekuatan dan tahanan.
i. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma : kerusakan kulit karena destruksi lapisan
kulit (parsial/luka bakar dalam).
j. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi, kejadian traumatik
peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
k. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
. hasil
1 Resiko tinggi Tujuan : Mandiri :
bersihan jalan nafas Setelah dilakukan- Kaji reflek gangguan- Dugaan cedera
tidak efektif tindakan keperawatan menelan,perhatikan inhalasi
berhubungan selama 2x24 jam pengaliran air liur,
dengan obstruksi diharapka bersihanjal batuk mengi
trakeabronkial, an napas tetap efektif.- Awasi - Menunjukkan
edema mukosa kriteria hasil : frekuensi,irama, terjadinya stress
kompresi jalan -Menunjukkan bunyi kedalaman pernapasan/edema
nafas napas jelas ( pernapasan, paru dan kebutuhan
vesikuler) perhatikan adanya intervensi medik
-Frekuensi pucat/sianosis - Obstruksi jalan
pernapasan dalam- Perhatikan penurunan napas/distres
rentang normal bunyi napas pernapasan dapat
-Bebas terjadi sangat cepat
dispnea/sianosis atau lambat contoh
sampai 48 jam
setelah terbakar
- Meningkatkan
- Tinggikan kepala ekspansi paru
tempat tidur, hindari optimal/fungsi
penggunaan bantal di pernapasan. Bila
bawah kepala sesuai kepala/leher
indikasi terbakar bantal
dapat menghambat
pernapasan,
menyebabkan
nekrosis pada
kartilago telinga
yang terbakar.
- Dorong batuk/latihan- Meningkatkan
napas dalam dan ekspansi paru,
perubahan posisi memobilisasi, dan
sering drainase secret
-
Peningkatan
permeabilitas
kapiler,
perpindahan
protein, proses
inflamasi, dan
kehilangan melalui
- Pertahankan evaporasi besar
pencatatan mempengaruhi
kumulatif jumlah dan volume sirkulasi
tipe pemasukan dan haluaran urine,
cairan(intake & khususnya selama
output) 24-72 jam pertama
setelah terbakar
- Penggantian
massif/cepat
-Timbang berat badan dengan tipe cairan
setiap hari berbeda dan
fluktuasi kecepatan
pemberian
memerlukan
tabulasi ketat untuk
mencegah
ketidakseimbangan
dan kelebihan
cairan
-Penggantian cairan
tergantung pada
berat badan
-Ukur lingkar pertama dan
ektremitas yang perubahan
terbakar tiap hari selanjutnya.
sesuai indikasi Peningkatan berat
badan 15%-20%
pada 72 jam
pertama selama
penggantian cairan
dapat diantisipasi
untuk
mengembalikan ke
- Selidiki peruabahan berat sebelum
mental terbakar kirsa-kira
10 hari setelah
terbakar
- Mungkin menolong
memperkirakan
luasnya
edema/perpindahan
cairan yang
- Observasi distensi mempengaruhi
abdomen,hematemesis volume sirkulasi
melena, dan haluaran urine
- Penyimpangan
Kolaborasi : pada tingkat
- Awasi pemeriksaan kesadaran dapat
laboratorium (contoh mengindikasikan
Hb/Ht, elektrolit, ketidakadekuatan
plasma, albumin volume
sirkulasi/penuruana
n perfusi serebral
- Stres (curling)
ulkus terjadi pada
setengah dari
semua pasien yang
- Berikan obat sesuai luka bakar berat
indikasi diuretic (dapat terjadi pada
contoh manitol awal minggu
(Osmitrol) pertama)
- Mengidentifikasi
kehilangan
darah/kerusakan
SDM, dan
kebutuhan
penggantian cairan
dan elektrolit.
Natrium urine
kurang dari 10
mEq/L diduga
ketidakadekuatan
penggantian cairan
- Mungkin
diindikasikan untuk
meningkatkan
haluaran urine dan
membersihkan
tubulus dari
debris/mencegah
nekrosis
- Metode IV sering
digunakan pada
awal untuk
memaksimalkan
efek obat
( Marlyn E. Doengoes,2000)
4. Implementasi
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat melakukan
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan.
Pada tahap pelaksanaan ini perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
dan prioritasnya namun kadang-kadang ada perubahan sesuai dengan keadaan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.