Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKIMIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI DI KLINIK ANAK

Disusun Oleh

Lenny Julita Simanullang

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dengan judul “Leukimia”.

Disusun oleh :
Lenny Julita Simanullang
17160120

Mengetahui,

Wates, Januari 2018

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(…………………………) (…………………………)
NIK:……………………. NIK:…………………….
LEMBAR PENGESAHAN

Resume Keperawatan dengan judul “Leukimia”.

Disusun oleh :
Lenny Julita Simanullang
17160120

Mengetahui,

Wates, Januari 2018

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(…………………………) (…………………………)
NIK:……………………. NIK:…………………….
A. Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih
dengan menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker
abnormal berproliferasi tanpa terkendali, mwngghasilkan sekelompok sel
anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat sel darah lain di sumsum tulang
utnuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum
tulang. Karena faktor-faktor ini, leukemia disebut gangguan akumulasi
sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemia mengambil alih
sumsum tualng, sehingga menurunkan kadar sel-sel nonleukemik di dalam
darah yang merupakan penyebab berbagai gejala umum leukemia (Corwin,
2008).

B. Anatomi Fisiologis
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain itu sistem
sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-
sel ke ginjal, paru, dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa
metabolisme.
Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan
darah
1. Jantung
Organ berongga, berada di mediastinum diantara kedua paru-paru
didalam rongga dada diatas diafragma. Fungsinya dalah memompa darah
daya oksigen ke dalam sistem arteri dan menampung darah dari sistem
vena dan meneruskannya ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri,
kapiler, vena dan pembuluh limfe adalah membawa darah kedalam sel di
seluruh tubuh.
2. Pembuluh darah
a. Arteri : meninggalkan jantung pada ventrikel kanan dan kiri
b. Kapiler : pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak, kecuali dibawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman diseluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi pembuluh
darah yang lebih besar yang disebut vena
c. Vena : membawa darah kotor kembali ke jantung
3. Darah
Merupakan suatu bentuk jaringan ikat kusus, terdiri atas elemen berbentuk
sel-sel darah dan trombosit dan suatu substansi intraseluler cair yaitu
plasma darah. Ada 2 jenis utama sel-sel darah yang digambarkan menurut
penampilannya dalam keadaan segar tanpa pulasan yaitu darah merah dan
sel darah putih (Leeson. 1997, hal134)
Proses pembekuan sel darah terdapat tiga yaitu:
a. Sum-sum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah
b. Tulang vertebrae
c. Sternum
d. Costa
e. Hepar, kelenjer terbesar dari beberapa kelenjer pada tubuh manusia
f. Limpa, terletak pada bagian kiri atas abdomen. Limpa berbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa dalah organ berkapsula
dengan berat normal 100-150 gram. Limpa mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai organ limfoid dan memfagosit materia tertentu sirkulasi
darah merah yang rusak.
 Fungsi darah secara umum adalah
1) Sebagai alat pengangkut, mengambil O2 atau zat pembakaran
dari paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh,
mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru, mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk
diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan tubuh atau alat
tubuh, mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadapa serangan bibit penyakit
dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan
leukosit, antibodi atau zat-zat racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
 Darah terdiri dari dua bagian yaitu
1) Eritrosit
2) Sel yang telah berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi kusus untuk
transpor oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram bikonkaf dan bila
dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel darah merah
bersifat elastis dan mempunyai kemampuan berubah bentu. Sel darah
merah berdiameter 7,6 mikrometer dan tebalnya 1,9 mikrometer.
jumlah eritrosit pada laki-laki terdapat 5-5,5 juta/mm3 dan pada wanita
4,5-5juta/mm3. Eritrisit berwarna kuning kemerah-merahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna
ini akan bertambah merah jika didalamnya benyak mengandung O2.
fungsi dari eritrosit adalah mengikat O2 dari paru untuk diedarkan
keseluruh tubuh dan mengangkat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru.
3) Trombosit
4) Benda kecil yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang
bulat dan ada yang lonjong. Warnanya putih dengan jumlah normal
150.000-450.000/mm3 . Trombosit memegang peranan penting dalam
pembekuan darah njika kurang dari normal. Apabila timbul luka darah
tidak lekas membeku sehingga timbil perdarahan terus menerus. Proses
pembekuan darah dibantu oleh suatu zat yaitu Ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapatkan luka. Jika tubuh
terluka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat
yang disebut trombokinase. Trombokinase akan bertemu dengan
protrombin dengan bantuan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan
bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus,
berbentuk jaringan yang tidak teratur letaknya yang akan menahan sel
darah dengan demikian akan terjadi pembekuan.
5) Leukosit
6) Sel darah yang bentuknya dapat berubah-rubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu mempunyai macam-macam inti sel
sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna
bening. Banyaknya kira-kira 4000-11000/mm3. Leukosit berfungsi
sebagai serdadu tubuh iatu membunuh dan memakan bibit penyakit
atau bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh yaitu jaringan retikulo
endotel sistem. Fungsi yang lain adalah sebagai pengangkut dimana
leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa dan pembuluh darah. Ada golongan utama leukosit yaitu
agranular dan granular.
a) Leukosit agranular, mempunyai sitoplasma yang tampak
homogen dan intinya berbentuk bulat. Ada dua jenis leukosit
agranular yaitu limfosit dan monosit
b) Leukosit granular, mengandung granula spesifik sitoplasmanya
dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam
bentuknya. Ada 3 jenis leukosit granular yaitu netrofil, eosinofil
dan basofil.
7) Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening kenuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari firinogen, garam-garam mineral,
protein darah, zat makanan, hormon dan anti toksin.
C. Klasifikasi Leukemia
Menurut Perpustakaan Nasional (2008), dan Handayani (2008),
klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel (limfositik atau mielositik)
dan perjalan penyakit (akut atau kronik).
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia
mieloid akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut (AAL). Pasien
biasanya mengalami riwayat penurunan berat badan yang cepat, memar,
perdarahan, pucat, lelah, dan infeksi berulang di mulut dan tenggorokan.
Hitung darah lengkap sering kali menunjukkan anemia dan
trombositopenia. Hitung sel darah putih dapat meningkat atau sangat
rendah. Perdarahan di area vital, akumulasi leukosit dalam organ vital.
2. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring
pertambahan usia. AML sekunder kadang terlihat pada orang yang
diobati dengan kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.
3. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologisyang umum terjadi pada anak.
Akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan
insidens seiring pertambahan usia.
Banyak tanda dan gejala ALL yang mirip dengan AML serta sebagian
besar menyebabkan kegagalan sumsum tulang. Pasien juga mengalami
manifestasi spesifik ynag meliputi pembesaran nodus limfe
(limfadenopati), hati, dan limpa ( hepatosplenomegali),serta infiltrasi
pada sistem saraf pusat.
4. Leukemia Mieloid Kronik
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi tidak
beraturan dari sel darah putih mieloid. CML dapat mengenai semua
kelompok usia, namun terutama berusia antara 40 dan 60 tahun.
5. Leukemia Limfosit Kronik
CLL adalah gangguan proliferatif limfosit. Sel ini terakumulasi di darah,
sumsum tulang, nodus limfe dan limfa.CLL adalah kasus di jumpai pada
individu berusia di atas 50 tahun.
D. Etiologi
Menurut Handayani (2008) ada beberapa faktor yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia, faktor genentik, sinar radioaktof, dan virus.
1. Faktor genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah
20 kali lebih banyak daripada normal. Pada anak kembar identik yang
akan berisiko tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia.
2. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa
penderita yang diobati dengan dinar radioaktif akan menderita leukemia
pada 6 % klien,dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
3. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada
manusia adalah virus.namun, ada beberapa hasil penelitian yang
mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah manusia.
E. Manifestasi Klinis Leukimia
Leukemia akut memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Leukemia
kronis berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan
sedikit gejala sampai stadium lanjut.
1. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
2. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
3. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi
4. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang
menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak seperti nyeri
yang semakin mingkat, nyeri tulang berhubungan dengan leukemia
biasanya bersifat progresif.
5. Penurunan berat karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan
konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.
6. Limfadenopati, spinomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel
leukemik ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
7. Gejala system saraf pusat dapat terjadi. (Davey, 2005)
Gejala leukemia akut biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat
dibedakan menjadi tiga tipe:
1. Gejala kegagalan sumsum tulang merupakan manifestasi keluhan yang
paling umum. Leukemia menekan fungsi sumsum tulang, menyebabkan
kombinasi dari anemia, leucopenia (jumlah sel darah putih rendah), dan
trombositopenia (jumlah trombosit rendah). Gejala yang tipikal adalah
lelah dan sesak napas (akibat anemia), infeksi bakteri (akibat leucopenia),
dan perdarahan (akibat trombositopenia dan terkadang akibat koagulasi
intravascular diseminata (DIC). Pada pemeriksaan fisis ditemukan kulit
yang pucat, beberapa memar, dan perdarahan. Demam menunjukkan
adanya infeksi, walaupun pada beberapa kasus, demam dapat disebabkan
oleh leukemia itu sendiri. Namun, cukup berbahaya apabila kita
menganggap bahwa demam yang terjadi merupakan akibat leukemia itu
sendiri.
2. Gejala sistemik berupa malaise, penurunan berat badan, berkeringat, dan
anoreksia cukup sering terjadi.
3. Gejala local, terkadang pasien datang dengan gejala atau tanda infiltrasi
leukemia di kulit, gusi, atau system saraf pusat. (Corwin, 2009)
F. Patofisiologis

Menurut Hidayat (2006) dan Handayani (2008), leukimia terjadi akibat


dari beberapa faktor antara lain faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus.
Menurut Corwin (2009) dan Hidayat (2006), leukimia tampak merupakan
penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker abnormal berpoliferasi tanpa
terkendali, menghasilkan sekelompok sel anak yang abnormal sehingga dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. Kemudian leukimia atau
limfositik akut merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang
imatur dan berlebih sehingga jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ
seperti sum-sum tulang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga
mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel
(Hidayat, 2006). Karena faktor-faktor ini leukimia disebut gangguan
akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemik
mengambil alih sum-sum tulang. Sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukimia. Trombosit pun berkurang sehingga timbul pendarahan.
Proses masuknya leukosit yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali
apabila terjadi pada hati, splenomegali, dll. (Hidayat, 2006).

G. PATHWAY
Faktor genetik

Sinar radioaktif

Virus

leukemia

Poliferasi sel darah putih tanpa


terkendali atau leukosit abnormal

Peningkatan jumlah
leukosit imatur/abnormal

Masuk sumsum tulang belakang Masuk ke organ tubuh

Menghambat semua sel darah


lain di sumsum tulang belakang Pembesaran limfa Nyeri
dan hati tulang/persendian

Gagal atau terganggunya


produksi sel Jika sudah kronis

Sel darah merah Trombosit Sel darah putih Nyeri


menurun menurun normal
menurun

Anemia Terjadi
gangguan
pembekuan
darah
Kekebalan tubuh
menurun
Pucat, lemah, lemas

Resiko injury Resiko infeksi


Kelemahan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menunjukkan gambaran anemia
dan trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal biasanya
berkurang dan jumlah sel darah putih total dapat rendah, normal, atau
meningkat. Apabila normal atau meningkat, sebagian besar selnya adalah
sel darah putih primitif (blas). (Patrick, 2005)
a. Leukemia limfoblastik akut
Pada kira-kira 50% pasien ditemukan jumlah leukosit melebihi
10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi
50.000/mm3. Neutropenia (jumlah neutrofil absolut kurang dari
500/mm3 [normalnya 1500/mm3] sering dijumpai. Limfoblas dapat
ditemukan di darah perifer, tetapi pemeriksa yang tidak berpengalaman
dapat melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik. (William,
2004)
b. Leukemia nonlimfositik akut
Evaluasi laboratorium secara tipikal menunjukkan adanya
neutropenia, anemia, da trombositopenia. Jumlah leukosit bervariasi,
walaupun pada saat didiagnosis kira-kira 25% anak memiliki jumlah
leukosit melebihi 100.000/mm3. Pada darah perifer dapat ditemukan
sel blas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan dilakukan pemeriksaan
aspirat sumsum tulang, yang menunjukkan adanya sel blas lebih dari
25%. Seperti pada leukemia limfoblastik akut, cairan spinal juga harus
diperiksa untuk menemukan bukti adanya leukemia. Mencapai 15%
pasien memiliki bukti sel blas pada cairan spinal pada saat
didiagnosis. (William, 2004)
c. Leukemia mielositik kronis
Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan leukositosis
nyata, trombositosis, dan anemia ringan. Sumsum tulang hiperselular
tetapi disertai maturasi mieloid yang normal. Sel blas tidak banyak
dijumpai. Pada kira-kira 90% kasus, tanda sitogenik yang khas pada
leukemia mielositik kronis yang terlihat adalah: kromosom
Philadelphia. (William, 2004)
2. Pemeriksaan biokimia dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal,
hipokalemia, dan peningkatan kadar bilirubin. (Patrick, 2005)
3. Profil koagulasi dapat menunjukkan waktu protombin dan waktu
tromboplastin parsial teraktivasi (APPT) yang memanjang karena sering
terjadi DIC (disseminated intravaskular coagulation). (Patrick, 2005)
4. Kultur darah karena adanya risiko terjadi infeksi. (Patrick, 2005)
5. Foto toraks: pasien dengan ALL (acute tymphoblastic leukaemia) jalur sel
T sering memiliki massa mediastinum yang dapat dilihat pada foto toraks.
(Patrick, 2005)
6. Golongan darah karena cepat atau lambat akan dibutuhkan transfusi darah
dan trombosit. (Patrick, 2005)
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis spesifik termasuk aspirasi sumsum
tulang yang memperlihatkan limfoblas lebih dari 25%, biopsi trephine,
penanda sel, serta pemeriksaan sitogenetik untuk membedakan ALL (akut
limfoblastik leukemia) dengan AML (akut mieloblastik leukemia) secara
akurat. Auer rod di sitoplasma sel blas merupakan tanda patognomonik
pada AML, namun hanya ditemukan pada 30% kasus. Pemeriksaan
penanda sel dapat membantu membedakan ALL jalur sel B atau sel T dan
juga membedakan subtipe AML yang berbeda-beda. Ini berguna bagi
hematolog untuk merancang terapi dan memperkirakan prognosis.
Analisis kromosom sel leukemia berguna untuk membedakan ALL dan
AML, dan yang penting adalah dapat memberikan informasi prognosis.
(Patrick, 2005)
8. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan
tempat persembunyian penyakit ekstramedular. (Patrick, 2005)
G. Penatalaksanaan Medis pada Leukimia
1. Kemoterapi
Terapi definitive leukemia akut adalah dengan kemoterapi
sitotoksik menggunakan kombinasi obat multiple. Obat sitotoksik bekerja
dengan berbagai mekanisme namun semuanya dapat menghancurkan sel
leukemia. Tetapi dengan metode ini beberapa sel normal juga ikut rusak
dan ini menyebabkan efek samping seperti kerontokan rambut, mual,
muntah, nyeri pada mulut (akibat kerusakan pada mukosa mulut), dan
kegagalan sumsum tulang akibat matinya sel sumsum tulan. Salah satu
konsekuensi mayor dari neutropenia akibat kemoterapi adalah infeksi
berat. Pasien harus diterapi selama berbulan-bulan (AML) atau selama 2-3
tahun (ALL).
Menurut Suriadi (2006) dan Yuliani (2006), fase penatalakasanaan
kemoterapi meliputi tiga fase yaitu fase induksi, fase proflaksis, fase
konsolidasi.

a. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vincristin, dan L
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis
Sistem saraf pusat, pada terapi ini diberikan metotreksat, cytarabine
dan hydrocortisone melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi cranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan system saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi surpresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementra atau dosis obat dikurangi.
Penatalaksanaan medis dalam pemberian kemoterapi dan radioterapi:
1. Prednison untuk efek antiinflamasi
2. Vinkristin (oncovin) untuk antineoplastik yang menghambat
pembelahan sel selama metaphase
3. Asparaginase untuk menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk
pertumbuhan tumor)
4. Metotreksat sebagai antimetabolik untuk menghalangi metabolism
asam folat sebagai zat untuk sintesis nucleoprotein yang diperlukan
yang diperlukan sel-sel yang cepat membelah
5. Sitarabin untuk menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia
granulositik yang menekan sumsum tulang yang kuat.
6. Alopurinol sebagai penghambat produksi asam urat dengan
menghambat reaksi biokimia.
7. Siklofosfamid sebagai antitumor kuat.
8. Daurnorubisin sebagai penghambat pembelahan sel selama pengobatan
leukemia akut
(Hidayat, Aziz. 2008).
2. Transplantasi sumsum tulang
Ini merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi dosis tinggi
dan radioterapi pada beberapa pasien leukemia akut. Transplantasi dapat
bersifat autolog, yaitu el sumsum tulang diambil sebelum pasien
meneraima terapi dosis tinggi, disimpan, dan kemudian diinfusikan
kembali. Selain itu, dapat jug bersifat alogenik, yaitu sumsum tulang
berasal dari donor yang cocok HLA-nya. Kemoterapi dengan dosis sangat
tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan hal tersebut tidak
dapat pulih kembali. Sumsum tulang pasien yang diinfusikan kembali akan
mengembalikan fungsi sumsum tulang pasien tersebut. Pasien yang
menerima transplantasi alogenik memiliki risiko rekurensi yag lebih
rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima transplantasi autolog,
karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan relaps. Pada
transplantasi alogenik memiliki risiko rekurensi yang lebih rendah
dibandingkan dengan pasien yang menerima transplantsi autolog, karena
sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan relaps. Pada
transplantasi alogenik, terdapat bukti kuat yang menunjukan bahwa
sumsum yang ditransplantasikan akan berefek antitumor yang kuat karena
limfosit T yang tertransplantasi. Penelitian-penelitian baru menunjukan
bahwa transplantasi alogenik menggunakan terapi dosis rendah dapat
dilakukan dan memiliki kemungkinan sembuh akibat mechanism
imunologis.
3. Resusitasi
Pasien yang baru didiagnosis leukemia akut biasanya berada dalam
keadaan sakit berat dan renta terhadap infeksi berat dan atau perdarahan.
Prioritas utamanya adalah resusitasi mengguakan antibiotic dosis tinggi
intravena untuk melawan infeksi, transfusi trombosit atau plasma beku
segar (fresh frozen plasma) utuk mengatasi anmia. Penggunaan antibiotic
dalam situasi ini adalah tindakan yang tepat walaupun demam yang terjadi
ternyata merupakan akibat dari penyakit itu sendiri dan bukan akibat
infeksi. Lebih mudah menghentikan pemberian antibiotic daripada
menyelamatkan pasien dengan syok dan septicemia yang telah diberikan
tanpa terapi antibiotik. (Patrick. 2005).
H. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
b. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor
herediter misal kembar (monozigot)
c. Kaji adanya tanda – tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
d. Kaji adanya tanda – tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala
infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul
kemerahan atau hiotam tanpa pus
e. Kaji adanya tanda – tanda trombositopenia : ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, kaji adanya
tanda – tanda invasi ekstra medulla; limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali.
f. Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi di sekitar rektal dan nyeri.
2. Analisa Data Keperawatan
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
 Lelah
 Letargi
 Pusing
 Sesak
 Nyeri dada
 Napas sesak
 Priapismus
 Hilangnya nafsu makan
 Demam
 Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
 Pembengkakan Kelenjar Lympa
 Anemia
 Perdarahan
 Gusi berdarah
 Adanya benjolan tiap lipatan
 Ditemukan sel – sel muda

3. Diagnosa Keperawatan
a. Kelemahan / Keletihan (00093)
b. Risiko cidera (00086)
c. Risiko infeksi (00004)
d. Nyeri (00132)
I. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan criteria hasil intervensi


. keperawatan
1 Kelemahan/keletih NOC: NIC:
an (00093) - Endurance Energy management
- Concentrasion - Observasi
- Energy conservation adanya
- Nutritional status: pembatasan
energy klien dalam
Criteria hasil : melakukan
- Memverbalisasikan aktivitas
peningkatan energy - Dorong anak
untuk merasa lebih untuk
baik mengungkapkan
- Menjelaskan perasaan
penggunaan energy terhadap
untuk mengatasi keterbatasan
kelelahan - Kaji adanya
- Kecemasan factor yang
menurun menyebabkan
- Glukosa darah kelelahan
adekuat - Monitor nutrisi
- Kualitas hidup dan sumber
meningkat energy yang
- Istirahat cukup adekuat
- Mempertahankan - Monitor klien
kemampuan untuk akan adanya
berkonsentrasi kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
- Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap
aktivitas
- Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
klien
- Dukung klien
dan keluarga
untuk
mengungkapkan
perasaan
berhubungan
dengan
perubahan hidup
yang disebabkan
keletihan
- Bantu aktivitas
sehari-hari
sesuai dengan
kebutuhan
- Tingkatkan tirah
baring dan
pembatasan
aktivitas
(tingkatkan
periode istirahat)
- Konsultasi
dengan ahli gizi
untuk
meningkatkan
asupan makanan
yang berenergi
tinggi
Behavior Management
Activity Terapy
Energy Management
Nutrition Management
2 Risiko cidera NOC: NIC:
- Risk Control Environment
Criteria hasil management
- Klien terbebas dari (manajemen
cidera lingkungan)
- Klien mampu - Sediakan
menjelaskan lingkungan yang
cara/metode untuk aman untuk
mencegah klien
injury/cedera - Identifikasi
- Klien mampu kebutuhan
menjelaskan factor keamanan klien,
resiko dari sesuai kondisi
lingkungan/perilaku fisik dan fungsi
personal kognitifn klien
- Mempunyai gaya dan riwayat
hidup untuk penyakit
mencegah injury terdahulu klien
- Menggunakan - Menghindarkan
fasilitas kesehatan lingkungan yang
yang ada berbahaya
- Mampu mengamati (misalnya
perubahan status memindahkan
kesehatan perabotan)
- Memasang side
rail tempat tidur
- Menyediakan
tempat tidur
nyaman dan
bersih
- Menempatkan
saklar lampu
ditempat yang
mudah dijangkau
klien
- Membatasi
pengunjung
- Menganjurkan
keluarga untuk
menemani klien
- Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
- Memindahkan
barang-barang
yang dapat
membahayakan
- Berikan
penjelasan pada
klien dan
keluarga atau
pengunjung
adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab
penyakit.
3 Resiko infeksi NOC: NIC:
- Immune status Infection control
- Knowledge : (control infeksi)
infection control - Bersihkan
- Risk control lingkungan
Keiteria hasil: setelah dipakai
- Klien bebas daru klien lain
tanda dan gejala - Pertahankan
infeksi teknik isolasi
- Mendeskripsikan - Batasi
proses penularan pengunjung bila
penyakit, factor perlu
yang mempengaruhi - Instruksikan
penularan serta kepada
penatalaksanaannya pengunjung
- Menunjukkan untuk mencuci
kemampuan untuk tangan sebelum
mencegah berkunjung dan
timbulnya infeksi setelah
- Jumlah leukosit meninggalkan
dalam batas normal klien.
- Menunjukkan - Gunakan sabun
perilaku hidup antimikroba
sehat. untuk cuci
tangan
- Cuci tangan
setiap sebelum
dan sesudah
melakukan
tindakan
keperawatan
- Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
- Pertahankan
lingkungan
aseptic selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV
perifer dan line
control dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
- Tingkatkan
intake nutrisi
- Berikan terapi
antibiotic bila
perlu
4 Nyeri akut NOC: NIC:
- Pain level Pain management
- Pain control - Lakukan
- Comfort level pengkajian nyeri
Criteria hasil : secara
- Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu termasuk lokasi,
penyebab nyeri, karakteristik,
mampu durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas dan
teknik untuk factor presipitasi
mengurangi nyeri, - Observasi reaksi
mencari bantuan) nonverbal dari
- Melaporkan bahwa ketidaknyamana
nyeri berkurang n
dengan - Gunakan teknik
menggunakan komunikasi
management nyeri teraupetik untuk
- Mampu mengenali mengetahui
nyeri (skala, pengalaman
intensitas, frekuensi nyeri klien
dan tanda nyeri) - Kaji kultur yang
- Menyatakan rasa mempengaruhi
nyaman setelah respon nyeri
nyeri berkurang. - Evaluasi
pengalaman
nyeri masa
lampau
- Evaluasi
bersama klien
dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
control nyeri
masa lampau
- Bantu klien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
- Control
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebingungan
- Kurangi factor
presipitasi nyeri
- Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non farmakologi
dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang
teknik non
farmakologis
- Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri
- Evaluasi
keefektifan
control nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC.

Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: EGC.

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika .

Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta : EGC.

Hidayat, Aziz Alimut. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta:


Salemba Medika

Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

Suriadi. Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar
Swadaya

Anda mungkin juga menyukai