Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
PADA PASIEN RUPTUR TENDON

OLEH :
GUSTI AYU TRIANA UTARI
NIM. P07120216040
SEMESTER VII / S.Tr. KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN RUPTUR TENDON

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke
tulang. Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan
tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan
bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan
menyebabkan terjadinya gerakan.
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. Ruptur
tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena
tarikan yang melebihi kekuatan tendon.
Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon
(jaringan penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki
secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal.
(muttaqin. 2011).
Ruptur tendon achilles (parsial atau komplet), merupakan salah satu
gangguan pada tendon achilles yang disebabkan karena trauma atau karena
penggunaan berlebih dari tendon Achilles.

2. Etiologi
a. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
b. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan resiko ruptur
c. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
d. Trauma benda tajam atau tumpul

3. Manifestasi klinis
a. Seperti merasa atau mendengar bunyi “pop”
b. Nyeri yang hebat
c. Memar
d. Terdapat kelemahan
e. Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena
f. Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat
g. Ketidakmampuan untuk menanggung beban
h. Terdapat deformitas

4. Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau
tidak langsung(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada
arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot
belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring
(otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada
maka dicurigai cedera
b. Pemeriksaan dengan rontgen
c. Pemeriksaan dengan sinar-X

6. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal
dan memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum
cedera.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang
terputus disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan
pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang
terputus.
Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi
fisik.Tindakan tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena
penyembuhanya lama atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.
7. Pathway
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, bangsa.
b. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji :
a) Bersihan jalan nafas
b) Distres pernafasan
c) Tanda – tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji :
a) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b) Suara nafas melalui hidung atau mulut
c) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
d) Kelainan dinding thoraks
3) Circulation
Kaji :
a) Denyut nadi karotis
b) Tekanan darah
c) Warna kulit, kelembapan kulit
d) Tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
e) Suhu akral perifer dan CRT
4) Disability
Kaji :
a) Tingkat kesadaran
b) Gerakan ekstremitas
c) GCS (Glasgow Coma Scale)
d) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
e) Refleks fisiologis dan patologis
f) Kekuatan otot
c. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat kesehatan
Kaji apakah ada riwayat penyakit serupa sebelumnya baik dari pasien
maupun keluarga. Kaji juga riwayat penyakit yang menjadi pencetus
krisis hipertensi pada pasien
2) Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh (head to toe) dengan
focus pengkajian pada :
a) Mata : lihat adanya papil edema, pendarahan dan eksudat,
penyempitan yang hebat arteriol.
b) Jantung : palpasi adanya pergeseran apeks, dengarkan adanya bunyi
jantung S3 dan S4 serta adanya murmur.
c) Paru : perhatikan adanya ronki basah yang mengindikasikan CHF.
d) Status neurologic : pendekatan pada status mental dan perhatikan
adanya defisit neurologik fokal. Periksa tingkat kesadarannya dan
refleks fisiologis dan patologis.

2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (trauma) d.d pasien mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat.
2. Resiko perdarahan dibuktikan dengan trauma dibuktikan dengan trauma.
3. Intervensi keperawatan

No. Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi


Indonesia Keperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan Observasi
Definisi: keperawatan  Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik atau selama .... X .... jam karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan dengan menit diharapkan frekuensi, kualitas ,
kerusakan jarigan actual atau Nyeri Akut intensitas nyeri
fungsional, dengan onset Berkurang dengan  Identifikasi skala nyeri
mendadak atau lambat dan kriteria hasil :  Identifikasi respons
berintensitas ringan hingga berat Tingkat nyeri : nyeri non verbal
yang berlangsung kurang dari 3  Keluhan nyeri  Identifikasi faktor yang
bulan (5) memperberat nyeri dan
 Meringis (5) memperingan nyeri
Penyebab:  Sikap protektif  Identifikasi
 Agen pencedera fisiologis (mis. (5) pengetahuan dan
Inflamai,iskemia, neoplasma  Gelisah (5) keyakinan tentang
 Agen pencedera kimiawi (mis.  Kesulitan tidur nyeri
Terbakar, bahan kimia iritan) (5)  Identifikasi pengaruh
 Agen pencedera fisik (mis.  Menarik diri (5) budaya terhadap respon
Abses, amputasi, terbakar,  Berfokus pada nyeri
terpotong, mengangkat berat, diri sendiri (5)  Identifikasi pengaruh
prosedur operasi, trauma,  Diaforesis (5) nyeri pada kualitas
latihan fisik berlebih)  Perasaan hidup
depresi  Monitor keberhasilan
Gejala dan Tanda Mayor
(tertekan) (5) terapi komplementer
Subjektif
 Perasan takut yan sudah diberikan
 Mengeluh nyeri
mengalami  Monitor efek samping
Objektif
cedera berulang penggunaan analgetik
 Tampak meringis
(5)
 Bersikap protektif (mis.  Anoreksia (5) Terapeutik
Waspada, posisi menghindari  Perineum terasa  Berikan teknik
nyeri) tertekan (5) nonfarmakologis untuk
 Gelisah  Uterus teraba mengurangi rasa nyeri
 Frekuensi nadi meningkat membulat (5) (mis. TENS, hypnosis,
 Sulit tidur  Ketegangan otot akupresur, terapi
(5) music, biofeedback,
Gejala dan Tanda Minor  Pupil dilatasi (5) terapi pijat,
Subjektif  Muntah (5) aromaterapi, teknik
-  Mual (5) imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
Objektif  Frekuensi nadi
 Tekanan darah meningkat (5) terapi bermain)

 Pola napas berubah  Kontrol lingkungan


 Pola napas (5)
 Nafsu makan berubah yang memperberat rasa
 Tekanan darah
 Proses berpikir terganggu nyeri (mis. Suhu
(5)
ruangan, pencahayaan,
 Menarik diri  Proses berpikir
kebisingan)
 Berfokus pada diri sendiri (5)
 Fasilitas istirahat dan
 Diaforesis  Fokus (5)
tidur
 Fungsi kemih
 Pertimbangkan jenis
Kondisi klinis terkait (5)
dan sumber nyeri
 Kondisi pembedahan  Perilaku (5)
dalam pemilihan
 Cedera traumatis  Nafsu makan
strategi meredakan
 Infeksi (5)
nyeri
 Sindrom koroner akut  Pola tidur (5)
 Glaukoma
Kontrol Nyeri
 Melaporkan
Edukasi
nyeri terkontrol
 Jelaskan penyebab,
(5)
periode, dan pemicu
 Kemampuan
 Jelaskan strategi
mengenali onset
meredakan nyeri
nyeri (5)
 Kemampuan  Anjurkan memonitor
mengenali nyeri secara mandiri
penyebab nyeri  Anjurkan
(5) menggunakan
 Kemampuan analgetik secara tepat
menggunakan  Ajarkan teknik
teknik non- nonfarmakologis untuk
farmakologis mengurangi rasa nyeri
(5)
 Dukungan Kolaborasi
orang  Kolaborasi pemberian
terdekat (5) analgetik, jika perlu
 Keluhan
nyeri (5) Pemberian Analgesik
 Penggunaan Observasi
analgesic  Identifikasi
(5) karakteristik nyeri
(mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic (mis.
Narkotika, non
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
 Monitor efektifitas
analgesik

Terapeutik
 Diskusikan jenis
analgesic yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
 Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien
 Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan

Edukasi
 Jelaskan efek terapu
dan efek samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
2. Risiko Perdarahan (D.0012) Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
Definisi: intervensi Observasi
Berisiko mengalami kehilangan selama …..x….  Monitor tanda dan
darah baik internal (terjadi di menit, maka risiko gejala perdarahan
dalam tubuh) maupun eksternal perdarahan  Monitor nilai
(terjadi hingga ke luar tubuh). menurun dengan hematocrit/hemoglobin
Faktor Risiko: kriteria hasil: sebelum dan sesudah
 Aneurisma  Kelembapan kehilangan darah
 Gangguan gastrointestinal membrane  Monitor tanda-tanda
(mis. Ulkus lambung, polip, mukosa vital ortostatik
varises) meningkat (5)  Monitor koagulasi
 Gangguan fungsi hati (mis.  Kelembapan ( mis. Prothrombin
Sirosis hepatis) kulit meningkat time (PT), partial
 Komplikasi kehamilan (mis. (5) thromboplastin time
Ketuban pecah sebelum  Kognitif (PTT), fibrinogen,
waktunya, plasenta previa/ meningkat (5) degradasi fibrin dan/
abrupsio, kehamilan kembar)  Hemoptysis atau platelet)
 Komplikasi pasca partum ( mis. menurun (5)
Atoni uterus, retensi plasenta)  Hematemesis Terapeutik
 Gangguan koagulasi menurun (5)  Pertahankan bed rest
( mis.trombositopenia)  Hematuria selama perdarahan
 Efek agen farmakologis menurun (5)  Batasi tindakan
 Tindakan pembedahan  Perdarahan anus invasive, jika perlu
 Trauma menurun (5)  Gunakan kasur
 Kurang terpapar informasi  Distensi pencegah decubitus
tentang pencegahan perdarahan abdomen  Hindari pengukuran
 Proses keganasan menurun (5) suhu rektal
 Perdarahan
Kondisi klinis terkait: vagina menurun Edukasi
 Aneurisma (5)  Jelaskan tanda dan

 Koagulopati intravaskuler  Perdarahan gejala perdarahan

diseminata pasca operasi

 Sirosis hepatis menurun (5)


 Ulkus lambung  Hemoglobin  Anjurkan
 Varises membaik (5) menggunakan kaus
 Trombositopenia  Hematocrit kaki saat ambulasi
 Ketuban pecah sebelum membaik (5)  Anjurkan
waktunya  Tekanan darah meningkatkan asupan
 Plasenta previa/abrupsio membaik (5) cairan untuk

 Atonia uterus  Denyut nadi menghindari konstipasi

 Retensi plasenta apical membaik  Anjurkan menghindari

Tindakan (5) aspirin atau


 Suhu tubuh antikoagulan
membaik (5)  Anjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin
K
 Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
produk darah, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

1. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012:
53). Lakukan implementasi sesuai intervensi.
2. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan denagn kriteria hasil pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Wijesekera NT, Calder JD, Lee JCL. Imaging in the assessment and management of
achilles tendinopathy and paratendinitis. Seminars in musculoskeletal
radiology: 2011; 5(1): 89-100

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus


Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai