Anda di halaman 1dari 152

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu
kelompok menawarkan pada kelompok/ orang lain sesuatu yang pada
dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan
dengan fisik produk, menurut Kottler (2000, dalam Supranto, 2006).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologi dan spiritual yang
komprehensif/ holistik yang ditunjukkan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar profesional
keperawatan dan menggunakan etik keperawatan sebagai tuntunan utama.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayananan keperawatan adalah pembenahan dalam manajemen
keperawatan dengan adanya faktor kelola yang optimal sehingga mampu
menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan
sekaligus lebih menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2015). Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan sebagai
proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan
keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional, sehingga diharapkan keduannya saling menopang.

STIKep PPNI Jabar


Page 1
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan. Menurut WHO (2010) rumah sakit merupakan
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Klasifikasi
rumah sakit diatur pada UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan
Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Rumah sakit
umum tipe/ kelas A, B, C, D, dan D Pratama. Rumah Sakit Kelas C adalah
rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialis
terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni
pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta
pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C ini adalah rumah
sakit yang didirikan di kota atau kabupaten-kabupaten sebagai fasilitas
kesehatan tingkat 2 yang menampung rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat
1 (puskesmas/ poliklinik atau dokter pribadi).
Rumah Sakit Umum Daerah Soreang selanjutnya disingkat dengan
RSUD Soreang adalah salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang berada di
wilayah Kabupaten Bandung yang berdiri pada tahun 1996 dan merupakan
pengembangan dari Puskesmas DTP Soreang dengan dasar Surat Keputusan
Bupati Kepala Daerah TK. II Bandung Nomor: 445/4056/Tapra tahun 1996
perihal Persetujuan Prinsip Peningkatan Puskesmas DTP Soreang menjadi
Rumah Sakit Kelas D. Pada tahun 1997, RSUD Soreang ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Daerah Kelas C berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: 1409/MENKES/SK/XII/1997.
Berdasarkan uraian di atas, maka tim penulis melakukan kajian
situasional dengan menggunakan metode participant observation (PO), focus
group discussion (FGD), wawancara (in depth interview) dalam
mengumpulkan data-data untuk menyusun laporan manajemen keperawatan

STIKep PPNI Jabar


Page 2
di Ruang Perinatologi (Ruang Bougenville) RSUD Soreang Kabupaten
Bandung.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui proses pengelolaan manajemen unit pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan di Ruang Bougenville RSUD Soreang
Kabupaten Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu berperan sebagai agen pembaharu dalam
unit pengelolaan keperawatan pada pasien di unit pelayanan
keperawatan atau pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien di
unit pelayanan keperawatan sesuai dengan tugasnya (peran Karu/
Perawat Primer/ Perawat Asosiet) di Ruang Bougenville RSUD
Soreang Kabupaten Bandung.
b. Bagi Rumah Sakit
Data yang didapat dari hasil kajian situasional dengan
menggunakan metode participant observation (PO), focus group
discussion (FGD), wawancara (in depth interview) oleh mahasiswa
di Ruang Bougenville baik terhadap perawat ataupun pasien/
keluarga bisa dijadikan bahan evaluasi khususnya bagi ruangan dan
umumnya bagi rumah sakit untuk perbaikan di masa yang akan
datang.

STIKep PPNI Jabar


Page 3
BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Kajian Situasi RSUD Soreang Kabupaten Bandung


1. Visi Rumah Sakit
Mewujudkan rumah sakit yang amanah, maju, mandiri dan berdaya saing
2. Misi Rumah Sakit
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan paripurna.
b. Meningkatkan pengelolaan manajemen RS secara profesional.
c. Menciptakan akuntabilitas keuangan berdasarkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK – BLUD).
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia.
e. Meningkatkan sarana dan prasarana yang berwawasan lingkungan.
f. Meningkatkan kemitraan dengan institusi terkait di bidang pelayanan
kesehatan.
3. Motto Rumah Sakit
“Kepuasan Anda, Kebahagiaan Kami”
4. Sejarah Rumah Sakit
RSUD Soreang adalah salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang
berada di wilayah Kabupaten Bandung yang berdiri pada tahun 1996 dan
merupakan pengembangan dari Puskesmas DTP Soreang dengan dasar
Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah TK. II Bandung Nomor:
445/4056/Tapra tahun 1996 perihal Persetujuan Prinsip Peningkatan
Puskesmas DTP Soreang menjadi Rumah Sakit Kelas D. Pada tahun
1997, RSUD Soreang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Daerah Kelas C
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1409/MENKES/SK/XII/1997.
Pada tahun 2010, RSUD Soreang telah ditetapkan sebagai Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah secara penuh melalui Keputusan Bupati

STIKep PPNI Jabar


Page 4
Bandung Nomor 900/Kep.498-Org/2009, sehingga memberikan
kemudahan dalam pengelolaan keuangan dan fleksibilitas pengadaan
barang/ jasa pemerintah dengan prinsip efisiensi, ekonomis dan sesuai
dengan praktik bisnis yang sehat.

B. Kajian Situasi di Ruang Bougenville


1. Karakteristik Unit
a. Visi Ruangan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019 dengan
Karu Ruang Bougenville didapatkan hasil bahwa di ruangan tidak
mempunyai visi ruangan.
b. Misi Ruangan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019 dengan
Karu Ruang Bougenville didapatkan hasil bahwa di ruangan tidak
mempunyai misi ruangan.
2. Fokus Telaah
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019 dengan Karu
Ruang Bougenville fokus telaah pada pelayanan perawatan di Ruang
Bougenville adalah bayi baru lahir (0-28 hari).
3. Lingkup Garapan
Kasus-kasus yang sering ditangani di Ruang Bougenville yaitu bayi
dengan Neonatus Hiperbilirubin, Sepsis, RDS, BBLR, Ikterik Neonatus
Patologi, Pneumonia, TTN, MAS, MS, dan Afiksia Berat.
4. Basis Intervensi
Basis intervensi di Ruang Bougenville yaitu penatalaksanaan bayi baru
lahir meminimalisir efek samping masa yang akan datang.
5. Letak Ruang
Ruang Bougenville berada di lantai 1 RSUD Soreang, teridri dari satu
pintu masuk, di dalam ruangan terdapat nurse station, ruang kepala
ruangan yang menyatu dengan administrasi, 1 ruang perawat, 1 kamar
dokter, 1 ruang dispensing, 1 pantry, 1 ruang PMK, 1 ruang mahasiswa, 1

STIKep PPNI Jabar


Page 5
gudang, serta terdapat 1 kamar mandi. Ketika masuk ke dalam Ruang
Bougenville sebelah kiri terdapat meja security. Di Ruang Bougenville
terdapat 5 kamar bayi diantaranya kamar 1 khusus untuk bayi sehat dan
bayi yang memerlukan perawatan fototerapi, kamar 2 untuk bayi dengan
BBLR dan bayi besar yang sakit, kamar 3 semi HCU yang memerlukan
CPAP , kamar 4 khusus bayi yang lahir dari luar RSUD Soreang dan
kamar 5 ruang isolasi. Westafel untuk cuci tangan di ruangan terdapat di
kamar 1, kamar 2, kamar 3, kamar 4, ruang mahasiswa dan ruang PMK
(Perawatan Metoda Kanguru) serta wastfel untuk pengunjung yang akan
memasuki ruang bayi. Ruang Bougenville juga memiliki 1 pintu yang
terhubung langsung dengan ruang VK.
6. Kapasitas unit ruangan
Kapasitas dalam seluruh kamar bayi di Ruang Bougenville terdapat 37
tempat tidur.

STIKep PPNI Jabar


Page 6
7. Denah Ruangan

Kamar Racik Obat Dapur Kamar Mandi


Kamar 4
(Bayi Rujukan Dari
Luar RS) Lorong / Jalan
Kamar 3
Kamar 5 (Bayi Sakit)
Kamar Mahasiswa Kamar Ganti Perawat
(Kamar Isolasi)
Kamar 2
Kamar Dokter Gudang
(BBLR)
Kamar PMK
Nurses Tempat Menyusui
Kamar 1
Station Bayi
(Bayi Sehat)

Keluar Masuk

Arah Ke Kamar
Ruang kerja Ka. Ruangan & Administrasi Bersalin & Nifas

Gambar 2.1 Denah Ruangan Ruang Bougenville

STIKep PPNI Jabar


Page 7
C. Pengumpulan Data
1. Man
a. Perawat
Menurut hasil wawancara kapada Kepala Ruangan di Ruang
Bougenville jumlah tenaga keperawatan di Ruang Bougenville
berjumlah 23 orang, 1 orang kepala ruangan, 4 orang perawat primer
dan 18 orang perawat asosiet.
b. Jumlah Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2.1 Distribusi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Jenis Kelamin Jumlah Perawat Persentase


Perempuan 23 100%
Laki-laki 0 0%
Jumlah 23 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa perawat yang
ada di Ruang Bougenville seluruhnya (100%) berjenis kelamin
perempuan.
Menurut Diwa (2008) menunjukkan bahwa perempuan lebih
baik dalam pemenuhan hak-hak pasien di bandingkan dengan laki-
laki hal tersebut di karenakan perawat perempuan nampaknya lebih
punya komitmen dengan pekerjaannya, lebih disiplin dan sikap
perempuan terhadap pekerjaan dan tanggung jawab lebih baik.

STIKep PPNI Jabar


Page 8
c. Jumlah Perawat Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Tabel 2.2 Distribusi Perawat Berdasarkan Jenjang Pendidikan


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Pendidikan Jumlah Perawat Persentase


SPK 1 4,3 %
D3 Keperawatan 14 60,9 %
S1 Keperawatan 1 4,3 %
S1 Ners 7 30,4 %
Jumlah 23 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa pendidikan
minimal perawat di Ruang Bougenville sebagian besar (60,9%)
berpendidikan D3 hal ini sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang pelayanan minimal
rumah sakit, dan standar minimal rawat jalan bahwa pemberian
layanan rawat inap salah satunya adalah perawat dengan minimal
pendidikan D3 Keperawatan. Hanya saja di Ruang Bougenville
masih ada satu perawat yang pendidikan terakhirnya SPK dan belum
memiliki STR sedangkan sesuai dengan Undang-Undang
Keperawatan Nomor 38 tahun 2014 tentang Registrasi pasal 18 yang
berbunyi perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib
memiliki STR (Surat Tanda Register).
Serta hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019 kepada
kepala ruangan didapatkan hasil bahwa Karu Ruang Bougenville
pendidikan terakhirnya Profesi Ners.

STIKep PPNI Jabar


Page 9
d. Jumlah Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian

Tabel 2.3 Distribusi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Kepegawaian Jumlah perawat Persentase


Tetap 0 0%
Kontrak 8 34,8 %
Honor 0 0%
Kontrak 0 0%
PNS 15 65,2 %
Jumlah 23 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan hasil wawancara pada Karu Ruang Bougenville tanggal
27 Maret 2019 tenaga keperawatan di Ruang Bougenville sebagian
besar (65,2 %) berstatus kepegawaian PNS.

e. Jumlah Perawat Berdasarkan Lama Kerja

Tabel 2.4 Distribusi Perawat Berdasarkan Lama Kerja


Ruang Bougenville RSUD

Masa kerja Jumlah perawat Persentase


< 5 tahun 8 34,8
> 5 tahun 15 65,2
Jumlah 23 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 27 Maret – 31 April 2019
tenaga keperawatan di Ruang Bougenville sebagian besar (65,2%)
dengan lama kerja > 5 tahun.

STIKep PPNI Jabar


Page 10
f. Jumlah Perawat Berdasarkan Jenjang Karir

Tabel 2.5 Distribusi Perawat Berdasarkan Jenjang Karir


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Jenjang Karir Jumlah perawat Persentase


Pra PK 7 30,4 %
PK I 0 0%
PK II 0 0%
PK III 16 69,6 %
PK IV 0 0%
Jumlah 23 100%

Kajian teori:
1) Perawat Klinis I (PK I)
Perawat Klinis I (Novice) memiliki latar belakang pendidikan D-
III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan
menjalani masa klinis level I selama 3-6 tahun atau Ners dengan
pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan menjalani masa klinis level I
selama 2-4 tahun. Perawat Klinis I harus mempunyai sertifikat
pra klinis.
2) Perawat Klinis II (PK II)
Perawat klinis II (Advance Beginner) memiliki latar belakang
pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 4
tahun dan menjalani masa klinis level II selama 6-9 tahun atau
Ners dengan pengalaman kerja ≥ 3 tahun dan menjalani masa
klinis level II selama 4-7 tahun. Perawat Klinis II harus
mempunyai sertifikat PK I.
3) Perawat Klinis III
Perawat klinis III (competent) memiliki latar belakang
pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 10
tahun dan menjalani masa klinis level III selama 9-12 tahun atau

STIKep PPNI Jabar


Page 11
Ners dengan pengalaman kerja ≥ 7 tahun dan menjalani masa
klinis level III selama 6-9 tahun atau Ners Spesialis I dengan
pengalaman kerja 0 tahun dan menjalani masa klinis level III
selama selama 2-4 tahun. Perawat klinis III lulusan D-III
Keperawatan dan Ners harus mempunyai sertifikat PK II.
4) Perawat Klinis IV
Perawat klinis IV (Proficient) memiliki latar belakang
pendidikan Ners dengan pengalaman kerja ≥13 tahun dan
menjalani masa klinis level IV selama 9-12 tahun atau Ners
Spesialis I dengan pengalaman kerja ≥2 tahun dan menjalani
masa klinis level IV selama 6-9 tahun. Perawat klinis IV harus
mempunyai sertifikat PK III.
5) Perawat Klinis V
Perawat klinis V (Expert) memiliki latar belakang pendidikan
Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja ≥4 tahun dan
mempunyai sertifikat PK IV atau Ners Spesialis II (Konsultan)
dengan pengalaman kerja 0 tahun. Perawat klinis V menjalani
masa klinis level 5 sampai memasuki usia pensiun.

Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa tenaga perawat
yang ada di Ruang Bougenville RSUD Soreang sebagian besar
(69,6%) dengan jenjang karir PK III sebanyak 16 perawat, sebagian
kecil (30,4%) dengan jenjang karir Pra PK sebanyak 7 perawat.
Pengembangan karir mempengaruhi kinerja karyawan, dimana
pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan
organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi
mempunyai kualifikasi dan kemampuan serta pengalaman yang
cocok ketika dibutuhkan (Kaseger, 2013).

STIKep PPNI Jabar


Page 12
g. Jumlah Perawat Berdasarkan Kepemilikan STR

Tabel 2.6 Distribusi Perawat Berdasarkan Kepemilikan STR


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Kepemilikan STR Jumlah perawat Persentase


Ada 22 95,7 %
Tidak 0 0%
On proses 1 4,3 %
Jumlah 23 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa perawat yang ada di
Ruang Bougenville RSUD Soreang hampir seluruhnya (95,7%)
sudah memiliki STR sehingga belum sesuai dengan Undang-Undang
Keperawatan Nomor 38 tahun 2014 tentang Registrasi pasal 18 yang
berbunyi perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib
memiliki STR (Surat Tanda Register).

STIKep PPNI Jabar


Page 13
h. Masa berlaku STR Berdasarkan Kepemilikan STR

Tabel 2.7 Distribusi Masa Berlaku Berdasarkan Kepemilikan STR


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Masa Berlaku Jumlah perawat Persentase


STR
< 3 bulan 1 4,5 %
< 1 tahun 1 4,5 %
> 1 tahun 20 91 %
Jumlah 22 100%

Hasil analisa:
Masa berlaku STR di Ruang Bougenville sebagian besar
(91,%) dengan masa berlaku > 1 tahun dan sebagian kecil ( 4,5 %)
dengan masa berlaku < 3 bulan.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 46 tahun 2013 pada Bab 2 Pasal 4 mengatakan bahwa STR dapat
diperpanjang setiap 5 tahun setelah memenuhi persyaratan.

STIKep PPNI Jabar


Page 14
i. Jumlah Perawat Berdasarkan Pelatihan

Tabel 2.8 Distribusi jumlah perawat Berdasarkan Pelatihan


Ruang Bougenville RSUD Soreang

No Jenjang Pelatihan Jumlah Jumlah %


perawat Pelatihan
1 Perawatan metode kangguru 14 11,4 %
2 Kegawat daruratan neonatal 16 13,0%
3 Stabilitas neonatus 11 8.9%
4 Manajemen pernafasan 11 8.9%
5 ENIL 3 2,4 %
6 Pentalaksanaan oksigenasi ( ICU 1 0,8 %
Primer )
7 Perawatan neonatus bedah 2 1,6 %
8 Manajemen laktasi 14 11,4 %
9 Perawatan bedah neonatal 1 0,8%
10 Insisi menyusui dini 1 0,8%
11 Bahasa inggris ( TOEFL) 2 1,6 %
12 PPGD 2 1,6 %
13 BBLR 1 0,8%
14 BHD 2 1,6 %
15 Medik Udara 1 0,8 %
16 Pelatihan b.jepang untuk perawat 1 0,8 %
17 Dissaster managemen 1 0,8 %
18 BTCLS 3 2,4 %
19 Resusitasi neonatus 16 13,0 %
20 Pelatihan PONEK 20 16,3 %
TOTAL 22 123 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan penelitian widaningsih (2006) menyatakan bahwa
semakin banyak pelatihan yang diikuti oleh perawat di ruang rawat
inap memiliki ekspektasi kapabilitas dalam asuhan keperawatan di
bandingkan yang tidak pernah atau belum megikuti pelatihan.
Pelatihan yang dilakukan perawat diharapkan dapat meminimalisir
kesalahan yang terjadi ketika memberikan asuhan keperawatan.

STIKep PPNI Jabar


Page 15
j. Jumlah Tenaga Non Keperawatan

Tabel 2.9 Distribusi Jumlah Tenaga Non Keperawatan


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Tenaga Non Keperawatan Jumlah Persentase


Dokter spesialis anak 2 40 %
Adminstrasi 1 20 %
Cleaning Service 1 20 %
Satpam 1 20 %
Jumlah 5 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tenaga non
keperawatan yang ada di Ruang Bougenville RSUD Soreang
berjumlah 5 orang.

k. Gaya kepemimpinan

Tabel 2.10 Gaya Kepemimpinan Ruang Bougenville RSUD Soreang

No Gaya Kepemimpinan Jumlah Persentase


1. Demokrasi 22 100 %
2. Otoriter 0 0%
3. Liberal (Bebas) 0 0%
Jumlah 22 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan di
Ruang Bougenville yaitu demokrasi sebanyak ( 100%).

STIKep PPNI Jabar


Page 16
l. Gaya Komunikasi

Tabel 2.11 Gaya Komunikasi Ruang Bougenville RSUD Soreang

No Gaya Komunikasi Jumlah Persentase


1. Telling 0 100 %
2. Selling 0 0%
3. Partisipasi 22 0%
4. Delegasi 0 0%
Jumlah 22 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa gaya komunikasi di
Ruang Bougenville yaitu partisipasi sebanyak (100 %).

STIKep PPNI Jabar


Page 17
m. Jumlah Pasien

Tabel 2.12 Distribusi Frekuensi Rata-rata Pasien


tanggal 28 Maret – 01 April 2019

No. Tanggal Jumlah pasien

1. 28 – 03 – 2019 31

2. 29 – 03 – 2019 22

3. 30 – 03 – 2019 24

4. 31 – 03 – 2019 24

5. 01 - 04 – 2019 22

Rata – rata 24

Hasil analisa:
Berdasarkan observasi pada tanggal 28 Maret - 01 April 2019 di
dapatkan rata-rata pasien sebanyak 24 pasien.

STIKep PPNI Jabar


Page 18
n. 10 Daftar Diagnosa

Tabel 2.13 Daftar 10 Besar Penyakit Terbanyak


Ruang Bougenville RSUD Soreang

No. Urut Diagnosa


1 Neonatus Hiperbilirubin
2 Sepsis
3 Respiratory Distress Syndrome
4 Bayi Baru Lahir Rendah
5 Ikterik Neonatus Patologi
6 Pneumonia
7 Transient Tachypnea of Newborn
8 Meconium Aspiration Syndrome
9 Meconium Staining
10 Afiksia Berat

Hasil analisa:
Berdasarkan tabel 2.13 di atas, menunjukkan bahwa 10 penyakit
terbanyak di Ruang Bougenville yaitu Neonatus Hiperbilirubin,
Sepsis, Respiratory Distress Syndrome (RDS), Bayi Baru Lahir
Rendah (BBLR), Ikterik Neonaus Patologi, Pneumonia, Transient
Tachypnea of Newborn (TTN), Meconium Aspiration Syndrome
(MAS), Meconium Staining (MS), dan Afiksia Berat.

STIKep PPNI Jabar


Page 19
o. Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 2.14 Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Bougenville

No Kategori Jumlah Persentase


1 Puas 11 50%
2 Tidak puas 11 50%
Total 22 100%

Hasil analisa:
Berdasarkan tabel 2.14 di atas, diketahui bahwa dari 22 perawat
setengahnya (50%) merasa puas dalam bekerja. Hasil ini didapatkan
dengan alat ukur kuesioner kepuasan kerja perawat. Faktor kepuasan
kerja perawat merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh
rumah sakit.

STIKep PPNI Jabar


Page 20
p. Motivasi Kerja Perawat

Tabel 2.15 Motivasi Kerja Perawat di Ruang Bougenville

No Dimensi Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 16 72,7 %
1 Motivasi Kerja Sedang 2 9,1%
Rendah 4 18,2%
Total 22 100 %

Hasil analisa:
Berdasarkan tabel 2.15 di atas, diketahui bahwa lebih dari
setengahnya (60%) perawat di Ruang Bougenville memiliki
motivasi kerja yang tinggi.
Munandar (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu
proses dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan
serangkaian kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan
tertentu. Pada jurnal Mudayana mengatakan Terdapat hubungan
yang kuat antara motivasi dengan kinerja, semakin tinggi motivasi
kerja maka akan semakin baik kinerja yang dihasilkan.

STIKep PPNI Jabar


Page 21
q. Beban Kerja Perawat

Tabel 2.16 Beban Kerja Perawat di Ruang Bougenvile

PAGI SIANG MALAM


Tanggal
JK A % JK A % JK A %

29 360 298 82,77% 360 249 69,16% 720 443 61,52%


Maret
360 344 95,55% 360 284 78,8% 720 459 63,75%
2019
360 345 95,83% 360 298 82,77% 720 630 87,5%
31
Maret 360 320 88,88% 360 345 95,83% 720 565 78,47%
2019 720 580 80,55%
360 330 91,66% 360 320 88,88%

Total 1800 1637 454,69% 1800 1496 442,44% 3600 2677 371,76%

Rata- 720 535,4 74,35%


360 327,4 90,93% 360 299,2 88,48%
rata

Jumlah Jam Perawatan Dalam 24 Jam:


= Rata-Rata Jam Dinas Pagi + Siang + Malam
= 327,4 + 229,2 + 535,4
= 1162 menit
Jadi, jumlah perawatan dalam 24 jam = 1162 menit
Beban Kerja = (jumlah jam dinas per shift)/ (jumlah jam kerja x 60')
x 100 %
= 1162 /(24 x 60) x 100%
= 1162 /1440 x 100%
= 0,80 x 100%
= 80,69 %

Kriteria menurut Gillies dalam Nursalam (2015):


a) > 77 % : beban kerja tinggi
b) < 77 % : beban kerja rendah

STIKep PPNI Jabar


Page 22
Hasil analisis:
Dari hasil observasi yang dilakukan dan dianalisis hasilnya, didapat:
1) Beban kerja di Ruang Bougenville pada shift pagi 90,93%
artinya beban kerja tinggi, shift siang 88,48% artinya beban
kerja tinggi, shift malam 74,35% artinya beban kerja rendah.
2) Secara keseluruhan jam kerja, beban kerja di Ruang Bougenville
adalah 80,69 % (>77%), artinya beban kerja di ruangan tersebut
tinggi.

r. Perhitungan Tenaga Keperawatan


Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses
membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang
dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit untuk
setiap shiftnya. Untuk penetapan ini ada beberapa rumus yang
dikembangkan oleh beberapa ahli. Selain untuk menetapkan rumus
ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah
tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih. Rumus tersebut
antara lain:
1) Berdasarkan Perhitungan Tenaga (staf) berdasarkan Ponek
a) Kriteria staf pada rawat inap tingkat I
jumlah staf harus mencerminkan rasio perawat:pasien = 1 :
6-8 = x : 12-16 pasien = 2 orang perawat
b) Kriteria staf pada rawat inap tingkat II
Rasio perawat:pasien = 1:4 = x:21 = 5-6 orang
Hasil analis:
Berdasarkan perhitungan tenaga (staf) berdasarkan ponek
perawat yang bertugas di Ruang Bougenville yaitu 7-8 orang
pershift. Sehingga kebutuhan perawat di Ruang Bougenville
sebanyak 28-32 perawat.

STIKep PPNI Jabar


Page 23
2) Perhitungan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Douglas
Douglas (1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan
dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien,
dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per
shiftnya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.17 Nilai Standar Tiap Shift berdasarkan Douglas

Klasifikasi Klien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Berdasarkan kajian situasional yang dilakukan pada 28 Maret


2019 pada tiap shift, maka diperoleh data sebagai berikut:
a) Shift Pagi : 24 orang (0 orang minimal, 0 orang parsial,
24 orang total)
b) Shift Sore : 24 orang (0 orang minimal, 0 orang partial,
24 orang total)
c) Shift Malam : 24 orang (0 orang minimal, 0 orang partial,
24 orang total).

STIKep PPNI Jabar


Page 24
Berdasarkan tabel 2.17, maka diperoleh perhitungan sebagai
berikut:

Tabel 2.18 Perhitungan Tenaga Kerja berdasarkan Douglas

Shift Minimal Parsial Total Jumlah

0 x 0,27 = 24 x 0,36 8,6 (8


Pagi 0x 0,17 = 0
0 =9 orang)
0 x 0,15 = 24 x 0,30 7,2 (7
Sore 0 x 0,14 = 0
0 =6,6 orang)
0 x 0,10 = 24 x 0,20 4,8 (4
Malam 0 x 0,07 = 0
0 = 4,8 orang)
Jumlah Secara keseluruhan perawat per hari
19 Orang

Hasil analisis:
Berdasarkan penghitungan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang Bougenville
sebanyak 19 orang perhari, dimana mayoritas pasien mengalami
tingkat ketergantungan yang total. Sedangkan di Ruang
Bougenville perawat yang berdinas sebanyak 14 perawat
perhari.

STIKep PPNI Jabar


Page 25
2. Money
a. Anggaran Untuk Ruangan
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Karu Ruangan
Bougenville RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 27
Maret 2019 didapatkan bahwa yang membuat anggaran kebutuhan
ruangan adalah Kepala Ruangan. Sumber anggaran ruangan
didapatkan dari APBD, APBN dan BLUD. Apabila ruangan
membutuhkan alat atau kebutuhan yang berhubungan dengan
ruangan maka Karu segera mengajukan surat pengajuan kepada
Bidang Keperawatan RSUD Soreang untuk memenuhi kebutuhan
yang diperlukan di ruangan seperti alat medis, alat keperawatan,
sarana prasarana pasien atau sarana prasarana karyawan.
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sesuai
dengan UU No. 44 tahun 2009 pasal X ayat 1 yaitu, pembiayaan
rumah sakit dapat bersumber dari subsidi pemerintah, anggaran
pemerintah daerah, subsidi pemerintah dan pemerintah daerah atau
sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

STIKep PPNI Jabar


Page 26
b. Alur anggaran yang diberikan untuk ruangan
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Ruang
Bougenville RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 27
Maret 2019 didapatkan bahwa:
Usulan dari ruangan sesuai dengan kebutuhan

Alat medis perbaikan alat keperawatan diklat


↓ ↓ ↓ ↓
Bidang kemedikan bagian umum bidang keperawatan


Direktur

Bidang keuangan
Bagan 2.1
Alur Anggaran Ruangan

c. Tarif Ruangan

Tabel 2.19 Tarif Pelayanan RSUD Soreang Kabupaten Bandung

Pelayanan Tarif
Ruangan tarif ruang Bougenville
Rp. 90.000/malam,-
Pelayanan Keperawatan Tarif prlayanan perawat berdasarkan
kategori :
Tindakan Kategori II Rp. 20.000,-
Tindakan Kategori III Rp. 35.000,-
Tindakan Kategori IV Rp. 45.000,-
Tindakan Kategori V Rp. 80.000,-
Pelayanan Medis Visite dr Spesialis Rp. 35.000,-
Visite dr Umum Rp. 20.000,-

STIKep PPNI Jabar


Page 27
Tabel 2.20 Tarif Tindakan Ruang Bougenville

NO TINDAKAN BESARAN
1 Resus SC Rp. 430.000,-
2 Resus spontan Rp. 150.000,-
3 Resus VE/Forcep Rp. 270.000,-
4 Sonde Rp. 10.000,-
5 Bilas lambung Rp. 50.000,-
6 NGT/ OGT Rp. 50.000,-
7 Inkubator Rp. 50.000,-
8 Infus pump Rp. 50.000,-
9 CPAP Rp. 50.000,-
10 Foto Terapi Rp. 50.000,-
11 Infus bayi Rp. 50.000,-
12 Saturasi oksigen Rp. 25.000,-
13 Wash out Rp. 50.000,-
14 Ganti balutan Rp. 17.100,-
15 Suction Rp. 30.000,-
16 Transfusi/hari Rp. 20.000,-
17 Pemberian nebulizer/ kali Rp. 25.000,-
18 RJP tanpa ETT Rp. 100.000,-
19 RJP dengan ETT Rp. 150.000,-

Hasil analisis:
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung nomor 11 tahun
2012 tentang retribusi jasa umum menetapkan jasa adalah kegiatan
pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan
barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan. Kemudian Perda Kab. Bandung nomor 12
tahun 2012 jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan

STIKep PPNI Jabar


Page 28
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

d. Penggajian Perawat
1) Gaji pokok perawat
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa gaji perawat PNS berbeda-beda tergantung
pada tingkat golongan. Sistem penggajian di RSUD Soreang
melalui bank BJB setiap awal bulan. Kenaikan gaji di RSUD
soreang dilakukan tiap tahun dan kenaikan gaji sesuai dengan
golongan.
2) Uang makan
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa RSUD Soreang memberikan jatah uang
makan kepada setiap perawat sesuai golongan.
3) Insentif/ jasa pelayanan
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Ruang
Bougenville RSUD Soreang pada tanggal 27 Maret 2019
didapatkan bahwa jasa pelayanan diberikan tergantung jumlah
pasien dan pelayanan yang diberikan.
4) Tunjangan Hari Raya (THR)
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa RSUD Soreang memberikan tunjangan hari
raya (THR).

STIKep PPNI Jabar


Page 29
5) Tunjangan kesehatan
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa tunjangan yang diberikan kepada perawat
sesuai aturan yaitu melalui asuransi kesehatan dengan BPJS
kesehatan sesuai golongan yaitu PNS golongan II dan TKK
mendapatkan BPJS kelas 2, serta PNS golongan III
mendapatkan BPJS kelas 1.
6) Pendidikan lanjut
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Ruang
Bougenville RSUD Soreang pada tanggal 27 Maret 2019 bahwa
untuk tugas belajar bagi PNS didanai oleh pemerintah pusat dan
dibebas tugaskan dari dinas. Namun ada kriteria maksimal bagi
perawat yang akan melanjutkan tugas belajar. Izin belajar pun
diberikan kepada karyawan PNS dan non PNS dengan syarat
tidak meninggalkan pekerjaan dan menggunakan biaya sendiri.

e. Koperasi Pegawai
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa di RSUD Soreang terdapat koperasi untuk
simpanan wajib koperasi pegawai di potong setiap bulan dari gaji
pegawai sebesar Rp. 20.000,-.

STIKep PPNI Jabar


Page 30
f. Jenis Pembayaran Pasien
Hasil analisis:
Jenis Pembayaran pasien di Ruang Bougenville RSUD Soreang bisa
menggunakan BPJS PBI, BPJS Non PBI, Umum, dan Jampersal.
Berdasarkan UU PMK No.4 2018 pasal 26 dan 27 mengenai
Kewajiban Pasien, pasien mempunyai kewajiban memberikan
imbalan jasa yang diterima. Imbalan jasa sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 26 merupakan pembayaran atas konsultasi,
pemeriksaan medis, tindakan medis dan pelayanan lain yang
diterima yang didasarkan atas itikad pasien dengan jasa yang
diterima.

STIKep PPNI Jabar


Page 31
g. Cara dan Alur Pembayaran
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Ruang
Bougenville RSUD Soreang pada tanggal 27 Maret 2019 didapatkan
bahwa:
1) Cara dan alur pembayaran BPJS dan Jampersal
Pasien BPJS dan Jampersal
Melengkapi berkas persyaratan

ACC Verifikasi

Rincian pembayaran dari ruang Bougenville

Kasir rawat inap

Melengkapi data berkas rekam medik
↓ ↓
Proses klaim BPJS proses klaim jampersal
↓ ↓
Pembayaran oleh pembayaran oleh jampersal
BPJS
Bagan 2.2
Cara dan Alur Pembayaran BPJS dan Jampersal

2) Cara dan alur pembayaran umum


Pasien umum
rincian pembayaran dari Ruang Bougenville

kasir rawat inap

Bagan 2.3
Cara dan Alur Pembayaran Umum

STIKep PPNI Jabar


Page 32
3. Metode
a. Manajemen Unit
1) Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
Kepala Instalasi Rawat Inap

Sri Suhartini, AMK

Kepala Ruangan Administrasi

Listiany Pramanik, S.Kep, Ners Nurwendah, S.Sos

TIM KAMAR I TIM KAMAR II TIM KAMAR III TIM KAMAR IV DAN
V
PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER
Novi Trian. P, AMK Emi Muharami, AMK Saima Yulianti, Amd.Kep Euis Vevi. S. Kep., Ners

Perawat Asosiate Perawat Asosiate


Perawat Asosiate Perawat Asosiate
1. Sumi Lestari, Amd. Kep 1. Uum Mulyati, AMK
2. Isna. P, S.Kep, Ners 2. Neng Ima Rahmawati, AMK 1. Rini Nuraeni S.Kep 1. Eka Komalasari, S.Kep. Ners
3. Rani. K, S.Kep, Ners 3. Nursari Pujiati 2. Hera Ratnaningsih, AMK 2. Geget Dwi.N, AMK
4. Rani. D. A S.Kep, Ners
3. Ai Yuyun, AMK
5. Neng Riska. D, S.Kep, Ners 3. Eni Rohaeni, AMK
6. Yuli Y, Amd. Kep
7. Nina. M, Amd. Kep
8. Riantina. G. M, Amd. Kep Bagan 2.4 Struktur Organisasi
9. Novita.A. A, Amd. Kep

STIKep PPNI Jabar


Page 33
Kajian Teori:
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara
tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan
jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan
yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi.
Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan
hubungan wewengan siapa melapor kepada siapa. Berdasarkan
kajian situasi di Ruang Bougenville sudah terdapat struktur
organisasi.
2) Uraian Tugas

Tabel 2.21 Uraian Tugas Perawat Ruang Bougenville

Tugas Ya Tidak

I. KEPALA RUANGAN
1. Melaksanakan fungsi perencanaan,
meliputi:

a. Merencanakan jumlah dan kategori
tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis √
peralatan perawatan yang
diperlukan sesuai kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan √
jenis kegiatan/ asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai
kebutuhan pasien
2. Melaksanakan fungsi penggerakan √
dan pelaksanaan, meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasikan
seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar √
dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan dan
ketentuan atau peraturan yang
berlaku.

STIKep PPNI Jabar


Page 34
c. Melaksanakan program orientasi
kepada tenaga perawatan baru atau √
tenaga lain yang akan bekerja
diruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi √
kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai ketentuan/ standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh √
kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam
pelayanan di ruang rawat.
f. Mengadakan pertemuan berkala √
dengan pelaksana perawatan dan
tenaga lain yang berada di wilayah
tanggung jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan √
keterampilan di bidang perawatan
antara lain melalui pertemuan
ilmiah.
h. Mengenal jenis dan kegunaan √
barang/ peralatan serta
mengusahakan pengadaannya
sesuai kebutuhan pasien agar
tercapai pelayanan yang optimal.
i. Menyusun permintaan rutin √
meliputi kebutuhan alat, obat dan
bahan lain yang diperlukan di
ruang rawat.
j. Mengatur dan mengkoordinasikan √
pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
k. Mempertangungjawabkan √
pelaksanan inventarisasi peralatan.
l. Melaksanakan program orientasi √
kepada pasien dan keluarganya,
meliputi penjelasan tentang
peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan.

STIKep PPNI Jabar


Page 35
m. Mendampingi dokter selama
kunjungan keliling (visite dokter)
untuk pemeriksaan pasien dan
mencatat program pengobatan,
serta menyampikan kepada staf √
untuk melaksanakannya.
n. Mengelompokan pasien dan √
mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat
kegawatannya, infeksi dan non
infeksi untuk memudahkan
pemberian asuhan keperawatan.
o. Mengadakan pendekatan kepada √
setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaanya dan
menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah
yang dihadapinya.
p. Menjaga perasan pasien agar √
merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan
perawatan berlangsung.
q. Memberi penyuluhan kesehatan √
terhadap pasien atau keluarga
dalam batas kewenangan.
r. Menjaga perasaan petugas agar √
merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan
perawatan berlangsung.
s. Memelihara dan mengembangkan √
sistem pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan dan kegiatan
lain yang dilakukan secara tepat
dan benar untuk tindakan
perawatan selanjutnya.
t. Mengadakan kerja sama yang baik √
dengan kepala ruangan yang lain,
seluruh kepala bidang, kepala
bagian, kepala instalasi dan kepala
unit di RS.
u. Menciptakan dan memelihara √
suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya,
sehingga memberikan ketenangan.
v. Meneliti pengisian formulir sensus
harian pasien ruangan. √

STIKep PPNI Jabar


Page 36
w. Memeriksa dan meneliti pengisian √
daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis
makanan pasien, kemudian
memeriksa dan meneliti ulang saat
penyajian sesuai dengan diitnya.
x. Memelihara buku register dan √
berkas catatan medik.
y. Membuat laporan harian dan √
bulanan mengenai pelaksanaan
kegiatan asuhan keperawatan, serta
kegiatan lain di ruang rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, √
pengendalian dan penilaian meliputi:
a. Mengawasi dan menilai
pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap √
upaya peningkatan pengetahuan
dan keterampilan di bidang
perawatan.
c. Mengawasi dan mengendalaikan √
pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat-obatan secara
efektif dan efisien
d. Mengawasi pelaksanaan sistem √
pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat
kegiatan lain di ruang rawat.
Jumlah Total 100 %
II. PERAWAT PRIMER √
1. Menerima pasien dan mengkaji
kebutuhan pasien secara
komprehensif.
2. Membuat tujuan dan rencana √
keperawatan.
3. Melaksanakan rencana yang telah √
dibuat selama praktek bila diperlukan.
4. Mengkomunikasikan dan √
mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain
maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan asuhan √
keperawatan.
6. Membuat jadwal perjanjian klinik. √

STIKep PPNI Jabar


Page 37
7. Mengadakan kunjungan rumah bila √
perlu.
8. Bertanggung jawab penuh selama 24 √
jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
9. Mengikuti timbang terima √
10. Menerima pasien dan mengkaji √
kebutuhan pasien secara komperhensif
11. Membuat tujuan dan rencana √
keperawatan.
12. Melaksanakan rencana yang telah √
dibuat selama ia dinas.
13. Mengkomunikasikan dan √
mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain
maupun perawat lain.
14. Mengevaluasi keberhasilan yang √
dicapai.
15. Menerima dan menyesuaikan rencana. √
16. Menyiapkan penyuluhan untuk √
pulang.
17. Melaksanakan sentralisasi obat. √
18. Mendampingi visite. √
19. Melaksanakan ronde keperawatan √
bersama dengan kepala ruangan dan
perawat asosiet.
20. Melaporkan perkembangan pasien √
kepada kepala ruangan.
Jumlah Total 95% 5%
a) III. PERAWAT ASOSIET
Seorang perawat yang diberikan wewenang
dan ditugaskan untuk memberikan
pelayanan keperawatan langsung kepada
klien.
Tugas Pokok:
1. Memberikan perawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan
sentuhan kasih saying, meliputi:
a. Melaksanakan tindakan perawatan √
yang telah disusun.
b. Mengevaluasi tindakan √
keperawatan yang telah diberikan.

STIKep PPNI Jabar


Page 38
c. Mencatat dan melaporkan semua √
tindakan perawatan dan respons
pasien pada catatan perawatan.
2. Melaksanakan program medik dengan
penuh tanggung jawab, meliputi:
a. Pemberian obat. √
b. Pemeriksaan laboratorium. √
c. Persiapan pasien yang akan √
dioperasi.
3. Memperhatikan keseimbangan
kebutuhan fisik, mental, dan spiritual
dari pasien, meliputi:
a. Memelihaara kebersihan pasien √
dan lingkungan.
b. Mengurangi penderitaan pasien √
dengan memberi rasa aman,
nyaman dan ketenangan.
c. Pendekatan dengan komunkasi √
terapeutik.
4. Mempersiapkan pasien secara fisik dan √
mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan serta
diagnostik.
5. Melatih pasien untuk menolong dirinya √
sendiri sesuai kemampuannnya.
6. Memberi pertolongan segera pada √
pasien gawat atau sakaratul maut.
7. Membantu kepala ruangan dalam
petatalaksanaan ruangan secara
administrative, meliputi:
a. Menyiapkan data pasien baru, √
pulang atau meninggal.
b. Sensus harian dan formulir. √
c. Rujukan atau penyuluhan PKMRS. √
8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat √
yang ada di ruangan
9. Menciptkan dan memelihara √
kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
10. Melaksanakan tugas dinas pagi/ sore/ √
malam secara bergantian.
11. Memberi penyuluhan kesehatan kepada √
pasien sehubungan dengan penyakitnya.
12. Melaporkan segala sesuatu mengenai
keadaan pasien baik lisan maupun
tertulis. √

STIKep PPNI Jabar


Page 39
13. Membuat laporan harian. √
14. Mengikuti timbang terima. √
15. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan. √
16. Melaksanakan rencana keperawatan √
yang dibuat oleh perawat primer
17. Berkoordinasi dengan perawat asosiet √
yang lain dan perawat primer
18. Melakukan evaluasi formatif √
19. Pendokumentasian tindakan dan catatan √
perkembangan pasien.
20. Melaporkan segala perubahan yang √
terjadi atas pasien kepada perawat
primer.
Jumlah Total 96% 4%

Hasil kajian situasi:


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Ruang
Bougenville pada tanggal 27 Maret – 1 April 2019 hasil tugas
Kepala Ruangan seluruhnya (100 %) sudah dilakukan, tugas
Perawat Primer hampir seluruhnya (95%) telah dilakukan dan
tugas Perawat Asosiet hampir seluruhnya (96%) sudah
melakukan tugas sesuai dengan uraian tugasnya masing-masing.

3) Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit


a) Hak Pasien
(1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
(2) Memperoleh informasi mengenai Hak dan Kewajiban
Pasien.
(3) Berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, jujur
tanpa diskriminasi.
(4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi (SPO).

STIKep PPNI Jabar


Page 40
(5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi. Mengajukan pengaduan atas kualitas
pelayanan yang didapatkan.
(6) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginan dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
(7) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik baik di luar maupun di rumah sakit.
(8) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya.
(9) Mendapatkan informasi tentang kondisi penyakit yang
dideritanya serta perkiraan biaya pengobatan.
(10) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya.
(11) Didampingi keluarga di saat kritis.
(12) Menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaannya
selama hal tersebut tidak mengganggu pasien lainnya.
(13) Berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di rumah sakit.
(14) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku
rumah sakit terhadap dirinya.
(15) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
(16) Menggugat rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar, baik secara perdata maupun pidana.

STIKep PPNI Jabar


Page 41
(17) Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan melalui media sesuai
dengan ketentuan peraturan peruandang-undangan.
b) Kewajiban Pasien
(1) Mematuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit.
(2) Menggunakan fasilitas rumah sakit secara
bertanggung jawab.
(3) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan
hak tenaga kesehatan serta petugas lainnya yang
bekerja di rumah sakit.
(4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat
sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang
masalah kesehatannya.
(5) Memberikan informasi mengenai kemampuan
finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya.
(6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh
tenaga kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh
pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan
pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/ atau
tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatannya.
(8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.

STIKep PPNI Jabar


Page 42
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada
tanggal 27 Maret – 01 April 2019 kepada Karu Ruang
Bougenville didapatkan hasil bahwa di ruangan tersebut
sudah menyediakan informasi mengenai hak dan kewajiban
pasien berupa tulisan yang digantung di dinding serta
terdapat pada status pasien. Hak-hak pasien diatur dalam
pasal 52 UU No.29/2004 bahwa pasien harus mendapatkan
penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis,
menerima pendapat dokter, mendapatkan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan medis, menolak tindakan medis dan
mendapatkan isi rekam medis. Sedangkan kewajiban pasien
tercantum dalam UU No. 29 tahun 2004 yaitu: memberikan
informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya, mematuhi nasihat dan petunjuk dokter,
memenuhi ketentuan yang berlaku dan sarana pelayanan
kesehatan serta memberikan imbalan atas pelayanan yang
diterima.
Pasien di Ruang Bougenville seluruhnya adalah Bayi
Baru Lahir sehingga untuk penyampaian hak dan kewajiban
pasien disampaikan kepada orang tua kandung pasien.
Berdasarkan hasil observasi pada orang tua 20 bayi baru
lahir yang mendapatkan informasi mengenai hak dan
kewajian pasien mengatakan mengerti dan memahami
informasi yang diberikan perawat serta menandatangani
perjanjian tersebut.

STIKep PPNI Jabar


Page 43
c) Tata Tertib Rawat Inap
Kewajiban Para Pengunjung
(1) Keterangan Pengunjung pasien rawat inap
Jam Besuk:
Pagi : 11.00 s/d 12.00 WIB
Sore : 16.00 s/d 17.00 WIB
(2) Sesudah jam berkunjung, harap segera meninggalkan
ruangan.
(3) Pasien dapat ditunggu oleh satu orang anggota keluarga
terdekat dan mengurus kartu penunggu pasien ke
petugas ruang perawatan setempat.
(4) Apabila penunggu pasien dilebihkan lebih dari satu
orang dan atas pertimbangan petugas ruangan maka
keluarga dapat mengurus surat izin menunggu dan akan
mendapatkan kartu tunggu dari petugas.
(5) Kartu penunggu pasien berlaku untuk satu orang.
(6) Khusus untuk Ruang Bougenville
(a) Penunggu pasien (bayi) menunggu di luar.
(b) Sebelum mengunjungi bayi harus mencuci tangan
(c) Hanya orang tua kandung bayi yang dapat
mengunjungi.

Larangan Bagi Pengunjung:


(1) Tidak membawa senjata tajam dan senjata api.
(2) Tidak membawa anak kecil di bawah umur 10 tahun
masuk ke ruang perawatan.
(3) Tidak ramai, gaduh, ribut.
(4) Tidak membawa barang berharga dan uang dalam
jumlah besar.
(5) Dilarang bermain di luar ruangan sesudah jam
berkunjung selesai.

STIKep PPNI Jabar


Page 44
(6) Dilarang merokok diseluruh area rumah sakit.

Hasil kajian situasi:


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27
Maret - 01 April 2019 kepada 20 pengunjung bayi
seluruhnya (100%) sudah melaksanakan tata tertib dengan
baik. Pengunjung menunggu di luar dan diperbolehkan ke
ruangan pada saat jam besuk, sebelum mengunjungi bayi
pengunjung melakukan cuci tangan menggunakan hand
wash di wastafel yang disediakan di ruangan, serta yang
mengunjungi bayi adalah orang tua kandung bayi. Di
ruangan juga terdapat petugas keamanan yang mengatur
pengunjung dan memelihara keamanan ruangan.
b. Metode/ Manajemen Asuhan Keperawatan
1) Penerimaan Pasien Baru
Terdapat dua alur masuk pasien di Ruang Bougenville
a) Bayi lahir di Rumah Sakit
Pasien lahir di Ruang
VK / OK

Ruang Bougenville

Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3

BBL Sehat BBLR dan BBL BBL sakit dengan


Sakit tanpa CPAP CPAP

Kamar 5 (Isolasi)

BBL Infeksi

Bagan 2.5 Alur Penerimaan Pasien Baru Lahir di RS

STIKep PPNI Jabar


Page 45
b) Bayi lahir di Luar

Poli Anak IGD PONEK

Kamar 4

Bayi Rujukan

Kamar 3 Kamar 5 (Isolasi)

BBL sakit dengan CPAP BBL Infeksi

Bagan 2.6 Alur Penerimaan Pasien Baru Lahir di Luar RS

3) Pengelolaan Pasien
a) Pengetahuan Perawat
Menurut Franly, dkk (2013) menyebutkan bahwa
ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali
konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan
intelektual. Kognitif atau pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian banyak
yang menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan berlangsung lebih lama dan menjadi
kebiasaan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Notoatmodjo (2014), pengukuran
pengetahuan dapat melalui wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek peneliti atau responden ke dalam pengetahuan yang

STIKep PPNI Jabar


Page 46
ingin atau diukur dapat disesuaikan dengan kualitas
pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan
dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu:
(1) Tingkat pengetahuan baik jika jawaban responden dari
kuesioner yang benar 76 – 100%.
(2) Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden
dari kuesioner yang benar 56 – 75%.
(3) Tingkat pengetahuan kurang jika jawaban responden
dari kuesioner yang benar <56%.

Hasil kajian situasi:


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan
pada tanggal 27 Maret - 01 April 2019 didapatkan data
sebagai berikut:

Tabel 2.22 Rata-rata Hasil Pengetahuan Perawat


Ruang Bougenvile RSUD Soreang

Kategori Persentase
No Pengetahuan Perawat
Baik Cukup Kurang (%)
1 Manajemen Asuhan
Keperawatan
a. Model Asuhan 95,5% 4,5% 100%
Keperawatan
b. Efektifitas dan 31,8% 59,1% 9,1% 100%
Efisiensi
c. Pelaksanaan 90,1% 9,1% 100%
d. Tanggung jawab dan 90,1% 9,1% 100%
Pembagian Tugas
2 Timbang Terima 100% - - 100%
3 Ronde Keperawatan 36,4% 13,6% 50% 100%

STIKep PPNI Jabar


Page 47
4 Pre dan Post Conference 100% - - 100%
5 Sentralisasi Obat
a. Pengadaan 40,9% 45,5% 13,6% 100%
Sentralisasi obat
b. Alur Penerimaan Obat 40,9% 59,1% - 100%
c. Cara Penyimpanan 63,6% 22,7% 13,6% 100%
d. Cara Penyiapan obat 77,3% 22,7% - 100%
6 Suvervisi 50% 31,8% 18,2% 100%
7 Dokep 36,4% 59,1% 4,5% 100%
8 Metode pasien Rumah
Sakit
a. Penerimaan 72,7% 18,2% - 100%
Pasien Baru
b. Discharge 81,8% 18,2% - 100%
Planning

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil


pengetahuan perawat di Ruang Bougenvile yaitu sebagai
berikut:
(1) Pengetahuan manajemen asuhan keperawatan
(a) Pengetahuan model asuhan keperawatan di Ruang
Bougenville hampir seluruhnya (95,5%) perawat
Ruangan Bougenville dalam katageori pengetahuan
baik.
(b) Pengetahuan efektifitas dan efesiensi model asuhan
keperawatan di Ruang Bougenville sebagian besar
(59,1%) perawat dalam kategori pengetahuan
cukup.
(c) Pengetahuan pelaksanaan model asuhan
keperawatan di Ruang Bougenville hampir

STIKep PPNI Jabar


Page 48
seluruhnya (90,9%) perawat dalam kategori
pengetahuan baik.
(d) Tanggung jawab dan pembagian tugas di Ruang
Bougenville hampir seluruhnya (90,9%) perawat
dalam kategori pengetahuan baik.
(e) Pengetahuan timbang terima di Ruang Bougenville
hampir seluruhnya (90,9%) perawat dalam kategori
baik.
(2) Pengetahuan ronde keperawatan di Ruang Bougenville
setengahnya (50%) perawat dalam kategori kurang.
(3) Pengetahuan pre dan post conference di Ruang
Bougenville seluruhnya (100%) perawat dalam kategori
pengetahuan baik.
(4) Pengetahuan sentralisasi obat:
(a) Pengetahuan pengadaan sentralisasi obat di Ruang
Bougenville hampir setengahnya (45,5%) perawat
dalam kategori kurang.
(b) Pengetahuan cara penyimpanan obat di Ruang
Bougenville sebagian besar (63,6%) perawat dalam
kategori baik
(c) Pengetahuan cara penyiapan obat di Ruang
Bougenville sebagian besar (77,3%) perawat dalam
kategori baik
(5) Pengetahuan suvervisi di Ruang Bougenville
setengahnya (50%) perawat dalam kategori baik.
(6) Pengetahuan dokumentasi keperawatan sebagian besar
(59,1%) perawat dalam kategori cukup.
(7) Pengetahuan metode pasien rumah sakit:
(a) Pengetahuan penerimaan pasien baru di Ruang
Bougenville sebagian besar (72,7%) perawat
dalam kategori baik.

STIKep PPNI Jabar


Page 49
(b) Pengetahuan discharge planning di Ruang
Bougenville hampir seluruhnya (81,8%) perawat
dalam kategori baik.

b) Metode Penugasan
(1) Metode asuhan keperawatan
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil wawancara kepada Karu Ruang
Bougenville pada tanggal 27 Maret 2019 didapatkan
bahwa untuk MAKP yang digunakan adalah metode
Modifikasi Tim-Primer. Terdapat 4 Perawat Primer
(PP) di bawah pengawasan dari Kepala Ruangan
dengan kualifikasi Ners (1 orang) dan D3 (3 orang).
Setiap Perawat Primer (PP) membawahi 3-9 Perawat
Asosiet (PA) dengan kualifikasi Ners (6 orang) D3 (11
orang) dan SPK (1 orang) . Menurut Kepala Ruangan
dipilihnya Metode Modifikasi Tim-Primer karena
dinilai lebih efektif. Kelebihan dari metode tersebut
perawat penanggung jawab setiap ruangan dapat
mengetahui mengenai keadaan pasien di setiap
ruangannya sedetail mungkin dan melakukan tindakan
perawatan lebih maksimal tetapi kekurangan dalam
metode tersebut adalah belum sesuainya antara
tanggung jawab Perawat Primer (PP) dan jumlah pasien
yang dikelola, PP kamar 1 bertanggung jawab terhadap
22 pasien, PP kamar 2 bertanggung jawab terhadap 5
pasien, PP kamar 3 bertanggung jawab terhadap 4
pasien, dan PP kamar 4 dan 5 bertanggung jawab
terhadap 6 pasien.

STIKep PPNI Jabar


Page 50
Kajian teori:
Menurut Nursalam (2015) menyebutkan Model MAKP
Tim-Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem
model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan
berikut:
(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni,
karena perawat primer harus mempunyai latar
belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
(b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni,
karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim.
(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut
diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer/ ketua tim. Setiap Perawat Primer
memberikan asuhan keperawatan pada 7-8 pasien.

Hasil analisis:
Berdasarkan teori MAKP Modifikasi Tim-Primer yang
digunakan oleh ruangan sudah sesuai, di Ruang
Bougenville terdapat 7 perawat yang memiliki latar
belakang S-1 Keperawatan akan tetapi terdapat Perawat
Primer (PP) yang berkualifikasi D3 dengan alasan
pengalaman bekerja dan terdapat ketidakseimbangan
antara pemberian asuhan keperawatan khususnya
kamar 1 dimana PP memberikan asuhan keperawatan
kepada 22 pasien.

STIKep PPNI Jabar


Page 51
(2) Ronde Keperawatan
Hasil kajian situasi:
Hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019
ronde keperawatan di Ruang Bougenville sudah ada
dan berjalan, tetapi jarang dilakukan karena
berdasarkan kasus tertentu.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 27
Maret – 01 April 2019 pelaksanaan ronde keperawatan
di Ruang Bougenville belum pernah dilakukan.

Kajian teori:
Menurut Nursalam (2012), ronde keperawatan
adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat di samping melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer, perawat
pelaksana atau kepala ruangan dan juga perlu
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan. Ronde
keperawatan sangat penting dilakukan, melalui kegiatan
ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau
tidak. Melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,
rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan
dalam asuhan keperawatan dapat dinilai

STIKep PPNI Jabar


Page 52
(3) Timbang Terima
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27
Maret 2019 timbang terima di Ruang Bougenville
sudah berjalan 100% dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi dalam 12 shift dan
selama 5 hari didapatkan hasil perawat Ruang
Bougenville telah melakukan timbang terima 100%
yang diawali dengan pembukaan oleh kepala ruangan,
setelah itu doa dan dimulai operan dari dinas
sebelumnya ke dinas selanjutnya yang isinya adalah
menjelaskan kondisi pasien saat ini seperti ttv, keluhan
utama dan tindakan yang telah dilakukan kepada
perawat dinas selanjutnya, lalu diakhiri dengan
penutup.

STIKep PPNI Jabar


Page 53
Tabel 2.23 Prosedur Timbang Terima Pasien
Ruang Bougenville RSUD Soreang

28 29 30 31 01
P S P S M P S P S M P S
Persiapan Persiapan Personal: √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

1. Timbang terima
dilaksanakan setiap
pergantian shift/ operan
2. Prinsip timbang terima, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
semua pasien baru masuk
dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/
dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi
lebih lanjut
3. PA/ PP menyampaikan
timbang terima kepada PP
(yang menerima
pendelegasian) berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima:
a. Aspek umum yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
meliputi: M1 s/d M5
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
diagnosa medis

STIKep PPNI Jabar


Page 54
d. Data (keluhan/ subjektif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan objektif)
e. Masalah keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang masih muncul
f. Intervensi keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
g. Intervensi kolaborasi dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dependen
h. Rencana umum dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan program
lainnya).

Pelaksanaan Nurse Station √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


1. Kedua kelompok dinas
sudah siap (sif jaga)
2. Kelompok yang akan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
bertugas menyiapkan buku
catatan
3. Kepala ruangan/ PP/ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
penanggung jawab shift
membuka acara operan
4. Penyampaian yang jelas, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
singkat dan padat oleh
perawat jaga

STIKep PPNI Jabar


Page 55
5. Perawat yang akan berdinas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
melakukan klarifikasi di bed
pasien
6. Kepala ruangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menyampaikan salam dan
PP menanyakan kebutuhan
dasar pasien
7. Perawat jaga selanjutnya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan
tindakan yang telah/ belum
dilaksanakan, serta hal-hal
penting lainnya selama masa
perawatan
8. Hal-hal yang sifatnya khusus √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya
Post 1. Diskusi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Timbang 2. Pelaporan untuk timbang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Terima terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan PP
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala

STIKep PPNI Jabar


Page 56
ruangan
3. Ditutup oleh karu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Hasil kajian teori:


Menurut Nursalam (2008), timbang terima adalah
suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan pasien. Handover
adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau
transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat
yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover
adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi
terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.

(4) Mengobservasi Pre dan Post Conference


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi selama 5 hari dari tanggal
27 Maret - 01 April 2018, pre dan post conference yang
dilakukan di Ruang Bougenville sudah 100% dilakukan
setiap hari. Yang memimpin pre dan post conference
adalah PP yang bertugas setiap hari.

STIKep PPNI Jabar


Page 57
Tabel 2.24 Pre dan Post Conference

PRE-POST CONFERENCE

No Dokumentasi: No Revisi: Halaman

Standar Tanggal berlaku: Ditetapkan di:


Manajemen
Keperawatan

Pengertian Comference merupakan pertemuan tim yang dilakukan


setiap hari. Conference dilakukan sebelum (pre) atau
setelah (post) melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan.

Tujuan Role Play dalam kelompok

Kebijakan 1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah


pasien
2. Merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
3. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
4. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang
keadaan pasien
Persiapan Menghubungi kepala ruangan dan perawat yang mungkin
akan terlibat dalam pelaksanaan

Prosedur Kerja 1. Perawat primer atau penanggung jawab tim membuka


acara
2. Berdoa
3. Perawat primer atau penanggung jawab tim
menanyakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh perawat dinas sebelumnya terutama pada pasien/
masalah yang perlu didiskusikan

STIKep PPNI Jabar


Page 58
4. Diskusi yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab
5. Perawat primer atau penanggung jawab tim
menanyakan rencana harian masing-masing perawat
asosiet
6. Perawat primer atau penanggung jawab tim
memberikan masukkan dan tindak lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu
7. Perawat primer atau penanggung jawab tim
memberikan reinforcement
8. Perawat primer atau penanggung jawab tim menutup
acara
Unit Terkait Kepala ruangan, perawat ruangan.

Kajian teori:
Pre Conference adalah komunikasi kepala
primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh perawat primer atau penanggung jawab
tim. Jika yang dinas pada shift tersebut hanya 1 (satu)
orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dari perawat primer
atau penanggung jawab tim (Modul MPKP, 2006).
Post Conference adalah komunikasi perawat
primer dan perawat asosiet tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan
tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak

STIKep PPNI Jabar


Page 59
lanjut). Post conference dipimpin oleh perawat primer
atau penanggung jawab tim (Modul MPKP, 2006).

(5) Pelaksanaan Discharge Planing


Hasil kajiam situasi:
Berdasarkan hasil observasi di Ruang
Bougenville selama 5 hari pada tanggal 27 Maret - 01
April 2019 didapatkan hasil bahwa terdapat 27 pasien
pulang, semua pasien pulang tersebut diberikan
discharge planning secara lisan dan tulisan secara
lengkap mengenai perawatan Bayi Baru Lahir, serta
mengevaluasi kembali penjelasan yang telah diberikan
perawat kepada keluarga pasien. Di Ruang
Bougenville sendiri sudah terdapat SOP discharge
planning dengan lembar ceklis yang ada di status
pasien dan lebih memudahkan perawat dalam mengisi
discharge planning.

Kajian teori:
Discharge planning merupakan suatu rencana yang
disusun secara sistematis untuk pasien, sebelum keluar
dari rumah sakit yang dimulai dari mengumpulkan data
sampai dengan masuk area perawatan yaitu meliputi
pengkajian, rencana perawatan, implementasi dan
evaluasi (Nursalam, 2012). Ketika pasien
meninggalkan rumah sakit, sekali lagi
menekankan informasi yang telah anda berikan
sebelumnya dan program dokter untuk medikasi,
tindakan, atau peralatan khusus. Menekankan
perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal
yang harus dilakukan. Meyakinkan pasien dan keluarga

STIKep PPNI Jabar


Page 60
memahami keterbatasan pasien, mendorong pasien dan
keluarga untuk datang kembali ke rumah sakit bila
kondisinya tidak membaik atau memburuk. Ketika
pasien pulih, memberikan motivasi untuk kembali ke
kehidupan dan perannya yang normal seperti sebelum
sakit (Ester, 2005).

(6) Meninjau Pelaksanaan Sentralisasi Obat


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi selama 5 hari pada tanggal
27 Maret - 01 April 2019 di Ruang Bougenville,
pelaksanaan sentralisasi obat sudah ada dan telah
dilaksanakan. Terdapat ruangan sentralisasi obat tempat
perawat menyiapkan dan mengoplos obat sebelum
diberikan kepada pasien. Terdapat lemari penyimpanan
obat untuk pasien yang didalamnya terdiri dari loker
obat untuk setiap pasien yang telah diberi label nama
dan nomor rekam medik pasien. Terdapat juga kulkas
tempat penyimpanan obat untuk menyimpan sisa obat
yang masih bisa terpakai untuk menjaga kualitas obat
dan ditulis tanggal kadaluarsa obat. Setiap terapi obat
yang akan diberikan kepada pasien ditulis di buku obat
dan dilingkari setiap setelah memberikan obat.

Kajian teori:
Berdasarkan rujukan Nursalam (2017), teknik
pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang diberikan kepada pasien baik obat
oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya
kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat
adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat

STIKep PPNI Jabar


Page 61
didelegasikan kepada staf yang ditunjuk (Nursalam,
2002). Pengeluaran dan pembagian obat tersebut
dilakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga
wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat tersebut. Sentralisasi obat adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2011). Dalam
melakukan sentralisasi obat diperlukan loker
penyimpanan obat pasien dan diberi label berupa
nama pasien dan nomor medrek, perawat melakukan
informed consent kepada keluarga pasien bahwa akan
dilakukan sentralisasi obat dan mengisi lembar serah
terima obat, untuk obat sisa dimasukan ke dalam
lemari pendingin.

(7) Dokumentasi Keperawatan


Seluruh perawat ruangan yang berdinas pada shift pagi,
siang dan malam melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan yang formatnya sudah tertulis di status
pasien. Sistem pendokumentasian di Ruang
Bougenville sudah sesuai dengan pendokumentasian
asuhan, yang meliputi pendokumentasian dalam status
pasien, dilakukan oleh perawat primer dan jika tidak
ada perawat primer pendokumentasian dilakukan oleh
perawat pelaksana. Format pengkajian diagnosa dan
intervensi sudah ada dan dalam bentuk format ceklis
sehingga dapat memudahkan perawat dalam mengkaji
pasien.

STIKep PPNI Jabar


Page 62
(a) Pengkajian
Pengkajian tentang proses keperawatan dilakukan
dengan cara observasi dan studi dokumentasi serta
wawancara. Format pengkajian sudah ada dan
dalam bentuk lembar ceklis sehingga dapat
memudahkan perawat dalam mengkaji pasien. Data
yang didapatkan adalah: identitas pasien; riwayat
kesehatan; pemeriksaan fisik; skrining gizi;
kebutuhan dasar; dan status fungsional pasien.
(b) Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Dari hasil studi dokumentasi status pasien dapat
diketahui bahwa status perawatan pasien sudah
dituliskan mengenai diagnosis keperawatan dan
intervensi keperawatan. Lembar pendokumentasian
diagnosis keperawatan sudah langsung tercantum
diagnosanya, perawat menandai dengan cara
menceklis sesuai dengan kondisi pasien.
(c) Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat di lembar intervensi.
(d) Evaluasi dan Catatan Perkembangan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, evaluasi
dokumentasi dituliskan dalam bentuk SOAP dan
terdapat tanda tangan dari pengirim pesan dan
penerima pesan. Format catatan perkembangan
berisi: nama, No. CM, ruang dengan kolom yang
berisi tanggal, giliran/ jam, perkembangan pasien,
nama/ paraf. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, format catatan perkembangan
dituliskan setiap shift (hari).

STIKep PPNI Jabar


Page 63
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 27 Maret – 01
April 2019 dokumentasi keperawatan yang dilakukan
oleh 22 orang perawat sudah melakukan
pendokumentasian yang telah sesuai dengan Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) yang ada di Ruang
Bougenville. Mengisi asesmen pengkajian, diagosa
keperawatan, intervensi dan menuliskan evaluasi di
lembar CPPT perawat dengan format SOAP. Diagnosa
keperawatan yang paling banyak adalah
ketidakseimbangan suhu, risiko infeksi, ikterik
neonatorus, ketidakefektifan pola nafas dan
ketidakseimbangan nutrisi.

Kajian teori:
Menurut Douglas, asuhan keperawatan yang sudah
direncanakan dengan baik akan menimbulkan motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga
akan membuat mutu asuhan keperawatan meningkat,
yang tentunya akan membuat pasien merasa
mendapatkan kepuasan. Tanggung jawab perawat harus
dijalankan dengan maksimal dan teliti, sehingga perlu
adanya motivasi dari atasan supaya pelaksanaan
tanggung jawab perawat tersebut berjalan dengan baik.

STIKep PPNI Jabar


Page 64
(8) Meninjau Pelaksanaan Supervisi
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
kepada kepala ruangan selama 5 hari dari mulai tanggal
tanggal 27 Maret – 01 April 2019, didapatkan data
bahwa kepala ruangan selalu melakukan supervisi
kepada perawat di Ruang Bougenville dan semua
tercatat dalam buku ”Rekapitulasi Askep”, supervisi
yang dimaksud berupa pemantauan ketepatan tindakan
sesuai dengan SOP yang ada di ruangan, meninjau dan
mengontrol pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, meninjau pendokumentasian
asuhan keperawatan di status apakah sudah sesuai atau
belum dengan standar, memantau secara langsung
pelaksanaan timbang terima antar perawat dan
pelaksanaan manajemen unit di ruangan.

Kajian teori:
Kegiatan yang dilakukan oleh kepala ruangan di Ruang
Bougenville saat di observasi adalah pemantauan
ketepatan tindakan sesuai SOP yang ada di ruangan,
mengontrol dan meninjau pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
meninjau pendokumentasian asuhan keperawatan di
status dan memantau langsung pelaksanaan timbang
terima antar perawat. Berdasarkan hasil observasi
tersebut kepala ruangan telah menjalankan tugas
supervisi.

STIKep PPNI Jabar


Page 65
(9) Proses Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan
(SAK)

Tabel 2.25 Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Askep Neonatus dengan Keterlambatan Tumbuh Kembang


Askep Neonatus dengan Konstipasi
Askep Neonatus dengan Kerusakan Integritas Kulit
Askep Neonatus dengan Diare
Askep Neonatus dengan Penyebab Infeksi
Askep Neonatus dengan Ketidakseimbangan Nutrisi
Askep Neonatus dengan Ketidakefektifan Pemberian ASI
Askep Neonatus dengan Ketidakseimbangan Suhu
Askep Neonatus dengan Kekurangan Volume Cairan
Askep Neonatus dengan Gangguan Pertukaran Gas
Askep Neonatus dengan Syok Hipovolemik
Askep Neonatus dengan Gangguan Pernafasan
Askep Neonatus dengan Ikterik Neonatorium
Askep Neonatus dengan Risiko Cidera

Hasil Analisis:
Dari hasil kajian situasi tanggal 27 Maret - 01 April
2019 terdapat SAK di Ruang Bougenville berisikan
asuhan keperawatan pada diagnosa medis terbanyak.
Menurut Kawonal (2000) SAK berfungsi untuk
memberdayakan proses keperawatan yang nantinya
sebagai panduan dalam perawatan pasien.

STIKep PPNI Jabar


Page 66
(10) Tindakan Keperawatan (SOP)
(a) Standar Operasional Prosedur (SOP) Neonatus
Tabel 2.26 Daftar Standar Operasional Prosedur (SOP)
Neonatus Ruang Bougenville RSUD Soreang

No. Standar Prosedur Operasional (SOP)

a. SOP yang diterbitkan pada tanggal 1 Maret 2017

1 Rawat gabung penuh/ total


2 Rawat gabung parsial/ penuh
3 Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada tindakan operasi caesar
4 Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di kamar bersalin
5 Perawatan BBLR dengan metode kangguru
6 Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
7 Kebutuhan cairan dan elektrolit pada neonatus
8 Pelayanan rujukan maternal dan neonatal ke rumah sakit rujukan tertinggi
9 Pelayanan perinal lanjutan
10 Seleksi dan perawatan neonatus risiko tinggi
11 Tingkat pelayanan perinatal
12 Penatalaksanaan bayi yang lahir normal dengan risiko tinggi
13 Penanganan bayi baru lahir normal menangis tonus otot baik
14 Langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara paripurna
15 Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui secara terpadu dan paripurna
(LMKM)
16 Kelompok pendukung ASI
17 Bimbingan pelekatan dan cara menyusui bayi yang baik dan benar
18 Cara pemberian ASI dalam kondisi khusus
19 Identifikasi bayi
20 Pemberian suntikan Vitamin K1 pada bayi baru lahir
21 Penilaian fisik
22 Penilaian maturitas bayi
23 Pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir
24 Penanganan bayi dengan hipotermia
25 Resusitasi bayi baru lahir
26 Resusitasi bayi baru lahir dengan penanganan asfiksia neonatorum
27 Gawat nafas pada neonatus
28 Gawat nafas pada neonatus dengan apnea
29 Gawat nafas pada neonatus dengan RDS (Respiratory Distress Syndrome)
30 Gawat nafas pada neonatus dengan TTN (Transient Tachypnea of Newborn)
31 Gawat nafas pada neonatus dengan aspirasi mekonium
32 Gawat nafas pada neonatus dengan sindrom kebocoran udara
33 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital: Hernia Diafragmatika
34 Penatalaksanaan kejang pada neonatus
35 Penanganan infeksi sepsis neonatorum

STIKep PPNI Jabar


Page 67
36 Penangan ikterus neonatorum (hiperbilirubinemia) pada neonatus
37 Perawatan bayi yang akan di pasang fototerapi
38 Penatalaksanaan jantung kongenital
39 Penatalaksanaan gagal jantung pada neonatus
40 Penatalaksanaan kelainan jantung PDA (Patent Ductus Arteriosus)
41 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir
42 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir kaput suksedanem
43 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir kaput sefalhematoma
44 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir trauma pleksus brakhialis
45 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir perdarahan intra kranial
46 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir perdarahan subgaleal
47 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir fraktur tengkorak
48 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir fraktur klavikula
49 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir brakhial palsi
50 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir kelumpuhan saraf fasial
51 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir trauma pada sumsum tulang
belakang
52 Penatalaksanaan bayi dengan cedera intraabdomen
53 Penatalaksanaan hematologis yang sering ditemui pada neonatus
54 Penatalaksanaan bayi dengan DIC (Disemminated Intravascular
Coagulation)
55 Penatalaksanaan anemia pada neonatus
56 Penatalaksanaan trombositopenia pada neonatus
57 Penatalaksanaan bayi dengan HDN (Hemorraghic Desease on the Newborn)
58 Penatalaksanaan polisitemia neonatus
59 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital (bawaan)
60 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital omphalochele
61 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital atresia choana
62 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital atresia esofagus dan fistula
trakheoesofagus
63 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital gastroschizis
64 Penatalaksanaan bayi dengan hipospadia
65 Penatalaksanaan bayi dengan mielomeningokel
66 Penatalaksanaan bayi dengan labiooschizis
67 Penatalaksanaan bayi dengan labiopalatooschizis
68 Pneumonia pada bayi
69 Penatalaksanaan hipoglikemia pada neonatus
70 Penanganan bayi baru lahir dengan ibu Hepatitis-B
71 Imunisasi Hepatitis-B pada bayi baru lahir
72 Pemberian susu formula pada bayi yang lahir dengan dari ibu HIV positif
73 Permohonan pemeriksaan cito pelayanan penunjang medik
74 Pelayanan pengambilan darah yang tidak terpakai yang berasal dari bank
darah
75 Pelayanan laboratorium pemberian identitas pasien
76 Pelayanan laboratorium penampung spesimen
77 Perawatan tali pusat

STIKep PPNI Jabar


Page 68
78 Memasang OGT pada bayi baru lahir

b. SOP lanjutan yang diterbitkan pada tanggal 18 Oktober 2017


79 Memberi minum pada bayi baru lahir melalui OGT
80 Pemasangan intubasi pada bayi
81 Stabilisasi pasca resusitasi
82 Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
83 Penyelenggaraan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK) 24 jam
84 RSSIB (Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi)

(b) Standar Operasional Untuk POKJA Lain


Tabel 2.27 Daftar Standar Operasional Prosedur (SOP)
POKJA lain Ruang Bougenville RSUD Soreang

No Standar Asuhan Keperawatan


1 Kriteria transfer pasien antar rumah sakit
2 Rujukan dari luar rumah sakit
3 Merujuk pasien ke rumah sakit lain untuk pemeriksaan penunjang
4 Penolakan/ penghentian pengobatan
5 Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP
6 Mengawasi tingkat kesadaran
7 Membantu pelaksanaan tindakan pembedahan secara langsung
8 Return sediaan farmasi dan alat kesehatan dan pasien umum
9 Menghitung nadi dan pernafasan
10 Menyiapkan pasien dan alat untuk tindakan D.C. Shock
11 Memberikan kompres dingin
12 Memberi obat melalui mulut
13 Melaksanakan ambulasi dini
14 Membantu pasien untuk istirahat/ tidur
15 Menyisir rambut
16 Menyiapkan pasien untuk tindakan pembedahan akut
17 Observasi gerakan janin
18 Memasang sarung tangan
19 Mengatur posisi pasien litotomi
20 Memasang bidai
21 Penanganan syok anafilaktik
22 Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan radio diagnostik
23 Melakukan fiksasi
24 Memasang jas operasi
25 Menyiapkan bayi untuk pemeriksaan asrtup
26 Mengukur tekanan darah
27 Menyiapkan bahan pemeriksaan
28 Membersihkan mulut

STIKep PPNI Jabar


Page 69
29 Perawatan luka episiotomi
30 Menyiapkan pasien dan alat pemasangan WSD
31 Memberi huknah rendah
32 Menyiapkan bayi dengan tindakan lumbal fungsi
33 Merawat luka bakar
34 Prosedur rawat bersama DPJP
35 Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
36 Asuhan Medis Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
37 Kewenangan Dokter Umum dan Dokter Spesialis (DPJP)
38 Hak dan kewajiban DPJP utama
39 Pembentukan tim transfer pasien eksternal rumah sakit
40 Transfer pasien elektif ke rawat inap
41 Transfer pasien dari rawat jalan ke rawat inap
42 Prosedur peralihan DPJP
43 Prosedur pemulangan atas permintaan sendiri dengan alasan medis
maupun non medis
44 Perencanaan pemulangan pasien (discharge planning)
45 Kriteria pasien keluar perawatan ICU
46 Pemulangan pasien
47 Skrining awal pasien
48 Menerima pasien sebelum pembedahan
49 Melaksanakan orientasi pasien di kamar operasi
50 Alur permintaan ambulan
51 Pemakaian ambulan
52 Petugas pengemudi ambulan
53 Pemeliharaan ambulan
54 Rumah sakit penerima rujukan dapat menyediakan kebutuhan pasien yang
akan dipindahkan
55 Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
56 Asesmen pasien terminal
57 Pembetulan (koreksi) pencatatan rekam medis
58 Keamanan informasi rekam medis di ruang rawat inap
59 Pendidikan dan pelatihan pasien dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan bekelanjutan
60 Kompetensi petugas pemberi edukasi
61 Investigasi sederhana
62 Laporan insiden
63 Resusitasi jantung paru pada bayi baru lahir
64 Alur pelayanan instalasi pusat sterilisasi (CSSD)
65 Distribusi alat/ instrumen steril
66 Penerimaan barang/ alat kotor dari ruangan perawatan di unit sentral
sterilisasi
67 Distribusi alat/ BMHP steril
68 Penanganan pasien risiko tinggi di rumah sakit
69 Penggunaan alat bantu hidup (Ventilator)
70 SOP asuhan pasien usia lanjut/ geriatri

STIKep PPNI Jabar


Page 70
71 Pelayanan pasien dengan restrain
72 Transfusi trombosit pada anak
73 Transfusi granulosit pada anak
74 SOP asuhan pasien dengan risiko kekerasan
75 Penatalaksanaan pasien dengan agresivitas (perilaku kekerasan)
76 Penatalaksanaan kejahatan seksual
77 Memberikan oksigen dengan kanul nasal
78 Memonitor perdarahan masa nifas
79 Memasang infus dewasa
80 Pengisian dokumentasi asuhan keperawatan
81 Menolong pasien B.A.B
82 Melakukan bilas lambung
83 Mengganti balutan luka
84 Penempatan pasien dengan immunosuppressed
85 Kewaspadaan berdasarkan penularan (isolasi)
86 Penempatan pasien dengan penyakit menular atau suspek
87 Tata cara pemakaian APD
88 Penatalaksanaan tertusuk jarum atau benda tajam
89 Praktik menyuntik aman
90 Pengelolaan limbah rumah sakit
91 Dekontaminasi
92 SOP pasien dengan penyakit menular
93 SOP asuhan untuk pasien imunosupressed
94 Penanganan pasien dengan airbone precaution
95 Pembersihan ruang dapur
96 Pembersihan ruang perawatan dan unit pelayanan pasien
97 Prosedur pencegahan phlebitis dan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
98 Pengangkutan sampah (basah/ kering)
99 Penanganan sampah
100 Pewadahan/ penampungan sampah non infeksius
101 Pengangkutan sampah infeksius
102 Etika batuk dan bersin
103 Melepaskan Alat Pelindung Diri (APD)
104 Kebersihan tangan/ hand hygiene
105 Bongkar ruangan
106 Distribusi dan penyimpanan alat kesehatan yang telah di sterilkan
107 Mengepel
108 Membersihkan daun pintu, jendela, kaca, dinding, langit-langit
109 Membersihkan KM/ WC
110 Membersihkan gagang telepon
111 Sterilisasi alat bekas pakai dengan sterilisasi panas kering (oven)
112 Pembersihan alat kesehatan dan alat keperawatan
113 Pengenceran klorin
114 Pembersihan lantai
115 Penggunaan bahan dan alat pembersih
116 Pencucian tabung humidifier oksigen

STIKep PPNI Jabar


Page 71
117 Pengelolaan korentang dan tempatnya
118 Membersihkan ruangan rawat inap terinfeksi
119 Menyapu lantai
120 Membersihkan lantai ruangan
121 Sterilisasi selang oksigen dan selang suction
122 Penggunaan sarung tangan steril
123 Pembersihan ruang pelayanan dan unit pelayan pasien
124 Pencucian dan pembilasan alat bekas pakai
125 Membersihkan ruang rawat inap biasa (non infeksius)
126 Hand hygiene five moment
127 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
128 Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)

Hasil analisis kajian situasi:


Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada
tanggal 28 Maret 2019 dengan metode studi
dokumentasi didapatklan bahwa jumlah SOP yang
berada di Ruang Bougenville RSUD Soreang adalah
sebanyak 84 SOP untuk Neonatus dan 128 SOP untuk
Pokja lain.

Kajian teori:
Menurut Puspitasari, Rosmayawati & Melfrina (2012),
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu
standar/ pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi.

STIKep PPNI Jabar


Page 72
(11) Alur Keluar Pasien

Bayi Pulang sehat Bayi Pulang sehat


atas izin dokter atas izin dokter

Bayi Pulang sehat


atas izin dokter

Bagan 2.7 Alur Keluar Pasien

c. Kajian Manajemen Risiko (6 Sasaran Keselamatan Pasien)


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (Depkes, 2011).
1) Identifikasi Pasien
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27
Maret - 01 April 2019 kepada 22 orang perawat didapatkan hasil
bahwa seluruh perawat melakukan identifikasi pasien 100%
dengan baik. Saat akan melakukan tindakan keperawatan,
perawat di Ruang Bougenville mengidentifikasi kembali
identitas pasien dengan melihat dan menyesuaikan nama dengan

STIKep PPNI Jabar


Page 73
status pasien yang terpasang di bed dan mengecek ulang nama
dan identitas agar tidak terjadi kesalahan.

Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
Elemen Penilaan Sasaran I:
a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau
produk darah.
c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/ prosedur.

2) Komunikasi yang Efektif


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal
27 Maret – 01 April 2019 didapatkan hasil bahwa dari 22
perawat melakukan peningkatan komunikasi yang efektif
(100%) dengan baik, dalam pelaksanaan komunikasi antar
perawat dalam bertukar informasi mengenai kondisi pasien pada
saat timbang terima sudah terlaksana dengan baik.

STIKep PPNI Jabar


Page 74
Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Standar SKP II Rumah Sakit menggunakan
pendekatan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar
para pemberi pelayanan.
Elemen Penilaian Sasaran II:
a) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau
hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
pemerintah.
b) Perintah lengkap secara lisan yang melalui telepon atau
hasil pemeriksaan dibacakan secara lengkap oleh penerima
perintah.
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
d) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon
secara konsisten.

3) Obat yang harus diwaspadai


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal
27 Maret – 01 April 2019 didapatkan hasil bahwa dari 22
perawat yang melakukan peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (100%) melakukan peningkatan keamanan obat
dengan baik.

STIKep PPNI Jabar


Page 75
Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Standar SKP III Rumah Sakit mengembangkan
suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obatan
yang perlu diwaspadai (high alert).
Elemen Penilaian Sasaran III:
a) Perawat memperhatikan Standar Prosedur Operasional
(SOP) saat mengatur idnetifikasi, lokasi, pemberian label
dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.
b) Elektrolit konsentrat diletakan ditempat aman.
c) Melakukan tindakan pemberian obat dengan melakukan
tindakan secara 6 benar.
d) Melakukan tindakan terapi injeksi perawat melingkari jam
pemberian obat disertai nama pemberian obat.

STIKep PPNI Jabar


Page 76
4) Pengurangan Risiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan
Hasil kajian situasi:

Tabel 2.28 Observasi Tindakan Five Moment Perawat


Ruang Bougenville RSUD Soreang

No Tindakan Five Moment Dilakukan Tidak


Dilakukan
1 Sebelum kontak dengan pasien 83% 17 %
2 Sebelum tindakan aseptic 86% 14%
3 Setelah terkena cairan tubuh pasien 83% 17%
4 Setelah kontak dengan pasien 83% 17%
5 Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar 77% 23 %
pasien

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27


Maret - 01 April 2019 bahwa kepatuhan perawat dalam
melaksanakan five moment untuk cuci tangan 82%. Sedangkan
untuk 6 langkah cuci tangan sudah 100% dilakukan.

Kajian teori:
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan merupakan
teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi. Mencuci tangan adalah teknik yang sangat
mendasar dalam mencegah dan mengendalikan infeksi, dengan
mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme yang ada di kulit. Cuci tangan harus dilakukan
dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga

STIKep PPNI Jabar


Page 77
dari infeksi. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh
pemakaian sarung tangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar SKP V Rumah Sakit
mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian Sasaran V:
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara
umum (a.l dari WHO Guidelines on patient safety).
b) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang
efektif.
c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan mengenai
risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

5) Pengurangan Risiko Jatuh


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27
Maret – 28 April 2019 didapatkan hasil bahwa seluruhnya
(100%) perawat melakukan pengurangan risiko jatuh.

Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1692/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Kesehatan Pasien
Rumah Sakit. Standar SKP VI Rumah Sakit mengembangkan
suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera
karena jatuh.

STIKep PPNI Jabar


Page 78
Elemen penilaian sasaran VI:
a) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien
terhadap risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang bila
pasien diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan dan lain-lain.
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh
bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
jatuh.
c) Langkah-langkah di monitor hasilnya, baik keberhasilan,
pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian
yang tidak diharapkan.
d) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk
mengrahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit.

STIKep PPNI Jabar


Page 79
4. Material dan Mesin
a. Sarana dan Prasarana Penunjang Pasien serta Petugas Kesehatan
Ruang Bougenville
Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari prakarya dan kepala
ruangan, sarana dan prasarana serta peralatan di Ruang Bougenville
sebagai berikut:
1) Sarana dan Prasarana Kelayakan Rawat Inap
Tabel 2.29 Standar Kelayakan Ruang Rawat Inap
Menurut Kemenkes RI (2016)

No Pernyataan Ya Tidak Keterangan


.
1 Lokasi ruang rawat inap Lokasi Ruang Bougenville
terletak di ruang yang tenang, √ terletak di lantai 1, ruangan
aman, dan nyaman selalu dalam keadaan
tenang dan aman karena di
ruangan hanya ada pasien,
petugas kesehatan dan
prakarya, hanya saja
keadaan ruangan kurang
nyaman karena suhu yang
panas.

2 Letak ruang rawat inap bayi √ Ruang Bougenville mudah


mudah untuk diakses di akses oleh pengunjung
dan petugas kesehatan
karena terletak di lantai 1
dan pintu masuk
pengunjung yang dijaga
oleh security

STIKep PPNI Jabar


Page 80
3 Ruang rawat inap bayi jauh √ Ruang Bougenville jauh
dari tempat pembuangan dari kebisingan,
kotoran, bising, dan generator pembuangan kotoran dan
generator

4 Akses pencapaian ke setiap √ Kamar di Ruang


blok/ ruangan dapat dicapai Bougenville mudah
dengan mudah diakses antar ruangannya.

5 Sirkulasinya dibuat secara √ Sirkulasi udara di Ruang


linier/ lurus (memanjang), Bougenville tidak baik,
sirkulasi udara baik (udara Suhu di ruangan panas dan
masuk dan keluar) kelembaban kurang, suhu
normal di Ruang
Bougenville adalah 22oC -
26oC sedangkan untuk
kelembaban yaitu 35oC -
60oC

6 Kebutuhan ruang rawat inap √ Kebutuhan ruang rawat


sesuai dengan kebutuhan pasien inap sudah sesuai dengan
kebutuhan pasien

7 Sinar matahari dapat masuk ke √ Di Ruang Bougenville


dalam ruangan yang terpapar sinar
matahari yaitu kamar 1, 2
dan 3 sedangkan untuk
kamar 4 dan 5 tidak
terpapar sinar matahari

8 Alur petugas dan pengunjung √ Alur petugas dan


dipisah pengunjung Ruang
Bougenville sama

STIKep PPNI Jabar


Page 81
9 Terdapat ruangan-ruangan Ruang Bougenville adalah
dengan ketentuan: ruang bayi yang digunakan
a. Ruang perawatan √ untuk melayani bayi yang
- Perawatan bayi baru lahir sehat, bayi sakit
sehat dan bayi rujukan
- Perawatan bayi
BBLR
- Perawatan bayi semi
HCU
- Perawatan infeksius
b. Ruang pos perawat √
c. Ruang konsultasi √
d. Ruang tindakan √
e. Ruang administrasi √
f. Ruang dokter √
g. Ruang perawat √
h. Ruang loker √
i. Ruang kepala ruangan √
j. Ruang linen bersih dan √
kotor
k. Spoelhoek √
l. Kamar mandi √
m. Pantry √
n. Ruang CS √
o. Gudang √

10 Ruang isolasi atau infeksius √ Terdapat ruang isolasi di


dipisah Ruang Bougenville yaitu
di kamar 5 dengan
kapasitas 2 box bayi

STIKep PPNI Jabar


Page 82
11 Lokasi pos perawat dekat √ Posisi nurse station berada
dengan ruangan pasien, di tengah ruangan pasien
sehingga mudah pengawasan sehingga mudah untuk di
akses perawat dan
pengunjung

12 Lantai kuat, rata, dan tidak √ Ruang Bougenville


bergelombang berlantai kuat, rata dan
tidak bergelombang
dengan jenis lantai berupa
keramik.

13 Jenis lantai berupa keramik √ Ruang Bougenville


yang tidak berongga berlantai keramik dan ada
beberapa keramik yang
sudah berongga

14 Langit-langit rapat, kuat, dan √ Langit-langit ruangan rapat


tidak berdebu (kotor) dan bersih.

15 Pintu masuk ruang rawat inap, √ Pintu masuk utama Ruang


pintu ganda dengan ukuran Bougenville memiliki dua
masing-masing dengan lebar 90 daun pintu.
cm dan 40 cm. Pada sisi pintu
dengan lebar 90 cm, dilengkapi
dengan kaca jendela pengintai
(observation glass)
16 Pada tempat-tempat yang Tidak terdapat tombol
mudah dicapai, disarankan √ emergency di Ruang
untuk menyediakan tombol Bougenville
bunyi darurat (emergency
sound button) bila sewaktu-

STIKep PPNI Jabar


Page 83
waktu terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan.

Jendela dapat mengoptimalkan √ Jendela sudah sesuai


17 terjadinya pertukaran udara dari dengan standar pertukaran
dalam ruangan ke luar ruangan udara

18 Terdapatnya APAR di ruangan √ Terdapat 1 alat pemadam


rawat inap api di dekat nurse station.

19 Terdapatnya alat pemadam √ Tidak terdapat pemadam


ruangan otomatis jika terjadi ruangan otomatis di Ruang
kebakaran di ruang rawat inap Bougenville

20 Kabel listrik dari peralatan √ Semua kabel listrik berada


yang dipasang di langit-langit di dalam tembok
yang bisa digerakkan, harus
dilindungi terhadap belokan
yang berulang-ulang sepanjang
track
21 Kontak-kontak listrik dipasang √ Kontak listrik sudah sesuai
+ 1,2 m) di atas permukaan
lantai, dan harus dari jenis
tahan ledakan
22 Ruang rawat inap mempunyai √ Di Ruang Bougenville
ventilasi alami dan/ atau terdapat ventilasi mekanik/
ventilasi mekanik/ buatan buatan dan ventilasi alami

23 Ventilasi mekanik/ buatan √ Terdapat ventilasi mekanik


disediakan jika ventilasi alami berupa AC dan kipas angin
tidak dapat memenuhi syarat

STIKep PPNI Jabar


Page 84
24 Pencahayaan buatan yang √ Di Ruang Bougenville
digunakan untuk pencahayaan tidak terdapat pencahayaan
darurat harus dipasang pada darurat ketika keadaan
bangunan ruang rawat inap darurat
dengan fungsi tertentu, serta
dapat bekerja secara otomatis
dan mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup untuk
evakuasi yang aman
25 Pencahayaan umum disediakan √ Di Ruang Bougenville
dengan lampu yang dipasang di terpasang lampu di setiap
langit-langit langit-langit ruangan

26 Sistem air bersih direncanakan √ Di Ruang Bougenville


dan dipasang dengan terdapat sumber air bersih
mempertimbangkan sumber air
bersih dan sistem distribusinya
27 Fasilitas penampungan √ Penampungan sementara di
diwujudkan dalam bentuk pisahkan antara sampah
penyediaan tempat infeksius dan non infeksius
penampungan kotoran dan
sampah pada bangunan ruang
rawat inap, yang
diperhitungkan berdasarkan
fungsi bangunan, jumlah
penghuni, dan volume kotoran
dan sampah
28 Terdapat tempat safety box √ Terdapat kotak kuning
untuk membuang jarum
suntik (safety box)

STIKep PPNI Jabar


Page 85
29 Terdapat tempat pembuangan √ Pemisahan limbah sudah
sampah medis (jarum, plebot, tertata di mana terdapat
limbah farmasi, dan sitotoksik) petunjuk dalam
dan non-medis pembuangan sampah di
ruangan

30 Temperatur ruangan sekitar √ Temperature di ruangan


20oC sampai 26oC normal nya 22oC sampai
26oC, sedangkan suhu
ruangan per bulan Maret
2019:
 kamar 1, berada pada
kisaran 28,2oC-30,2oC
 Kamar 2, berada pada
kisaran 29,4oC-30,4oC
 Kamar 3, berada pada
kisaran 29,4oC-30,8oC
 Kamar 4, berada pada
kisaran 28,2oC-30,1oC
 Kamar 5, berada pada
kisaran 28,4oC-29,5oC

31 Arah bukaan daun pintu dalam √ Arah pintu sudah


suatu ruangan dipertimbangkan mengarah ke luar sesuai
berdasarkan fungsi ruang dan dengan aspek keselamatan
aspek keselamatan. Terkait pasien
dengan sarana keselamatan
pada bangunan rumah sakit,
maka pintu ruang perawatan
disarankan membuka keluar,
dengan tanpa mengganggu

STIKep PPNI Jabar


Page 86
akses pengguna koridor

32 Ketentuan lebih lanjut √ Di Ruang Bougenville


mengenai tata cara tidak terdapat lift karena
perencanaan, pemasangan, dan Ruang Bougenville hanya
pemeliharaan lift, mengikuti satu lantai dan berada di
pedoman dan standar teknis lantai 1
yang berlaku
33 Rumah sakit menyediakan dan √ Di Ruang Bougenville
memelihara peralatan khusus terdapat 1 APAR
untuk memproteksi seseorang
terhadap ancaman bahaya
kebakaran atau asap
34 Terdapat helm untuk √ Terdapat 4 buah helm
keselamatan rumah sakit untuk keselamatan rumah
terhadap bencana (kebakaran, sakit terhadap bencana
gempa, bom, penculikan)

(sumber: observasi di Ruang Bougenville 27-31 Maret 2019)

Hasil analisis data:


Setelah dilakukan observasi dari tanggal 27-31 Maret 2019, dari
34 indikator standar kelayakan ruang rawat inap di atas
mendapatkan hasil yang sudah sesuai dengan ketentuan Depkes
RI (2016) untuk RS tipe C, dan yang tidak sesuai meliputi:
a) Belum tersedia alat pemadam ruangan otomatis jika terjadi
kebakaran di ruang rawat inap.
b) Sirkulasi suhu dan kelembaban tidak sesuai karena di
Ruang Bougenville panas dan kelembaban kurang.
c) Sinar matahari hanya masuk ke kamar 1, 2, dan 3
sedangkan kamar 4 dan 5 tidak terpapar sinar matahari.

STIKep PPNI Jabar


Page 87
d) Belum tersedia ruang tindakan.
e) Belum tersedia ruang linen bersih dan kotor.
Hal ini belum sesuai dengan ketepatan dari Kemenkes RI
(2016), bahwa dalam suatu ruangan rawat inap harus menunjang
keamanan, kenyamanan, dan ketenangan.

2) Sarana dan Prasaraa Untuk Petugas Kesehatan


Tabel 2.30 Sarana dan Prasarana untuk Petugas Kesehatan
Ruang Bougenville RSUD Soreang

Di ruangan Keadaan
No Sarana dan Prasarana Keterangan
Ada Tidak Layak Tidak

1 Nurse Station √ √ Tersedia

2 Meja Dan Kursi √ √ Tersedia

3 Alat Tulis Kerja √ √ Tersedia

Tempat Istirahat
4 √ √ Tersedia
Perawat

5 Tempat Istirahat Dokter √ √ Tersedia

6 Tempat Untuk Sholat √ √ Tersedia

8 Ruang Ganti Perawat √ √ Tersedia

9 Telpon Ruangan √ √ Tersedia

Form Inventaris Alat


10 √ √ Tersedia
Tiap Ruangan

11 Ruang Kepala Ruangan √ √ Tersedia

STIKep PPNI Jabar


Page 88
12 Wastafel √ √ Tersedia

13 Loker Perawat √ √ Tersedia

Lemari Dokumentasi
14 √ √ Tersedia
Keperawatan

Ruang petugas
15 √ Tidak tersedia
kebersihan

16 Pantry √ √ Tersedia

17 Toilet √ √ Tersedia

(sumber: observasi di Ruang Bougenville 27-31 Maret 2019)

Hasil Analisa Data:


Setelah dilakukan observasi dari tanggal 27-31 Maret 2019 di
dapatkkan hasil dari 17 indikator sarana dan prasarana di atas
mendapatkan hasil meliputi: yang tersedia dan layak digunakan
di Ruang Bougenville seperti nurse station, form inventaris alat,
dan wastafel. Ruangan yang tersedia namun tidak layak seperti
tempat istirahat perawat, ruang ganti perawat dan ruang untuk
shalat. Yang tidak tersedia di Ruang Bougenville yaitu ruang
istirahat untuk petugas kebersihan.

STIKep PPNI Jabar


Page 89
3) Sarana dan Prasarana untuk Pasien
Tabel 2.31 Sarana dan Prasarana Untuk Pasien
Ruang Bougenville RSUD Soreang

Di ruangan Keadaan
No Sarana dan Prasarana
Ada Tidak Layak Tidak Keterangan

1 Kamar √ √ Terdapat 5 kamar


perawatan diantaranya:
 kamar 1 (bayi
sehat dan bayi
yang memerlukan
perawatan
fototerapi)
 kamar 2 (BBLR
dan bayi besar
yang sakit)
 kamar 3 (semi
HCU yang
membutuhkan
CPAP)
 kamar 4 (bayi
rujukan/ lahir di
luar RSUD
Soreang)
 kamar 5 (isolasi)
2 Inkubator √ √ Terdapat inkubator di
kamar 2 sebanyak 5
buah, kamar 3
sebanyak 5 buah dan
kamar 5 sebanyak 1
buah
3 Box bayi √ √ Box bayi terdapat di
kamar 1, kamar 4 dan
kamar 5
4 Bedside Monitor √ √ Terdapat bedside
monitor di kamar 3
sebanyak 4 buah
bedside monitor yang

STIKep PPNI Jabar


Page 90
menyatu dengan
incubator
5 Identitas Pasien √ √ Identitas pasien
menggunakan gelang
dan kertas yang
tertempel di dalam box
bayi
6 Standar Infus √ √ Terdapat Standar Infus
di setiap ruangan
kecuali di kamar 1
tidak ada
7 Keranjang Obat √ √ Tersedia
8 Lemari Pasien √ √ Tersedia
9 Jam Dinding √ √ Terdapat jam dinding
di setiap kamar
10 Ruang Tunggu √ Tidak tersedia
Keluarga
11 Denah Ruangan √ √ Terdapat denah Ruang
Bougenville namun
tidak ditempelkan di
ruangan tetapi hanya
ada di makalah profil
ruangan
12 Papan Media √ √
Tersedia
Informasi
13 Hand-rub √ √ Terdapat hand-rub di
setiap ruangan
(sumber: observasi di Ruang Bougenville 27-31 Maret 2019)

Hasil analisa data:


Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan dari tanggal 27-31
Maret 2019, dari 13 indikator sarana dan prasarana untuk pasien
yang ada dan layak seperti pasien sudah terpasang identitas, box
bayi, inkubator dan lain sebagainya dan ruang perawatan bayi
sudah dipisah sesuai dengan level perawatan, Hal ini sudah
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

STIKep PPNI Jabar


Page 91
nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan
prasarana Rumah Sakit.

4) Sarana dan Prasarana alat-alat medis kesehatan


Tabel 2.32 Sarana dan Prasarana Alat Medis Kesehatan
Ruang Bougenville RSUD Soreang

Standar Jumlah Kondisi


No Nama Barang Yang Rusak Rusak Keterangan
Depkes RS Baik
Ada Sedang Berat
1 CPAP √ 4 4 Hanya terdapat di
kamar 3 dimana
kamar 3 merupakan
ruang perawatan
semi HCU
2 Defibrilator √ - Tidak tersedia
3 Inkubator √ 10 9 1 Tersedia inkubator
untuk perawatan
bayi di kamar 2,
kamar 3 dan kamar
5
4 Timbangan √ 4 4 Timbangan bayi
bayi terdapat di kamar 1,
2 dan 4
5 Pengukur √ 1 1
Tersedia
panjang bayi
6 Set resusitasi √ 2 2 Set resusitasi bayi
bayi di ruangan tersedia
namun kondisi alat
nya rusak berat
7 Blue lamp √ 16 16 Foto terapi atau

STIKep PPNI Jabar


Page 92
therapy bluelamp therapy
ada di kamar 1,
kamar 2 dan di
kamar 4
8 Sink mandi √ -
Tidak Tersedia
bayi
9 Sumber √ 14 14 Sumber oksigen
Oksigen berasal dari tabung
oksigen di mana di
kamar 1 berjumlah
2 tabung besar, di
kamar 2 berjumlah
4 tabung besar, di
kamar 3 berjumlah
6 tabung besar dan
kamar 4 berjumlah
2 tabung besar
10 Infant Suction √ 1 1
Tersedia
Pump
11 Laringoskop √ 3 3 Tersedia di troli
emergency
12 Pipa ETT √ 3 3 Tersedia di troli
emergency
13 Infus Pump √ 10 10 Tersedia
14 Syringe Pump √ 4 4 Tersedia
15 Inkubator √ 1 1 Tersedia namun
Transfortasi keadannya rusak
sedang
16 Bak √ 4 4 Bak isntrumen
instrumen terdapat di setiap

STIKep PPNI Jabar


Page 93
kamar
17 Baki √ 2 2
Tersedia
Tindakan
18 Bengkok √ 6 6 Tersedia
19 Lampu Sorot √ 2 2 Tersedia namun
keadaanya rusak
berat dan disimpan
di gudang
20 Lemari Obat √ 1 1 Tersedia
21 Penlight √ 2 2 Tersedia
22 Reflex Hamer √ - Tidak tersedia
23 Regulator √ - Tidak tersedia
Central regulator central
karena ruangan
menggunakan
oksigen dari tabung
24 Standar Infus √ 12 12
Tersedia
Roda
25 Stetoskop √ 2 2
Tersedia
Bayi
26 Spigmomano √ 1 1
meter dengan
Tersedia
manset untuk
bayi dan anak
27 Gunting tali √ 7 7
Tersedia
pusat
28 Termometer √ 3 3 Tersedia
29 Termometer √ 2 2
Tersedia
infrared
30 Torniquet √ - Tidak tersedia

STIKep PPNI Jabar


Page 94
31 Gunting √ 1 1
Tersedia
jaringan
32 Trolley √ 1 1
Tersedia
Emergency
33 Troli Obat √ 1 1 Tersedia
34 Troli Oksigen √ 1 1
Tersedia
Kecil
35 Troli √ 1 1
Tersedia
Tindakan
36 Waskom √ 2 2
Tersedia
Mandi
37 Infant warmer √ 7 7 Tersedia
38 Box bayi √ 24 24 Tersedia
39 Pulse √ 8 8
Tersedia
Oximetry
40 Safety Box √ 4 4 Tersedia di setiap
kamar
(sumber: observasi sarana prasarana dan wawancara di Ruang Bougenville 27-31
Maret 2019)

Hasil analisis data:


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang didapat
pada tanggal 27-31 Maret 2019 dari kepala ruangan yaitu dari
40 indikator sarana dan prasarana alat medis yang sudah
tersedia, Sedangkan yang belum tersedia meliputi: torniquet,
sink mandi bayi, reflek hamer dan regulator central, sehingga
tidak sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa sarana prasarana harus
terpelihara dan berfungsi dengan baik. Dari hasil wawancara
dengan kepala ruangan didapatkan hasil alat-alat di ruangan
yang dilakukan kalibrasi seperti, fototerapi, infus pump, syringe

STIKep PPNI Jabar


Page 95
pump, infant warmer dan inkubator. Untuk waktu kalibrasi
sendiri tidak ditentukan, jika akan dilakukan kalibrasi akan
diberitahukan kepada setiap ruangan kemudian ruangan akan
mempersiapkan alat yang akan di kalibrasi. Biasanya kalibrasi di
lakukan 1 kali dalam setahun.

5) Sarana dan Prasaraa Alat Tenun


Tabel 2.33 Sarana dan Prasarana Alat Tenun
Ruang Bougenville RSUD Soreang

Standar Jumlah Kondisi


No Nama Barang yang Rusak Rusak Keterangan
Depkes RS Baik
ada sedang Berat
1 Set baju bayi √ 40 √ Tersedia

2 Popok bayi √ 40 √ Tersedia

3 Perenel √ 30 √ Tersedia

4 Wash lap √ 10 √ Tersedia

5 Handuk mandi √ 10 √ Tersedia

6 Sarung tangan bayi √ 10 √ Tersedia

7 Sarung kaki bayi √ 10 √ Tersedia

8 Topi bayi √ 10 √ Tersedia

9 Perlak kecil √ 10 √ Tersedia

(sumber: observasi sarana prasarana di Ruang Bougenville 27-31 Maret 2019)

STIKep PPNI Jabar


Page 96
Hasil analisa data:
Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan dari tanggal 27-31
Maret 2019, dari 9 indikator 8 indikator di antaranya yang
meliputi set baju bayi, popok bayi, perenel, wash lap, handuk
mandi, sarung tangan bayi, sarung kaki bayi, dan topi bayi
dalam keadaan rusak sedang, hanya perlak kecil yang dalam
keadaan baik.

6) Sarana dan Prasarana Barang Habis Pakai


Tabel 2.34 Sarana dan Prasarana Habis Pakai
Ruang Bougenville RSUD Soreang

Tidak
No Nama Barang Ada Kondisi
ada
1 Plester Coklat √ - Baik
2 Plester Putih √ - Baik
3 Plester √ - Baik
4 Hipafix √ - Baik

5 Kassa √ - Baik

6 Kapas √ - Baik

7 Alkohol 70% √ - Baik

8 Betadine √ - Baik

9 Saflon √ - Baik

10 Obat-obatan emergency √ - Baik

11 Nacl 0,9 % √ - Baik

12 Aquabidest √ - Baik

13 Handwash √ - Baik

STIKep PPNI Jabar


Page 97
14 Hand-rub Gel √ - Baik

15 Hand-rub Cair √ - Baik

16 Swab Alkohol √ - Baik

(sumber: observasi di Ruang Anyelir 27-31 Maret 2019)

Hasil analisis data:


Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan dari tanggal 27-31
Maret 2019, sarana dan prasarana habis pakai di Ruang
Bougenville dalam kondisi baik dan hand-rub cair pun sudah
tersedia di masing-masing kamar hal ini sesuai dengan Undang-
undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit bahwa sarana prasarana harus terpelihara dan berfungsi
dengan baik.

STIKep PPNI Jabar


Page 98
7) Peralatan Non Medis
Tabel 2.35 Daftar peralatan non medis
Ruang Bougenville RSUD Soreang

Standar Kondisi
Jumlah
No Nama Barang yang Keterangan
Rusak Rusak
Depkes RS ada Baik
sedang Berat

1 AC √ 4 3 1 Tersedia

2 Bed manual √ 1 1 Tersedia

3 Dispenser √ 1 1 Tersedia

4 Jam dinding √ 5 5 Tersedia

5 Kulkas √ 4 4 Tersedia

6 Komputer √ 2 2 Tersedia

7 Kursi Lipat √ 5 5 Tersedia

9 Lemari Alat Tenun √ 1 1 Tersedia

10 Lemari Alkes √ 1 1 Tersedia

11 Lemari Loker √ 4 3 1 Tersedia

12 Meja Nurse Station √ 1 1 Tersedia

13 Papan Pengumuman √ 1 1 Tersedia

STIKep PPNI Jabar


Page 99
14 Papan White Board √ 1 1 Tersedia
Besar
15 Papan White Board √ 1 1 Tersedia
Kecil papan white
board kecil
tetapi di
tempel di
ruang kepala
ruangan

16 Tempat Sampah √ 4 4 Tersedia


Medis
17 Tempat Sampah √ 8 8 Tersedia
Non Medis
18 Telephone √ 1 1 Tersedia

19 Printer √ 2 2 Tersedia

20 Rak Sepatu √ 1 1 Tidak


Tersedia

21 Rak Pispot - - - Tidak


tersedia

22 Rak Waskom √ 1 1 Tersedia

23 Tissue √ 5 5 Tersedia di
tiap kamar

(sumber: observasi sarana prasarana di Ruang Bougenville 27-


31 Maret 2019)

STIKep PPNI Jabar


Page 100
Hasil analisa data:
Berdasarkan hasil observasi sarana dan prasarana peralatan non
medis pada tanggal 27-31 Maret 2019 yaitu yang sudah tersedia
seperti meja nurse station, computer, printer, telepon ruangan
untuk komunikasi antar ruangan, lemari alat tenun, lemari alat
kesehatan, dan lain sebagainya, Untuk yang sudah tersedia
namun tidak layak yaitu AC di Ruang Bougenville terdapat 4
AC namun kondisinya yang rusak sedang dan rusak berat, yang
tidak tersedia yaitu rak pispot tidak terdapat di ruangan di
karenakan Ruang Bougenville merupakan ruangan bayi
sehingga untuk BAK/ BAB bayi ditampung oleh pampers.
Dalam penggunaan tempat dan pemilahan sampah di Ruang
Bougenville mempunyai 2 jenis tempat sampah yaitu Infeksius
dan non infeksius.

8) Sarana dan Prasarana Dokumentasi


Tabel 2.36 Sarana dan Prasarana Dokumetasi
Ruang Bougenville RSUD Soreang

Standar Kondisi
No Nama Barang Keterangan
Depkes RS Sesuai Tidak Sesuai
Formulir √ Tersedia
1 √
Pengkajian Awal
Formulir Rencana √ Tersedia
2 √
Keperawatan
Formulir Catatan Tersedia
3 Perkembangan √ √

Pasien

4 Formulir Observasi √ √ Tersedia

5 Resume Medis √ √ Tersedia

STIKep PPNI Jabar


Page 101
Formulir Catatan √ Tersedia
6 √
Pengobatan
Formulir Tersedia
7 Laboratorium √ √

Lengkap

8 Formulir Rontgen √ √ Tersedia

Formulir Tersedia
9 Keterangan √ √

Kematian

10 Resep √ √ Tersedia

(sumber: observasi sarana prasarana di Ruang Bougenville 27-


31 Maret 2019)

Hasil analisis data:


Pada saat dilakukan observasi dari tanggal 27-31 Maret 2019,
sarana dokumentasi sudah ada dan sesuai dengan kebutuhan
ruangan berdasarkan standar sarana prasarana menurut peraturan
Kemenkes RI nomor 24 tahun 2016.

STIKep PPNI Jabar


Page 102
9) Sarana dan Prasarana Alat-Alat yang di Kalibrasi
Tabel 2.37 Sarana dan Prasarana Alat-Alat yang di Kalibrasi
Ruang Bougenville RSUD Soreang

No Nama Alat Keterangan

1 Inkubator Kalibarasi dilakukan setahun sekali

2 Infant warmer Kalibarasi dilakukan setahun sekali

3 Infus pump Kalibarasi dilakukan setahun sekali

4 Syringe Pump Kalibarasi dilakukan setahun sekali

5 Fototerapi Kalibarasi dilakukan setahun sekali

(sumber: observasi sarana prasarana di Ruang Bougenville 27-


31 Maret 2019)

Hasil analisa data:


Dari hasil observasi pada tanggal 27-31 Maret 2019, didapatkan
hasil pengkalibrasian alat yang digunakan di Ruang Bougenville
seperti Inkubator, Infus Pump, Infant Warmer, Syringe Pump
dan Fototerapi dilakukan setahun sekali. Hal ini sudah sesuai
dengan peraturan Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang
pemeliharaan alat kesehatan dimana alat kesehatan harus
dilakukan kalibrasi setidaknya setahun sekali, kalibrasi terakhir
pada tanggal 14 Januari 2019 oleh PT Easterm Pro Engineering.
Pertanyaan Tambahan:
a) Apakah peralatan medis yang tersedia, sering dilakukan
kalibrasi (pengaturan ulang)?
Ya
Tidak

STIKep PPNI Jabar


Page 103
Jika Ya, berapa kali dalam setahun? Jelaskan!
Di Ruang Bougenville alat-alat yang di kalibrasi yaitu
setiap satu tahun sekali.
b) Alat-alat apa saja yang biasanya dikalibrasi? Sebutkan!
Inkubator, Infus Pump, Infant Warmer, Syringe Pump dan
Fototerapi.

5. Market
a. Indikator Mutu Pelayanan kesehatan
1) BOR (Bed Occupation Ratio)
Standar BOR 60-85 % (Depkes RI, 2005 dalam Triwibowo,
2013)
Rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit
𝑋 100%
(Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode)

Tabel 2.38 BOR Ruang Bougenville RSUD Soreang


bulan September 2018 - Februari 2019
No Bulan Jumlah Jumlah Jumlah hari BOR
bed terisi tempat tidur rawat

1 September 851 37 30 76,67 %

2 Oktober 941 37 31 82,04 %

3 November 883 37 30 79,55 %

4 Desember 796 37 31 69,40 %

5 Januari 729 37 31 63,56 %

6 Februari 577 37 28 55,69 %

Rata-rata 71,15 %

STIKep PPNI Jabar


Page 104
Hasil analisa:
Berdasarkan hasil BOR dari bulan September 2018 - Februari
2019 didapatkan bahwa BOR Ruang Bougenville RSUD
Soreang bulan September 2018 sebesar 76,67%, bulan Oktober
sebesar 82,04 %, bulan November sebesar 79,55 %, bulan
Desember sebesar 69,40 %, bulan Januari 2019 sebesar 63,56%
dan pada bulan Februari sebesar 55,69%. Dengan jumlah rata-
rata BOR 71,15%. Standar BOR 60-85 % (Depkes RI, 2005
dalam Triwibowo, 2013).

Tabel 2.39 BOR Ruang Bougenville RSUD Soreang


28 Maret – 01 April 2019

Jumlah
Jumlah bed Jumlah hari
No Tgl/ Bulan tempat BOR
terisi rawat
tidur

28 Maret – 01
1 124 37 5 67,02 %
April 2019

Hasil analisa data:


Berdasarkan hasil BOR dari tanggal 28 Maret – 01 April 2019
didapatkan bahwa BOR Ruang Bougenville RSUD Soreang
sebesar 67,02%.

STIKep PPNI Jabar


Page 105
2) AVLOS (Average Length of Stay)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator
ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan (depkes RI, 2005).
Secara umum nilai AVLOS yang ideal yaitu antara 6-9 hari
(Depkes, 2005 dalam Triwibowo, 2013).
Rumus:
Jumlah lama dirawat
Jumlah pasien keluar

Tabel 2.40 AVLOS Ruang Bougenville RSUD Soreang


bulan September 2018 - Februari 2019

Jumlah lama Jumlah pasien


No Bulan AVLOS (hari)
dirawat keluar
1 September 4
2 Oktober 4
3 November 4
4 Desember 4
5 Januari 949 232 4
6 Februari 783 183 4
Rata-rata 4 (hari)

Hasil analisa:
Berdasarkan hasil AVLOS dari bulan September 2018 -
Februari 2019 didapatkan bahwa AVLOS Ruang Bougenville
RSUD Soreang bulan September 2018 selama 4 hari, bulan
Oktober selama 4 hari, bulan November selama 4 hari, bulan
Desember selama 4 hari, bulan Januari 2019 selama 4 hari dan
pada bulan Februari selama 4 hari. Dengan jumlah rata-rata
AVLOS 4 hari. Secara umum nilai AVLOS yang ideal yaitu
antara 6-9 hari (Depkes, 2005 dalam Triwibowo, 2013).
STIKep PPNI Jabar
Page 106
Tabel 2.41 AVLOS Ruang Bougenville RSUD Soreang
28 Maret – 01 April 2019

Jumlah pasien
No Bulan Jumlah lama dirawat AVLOS (hari)
keluar
28 Maret – 01
1 147 27 5,4 (5 hari)
April 2019

Hasil analisa data:


Berdasarkan hasil AVLOS dari tanggal 28 Maret – 01 April
2019 didapatkan bahwa AVLOS Ruang Bougenville RSUD
Soreang selama 5 hari.

3) TOI (Turn Over Interval)


TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI, 2005).
Indikator ini memberikan tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur, idealnya menurut kemenkes tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
(Jumlah tempat tidur x periode) − hari perawatan
Jumlah pasien keluar

STIKep PPNI Jabar


Page 107
Tabel 2.42 TOI Ruang Bougenville RSUD Soreang
bulan September 2018 - Februari 2019

Jumlah Jumlah
Jumlah
No Bulan tempat pasien TOI (hari)
Hari rawat
tidur keluar

1 September 37 1

2 Oktober 37 1

3 November 37 1

4 Desember 37 2

5 Januari 37 232 729 2

6 Februari 37 183 577 3

Rata-rata TOI 1,7 (2 hari)

Hasil analisa:
Berdasarkan hasil TOI dari bulan September 2018 - Februari
2019 didapatkan bahwa TOI Ruang Bougenville RSUD Soreang
bulan September 2018 selama 1 hari, bulan Oktober selama 1
hari, bulan November selama 1 hari, bulan Desember selama 2
hari, bulan Januari 2019 selama 2 hari dan pada bulan Februari
selama 3 hari. Dengan jumlah rata-rata TOI 1,7 hari (2 hari).
Idealnya menurut kemenkes tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.

STIKep PPNI Jabar


Page 108
Tabel 2.43 TOI Ruang Bougenville RSUD Soreang
28 Maret – 01 April 2019

Jumlah Jumlah Jumlah


No Bulan tempat pasien Hari TOI (hari)
tidur keluar rawat

28 Maret – 01
1 37 27 124 2,26 (2 hari)
April 2019

Hasil analisa data:


Berdasarkan hasil TOI dari tanggal 28 Maret – 01 April 2019
didapatkan bahwa TOI Ruang Bougenville RSUD Soreang
Kabupaten Bandung selama 2 hari.

4) BTO (Bed Turn Over)


BTO adalah angka perputaran tempat tidur atau frekuensi
pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat
tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali
(Depkes RI, 2005).
Rumus:
Jumlah pasien dirawat
Jumlah tempat tidur

STIKep PPNI Jabar


Page 109
Tabel 2.44 BTO Ruang Bougenville RSUD Soreang
bulan Maret 2018 - Februari 2019

Jumlah pasien Jumlah tempat BTO


No Bulan
dirawat tidur

1 Maret 229 37 6,19

2 April 229 37 6,19

3 Mei 237 37 6,41

4 Juni 99 37 2,68

5 Juli 211 37 5,70

6 Agustus 206 37 5,57

7 September 240 37 6,49

8 Oktober 238 37 6,43

9 November 230 37 6,22

10 Desember 216 37 5,84

11 Januari 232 37 6,27

12 Februari 183 37 4,95

Total 68,94

Hasil analisa:
Berdasarkan hasil BTO dari bulan Maret 2018 - Februari 2019
didapatkan bahwa BTO Ruang Bougenville RSUD Soreang
bulan Maret 2018 sebanyak 6,19 kali, pada bulan April 2018
sebanyak 6,19 kali, pada bulan Mei 2018 sebanyak 6,41 kali,
pada bulan Juni 2018 sebanyak 2,68 kali, pada bulan Juli 2018

STIKep PPNI Jabar


Page 110
sebanyak 5,70 kali, pada bulan Agustus 2018 sebanyak 5,57
kali, pada bulan september 2018 sebanyak 6,49 kali, pada bulan
Oktober 2018 sebanyak 6,43 kali, pada bulan November 2018
sebanyak 6,22 kali, pada bulan Desember 2018 sebanyak 5,84
kali, pada bulan Januari 2019 sebanyak 6,27 kali, pada bulan
Februari 2019 sebanyak 4,95 kali. Dengan jumlah total BTO
sebanyak 68,94 kali. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI, 2005).

b. Program unggulan di ruangan


Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan pada tanggal
27 Maret 2019 didapatkan hasil bahwa terdapat program unggulan
yaitu Perawatan Metode Kangguru (PMK). Pasien yang diberikan
PMK tercatat lengkap dalam buku “Perawatan Metode Kangguru
(PMK)” yang ada di Ruang Bougenville, hanya saja dalam buku
tersebut belum disebutkannya indikator keberhasilan dari pemberian
metode PMK.

c. Lokasi rumah sakit


Lokasi RSUD Soreang bertempat di Jl. Alun-alun Utara No. 1 Desa
Pamekaran Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Kode Pos
40912, Telepon : 022-5891355, 5896590, 5896591 - IGD. Fax.
5896592, Web: www.bandungkab.go.id dan email:
rsudsoreang@bandungkab.go.id. Lokasi RSUD Soreang berada di
antara pemukiman penduduk sehingga mudah untuk diakses.

d. Akreditasi
RSUD Soreang adalah RS tipe C dan dinyatakan lulus dengan
tingkat akreditasi PARIPURNA.

STIKep PPNI Jabar


Page 111
e. Promosi Kesehatan
Menurut WHO, Promosi kesehatan adalah proses atau upaya
pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat,
seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan
menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau
mengendalikan lingkungan. Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit
(PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat
mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai
sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2012).
Peluang promosi kesehatan di rumah sakit secara umum
dikategorikan menjadi 2 yaitu: di dalam gedung (internal) dan di luar
gedung (eksternal) dan strategi dasar utama promosi kesehatan
sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, adalah: (1) Pemberdayaan, yang didukung
oleh (2) Bina Suasana (3) Advokasi serta dijiwai semangat (4)
Kemitraan. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 1 April 2019
kepada Kepala Ruangan Ruang Bougenville, didapatkan hasil bahwa
bentuk pemasaran promosi RSUD Soreang memiliki 2 program yaitu
Internal dan Eksternal. Program internal dilakukan di RS dalam
bentuk media cetak yang digunakan adalah brosur. Sedangkan di
luar rumah sakit (eksternal) menggunakan media internet (website

STIKep PPNI Jabar


Page 112
resmi) di bawah naungan pemerintah kabupaten bandung, talkshow
radio dengan mendatangkan dokter spesialis.
Talkshow adalah acara program interaktif, atau dialog dimana
broadcasting televise menghadirkan seorang tokoh masyarakat, di
bidang politik, kesehatan, ekonomi, psikologi yang berkaitan dengan
tema acara yang disajikan pada talkshow tersebut (Eva Arifin, 2010).
Berikut daftar kerja sama RSUD Soreang:
1) Bidang MOU rujukan
a) RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
b) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
c) RSUD Majalaya
d) RSUD Cicalengka
e) RS Bina Sehat
2) Bidang Pendidikan
a) STIKep PPNI Jabar
b) Universitas Ahmad Yani
c) STIKes Bhakti Kencana
d) Akper Bhakti Kencana
e) Poltekkes Kemenkes Bandung
f) STIKes Budi Luhur
g) Universitas Padjajaran
h) Akbid Tri Dharma Husada

STIKep PPNI Jabar


Page 113
f. Tingkat Kepuasan Pasien Ruang Bougenville

Tabel 2.45 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Indikator
Sangat Total
Kategori Sangat Tidak
Puas Tidak
Puas Puas
Puas
Tangibles
53 % 46 % 1% 0% 100 %
(Kenyataan)
Reliability
47 % 47 % 2% 4% 100 %
(Keandalan)
Responsiveness
(Tanggung 46 % 46 % 4% 4% 100 %
Jawab)
Assurance
49 % 42 % 3% 6% 100 %
(Jaminan)
Empathy
47 % 46 % 1% 6% 100 %
(Empati)
TOTAL 48,4 % 45,4 % 2,2 % 4% 100 %

Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa hasil pengkajian


pada tanggal 27-30 Maret 2019 pada 20 keluarga pasien menunjukan
bahwa kepuasan pasien dengan kategori tangibles terdapat kepuasan
pasien yang menyatakan sangat puas sebanyak 53%, puas sebanyak
46%, tidak puas sebanyak 1% dan sangat tidak puas 0%. Kepuasan
pasien dengan kategori Reliability terdapat kepuasan pasien yang
menyatakan sangat puas sebanyak 47%, puas sebanyak 47%, tidak
puas 2% dan sangat tidak puas sebanyak 4%. kepuasan pasien
dengan kategori responsiveness terdapat kepuasan pasien yang
menyatakan sangat puas sebanyak 46%, puas 46%, tidak puas 4%

STIKep PPNI Jabar


Page 114
dan sangat tidak puas sebanyak 4%. kepuasan pasien dengan
kategori assurance terdapat kepuasan pasien yang menyatakan
sangat puas sebanyak 49%, puas sebanyak 42%, tidak puas sebanyak
3% dan sangat tidak puas sebanyak 6%. kepuasan pasien dengan
kategori empathy terdapat kepuasan pasien yang menyatakan sangat
puas sebanyak 47%, puas sebanyak 46%, tidak puas sebanyak 1%
dan sangat tidak puas sebanyak 6%.
Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang
yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau
outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan
seseorang (Kotler, dalam Syafrudin 2011). Kepuasan adalah
perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya
(Nursalam, 2012).
Kepuasan (Satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang
dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka
(Kotler, 2009). Jadi, kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan
seseorang baik senang atau kecewa yang berasal dari perbandingan
kinerja yang di persepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi
mereka.
Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan Rumah
Sakit. Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, manajemen
rumah sakit dapat melakukan peningkatan mutu pelayanan.
Persentase pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan
berdasarkan hasil survei dengan instrumen yang baku (Indikator
Kinerja Rumah Sakit, Depkes RI Tahun 2005: 31 dalam Nursalam
2012). Kepuasan pasien adalah rasio kualitas yang dirasakan oleh
pasien dibagi dengan kebutuhan, keinginan dan harapan pasien
(Nursalam, 2014).

STIKep PPNI Jabar


Page 115
Kepuasan pasien adalah karena kepuasan pasien merupakan
salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan, dan
kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih
banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia). Pasien
yang loyal akan menggunakan kembali pelayanan kesehatan yang
sama bila mereka membutuhkan lagi. Bahkan telah diketahui bahwa
pasien loyal akan mengajak orang lain untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang sama (Nursalam, 2014). Pelanggan loyal
tidak sensitif terhadap tarif. Dalam jangka panjang pelanggan loyal
akhirnya akan memberikan profitabilitas rumah sakit. Oleh karena
itu, kepuasan merupakan aset berharga, namun dalam upaya
memuaskan pelanggan, juga harus tetap memperhatikan ukuran
aspek yang lain, sehingga tidak terjadi over investment (biaya upah
memuaskan pelanggan lebih besar dari pendapatan). Figur yang
menunjukkan hubungan antara kepuasan pelanggan internal dan
eksternal dan kemampuan laba rumah sakit (Kaplan, Norton, 1996
dalam Nursalam 2014).

STIKep PPNI Jabar


Page 116
g. Angka Kejadian Infeksi

Tabel 2.46 Laporan Kegiatan Surveilans Ruang Bougenville


bulan Januari-Februari tahun 2019

No Uraian Januari Februari

1 IADP terkait pemasangan CVC 0% 0%

2 ISK terkait pemasangan kateter 0% 0%

3 Phlebitis terkait pemasangan infus 0% 0%

4 Dekubitus terkait tirah baring 0% 0%

5 HAP terkait tirah baring 0% 0%

Analisa data:
Dapat diketahui hasil kegiatan surveilans di Ruang Bougenville
bulan Januari-Februari tahun 2019 dengan data IADP terkait
pemasangan CVC (0 %), data ISK terkait pemasangan kateter (0 %),
data Phlebitis terkait pemasangan infus (0 %), data Dekubitus terkait
tirah baring (0 %) dan data HAP terkait tirah baring (0 %).

STIKep PPNI Jabar


Page 117
BAB III

ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisa Data

Tabel 3.1 Matrix IFAS Kajian Situasi Ruang Bougenville RSUD Soreang

Bobot Rating Nilai


Faktor- Faktor Strategis Kajian Analisa
(B) (R) N=BxR
A. Kategori Sebagai Strange Berdasarkan hasil studi
1. Man dokumentasi bahwa sebagian besar
a. Sebagian besar perawat Ruang 0.05 3 0.15 (65,2%) perawat di Ruang
Bougenville memiliki status Bougeville 15 orang berstatus PNS.
kepegawaian PNS sebanyak 15 orang
(65,2%).
b. Hampir seluruhnya (95,7%) 22 orang Berdasarkan hasil dokumentasi
perawat memiliki STR didapatkan bahwa hampir
0.05 4 0.20 seluruhnya (95,7%) 22 perawat di
Ruang Bougenville telah memiliki
STR.
c. Perawat Ruang Bougenville sudah Berdasarkan hasil studi
pernah mengikuti pelatihan-pelatihan 0.04 3 0.12 dokumentasi didapatkan perawat di
khusus perinatologi. Ruang Bougenville telah mengikuti

STIKep PPNI Jabar


Page 118
berbagai pelatihan dasar maupun
lanjut untuk menunjang perawat
dalam memberikan asuhan
keperawatan di ruangan.
d. Perawat Ruang Bougenville memiliki Berdasarkan studi dokumentasi
motivasi kerja yang tinggi (72,7%). bahwa sebagian besar (72,7%)
0.05 3 0.15
perawat di Ruang Bougenville
memiliki motivasi kerja tinggi.

2. Metode Berdasarkan hasil observasi kepada


a. Sudah terdapat tata tertib yang jelas. 20 orang pengunjung, 100%
0.04 2 0.08
pengunjung sudah mentaati tata
tertib dengan baik.

b. Kepala Ruangan, Perawat Primer (PP) Berdasarkan hasil studi observasi


dan Perawat Asosiet (PA) Ruang didapatkan bahwa 100% kepala
Bougenville sudah melaksanakan uraian 0.05 3 0.15 ruangan, PP dan PA sudah
tugas masing-masing. melaksanakan uraian tugas masing-
masing.
c. Sudah ada model MAKP yang digunakan Berdasarkan hasil wawancara
yaitu model MAKP Modifikasi Tim- kepada Kepala Ruangan Ruang
Primer. 0.04 4 0.16 Bougenville menggunakan model
MAKP yang digunakan yaitu
MAKP Modifikasi Tim-Primer.

STIKep PPNI Jabar


Page 119
d. Terlaksananya komunikasi yang efektif Berdasarkan hasil observasi yang
(timbang terima, pre dan post 0.04 3 0.12 dilakukan selama 5 hari didapatkan
conference). 100% sudah terlaksananya
komunikasi yang efektif.
e. Perawat memberikan edukasi/ discard Berdasarkan hasil observasi kepada
planning kepada pasien pulang. 27 pasien pulang selama 5 hari
0.05 4 0.20 didapatkan hasil 100% perawat
memberikan edukasi kepada pasien
pulang.
f. Tersedianya sarana dan prasarana untuk Berdasarkan hasil observasi dan
sentralisasi obat. 0.3 2 0.06 wawancara didapatkan hasil bahwa
tersedianya sarana untuk
sentralisasi obat.
1. Market Rumah sakit RSUD Soreang
a. RSUD Soreang dinyatakan lulus dengan 0.03 4 0.12 merupakan RS Tipe C dengan
tingkat akreditasi PARIPURNA. akreditasi “PARIPURNA”
b. Lokasi RSUD Soreang mudah diakses. Lokasi RSUD Soreang Kabupaten
Bandung berada di pinggir jalan
0.03 2 0.06 dan mudah dilalui kendaraan umum
sehingga mudah diakses oleh
masyarakat.

STIKep PPNI Jabar


Page 120
c. Kepuasan pasien di Ruang Bougenville Berdasarkan hasil kuesioner
menyatakan sangat puas sebanyak 48,4 kepuasan pasien didapatkan bahwa
% dan puas sebanyak 45,4 %. kepuasan pasien di Ruang
0.05 3 0.15 Bougenville menyatakan sangat
puas sebanyak 48,4%, puas
sebanyak 45,4%, tidak puas
sebanyak 2,2% dan sangat tidak
puas sebanyak 4%.
d. AVLOS Ruang Bougenville dalam 6 Menurut (Depkes, 2005 dalam
bulan terakhir didapatkan rata-rata 0.04 3 0.12 Triwibowo, 2013), Standar AVLOS
AVLOS 4 hari. dari rentan 6-9 hari
e. TOI Ruang Bougenville dalam 6 bulan Menurut Kemenkes ideal tempat
terakhir didapatkan rata-rata TOI 2 hari 0,04 3 0,12 tidur kosong/ tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
f. BOR Ruang Bougenville dalam 6 bulan Standar BOR menurut Depkes RI
terakhir didapatkan rata-rata sebesar 0,03 2 0,06 tahun 2005 dalam Triwibowo 2013
71,15 %. adalah 60-80%.
g. Terdapat program unggulan di Ruang Berdasarkan hasil wawancara
Bougenville yaitu program Perawatan kepada kepala ruangan didapatkan
Metode Kangguru. 0,04 4 0,16 hasil bahwa terdapat program
unggulan yaitu Perawatan Metode
Kangguru.

STIKep PPNI Jabar


Page 121
2. Money Berdasarkan hasil wawancara
a. Selain gaji yang diberikan pada 0.05 3 0.15 bahwa tunjangan BPJS dipotong
karyawan dan juga mendapatkan asuransi
dari gaji pokok perbulan.
kesehatan (BPJS).
b. Karyawan RSUD Soreang juga Berdasarkan hasil wawancara
mendapatkan Tunjangan Hari Raya didapatkan bahwa RSUD Soreang
(THR) yang diberikan tiap tahun. 0.05 3 0.15
memberikan Tunjangan Hari Raya
(THR)
c. Setiap perawat memperoleh uang makan. Berdasarkan hasil wawancara
didapatkan hasil bahwa perawat
0,04 2 0,08
memperoleh uang makan per
harinya.
3. Material
a. Sebagai ruang perawatan bayi di RS tipe Ruang Bougenville memiliki kamar
C sudah memenuhi syarat dimana 0.06 3 0.18 semi HCU di kamar 3 yang
ruangan sudah memiliki kamar dilengkapi dengan CPAP.
perawatan semi HCU.
b. Ruang Bougenville sudah terdapat Berdasarkan hasil wawancara
ruangan khusus unutuk melakukan 0.04 4 0.16 kepada kepala ruangan didapatkan
Perawatan Metode Kangguru (PMK). hasil bahwa terdapat program
unggulan yaitu PMK.

STIKep PPNI Jabar


Page 122
c. Pengkalibrasian alat dilakukan secara Jadwal kalibrasi di ruangan ini
rutin yaitu setiap satu tahun sekali. 0.06 4 0.16 tidak terjadwal akan tetapi biasa
dilakukan satu tahun sekali.
Total 1 2.88

B. Kategori Sebagai Weakness Berdasarkan hasil studi


1. Man dokumentasi dengan penghitungan
a. Jumlah perawat di Ruang Bougenville 0,08 -3 -0,24 berdasarkan ponek jumlah perawat
tidak sesuai dengan penghitungan ponek di Ruang Bougenville seharusnya
yaitu hanya berjumlah 23 perawat. berjumlah 28-32 orang.
b. Secara keseluruhan beban kerja di Ruang Berdasarkan hasil kuesioner
Bougenville tinggi dengan hasil 80,69%. 0,08 -3 -0,24 didapatkan bahwa keseluruhan
beban kerja di Ruang Bougenville
tinggi dengan hasil 80,69%.
c. Masih ada 1 orang perawat yang Kualifikasi perawat di Ruang
kualifikasinya SPK. Bougenville belum sesuai dengan
0,04 -1 -0,04 standar kemenkes karena masih
terdapat tenaga perawat lulusan
SPK.
2. Methode
a. Terdapat ketidaksesuaian rasio antara Menurut Nursalam rasio antara
0,08 -3 -0,24 Perawat Primer (PP) dengan pasien
perawat primer dengan pasien di kamar
1. adalah 1 PP : 7-8 pasien.

STIKep PPNI Jabar


Page 123
b. Tidak terlihat adanya ronde keperawatan. Berdasarkan hasil observasi bahwa
0,05 -1 -0,05 di Ruang Bougenville tidak terlihat
perawat melaksanakan ronde
keperawatan.
c. Timbang terima, pre dan post conference Berdasarkan hasil observasi
belum ada SOP. 0,05 -1 -0,05 bahwa tidak ada terdapatnya SOP
untuk timbang terima, pre dan
post conference.
d. MAKP yang digunakan belum sesuai Menurut Nursalam rasio perawat
dengan standar MAKP dalam bidang primer : pasien adalah 1 : 7-8
SDM khususnya kamar 1. 0,06 -2 -0,12 pasien. Sedangkan rasio perawat
primer kamar 1 : pasien adalah 1 :
22 pasien.
e. Masih terdapat perawat yang belum Berdasarkan hasil observasi selama
patuh terhadap five moment. 0,06 -2 -0,12 5 hari didapatkan bahwa sebagian
perawat di Ruang Bougenville
belum patuh terhadap five moment.
3. Market
0,05 -2 -0,1 Menurut depkes RI (2005) ideal
a. BTO dalam 1 tahun terakhir didapatkan BTO 1 tahun satu tempat tidur rata-
jumlah rata-rata BTO 68,94 kali rata dipakai 40-50 kali.
4. Money Berdasarkan wawancara bahwa
0,05 -2 -0,1 tidak semua peralatan yang
a. Tidak semua peralatan yang dibutuhkan dibutuhkan ruangan di berikan
ruangan diberikan kepada ruangan. kepada ruangan. Kebutuhan-

STIKep PPNI Jabar


Page 124
Kebutuhan-kebutuhan yang sudah ditulis kebutuhan ruangan yang sudah
atau diajukan tidak semua di ACC, ditulis tidak semua di ACC,
kebutuhan yang diberikan ke ruangan kebutuhan yang diberikan ke
disesuaikan dengan keuangan RSUD ruangan disesuaikan dengan
Soreang. keuangan RSUD Soreang.
b. Pengajuan alat yang diajukan biasanya kebutuhan yang diberikan ke
memakan proses yang lama untuk 0,05 -2 -0,1 ruangan disesuaikan dengan
pencairan keuangan RSUD Soreang.
5. Material
Berdasarkan hasil observasi
a. Beberapa alat yang sudah rusak berat 0,07 -3 -0,21 ddapatkan bahwa terdapat alat
seperti resusitasi bayi dan AC belum di resusitasi bayi dan AC yang sudah
ganti. rusak berat.
b. Suhu ruangan tidak sesuai dengan Berdasarkan KEPMENKES RI No.
ketentuan, rata-rata suhu di Ruang 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Bougenville 28-30oc. 0,07 -2 -0,14 Persyaratan Lingkungan Rumah
Sakit bahwa normal suhu ruangan
perinatologi 22-26oc.
c. Ruangan untuk perawat tidak layak. Berdasarkan hasil observasi bahwa
0,06 -3 -0,18 ada ruangan untuk perawat tetapi
ruangan sangat kecil dan biasa
dijadikan tempat untuk shalat.
d. Ruang khusus untuk shalat tidak ada. Tempat shalat di Ruang
0,05 -3 -0,15 Bougenville masih bersatu dengan
ruangan perawat.

STIKep PPNI Jabar


Page 125
e. Ruang tindakan, ruang linen bersih dan Berdasarkan hasil kajian situasi
kotor belum tersedia. 0,04 -3 -0,12 tidak terdapat adanya ruang
tindakan, ruang linen bersih dan
kotor di Ruang Bougenville.
f. Alat keperawatan seperti tourniquet Berdasarkan hasil observasi di
tidak tersedia. 0,06 -3 -0,18 Ruang Bougenville tidak tersedia
tourniquet.
Total 1 -2,38

No. Faktor Strategis Skor


1. Faktor Kekuatan/ Strengths 2,88
2. Faktor Kelemahan/ weakness -2,38
Total 0,5

STIKep PPNI Jabar


Page 126
Tabel 3.2 Matrix EFAS Kajian Situasi Ruang Bougenville RSUD Soreang Kabupaten Bandung

Faktor- Faktor Strategis Bobot Rating Nilai


Kajian Analisa
(B) (R) N=BxR
A. Kategori sebagai opportunity
1. Man Berdasarkan hasil wawancara
a. Adanya program kesempatan untuk 0,1 2 0,2 terdapat 1 orang perawat yang
melanjutkan jenjang pendidikan lebih melanjutkan pendidikan dengan
tinggi. izin belajar.
2. Metode
a. Adanya mahasiswa profesi ners 0,16 3 0,48
keperawatan praktik.
b. Adanya kerja sama antara mahasiswa 0,07 3 0,21
dan perawat.
3. Market Berdasarkan hasil wawacara pada
a. RSUD Soreang menjalin kerja sama tanggal 27 Maret 2019 didapatkan
rujukan pasien dengan rumah sakit lain. hasil bahwa rumah sakit sudah
0,17 4 0,68 menjalin kerja sama khususnya
dalam bidang rujukan dengan
rumah sakit daerah lainnya serta
RSHS.
b. RSUD Soreang mempromosikan rumah Berdasarkan hasil wawacara pada
sakit dalam bentuk pemasaran atau 0,05 4 0,20 tanggal 27 Maret 2019 mengatakan
promosi menggunakan media internal bahwa sistem promosi rumah sakit

STIKep PPNI Jabar


Page 127
(leaflet) dan eksternal (internet yaitu meliputi promosi secara internal
website resmi serta talk show di radio dan eksternal.
dengan mendatangkan dokter spesialis).
4. Money Berdasarkan hasil wawancara
a. Adanya pasien umum (non BPJS) yang didapatkan bahwa jenis
0,2 3 0,6
dapat meningkatkan income rumah sakit. pembayaran pasien di RSUD
Soreang yaitu umum, BPJS, dan
jamkesmas.
5. Material Ruang Bougenville merupakan
a. Ruang Bougenville merupakan ruang khusus layanan utama dalam
pelayanan utama dalam pemberi 0,25 4 1 pemberi layanan pada bayi.
pelayanan bagi bayi baru lahir di RSUD
Soreang.
Total 1 3,37

B. Kategori sebagai Threat


1. Persaingan dengan rumah sakit swasta
semakin berat seperti rumah sakit di daerah 0,3 -2 -0,6
dekat dengan Soreang seperti RS Santosa
Kopo.
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin
tinggi terhadap peningkatan pelayanan 0,7 -1 -0,7
keperawatan.
Total 1 -1,3

STIKep PPNI Jabar


Page 128
No Faktor Strategis Skor
1 Faktor Peluang/ opportunity 3,37
2 Faktor Ancaman/ threats -1,3
Total 2,07

STIKep PPNI Jabar


Page 129
Peluang (3,37) Kajian analisa:

Berdasarkan hasil analisa didapatkan posisi unit


D A kerja Ruang Bougenville berada pada kuadran I
yaitu strategi agresif dimana manajemen
mempunyai banyak pilihan strategi yang dapat
Konvesional Agresif
dipakai untuk mengembangkan ruangan. Sehingga
dapat diterapkan strategi strengths dan
II I opportunities.

Kelemahan (-2.3) Kekuatan (2,8)


III IV

Defensif Diversifikasi

C B

Ancaman ( -1.3)
Gambar 3.1 Matriks SWOT Kajian Situasi Ruang Bougenville RSUD Soreang

STIKep PPNI Jabar


Page 130
Tabel 3.3 Strategi IFAS dan EFAS

STRENGTH (S) OPPORTUNITY (O)


IFAS Man Men
a. Sebagian besar perawat Ruang Bougenville a. Adanya program kesempatan untuk
memiliki status kepegawaian PNS (S1) melanjutkan jenjang pendidikan
b. Seluruh perawat yang ada di Ruang Bougenville lebih tinggi (O1)
hampir seluruhnya memiliki STR (S2)
c. Perawat Ruang Bougenville sudah pernah Methode
mengikuti pelatihan-pelatihan khusus perinatologi a. Adanya mahasiswa profesi ners
(S3) keperawatan praktik (O2)
d. Motivasi kerja perawat di Ruang Bougenville lebih b. Adanya kerja sama antara
dari 72,7% memiliki motivasi kerja yang tinggi (S4) mahasiswa dan perawat (O3)

Methode Market
a. Sudah terdapat tata tertib yang jelas (S5) a. RSUD Soreang menjalin kerja sama
b. Kepala Ruangan, PP dan PA sudah melaksanakan rujukan pasien dengan rumah sakit
uraian tugas masing-masing (S6) lain (O4)
c. Sudah ada model MAKP yang digunakan yaitu b. RSUD Soreang mempromosikan
model MAKP Modifikasi Tim-Primer (S7) Rumah Sakit dalam bentuk
d. Terlaksananya komunikasi yang efektif (timbang pemasaran atau promosi
terima, pre dan post conference) (S8) menggunakan media internal
e. Perawat memberikan edukasi kepada pasien baru (leaflet) dan eksternal (internet yaitu
EFAS dan pulang (S9) website resmi serta talk show di
f. Tersedianya sarana dan prasarana untuk sentralisasi radio dengan mendatangkan dokter
obat (S10) spesialis) (O5)

STIKep PPNI Jabar


Page 131
Market Money
a. RSUD Soreang dinyatakan lulus dengan tingkat a. Adanya pasien umum (non BPJS)
akreditasi PARIPURNA (S11) yang dapat meningkatkan income
b. Lokasi RSUD Soreang mudah diakses (S12) rumah sakit (O6)
c. Kepuasan pasien di Ruang Bougenville menyatakan
sangat puas sebanyak 48,4 % dan puas sebanyak
45,4 % (S13) Material
d. AVLOS Ruang Bougenville dalam 6 bulan terakhir a. Ruang Bougenville merupakan
didapatkan rata-rata AVLOS 4 hari (S14) pelayanan utama dalam pemberi
e. TOI Ruang Bougenville dalam 6 bulan terakhir pelayanan bagi bayi baru lahir di
didapatkan rata-rata TOI 2 hari (S15) RSUD Soreang (O7)
f. BOR Ruang Bougenville dalam 6 bulan terakhir
didapatkan rata-rata sebesar 71,15 % (S16)
g. Terdapat program unggulan di ruang Bougenville
yaitu program Perawatan Metode Kangguru (S17)

Money
a. Selain gaji yang diberikan pada karyawan, dan juga
mendapatkan asuransi kesehatan (BPJS) (S18)
b. Karyawan RSUD Soreang juga mendapatkan
Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan tiap
tahun (S19)
c. Setiap perawat memperoleh uang makan (S20)

STIKep PPNI Jabar


Page 132
Material
a. Sebagai ruang perawatan bayi di RS tipe C sudah
memenuhi syarat dimana ruangan sudah memiliki
kamar perawatan semi HCU (S21)
b. Ruang Bougenville sudah terdapat ruangan khusus
untuk melakukan Perawatan Metode Kangguru
(S22)
c. Pengkalibrasian alat dilakukan secara rutin yaitu
setiap satu tahun sekali (S23)

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

1. Adanya program 1. Mengoptimalkan bentuk pelayanan keperawatan 1. Merekomendasikan untuk


kesempatan untuk yang diberikan dalam pemenuhan kebutuhan pasien penambahan jumlah tenaga kerja
melanjutkan jenjang (S2, S3, S4, S6, S8, S11, S13, S14, S17, S21, S22, untuk menurunkan beban kerja
pendidikan lebih tinggi O2, O4, O7)
(W1, W2, W4, W7, O7)
(O1)
2. Adanya mahasiswa 2. Melakukan role play timbang
profesi ners keperawatan terima, ronde keperawatan, dan
praktik (O2) pre-post conference (W5, W6)
3. Adanya kerja sama 3. Memberikan alternatif metode
antara mahasiswa dan lain dalam mensosialisasikan
perawat (O3) pelaksanaan five moment for
4. RSUD Soreang menjalin hand hygiene (W9, O7)
kerja sama rujukan
pasien dengan rumah
sakit lain (O4)

STIKep PPNI Jabar


Page 133
5. RSUD Soreang
mempromosikan rumah
sakit dalam bentuk
pemasaran atau promosi
menggunakan media
internal (leaflet) dan
eksternal (internet yaitu
website resmi serta talk
show di radio dengan
mendatangkan dokter
spesialis) (O5)
6. Adanya pasien umum
(non BPJS) yang dapat
meningkatkan income
rumah sakit (O6)
7. Ruang Bougenville
merupakan pelayanan
utama dalam pemberi
pelayanan bagi bayi baru
lahir di RSUD Soreang
(O7)

STIKep PPNI Jabar


Page 134
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

1. Persaingan dengan 1. Meningkatkan mutu pelayanan (S1, S13,S14, T1, 1. Mengoptimalkan kinerja perawat
rumah sakit swasta T2) sesuai dengan kebutuhan pasien
semakin berat seperti sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan dapat optimal
rumah sakit di daerah
(W1,W2,W4, T2)
dekat dengan Soreang
seperti RS Santosa Kopo
2. Adanya tuntutan
masyarakat yang
semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan

STIKep PPNI Jabar


Page 135
B. Perencanaan
Tabel 3.4 Plan of Action

Waktu PJ
No
Masalah Program Kegiatan Tujuan Sasaran Rujukan 0 1 1 1 2
.
9 1 2 3 3
1 Ronde Menjadwalkan Melaksanakan role Ronde Perawat di Buku Reksi
keperawat role play ronde play ronde keperawata Ruang dan
an tidak keperawatan keperawatan n telaksana Bougenvil jurnal
terlaksana dengan uraian dengan perawat di dengan le
dengan tugas sebagai ruangan dengan optimal
optimal berikut: uraian tugas sesuai SOP
sesuai 1. Menentukan sebagai berikut:
SOP pasien untuk 1. Menentukan
ronde. pasien untuk
2. Mempersiapkan ronde.
ronde 2. Mempersiapkan
keperawatan. ronde
3. Melaksanakan keperawatan.
ronde 3. Melaksanakan
keperawatan ronde
(strategi dan keperawatan
materi). (strategi dan
materi).

STIKep PPNI Jabar


Page 136
2 Pelaksana Menjadwalkan Melakukan Untuk Perawat Jurnal Faisal
an five sosialisasi metode sosialisasi metode memotivasi diruang &
moment coaching untuk coaching untuk perawat Bougenvil Widi
belum meningkatkan meningkatkan agar patuh le
berjalan kepatuhan five kepatuhan five terhadap
secara moment secara moment dengan five
optimal optimal uraian tugas moment.
sebagai berikut:
1. Manfaat five
moment.
2. Tujuan five
moment.
3. Akibat tidak
patuh terhadap
five moment.
3 Alat Melaporkan hasil Mendiskusikan Agar alat Kepala Kiki
medis kajian situasi dengan kepala medis yang ruangan &
yang untuk pengadaan ruangan agar alat rusak di Asri
rusak alat medis yang yang rusak dapat Ruang
berat rusak segera diganti. Bougenville
belum segera di
diganti ganti.
seperti
inkubator,

STIKep PPNI Jabar


Page 137
set
resusitasi
bayi dan
box bayi
4 Suhu Melaporkan hasil Mendiskusikan Suhu Kepala Kiki
ruangan kajian situasi agardengan kepala ruangan ruangan &
tidak dilakukan ruangan supaya dapat sesuai Asri
sesuai penambahan AC suhu ruangan dengan
dengan sesuai dengan ketentuan.
ketentuan ketentuan, sehingga
yang ada di ruangan nyaman
5 Jumlah Melaporkan hasil Mendiskusikan Menambah Kepala Nisa,
perawat kajian situasi dengan kepala jumlah ruangan Thia
belum untuk menambah ruangan bagaimana perawat &
sesuai jumlah perawat cara menambah sesuai Alan
dengan jumlah perawat dengan
kebutuhan agar sesuai dengan ketentuan,
ruangan kebutuhan pasien agar beban
sehingga beban kerja
perawat tidak perawat
terlalu berat tidak terlalu
berat
sehingga
perawat

STIKep PPNI Jabar


Page 138
dapat
memberikan
asuhan
keperawata
n secara
optimal

Keterangan :

Merah : Analisis beban kerja dan jumlah perawat Ruang Bougenville


Kuning : Implementasi sosialisasi metode coaching untuk meningkatkan kepatuhan five moment
Hijau : Analisis laporan alat-alat medis dan sarana yang rusak
Biru : Implementasi ronde keperawatan
Abu : Seminar Akhir

STIKep PPNI Jabar


Page 139
BAB IV

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tabel 4.1 Implementasi dan Evaluasi Manajemen Unit Ruang Bougenville

Evaluasi
Terlaksan
Rencana Tindak
a/Tidak
No Masalah Intervensi Implementasi Waktu Hasil Hambatan Lanjut
Terlaksan
a
1 Jumlah Laporan hasil Melakukan Selasa, Terlaksana Surat Penambahan Diharapkan
perawat kajian situasi diskusi 09 April pengajuan jumlah tenaga kepala ruangan
belum untuk pengajuan 2019 tertulis perawat di melampirkan
sesuai menambah penambahan Ruang Ruang hasil kajian yang
dengan jumlah tenaga perawat Bougenville Bougenville dilakukan
kebutuhan perawat dilengkapi kepada tidak dapat mahasiswa dalam
ruangan dengan hasil Bidang dilakukan surat pengajuan
observasi dan Keperawatan secara instant sesuai dengan
analisis beban untuk atau harus aturan yang ada
kerja perawat penambahan melalui proses di RSUD
jumlah yang cukup Soreang setiap
tenaga lama semua kebutuhan
perawat di ruangan harus
ruangan melalui surat
diperkuat pengajuan kepala

STIKep PPNI Jabar


Page 140
dengan hasil ruangan kepada
kajian situasi bidang
yang keperawatan
dilakukan
oleh
mahasiswa
Profesi Ners
B STIKep
PPNI Jabar
2 Pelaksanaan Jadwalkan Melakukan Kamis, Terlaksana Setelah Karena Diharapkan
five moment sosialisasi sosialisasi 11 April dilakukan perbedaan kepala ruangan/
belum metode metode 2019 implementasi jadwal dinas perawat primer
coaching kepada sosialisasi tidak semua memberikan
berjalan coaching
17 perawat metode perawat Ruang metode coaching
secara untuk Ruang coaching Bougenville kepada perawat
optimal meningkatkan Bougenville terdapat diberikan yang berdinas
kepatuhan five peningkatan sosialisasi setiap selesai
moment secara kepatuhan metode pre-conference
optimal perawat coaching dimana kepala
dalam sehingga tidak ruangan/ perawat
melaksanaka semua perawat primer selain
n five di observasi mendampingi,
moment kepatuhan membimbing,
setelah melaksanakan menstimulasi
diberikan five moment juga memberikan
sosialisasi setelah tantangan kepada
metode diberikan semua perawat
coaching sosialisasi yang berdinas

STIKep PPNI Jabar


Page 141
metode agar patuh untuk
coaching menjalankan five
moment sehingga
dapat mencapai
prestasi yang
diharapkan
3 Alat medis Laporan hasil Melakukan Jum’at, Terlaksana Surat Pengadaan alat Diharapkan
dan alat kajian situasi diskusi dengan 12 April pengajuan medis dan alat kepala ruangan
keperawata untuk kepala ruangan 2019 tertulis keperawatan melampirkan
n yang pengadaan alat untuk pengajuan Ruang tidak dapat hasil kajian
rusak berat medis yang pengadaan alat Bougenville dilakukan situasi yang
belum rusak medis dan alat kepada secara instant dilakukan
diganti keperawatan Bidang atau harus mahasiswa dalam
seperti yang rusak berat Keperawatan melalui proses surat pengajuan
inkubator, untuk yang cukup sesuai dengan
set pengadaan lama aturan yang ada
resusitasi alat medis di RSUD
bayi dan dan alat Soreang setiap
box bayi keperawatan semua kebutuhan
yang rusak ruangan harus
berat di melalui surat
ruangan pengajuan kepala
diperkuat ruangan kepada
dengan hasil bidang
kajian situasi keperawatan
yang
dilakukan
oleh

STIKep PPNI Jabar


Page 142
mahasiswa
Profesi Ners
B STIKep
PPNI Jabar
4 Suhu Laporan hasil Melakukan Jum’at, Terlaksana Surat Pengadaan Diharapkan
ruangan kajian situasi diskusi dengan 12 April pengajuan kebutuhan kepala ruangan
tidak sesuai agar dilakukan kepala ruangan 2019 tertulis ruangan (AC) melampirkan
dengan penambahan untuk pengajuan Ruang tidak dapat hasil kajian
ketentuan AC penambahan AC Bougenville dilakukan situasi yang
yang ada kepada secara instant dilakukan
Bidang atau harus mahasiswa dalam
Keperawatan melalui proses surat pengajuan
untuk yang cukup sesuai dengan
penambahan lama aturan yang ada
AC di di RSUD
ruangan Soreang setiap
diperkuat semua kebutuhan
dengan hasil ruangan harus
kajian situasi melalui surat
yang pengajuan kepala
dilakukan ruangan kepada
oleh bidang
mahasiswa keperawatan
Profesi Ners
B STIKep
PPNI Jabar
5 Ronde Jadwalkan role Melakukan Sabtu, 13 Terlaksana Setelah Karena tidak Diharapkan
keperawata play ronde sosialisasi ronde April dilakukan terdapat pasien dengan adanya

STIKep PPNI Jabar


Page 143
n tidak keperawatan keperawatan dan 2019 implementasi yang masuk ke buku panduan
terlaksana dengan uraian bekerja sama sosialisasi dalam kriteria ronde
dengan tugas sebagai dengan ronde pasien yang keperawatan
optimal pembimbing keperawatan dapat dijadikan dapat dijadikan
berikut:
sesuai SOP akademik untuk dan pasien ronde acuan perawat
1. Menentukan pembuatan dibuatkan keperawatan Ruang
pasien untuk modul ronde buku pelaksanaan Bougenville
ronde. keperawatan panduan role play ronde dalam melakukan
2. Mempersiap ronde keperawatan ronde
kan ronde keperawatan tidak keperawatan jika
keperawatan. perawat terlaksana, sewaktu-waktu
Ruang akan tetapi ada pasien yang
3. Melaksanaka
Bougenville diganti dengan masuk ke dalam
n ronde memiliki sosialisasi kriteria pasien
keperawatan acuan dalam ronde untuk ronde
(strategi dan pelaksanaan keperawatan keperawatan
materi). ronde dan pembuatan
keperawatan buku panduan
ronde
keperawatan

STIKep PPNI Jabar


Page 144
BAB V

HAMBATAN DAN PENYELESAIAN

A. Hambatan Implementasi
Implementasi dilakukan pada tanggal 09 April 2019. Pada pelaksanaan
implementasi yaitu diskusi dengan kepala ruangan untuk melaporkan beban
kerja perawat yang telah di observasi selama kajian situasi dengan sampel
berjumlah 15 perawat, akan tetapi untuk lebih memastikan bahwa beban kerja
perawat di Ruang Bougenville tinggi kepala rungan meminta penambahan
sampel berjumlah 2 perawat, sehingga kelompok harus melakukan kembali
observasi pada perawat yang belum di observasi pada saat kajian situasi.
Implementasi dilakukan pada tanggal 11 April 2019. Pada pelaksanaan
implementasi mengenai sosialisasi metode coaching terdapat hambatan yaitu
tidak semua perawat dapat diberikan sosialisasi metode coaching karena
perbedaan jadwal dinas, sehingga pada saat penilaian dengan observasi
kepatuhan perawat akan five moment setelah diberikan metode coaching tidak
semua dapat di observasi atau dijadikan sampel keberhasilan pemberian
metode coaching terhadap kepatuhan perawat akan five moment.
Implementasi dilakukan pada tanggal 13 April 2019. Pada pelaksanaan
implementasi ronde keperawatan terdapat hambatan yaitu pasien yang ada di
Ruang Bougenville tidak ada yang termasuk ke dalam kriteria pasien untuk
ronde keperawatan. Sehingga ronde keperawatan tidak dapat dilakukan
sebagaimana mestinya.

STIKep PPNI Jabar


Page 145
B. Strategi Penyelesaian Hambatan
Strategi yang dilakukan oleh kelompok dengan konflik tersebut yaitu
negosiasi. Negosiasi adalah semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat
pada keinginan bersama, kedua pihak yang terlibat saling menyerah dan
menyepakati hal yang telah dibuat (Nursalam, 2015).
1. Langkah Langkah Penyelesaian Konflik
a. Analisa situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang
diperlukan, setelah dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi
semua perkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Konflik
tersebut melibatkan kelompok mahasiswa dengan pihak ruangan.
Capaian yang ingin dihasilkan yaitu tidak adanya konflik yang
berkepanjangan yang dapat mempengaruhi komunikasi antara
mahasiswa dan pihak ruangan.
b. Analisa prioritas masalah
Prioritas masalah yang harus segera diselesaikan pada konflik
tersebut adalah menjelaskan bahwa observasi kepatuhan five moment
setelah diberikan sosialisasi metode coaching harus segera dilakukan
agar perawat yang sudah diberikan sosialisasi metode coaching
dapat di observasi apakah terdapat peningkatan kepatuhan five
moment atau tidak. Oleh karena itu mahasiswa memutuskan untuk
menyelesaikan masalah agar tidak menjadi hambatan dalam
penyelesaian laporan.
c. Menyusun tujuan
Penyelesaian ini bertujuan agar tidak terjadinya
kesalahpahaman mengenai hasil observasi kepatuhan five moment
setelah diberikan sosialisasi metode coaching yang dilakukan oleh
mahasiswa kepada perawat ruangan serta mendapatkan kesepakatan
yang diinginkan oleh mahasiswa dan pihak ruangan mengenai hasil
kepatuhan five moment perawat setelah diberikan sosialisasi metode
coaching.

STIKep PPNI Jabar


Page 146
d. Intervensi
Intervensi yang disusun oleh kelompok untuk mengatasi
masalah di atas dengan menggunakan strategi negosiasi.
2. Pelaksanaan penyelesaian konflik
Pada pelaksanaan penyelesaian konflik strategi yang telah
dilakukan oleh kelompok mahasiswa pada permasalahan di atas adalah
strategi negoisasi, penyelesaian konflik mengenai observasi kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan five moment setelah diberikan sosialisasi
metode coaching semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada
keinginan bersama, kedua pihak yang terlibat saling menyerah dan
menyepakati hal yang telah dibuat dimana hanya 17 perawat dari 21
perawat yang dilakukan observasi kepatuhan pelaksanaan five moment
setelah diberikan sosialisasi metode coaching. Hal ini menyesuaikan
dengan jumlah perawat dan perawat yang sama yang diberikan sosialisasi
metode coaching berjumlah 17 perawat.
Penyelesaian konflik pada implementasi diskusi beban kerja
perawat dengan kepala ruangan yang meminta penambahan jumlah
perawat yang di observasi beban kerjanya yaitu menggunakan strategi
negosiasi. Strategi negosiasi digunakan dalam menyelesaikan masalah
penambahan jumlah perawat yang di observasi menjadi 17 perawat dari
jumlah semula 15 perawat. Dimana kelompok meminta waktu untuk
melakukan observasi kepada 2 perawat yang belum di observasi beban
kerjanya dan terjadi kesepakatan setelah kepala ruangan menyetujui
penambahan waktu tersebut.
Penyelesaian konflik pada pelaksanaan implementasi ronde
keperawatan yaitu menggunakan strategi negosiasi, dimana kelompok
meminta persetujuan kepala ruangan untuk mensosialisasikan mengenai
ronde keperawatan dengan metode seminar dimana ronde keperawatan
tidak dilakukan secara langsung kepada pasien akan tetapi hanya
menjelaskan mengenai ronde keperawatan dan membuat buku panduan
mengenai ronde keperawatan yang nantinya dapat digunakan sebagai

STIKep PPNI Jabar


Page 147
acuan untuk melakukan ronde keperawatan jika sewaktu-waktu ada
pasien yang masuk ke dalam kriteria ronde keperawatan. Pada akhirnya
kepala ruangan sepakat untuk dilakukan pengenalan ronde keperawatan
dengan metode seminar dan pembuatan buku panduan ronde
keperawatan.

C. Evaluasi Hasil Implementasi


Berdasarkan evaluasi pelaksanaan penyelesaian konflik dan tujuan yang
ingin dicapai, maka kelompok melakukan evaluasi dengan didapatkannya
hasil bahwa perawat ruangan dan kelompok dapat memahami pada
pelaksanaan praktik manajemen keperawatan. Kemudian didapatkan hasil
bahwa tidak adanya kesalahpahaman terhadap seluruh hasil kajian situasi dan
implementasi yang telah dilakukan.

STIKep PPNI Jabar


Page 148
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. Manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan
dan manajemen asuhan keperawatan serta proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. Fungsi manajemen adalah perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerak (actuating), pengendalian atau
pengawasan (controling) dan penilaian (evaluasi).
Hasil kajian situasi yang kelompok lakukan selama ± 6 hari (tanggal 27
Maret-01 April 2019) yang mencakup 5 dimensi yaitu man, method, material,
money dan marketing di Ruang Bougenville RSUD Soreang didapatkan
masalah berdasarkan pengelompokan kekuatan dan kelemahan didalam
analisis SWOT. Pada perhitungan analisis SWOT didapatkan bahwa Ruang
Bougenville berada dikuadran I (agresif) dimana kuadran I menggambarkan
manajemen mempunyai banyak pilihan strategi yang dapat dipakai untuk
mengembangkan ruangan. Sehingga dapat diterapkan strategi strengths dan
opportunities.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit terus mendukung terlaksananya manajemen
ruangan dengan mengadakan manajemen bangsal, dan lain-lain yang
dapat meningkatkan kemampuan perawat khususnya dalam manajemen
ruangan. Selain itu, penting bagi rumah sakit untuk memprioritaskan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan mutu pelayanan seperti

STIKep PPNI Jabar


Page 149
memperhatikan beban kerja perawat dan kesesuaian sarana dan prasarana
yang dapat menunjang pelayanan di ruangan yang lebih optimal.
2. Bagi Ruang Bougenville
Diharapkan seluruh perawat di Ruang Bougenville menerapkan atau
mengaplikasikan manajemen keperawatan mengenai ronde keperawatan,
metode coaching untuk meningkatkan kepatuhan five moment, menjaga
sarana dan prasarana yang ada di ruangan serta khusus untuk kepala
ruangan agar selalu memperhatikan beban kerja perawat di ruangan.
Sehingga hasilnya dapat memberikan pelayanan secara optimal.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa praktik selanjutnya lebih memahami
mengenai konsep kajian situasional, konsep metode tim, perhitungan
beban kerja dan konsep analisis SWOT.
4. Bagi Pendidikan
Diharapkan agar institusi lebih meningkatkan dan memperkuat lagi
tentang konsep kajian situasi, konsep manajemen keperawatan.

STIKep PPNI Jabar


Page 150
DAFTAR PUSTAKA

Douglas, Laura Mae. (1999). The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th.
Ed,. Mosby -year book, Inc.

Gian F. Kaseger. (2017). Pengaruh Pengembangan Karir, Pengalaman Kerja Dan


Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pt. Bank Rakyat Indonesia
(Persero )Tbk Kantor Cabang Manado.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/viewFile/17351/16888
pada tanggal 02 April 2019

Kemenkes RI. (2016). Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana


Rumah Sakit
http://www.dinkes.kedirikab.go.id/konten/uu/97467PMK_No._24_ttg_Per
syaratan_Teknis_Bangunan_dan_Prasarana_Rumah_Sakit.pdf pada
tanggal 02 April 2019

Kemenkes RI. Nomor 129 tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit

Munandar. (2014). Psikologi Industri dan Organisasi. Penerbit UI-Press : Jakarta.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

Permenkes RI Nomor 54 tahun 2015 Tentang pengujian dan kalibrasi alat


kesehatan.

Permenkes RI. (2017). tentang pengembangan jenjang karir profesional perawat


klinis
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._40_ttg_Penge
mbangan_Jenjang_Karir_Profesional_Perawat_Klinis_.pdf pada tanggal 03
April 2019.

Sitorus. R. (2006). Manajemen Keperawatan : Manajemen Keperawatan di


Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga


Kesehatan.

STIKep PPNI Jabar


Page 151
LAMPIRAN

STIKep PPNI Jabar


Page 152

Anda mungkin juga menyukai