PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu
kelompok menawarkan pada kelompok/ orang lain sesuatu yang pada
dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan
dengan fisik produk, menurut Kottler (2000, dalam Supranto, 2006).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologi dan spiritual yang
komprehensif/ holistik yang ditunjukkan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar profesional
keperawatan dan menggunakan etik keperawatan sebagai tuntunan utama.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayananan keperawatan adalah pembenahan dalam manajemen
keperawatan dengan adanya faktor kelola yang optimal sehingga mampu
menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan
sekaligus lebih menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2015). Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan sebagai
proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan
keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional, sehingga diharapkan keduannya saling menopang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui proses pengelolaan manajemen unit pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan di Ruang Bougenville RSUD Soreang
Kabupaten Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu berperan sebagai agen pembaharu dalam
unit pengelolaan keperawatan pada pasien di unit pelayanan
keperawatan atau pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien di
unit pelayanan keperawatan sesuai dengan tugasnya (peran Karu/
Perawat Primer/ Perawat Asosiet) di Ruang Bougenville RSUD
Soreang Kabupaten Bandung.
b. Bagi Rumah Sakit
Data yang didapat dari hasil kajian situasional dengan
menggunakan metode participant observation (PO), focus group
discussion (FGD), wawancara (in depth interview) oleh mahasiswa
di Ruang Bougenville baik terhadap perawat ataupun pasien/
keluarga bisa dijadikan bahan evaluasi khususnya bagi ruangan dan
umumnya bagi rumah sakit untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Keluar Masuk
Arah Ke Kamar
Ruang kerja Ka. Ruangan & Administrasi Bersalin & Nifas
Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa perawat yang
ada di Ruang Bougenville seluruhnya (100%) berjenis kelamin
perempuan.
Menurut Diwa (2008) menunjukkan bahwa perempuan lebih
baik dalam pemenuhan hak-hak pasien di bandingkan dengan laki-
laki hal tersebut di karenakan perawat perempuan nampaknya lebih
punya komitmen dengan pekerjaannya, lebih disiplin dan sikap
perempuan terhadap pekerjaan dan tanggung jawab lebih baik.
Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa pendidikan
minimal perawat di Ruang Bougenville sebagian besar (60,9%)
berpendidikan D3 hal ini sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang pelayanan minimal
rumah sakit, dan standar minimal rawat jalan bahwa pemberian
layanan rawat inap salah satunya adalah perawat dengan minimal
pendidikan D3 Keperawatan. Hanya saja di Ruang Bougenville
masih ada satu perawat yang pendidikan terakhirnya SPK dan belum
memiliki STR sedangkan sesuai dengan Undang-Undang
Keperawatan Nomor 38 tahun 2014 tentang Registrasi pasal 18 yang
berbunyi perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib
memiliki STR (Surat Tanda Register).
Serta hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019 kepada
kepala ruangan didapatkan hasil bahwa Karu Ruang Bougenville
pendidikan terakhirnya Profesi Ners.
Hasil analisa:
Berdasarkan hasil wawancara pada Karu Ruang Bougenville tanggal
27 Maret 2019 tenaga keperawatan di Ruang Bougenville sebagian
besar (65,2 %) berstatus kepegawaian PNS.
Hasil analisa:
Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 27 Maret – 31 April 2019
tenaga keperawatan di Ruang Bougenville sebagian besar (65,2%)
dengan lama kerja > 5 tahun.
Kajian teori:
1) Perawat Klinis I (PK I)
Perawat Klinis I (Novice) memiliki latar belakang pendidikan D-
III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan
menjalani masa klinis level I selama 3-6 tahun atau Ners dengan
pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan menjalani masa klinis level I
selama 2-4 tahun. Perawat Klinis I harus mempunyai sertifikat
pra klinis.
2) Perawat Klinis II (PK II)
Perawat klinis II (Advance Beginner) memiliki latar belakang
pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 4
tahun dan menjalani masa klinis level II selama 6-9 tahun atau
Ners dengan pengalaman kerja ≥ 3 tahun dan menjalani masa
klinis level II selama 4-7 tahun. Perawat Klinis II harus
mempunyai sertifikat PK I.
3) Perawat Klinis III
Perawat klinis III (competent) memiliki latar belakang
pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 10
tahun dan menjalani masa klinis level III selama 9-12 tahun atau
Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa tenaga perawat
yang ada di Ruang Bougenville RSUD Soreang sebagian besar
(69,6%) dengan jenjang karir PK III sebanyak 16 perawat, sebagian
kecil (30,4%) dengan jenjang karir Pra PK sebanyak 7 perawat.
Pengembangan karir mempengaruhi kinerja karyawan, dimana
pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan
organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi
mempunyai kualifikasi dan kemampuan serta pengalaman yang
cocok ketika dibutuhkan (Kaseger, 2013).
Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa perawat yang ada di
Ruang Bougenville RSUD Soreang hampir seluruhnya (95,7%)
sudah memiliki STR sehingga belum sesuai dengan Undang-Undang
Keperawatan Nomor 38 tahun 2014 tentang Registrasi pasal 18 yang
berbunyi perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib
memiliki STR (Surat Tanda Register).
Hasil analisa:
Masa berlaku STR di Ruang Bougenville sebagian besar
(91,%) dengan masa berlaku > 1 tahun dan sebagian kecil ( 4,5 %)
dengan masa berlaku < 3 bulan.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 46 tahun 2013 pada Bab 2 Pasal 4 mengatakan bahwa STR dapat
diperpanjang setiap 5 tahun setelah memenuhi persyaratan.
Hasil analisa:
Berdasarkan penelitian widaningsih (2006) menyatakan bahwa
semakin banyak pelatihan yang diikuti oleh perawat di ruang rawat
inap memiliki ekspektasi kapabilitas dalam asuhan keperawatan di
bandingkan yang tidak pernah atau belum megikuti pelatihan.
Pelatihan yang dilakukan perawat diharapkan dapat meminimalisir
kesalahan yang terjadi ketika memberikan asuhan keperawatan.
Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tenaga non
keperawatan yang ada di Ruang Bougenville RSUD Soreang
berjumlah 5 orang.
k. Gaya kepemimpinan
Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan di
Ruang Bougenville yaitu demokrasi sebanyak ( 100%).
Hasil analisa:
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa gaya komunikasi di
Ruang Bougenville yaitu partisipasi sebanyak (100 %).
1. 28 – 03 – 2019 31
2. 29 – 03 – 2019 22
3. 30 – 03 – 2019 24
4. 31 – 03 – 2019 24
5. 01 - 04 – 2019 22
Rata – rata 24
Hasil analisa:
Berdasarkan observasi pada tanggal 28 Maret - 01 April 2019 di
dapatkan rata-rata pasien sebanyak 24 pasien.
Hasil analisa:
Berdasarkan tabel 2.13 di atas, menunjukkan bahwa 10 penyakit
terbanyak di Ruang Bougenville yaitu Neonatus Hiperbilirubin,
Sepsis, Respiratory Distress Syndrome (RDS), Bayi Baru Lahir
Rendah (BBLR), Ikterik Neonaus Patologi, Pneumonia, Transient
Tachypnea of Newborn (TTN), Meconium Aspiration Syndrome
(MAS), Meconium Staining (MS), dan Afiksia Berat.
Hasil analisa:
Berdasarkan tabel 2.14 di atas, diketahui bahwa dari 22 perawat
setengahnya (50%) merasa puas dalam bekerja. Hasil ini didapatkan
dengan alat ukur kuesioner kepuasan kerja perawat. Faktor kepuasan
kerja perawat merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh
rumah sakit.
Tinggi 16 72,7 %
1 Motivasi Kerja Sedang 2 9,1%
Rendah 4 18,2%
Total 22 100 %
Hasil analisa:
Berdasarkan tabel 2.15 di atas, diketahui bahwa lebih dari
setengahnya (60%) perawat di Ruang Bougenville memiliki
motivasi kerja yang tinggi.
Munandar (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu
proses dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan
serangkaian kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan
tertentu. Pada jurnal Mudayana mengatakan Terdapat hubungan
yang kuat antara motivasi dengan kinerja, semakin tinggi motivasi
kerja maka akan semakin baik kinerja yang dihasilkan.
Total 1800 1637 454,69% 1800 1496 442,44% 3600 2677 371,76%
Klasifikasi Klien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Hasil analisis:
Berdasarkan penghitungan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang Bougenville
sebanyak 19 orang perhari, dimana mayoritas pasien mengalami
tingkat ketergantungan yang total. Sedangkan di Ruang
Bougenville perawat yang berdinas sebanyak 14 perawat
perhari.
↓
Direktur
↓
Bidang keuangan
Bagan 2.1
Alur Anggaran Ruangan
c. Tarif Ruangan
Pelayanan Tarif
Ruangan tarif ruang Bougenville
Rp. 90.000/malam,-
Pelayanan Keperawatan Tarif prlayanan perawat berdasarkan
kategori :
Tindakan Kategori II Rp. 20.000,-
Tindakan Kategori III Rp. 35.000,-
Tindakan Kategori IV Rp. 45.000,-
Tindakan Kategori V Rp. 80.000,-
Pelayanan Medis Visite dr Spesialis Rp. 35.000,-
Visite dr Umum Rp. 20.000,-
NO TINDAKAN BESARAN
1 Resus SC Rp. 430.000,-
2 Resus spontan Rp. 150.000,-
3 Resus VE/Forcep Rp. 270.000,-
4 Sonde Rp. 10.000,-
5 Bilas lambung Rp. 50.000,-
6 NGT/ OGT Rp. 50.000,-
7 Inkubator Rp. 50.000,-
8 Infus pump Rp. 50.000,-
9 CPAP Rp. 50.000,-
10 Foto Terapi Rp. 50.000,-
11 Infus bayi Rp. 50.000,-
12 Saturasi oksigen Rp. 25.000,-
13 Wash out Rp. 50.000,-
14 Ganti balutan Rp. 17.100,-
15 Suction Rp. 30.000,-
16 Transfusi/hari Rp. 20.000,-
17 Pemberian nebulizer/ kali Rp. 25.000,-
18 RJP tanpa ETT Rp. 100.000,-
19 RJP dengan ETT Rp. 150.000,-
Hasil analisis:
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung nomor 11 tahun
2012 tentang retribusi jasa umum menetapkan jasa adalah kegiatan
pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan
barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan. Kemudian Perda Kab. Bandung nomor 12
tahun 2012 jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan
d. Penggajian Perawat
1) Gaji pokok perawat
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa gaji perawat PNS berbeda-beda tergantung
pada tingkat golongan. Sistem penggajian di RSUD Soreang
melalui bank BJB setiap awal bulan. Kenaikan gaji di RSUD
soreang dilakukan tiap tahun dan kenaikan gaji sesuai dengan
golongan.
2) Uang makan
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa RSUD Soreang memberikan jatah uang
makan kepada setiap perawat sesuai golongan.
3) Insentif/ jasa pelayanan
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Ruang
Bougenville RSUD Soreang pada tanggal 27 Maret 2019
didapatkan bahwa jasa pelayanan diberikan tergantung jumlah
pasien dan pelayanan yang diberikan.
4) Tunjangan Hari Raya (THR)
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa RSUD Soreang memberikan tunjangan hari
raya (THR).
e. Koperasi Pegawai
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan RSUD
Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 28 Maret 2019
didapatkan bahwa di RSUD Soreang terdapat koperasi untuk
simpanan wajib koperasi pegawai di potong setiap bulan dari gaji
pegawai sebesar Rp. 20.000,-.
Bagan 2.3
Cara dan Alur Pembayaran Umum
TIM KAMAR I TIM KAMAR II TIM KAMAR III TIM KAMAR IV DAN
V
PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER
Novi Trian. P, AMK Emi Muharami, AMK Saima Yulianti, Amd.Kep Euis Vevi. S. Kep., Ners
Tugas Ya Tidak
I. KEPALA RUANGAN
1. Melaksanakan fungsi perencanaan,
meliputi:
√
a. Merencanakan jumlah dan kategori
tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis √
peralatan perawatan yang
diperlukan sesuai kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan √
jenis kegiatan/ asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai
kebutuhan pasien
2. Melaksanakan fungsi penggerakan √
dan pelaksanaan, meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasikan
seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar √
dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan dan
ketentuan atau peraturan yang
berlaku.
Ruang Bougenville
Kamar 5 (Isolasi)
BBL Infeksi
Kamar 4
Bayi Rujukan
3) Pengelolaan Pasien
a) Pengetahuan Perawat
Menurut Franly, dkk (2013) menyebutkan bahwa
ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali
konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan
intelektual. Kognitif atau pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian banyak
yang menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan berlangsung lebih lama dan menjadi
kebiasaan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Notoatmodjo (2014), pengukuran
pengetahuan dapat melalui wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek peneliti atau responden ke dalam pengetahuan yang
Kategori Persentase
No Pengetahuan Perawat
Baik Cukup Kurang (%)
1 Manajemen Asuhan
Keperawatan
a. Model Asuhan 95,5% 4,5% 100%
Keperawatan
b. Efektifitas dan 31,8% 59,1% 9,1% 100%
Efisiensi
c. Pelaksanaan 90,1% 9,1% 100%
d. Tanggung jawab dan 90,1% 9,1% 100%
Pembagian Tugas
2 Timbang Terima 100% - - 100%
3 Ronde Keperawatan 36,4% 13,6% 50% 100%
b) Metode Penugasan
(1) Metode asuhan keperawatan
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil wawancara kepada Karu Ruang
Bougenville pada tanggal 27 Maret 2019 didapatkan
bahwa untuk MAKP yang digunakan adalah metode
Modifikasi Tim-Primer. Terdapat 4 Perawat Primer
(PP) di bawah pengawasan dari Kepala Ruangan
dengan kualifikasi Ners (1 orang) dan D3 (3 orang).
Setiap Perawat Primer (PP) membawahi 3-9 Perawat
Asosiet (PA) dengan kualifikasi Ners (6 orang) D3 (11
orang) dan SPK (1 orang) . Menurut Kepala Ruangan
dipilihnya Metode Modifikasi Tim-Primer karena
dinilai lebih efektif. Kelebihan dari metode tersebut
perawat penanggung jawab setiap ruangan dapat
mengetahui mengenai keadaan pasien di setiap
ruangannya sedetail mungkin dan melakukan tindakan
perawatan lebih maksimal tetapi kekurangan dalam
metode tersebut adalah belum sesuainya antara
tanggung jawab Perawat Primer (PP) dan jumlah pasien
yang dikelola, PP kamar 1 bertanggung jawab terhadap
22 pasien, PP kamar 2 bertanggung jawab terhadap 5
pasien, PP kamar 3 bertanggung jawab terhadap 4
pasien, dan PP kamar 4 dan 5 bertanggung jawab
terhadap 6 pasien.
Hasil analisis:
Berdasarkan teori MAKP Modifikasi Tim-Primer yang
digunakan oleh ruangan sudah sesuai, di Ruang
Bougenville terdapat 7 perawat yang memiliki latar
belakang S-1 Keperawatan akan tetapi terdapat Perawat
Primer (PP) yang berkualifikasi D3 dengan alasan
pengalaman bekerja dan terdapat ketidakseimbangan
antara pemberian asuhan keperawatan khususnya
kamar 1 dimana PP memberikan asuhan keperawatan
kepada 22 pasien.
Kajian teori:
Menurut Nursalam (2012), ronde keperawatan
adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat di samping melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer, perawat
pelaksana atau kepala ruangan dan juga perlu
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan. Ronde
keperawatan sangat penting dilakukan, melalui kegiatan
ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau
tidak. Melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,
rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan
dalam asuhan keperawatan dapat dinilai
28 29 30 31 01
P S P S M P S P S M P S
Persiapan Persiapan Personal: √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1. Timbang terima
dilaksanakan setiap
pergantian shift/ operan
2. Prinsip timbang terima, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
semua pasien baru masuk
dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/
dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi
lebih lanjut
3. PA/ PP menyampaikan
timbang terima kepada PP
(yang menerima
pendelegasian) berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima:
a. Aspek umum yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
meliputi: M1 s/d M5
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
diagnosa medis
PRE-POST CONFERENCE
Kajian teori:
Pre Conference adalah komunikasi kepala
primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh perawat primer atau penanggung jawab
tim. Jika yang dinas pada shift tersebut hanya 1 (satu)
orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dari perawat primer
atau penanggung jawab tim (Modul MPKP, 2006).
Post Conference adalah komunikasi perawat
primer dan perawat asosiet tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan
tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
Kajian teori:
Discharge planning merupakan suatu rencana yang
disusun secara sistematis untuk pasien, sebelum keluar
dari rumah sakit yang dimulai dari mengumpulkan data
sampai dengan masuk area perawatan yaitu meliputi
pengkajian, rencana perawatan, implementasi dan
evaluasi (Nursalam, 2012). Ketika pasien
meninggalkan rumah sakit, sekali lagi
menekankan informasi yang telah anda berikan
sebelumnya dan program dokter untuk medikasi,
tindakan, atau peralatan khusus. Menekankan
perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal
yang harus dilakukan. Meyakinkan pasien dan keluarga
Kajian teori:
Berdasarkan rujukan Nursalam (2017), teknik
pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang diberikan kepada pasien baik obat
oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya
kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat
adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat
Kajian teori:
Menurut Douglas, asuhan keperawatan yang sudah
direncanakan dengan baik akan menimbulkan motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga
akan membuat mutu asuhan keperawatan meningkat,
yang tentunya akan membuat pasien merasa
mendapatkan kepuasan. Tanggung jawab perawat harus
dijalankan dengan maksimal dan teliti, sehingga perlu
adanya motivasi dari atasan supaya pelaksanaan
tanggung jawab perawat tersebut berjalan dengan baik.
Kajian teori:
Kegiatan yang dilakukan oleh kepala ruangan di Ruang
Bougenville saat di observasi adalah pemantauan
ketepatan tindakan sesuai SOP yang ada di ruangan,
mengontrol dan meninjau pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
meninjau pendokumentasian asuhan keperawatan di
status dan memantau langsung pelaksanaan timbang
terima antar perawat. Berdasarkan hasil observasi
tersebut kepala ruangan telah menjalankan tugas
supervisi.
Hasil Analisis:
Dari hasil kajian situasi tanggal 27 Maret - 01 April
2019 terdapat SAK di Ruang Bougenville berisikan
asuhan keperawatan pada diagnosa medis terbanyak.
Menurut Kawonal (2000) SAK berfungsi untuk
memberdayakan proses keperawatan yang nantinya
sebagai panduan dalam perawatan pasien.
Kajian teori:
Menurut Puspitasari, Rosmayawati & Melfrina (2012),
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu
standar/ pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi.
Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
Elemen Penilaan Sasaran I:
a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau
produk darah.
c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/ prosedur.
Kajian teori:
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan merupakan
teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi. Mencuci tangan adalah teknik yang sangat
mendasar dalam mencegah dan mengendalikan infeksi, dengan
mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme yang ada di kulit. Cuci tangan harus dilakukan
dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga
Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1692/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Kesehatan Pasien
Rumah Sakit. Standar SKP VI Rumah Sakit mengembangkan
suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera
karena jatuh.
Di ruangan Keadaan
No Sarana dan Prasarana Keterangan
Ada Tidak Layak Tidak
Tempat Istirahat
4 √ √ Tersedia
Perawat
Lemari Dokumentasi
14 √ √ Tersedia
Keperawatan
Ruang petugas
15 √ Tidak tersedia
kebersihan
16 Pantry √ √ Tersedia
17 Toilet √ √ Tersedia
Di ruangan Keadaan
No Sarana dan Prasarana
Ada Tidak Layak Tidak Keterangan
3 Perenel √ 30 √ Tersedia
Tidak
No Nama Barang Ada Kondisi
ada
1 Plester Coklat √ - Baik
2 Plester Putih √ - Baik
3 Plester √ - Baik
4 Hipafix √ - Baik
5 Kassa √ - Baik
6 Kapas √ - Baik
8 Betadine √ - Baik
9 Saflon √ - Baik
12 Aquabidest √ - Baik
13 Handwash √ - Baik
Standar Kondisi
Jumlah
No Nama Barang yang Keterangan
Rusak Rusak
Depkes RS ada Baik
sedang Berat
1 AC √ 4 3 1 Tersedia
3 Dispenser √ 1 1 Tersedia
5 Kulkas √ 4 4 Tersedia
6 Komputer √ 2 2 Tersedia
19 Printer √ 2 2 Tersedia
23 Tissue √ 5 5 Tersedia di
tiap kamar
Standar Kondisi
No Nama Barang Keterangan
Depkes RS Sesuai Tidak Sesuai
Formulir √ Tersedia
1 √
Pengkajian Awal
Formulir Rencana √ Tersedia
2 √
Keperawatan
Formulir Catatan Tersedia
3 Perkembangan √ √
Pasien
Lengkap
Formulir Tersedia
9 Keterangan √ √
Kematian
10 Resep √ √ Tersedia
5. Market
a. Indikator Mutu Pelayanan kesehatan
1) BOR (Bed Occupation Ratio)
Standar BOR 60-85 % (Depkes RI, 2005 dalam Triwibowo,
2013)
Rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit
𝑋 100%
(Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode)
Rata-rata 71,15 %
Jumlah
Jumlah bed Jumlah hari
No Tgl/ Bulan tempat BOR
terisi rawat
tidur
28 Maret – 01
1 124 37 5 67,02 %
April 2019
Hasil analisa:
Berdasarkan hasil AVLOS dari bulan September 2018 -
Februari 2019 didapatkan bahwa AVLOS Ruang Bougenville
RSUD Soreang bulan September 2018 selama 4 hari, bulan
Oktober selama 4 hari, bulan November selama 4 hari, bulan
Desember selama 4 hari, bulan Januari 2019 selama 4 hari dan
pada bulan Februari selama 4 hari. Dengan jumlah rata-rata
AVLOS 4 hari. Secara umum nilai AVLOS yang ideal yaitu
antara 6-9 hari (Depkes, 2005 dalam Triwibowo, 2013).
STIKep PPNI Jabar
Page 106
Tabel 2.41 AVLOS Ruang Bougenville RSUD Soreang
28 Maret – 01 April 2019
Jumlah pasien
No Bulan Jumlah lama dirawat AVLOS (hari)
keluar
28 Maret – 01
1 147 27 5,4 (5 hari)
April 2019
Jumlah Jumlah
Jumlah
No Bulan tempat pasien TOI (hari)
Hari rawat
tidur keluar
1 September 37 1
2 Oktober 37 1
3 November 37 1
4 Desember 37 2
Hasil analisa:
Berdasarkan hasil TOI dari bulan September 2018 - Februari
2019 didapatkan bahwa TOI Ruang Bougenville RSUD Soreang
bulan September 2018 selama 1 hari, bulan Oktober selama 1
hari, bulan November selama 1 hari, bulan Desember selama 2
hari, bulan Januari 2019 selama 2 hari dan pada bulan Februari
selama 3 hari. Dengan jumlah rata-rata TOI 1,7 hari (2 hari).
Idealnya menurut kemenkes tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.
28 Maret – 01
1 37 27 124 2,26 (2 hari)
April 2019
4 Juni 99 37 2,68
Total 68,94
Hasil analisa:
Berdasarkan hasil BTO dari bulan Maret 2018 - Februari 2019
didapatkan bahwa BTO Ruang Bougenville RSUD Soreang
bulan Maret 2018 sebanyak 6,19 kali, pada bulan April 2018
sebanyak 6,19 kali, pada bulan Mei 2018 sebanyak 6,41 kali,
pada bulan Juni 2018 sebanyak 2,68 kali, pada bulan Juli 2018
d. Akreditasi
RSUD Soreang adalah RS tipe C dan dinyatakan lulus dengan
tingkat akreditasi PARIPURNA.
Indikator
Sangat Total
Kategori Sangat Tidak
Puas Tidak
Puas Puas
Puas
Tangibles
53 % 46 % 1% 0% 100 %
(Kenyataan)
Reliability
47 % 47 % 2% 4% 100 %
(Keandalan)
Responsiveness
(Tanggung 46 % 46 % 4% 4% 100 %
Jawab)
Assurance
49 % 42 % 3% 6% 100 %
(Jaminan)
Empathy
47 % 46 % 1% 6% 100 %
(Empati)
TOTAL 48,4 % 45,4 % 2,2 % 4% 100 %
Analisa data:
Dapat diketahui hasil kegiatan surveilans di Ruang Bougenville
bulan Januari-Februari tahun 2019 dengan data IADP terkait
pemasangan CVC (0 %), data ISK terkait pemasangan kateter (0 %),
data Phlebitis terkait pemasangan infus (0 %), data Dekubitus terkait
tirah baring (0 %) dan data HAP terkait tirah baring (0 %).
A. Analisa Data
Tabel 3.1 Matrix IFAS Kajian Situasi Ruang Bougenville RSUD Soreang
Defensif Diversifikasi
C B
Ancaman ( -1.3)
Gambar 3.1 Matriks SWOT Kajian Situasi Ruang Bougenville RSUD Soreang
Methode Market
a. Sudah terdapat tata tertib yang jelas (S5) a. RSUD Soreang menjalin kerja sama
b. Kepala Ruangan, PP dan PA sudah melaksanakan rujukan pasien dengan rumah sakit
uraian tugas masing-masing (S6) lain (O4)
c. Sudah ada model MAKP yang digunakan yaitu b. RSUD Soreang mempromosikan
model MAKP Modifikasi Tim-Primer (S7) Rumah Sakit dalam bentuk
d. Terlaksananya komunikasi yang efektif (timbang pemasaran atau promosi
terima, pre dan post conference) (S8) menggunakan media internal
e. Perawat memberikan edukasi kepada pasien baru (leaflet) dan eksternal (internet yaitu
EFAS dan pulang (S9) website resmi serta talk show di
f. Tersedianya sarana dan prasarana untuk sentralisasi radio dengan mendatangkan dokter
obat (S10) spesialis) (O5)
Money
a. Selain gaji yang diberikan pada karyawan, dan juga
mendapatkan asuransi kesehatan (BPJS) (S18)
b. Karyawan RSUD Soreang juga mendapatkan
Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan tiap
tahun (S19)
c. Setiap perawat memperoleh uang makan (S20)
1. Persaingan dengan 1. Meningkatkan mutu pelayanan (S1, S13,S14, T1, 1. Mengoptimalkan kinerja perawat
rumah sakit swasta T2) sesuai dengan kebutuhan pasien
semakin berat seperti sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan dapat optimal
rumah sakit di daerah
(W1,W2,W4, T2)
dekat dengan Soreang
seperti RS Santosa Kopo
2. Adanya tuntutan
masyarakat yang
semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan
Waktu PJ
No
Masalah Program Kegiatan Tujuan Sasaran Rujukan 0 1 1 1 2
.
9 1 2 3 3
1 Ronde Menjadwalkan Melaksanakan role Ronde Perawat di Buku Reksi
keperawat role play ronde play ronde keperawata Ruang dan
an tidak keperawatan keperawatan n telaksana Bougenvil jurnal
terlaksana dengan uraian dengan perawat di dengan le
dengan tugas sebagai ruangan dengan optimal
optimal berikut: uraian tugas sesuai SOP
sesuai 1. Menentukan sebagai berikut:
SOP pasien untuk 1. Menentukan
ronde. pasien untuk
2. Mempersiapkan ronde.
ronde 2. Mempersiapkan
keperawatan. ronde
3. Melaksanakan keperawatan.
ronde 3. Melaksanakan
keperawatan ronde
(strategi dan keperawatan
materi). (strategi dan
materi).
Keterangan :
Evaluasi
Terlaksan
Rencana Tindak
a/Tidak
No Masalah Intervensi Implementasi Waktu Hasil Hambatan Lanjut
Terlaksan
a
1 Jumlah Laporan hasil Melakukan Selasa, Terlaksana Surat Penambahan Diharapkan
perawat kajian situasi diskusi 09 April pengajuan jumlah tenaga kepala ruangan
belum untuk pengajuan 2019 tertulis perawat di melampirkan
sesuai menambah penambahan Ruang Ruang hasil kajian yang
dengan jumlah tenaga perawat Bougenville Bougenville dilakukan
kebutuhan perawat dilengkapi kepada tidak dapat mahasiswa dalam
ruangan dengan hasil Bidang dilakukan surat pengajuan
observasi dan Keperawatan secara instant sesuai dengan
analisis beban untuk atau harus aturan yang ada
kerja perawat penambahan melalui proses di RSUD
jumlah yang cukup Soreang setiap
tenaga lama semua kebutuhan
perawat di ruangan harus
ruangan melalui surat
diperkuat pengajuan kepala
A. Hambatan Implementasi
Implementasi dilakukan pada tanggal 09 April 2019. Pada pelaksanaan
implementasi yaitu diskusi dengan kepala ruangan untuk melaporkan beban
kerja perawat yang telah di observasi selama kajian situasi dengan sampel
berjumlah 15 perawat, akan tetapi untuk lebih memastikan bahwa beban kerja
perawat di Ruang Bougenville tinggi kepala rungan meminta penambahan
sampel berjumlah 2 perawat, sehingga kelompok harus melakukan kembali
observasi pada perawat yang belum di observasi pada saat kajian situasi.
Implementasi dilakukan pada tanggal 11 April 2019. Pada pelaksanaan
implementasi mengenai sosialisasi metode coaching terdapat hambatan yaitu
tidak semua perawat dapat diberikan sosialisasi metode coaching karena
perbedaan jadwal dinas, sehingga pada saat penilaian dengan observasi
kepatuhan perawat akan five moment setelah diberikan metode coaching tidak
semua dapat di observasi atau dijadikan sampel keberhasilan pemberian
metode coaching terhadap kepatuhan perawat akan five moment.
Implementasi dilakukan pada tanggal 13 April 2019. Pada pelaksanaan
implementasi ronde keperawatan terdapat hambatan yaitu pasien yang ada di
Ruang Bougenville tidak ada yang termasuk ke dalam kriteria pasien untuk
ronde keperawatan. Sehingga ronde keperawatan tidak dapat dilakukan
sebagaimana mestinya.
A. Kesimpulan
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. Manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan
dan manajemen asuhan keperawatan serta proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. Fungsi manajemen adalah perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerak (actuating), pengendalian atau
pengawasan (controling) dan penilaian (evaluasi).
Hasil kajian situasi yang kelompok lakukan selama ± 6 hari (tanggal 27
Maret-01 April 2019) yang mencakup 5 dimensi yaitu man, method, material,
money dan marketing di Ruang Bougenville RSUD Soreang didapatkan
masalah berdasarkan pengelompokan kekuatan dan kelemahan didalam
analisis SWOT. Pada perhitungan analisis SWOT didapatkan bahwa Ruang
Bougenville berada dikuadran I (agresif) dimana kuadran I menggambarkan
manajemen mempunyai banyak pilihan strategi yang dapat dipakai untuk
mengembangkan ruangan. Sehingga dapat diterapkan strategi strengths dan
opportunities.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit terus mendukung terlaksananya manajemen
ruangan dengan mengadakan manajemen bangsal, dan lain-lain yang
dapat meningkatkan kemampuan perawat khususnya dalam manajemen
ruangan. Selain itu, penting bagi rumah sakit untuk memprioritaskan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan mutu pelayanan seperti
Douglas, Laura Mae. (1999). The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th.
Ed,. Mosby -year book, Inc.
Kemenkes RI. Nomor 129 tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit