Anda di halaman 1dari 19

Lampiran : Keputusan Direktur RSGM UNSOED

Nomor: Kept. 39/UN23.RSGMP/HK.00.01/2016


Tanggal: 6 Mei 2016

PEDOMAN PELAYANAN
TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun
kenyataannya upaya pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit
masih belum dilaksanakan secara maksimal. Rumah sakit masih
berorientasi pada upaya kuratif dan rehabilitative, sementara pelayanan
promotif dan preventive di rumah sakit masih dianggap sebelah mata,
karena dinilai merupakan sebuah cost center tanpa pernah melihat esensi
dampak / outcome dari promosi kesehatan yang dikelola dengan baik
seperti yang dilakukan di beberapa negara maju.
Health Promoting Hospital (HPH) atau rumah sakit yang
mempromosikan kesehatan di dunia saat ini telah menjadi trend dan
dipandang sebagai rumah sakit masa depan karena menintegrasikan
seluruh aspek pelayanan secara holistik dan inklusif terhadap kesehatan
secara berkesinambungan. Pelayanan secara holistik bertujuan bahwa
pelayanan yang dilakukan oleh rumah sakit tidak hanya berdimensi fisik
semata yang berorientasi pada patogenik tetapi lainnya yang berorientasi
pada salutogenik.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan rujukan harus
melaksanakan pelayanan yang inklusif sehingga RS akan memberikan
kontribusi lebih bagi berkesinambungan dan sistematis. Ciri pelayanan
kesehatan inklusif adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan

1
dari mulai pelayanan kesehatan dasar/primer, pelayanan kesehatan
rujukan sekunder/tersier hingga dikembalikan ke pelayanan kesehatan
primer atau langsung ke lingkungan masyarakat yang telah
terkondisikan untuk peningkatan derajat kesehatannya.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai per 1 Januari 2014
dan penerapan akreditasi RS versi 2012 mewajibkan rumah sakit untuk
menerapkan pelayanan secara paripurna sebagaimana amanat undang-
undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Upaya promotif
dan preventif meliputi suatu upaya terintegrasi dalam pelayanan rumah
sakit. Upaya promotif dan preventif dapat dijadikan kendali mutu dan
biaya dengan melalui peningkatan dan berpartisipasi aktif dalam
mendukung upaya penyembuhan dan rehabilitasi.
RSGM Univ. Jenderal Soedirman sebagai rumah sakit khusus
rujukan gigi dan mulut regional Banyumas berusaha menerapkan
pelayanan paripurna dalam rangka mensukseskan program jaminan
kesehatan nasional. Upaya promosi kesehatan telah direvitalisasi
programpenerapan akreditasi RS versi 2012 mewajibkan rumah sakit
untuk menerapkan pelayanan secara paripurna sebagaimana amanat
undang-undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Upaya
promotif dan preventif meliputi suatu upaya terintegrasi dalam pelayanan
rumah sakit. Upaya promotif dan preventif dapat dijadikan kendali mutu
dan biaya dengan melalui peningkatan dan berpartisipasi aktif dalam
mendukung upaya penyembuhan dan rehabilitasi.
RSGM Univ. Jenderal Soedirman sebagai rumah sakit khusus
rujukan gigi dan mulut regional Banyumas berusaha menerapkan
pelayanan paripurna dalam rangka mensukseskan program jaminan
kesehatan nasional. Upaya promosi kesehatan telah direvitalisasi sejak
awal tahun 2016 dan saat ini pengelolaan promosi kesehatan di RSGM
Univ. Jenderal Soedirman telah memiliki struktur organisasi.
Berdasarkan hal tersebut pedoman pelayanan promosi kesehatan ini
diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam tata kelola instalasi
promosi kesehatan sebagai koordinator / pengelola upaya promosi
kesehatan di RSGM Univ. Jenderal Soedirman, Purwokerto.

2
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan pembuatan pedoman pelayanan PKRS adalah sebagai acuan
dalam pelayanan PKRS yang terintegrasi dengan unit layanan lainnya di
RSGM Univ. Jenderal Soedirman.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan PKRS di RSGM Univ. Jenderal Soedirman
meliputi:
1. Edukasi staf.
2. Edukasi pasien dan keluarga.
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat.
5. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian dan
pengembangan promosi kesehatan klinis.

D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional pelayanan PKRS adalah sebagai berikut:
1. Edukasi Staf adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan staf rumah sakit dalam berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) untuk menunjang produktifitas kerja di lingkungan
rumah sakit dan keselamatan pasien.
2. Edukasi Pasien dan Keluarga adalah upayan peningkatan partisipasi
pasien dan keluarga dalam upaya peningkatan status kesehatannya
secara mandiri melalui upaya peningkatan pengetahuan, kemauan
dan kemampuan pasien dan keluarga sesuai dengan kebututuhan
pasien.
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit adalah
upaya rumah sakit dalam menyediakan informasi kesehatan maupun
informasi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan akses
masyarakat akan informasi kesehatan dan pelayanan rumah sakit.
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat adalah menciptakan sistem
dan lingkungan kerja yang sehat yang mendukung perilaku hidup

3
bersih dan sehat dalam upaya mendukung produktifitas kerja dan
keselamatan pasien.
5. Pengingkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian dan
pengembangan promosi kesehatan klinis adalah upaya peningkatan
kualitas pelayanan RS baik pengambilan keputusan maupun upaya
perbaikan pelayanan secara berkesinambungan didasarkan pada
bukti melalui hasil penelitian dan pengembangan promosi kesehatan
klinis dan mendukung promosi kesehatan berkelanjutan.

E. LANDASAN HUKUM
Kegiatan promosi kesehatan di RS merupakan upaya kesehatan
bersama, sebagai landasan hukum pelayanan PKRS meliputi:
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/Menkes/SK/X/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
7. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial RI Nomor 66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dan Angka Kreditnya

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Pelayanan promosi kesehatan yang profesional memiliki standar


pengelolaan sumber daya manusia/ tenaga sebagai bagian penting dalam
pelayanan. Pengaturan tenaga promosi kesehatan bertujuan agar kegiatan
pelayanan yang diberikan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Standar ketenagaan PKRS telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 004/Menkes?SK/II/2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit dan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor 66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dan Angka Kreditnya.

A. KUALIFIKASI TENAGA PKRS


Pada umumnya seluruh petugas rumah sakit adalah tenaga promotor
kesehatan namun untuk tenaga khusus pengelola dan pemberi
pelayanan promosi kesehatan harus memnuhi kualifikasi sebagai
berikut:
1. Tenaga Pengelola PKRS
2. Tenaga Fungsional PKRS
3. Tenaga Fungsional khusus edukator

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan pelayanan promosi kesehatan di lakukan
sesuai dengan ruang lingkup pelayanan sebagai berikut:
1. Tenaga pengelola PKRS
Tenaga pengelola PKRS terdiri dari Ketua, Sekretaris,
koordinator Kemitraan, koordinator Pemberdayaan Masyarakat,
koordinator Pengembangan Media dan Sarana
2. Pelayanan rawat jalan
Pelayanan pendidikan pasien dan keluarga di rawat jalan
difasilitasi dengan adanya edukasi secara verbal maupun dengan
media cetak. Edukasi pendidikan kesehatan secara verbal dapat
5
diberikan langsung oleh dokter umum, dokter gigi, perawat umum,
maupun perawat gigi. Edukasi pendidikan kesehatan melalui media
cetak langsung dapat dibaca oleh pasien atau pengunjung mulai dari
pendaftaran dan saat di unit pelayanan RSGM.

C. PENGATURAN LAYANAN EDUKASI


Pola pengaturan jaga disesuaikan dengan beban kerja berprinsip
pada pengelolaan yang efektif dan efisien.
1. Pelayanan edukasi di Unit Pelayanan Umum, Serayu dan rawat jalan
umum dilakukan sesuai dengan kondisi kesehatan gigi dan mulut
pasien
2. Pelayanan edukasi ke masyarakat sekitar rumah sakit dilakukan
melalui kegiatan Penyuluhan Edukasi.

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

Pemenuhan standar fasilitas minimal untuk pelayanan promosi kesehatan


didasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 004/Menkes/SK/II/2012 tentang
Petunjuk Teknis promosi Kesehatan Rumah Sakit.
1. Ruangan
Ruangan penyuluhan / pendidikan kesehatan harus dimiliki oleh
setiap unit, misalnya di ruangan farmasi, radiologi dan ruangan
penunjang lainnya termasuk dipelayanan rawat jalan.
2. Fasilitas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 004/Menkes/SK/II/2012
tentang Petunjuk Teknis promosi Kesehatan Rumah Sakit mengatur
tentang standar minimal fasilitas untuk unit/instalasi PKRS sebagai
berikut:
a. Televisi
b. LCD projector
c. VCD / DVD player
d. Amplifier dan wireless microphone
e. Komputer dan laptop
f. Pointer
g. Public address system (PSA) / Megaphone
h. Plypchart
i. Caset recorder / player
j. Kamera photo
k. Pengembangan fasilitas pelayanan misalnya media elktronik,
media cetak, peralatan kantor

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan promosi kesehatan meliputi pelayanan edukasi pasien dan


keluarga di rawat jalan, pelayanan edukasi staf, pelayanan edukasi
pengunjung dan masyarakat, mempromosikan tempat kerja yang sehat,
penelitian dan pengembangan promosi kesehatan serta bersama unit lain
meningkatkan kualitas mutu pelayanan secara berkesinambungan berbasis
perilaku.
1. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Jalan
Pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat jalan dilakukan di
klinik. Tenaga edukator adalah dokter umum, dokter gigi, perawat
umum, perawat gigi, apoteker, asisten apoteker yang telah tersertifikasi
edukator. Untuk menunjang pelayanan dibuatkan pedoman edukasi
yang telah distandardisasi secara terstruktur dan merencanakan tindak
lanjut pelayanan. Alur pelayanan edukasi di klinik rawat jalan adalah
sebagai berikut:

PASIEN PENDAFTARAN KLINIK RAWAT


KEBUTUHAN
JALAN
EDUKASI

PULAN
G

YA TDK

2. Pelayanan Edukasi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Rumah


Sakit
Pelayanan edukasi bagi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah
sakit dilakukan berdasarkan hasil kajian kebutuhan edukasi
pengunjung dan masyarakat yang dilakukan secara berkala. Pemberian
edukasi bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
informasi kesehatan maupun informasi pelayanan RS. Edukasi
8
dilakukan oleh tenaga edukator melalui metode dan media yang tepat.
Pada sasaran pengunjung dan masyarakat RS informasi yang dapat
disampaikan diantaranya penyakit yang menjadi isu terkini khususnya
kesehatan gigi dan mulut, tatalaksana pelayanan di RS, info pelayanan
dan peraturan RS, dll.

3. Mempromosikan tempat kerja yang sehat


Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memiliki
karakteristik potensi resiko berbahaya mulai dari risiko bahaya fisik,
biologis, kimia bahkan psikologis. Setiap hari petugas kesehatan berada
di lingkungan tersebut sehingga dibutuhkan manajemen lingkungan
kerja yang menfasilitasi untuk peningkatan kesehatan dan kebugaran
karyawannya. Pengelola promosi kesehatan harus secara aktif membuat
sistem dan kebijakan rumah sakit yang berparadigma sehat dan
bersama unit kesehatan dan keselamatan kerja RS dan instalasi
sanitasi dan kebersihan meningkatkan budaya kerja yang safety,
lingkungan kerja yang sehat dan hidup bersih dan sehat menuju rumah
sakit yang hijau dan sehat.

4. Penelitian dan Pengembangan Promosi Kesehatan


Penelitian dan pengembangan promosi kesehatan bertujuan untuk
mengembangkan program promosi kesehatan berkelanjutan dan
membantu pengambilan keputusan dan kebijakan yang berbasis bukti.
Dalam kegiatannya pengelola PKRS melakukan koordinasi dengan Sub
Bidang Penelitian.

9
BAB V
LOGISTIK

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibutuhkan fasilitas berupa


logistik dan perbekalan baik alat penunjang fungsional pekerjaan, peralatan
rumah tangga maupun alat tulis kantor.

1. Peralatan penunjang fungsi promosi kesehatan


a. Camcoder profesional
b. Kamera foto
c. Komputer desain grafis
d. Perlatan studio
e. Laptop
f. LCD proyektor
g. Media leaflet/ poster/ banner
h. Sound system
i. Mini DV / DVD
j. Formulir edukasi terintegrasi

2. Peralatan perkantoran
a. Komputer
b. Printer
c. Kertas
d. Spidol
e. Pulpen
f. Buku agenda
3. Peralatan rumah tangga
a. Peralatan kebersihan
b. Peralatan pengamanan

10
Proses pengadaan logistik dilakukan secara terencana dan terstruktur
dengan proses pelaksanaan sebagai berikut:
1. Pengelola PKRS membuat rencana kebutuhan logistik triwulan
2. Pengadaan logistik dilakukan dengan pengajuan daftar usulan
kebutuhan barang ke instalasi logistik perbekalan dan gudang
3. Instalasi perbekalan dan gudang melakukan pengecekan barang di
gudang. Jika ada maka kebutuhan langsung dipenuhi, jika tidak ada
diajukan ke unit pengadaan barang dan jasa (UPBJ)
4. UPBJ melakukan pengadaan barang dan memberikannya ke instalasi
gudang dan perbekalan
5. Instalasi gudang dan perbekalan melakukan pencatatan dan
menyerahkan ke instalasi PKRS
6. Instalasi PKRS melakukan pencatatan dan barang / alat yang
dibutuhkan sudah dapat digunakan

11
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien merupakan prioritas dari setiap pelayanan RS.


Setiap RS harus menjamin keselamatan pasien melalui upaya peningkatan
kualitas pelayanan secara berkesinambungan. Upaya promosi kesehatan
pun tidak terlepas dari upaya menjamin pelayanan yang diberikan aman
kepada pasien. Pelayanan edukasi bagi pasien dan keluarga tidak dapat
dianggap hanya sebatas memberikan informasi, tetapi RS harus menjamin
bahwa isi informasi yang diberikan adalah benar karena akan berakibat
fatal dalam merubah perilaku pasien dan keluarganya dalam upaya
peningkatan status kesehatannya secara mandiri. Mendapatkan informasi
yang benar dijamin oleh Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit yang menyatakan bahwa pasien berhak atas informasi yang
benar terhadap kesehatannya. Upaya jaminan keselamatan pasien tersebut
dilakukan melalui:

1. Adanya kebijakan tentang pelayanan edukasi pada pasien dan


keluarga
Kebijakan pelayanan edukasi pasien dan keluarga merupakan dasar
hukum pelaksanaan pelayanan edukasi yang ditetapkan oleh
direktur. Kebijakan ini memuat tentang tatalaksana dan tatakelola
pelayanan edukasi. Kebijakan ini akan memberikan perlindungan
bagi pemberi edukasi (edukator) maupun memberikan perlindungan
dan jaminan keselamatan bagi pasien dan keluarga.
2. Adanya pedoman / panduan edukasi pasien dan keluarga yang telah
distandarisasi
Untuk menjamin bahwa informasi yang diberikan benar maka RS
harus menerbitkan pedoman edukasi pasien dan keluarga yang
distandarisasi. Tidak menutup kemungkinan dokter
penanggungjawab pasien (DPJP) tidak bisa memberikan pelayanan
edukasi yang cukup sehingga dimungkinkan edukasi diberikan oleh
dokter umum, oleh karena itu pedoman ini akan memberikan
panduan apa saja yang harus dipersiapkan dan materi apa saja harus

12
diberikan selama proses edukasi. Proses penyusunan panduan
edukasi pasien dan keluarga dilakukan oleh profesi yang
bersangkutan yang didasarkan pada sumber rujukan ilmiah untuk
menghindari kesalahan isi materi panduan. Beberapa panduan yang
harus disiapkan rumah sakit adalah:
a. Panduan edukasi obat high alert
b. Panduan edukasi peralatan medis
c. Panduan edukasi penyakit
d. Panduan edukasi manajemen nyeri
e. Panduan edukasi masalah perawatan
f. dll
3. Pembuatan media yang distandarisasi
Media merupakan alat bantu dari proses edukasi pasien dan keluarga
yang berisi materi edukasi. Media berfungsi sebagai alat penyampai
pesan sehingga struktur media harus menjamin informasi yang
diberikan adalah benar. Proses pembuatan media harus melibatkan
tenaga yang memiliki kompetensi dibidangnya untuk menjamin
bahwa informasi yang diberikan adalah benar. Tenaga ahli tersebut
dapat berfungsi sebagai validator dan verifikator dari konten media
yang dibuat. Semua media rumah sakit harus distandarisasi dan
memiliki kode media yang ditetapkan oleh direktur. Proses
pembuatan media juga harus melalui ujicoba media untuk
memastikan keefektifan media tersebut dalam proses edukasi.
4. Asessesmen kebutuhan
Asessemen kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dilakukan untuk
mengetahui nilai-nilai yang dimiliki pasien dan keluarga yang
mendukung maupun yang bertentangan dengan upaya peningkatan
kesehatan. Hal ini akan memberikan dasar bagi pemberi edukasi
untuk memberikan penguatan nilai tersebut jika nilai tersebut sejalan
dengan upaya peningkatan kesehatan. Sedangkan jika nilai yang
diyakini pasien dan keluarga bertentangan dengan upaya
peningkatan kesehatan maka harus diluruskan.

13
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus


diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan. RS harus
menjamin keselamatan kerja pegawai agar petugas merasa nyaman dan
aman sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja. Keselamatan kerja
juga akan berdampak pada keselamatan pasien. Untuk mendukung upaya
keselamatan kerja di unit pelayanan PKRS melalui kegiatan:

1. Pengembangan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja


Adanya kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan komitmen direksi terhadap perlindungan hak karyawan
untuk memperoleh tempat kerja yang aman dan sehat

2. Identifikasi potensial hazard baik yang ditimbulkan oleh gedung dan


fasilitasnya maupun dalam proses pekerjaan
Pengelola PKRS bersama dengan unit K3RS harus melakukan kajian
potensial hazard dalam pelayanan PKRS baik yang ditimbulkan oleh
gedung dan fasilitas maupun dalam proses kegiatan, hal ini
bertujuan untuk mengantisipasi dan dasar perencanaan manajemen
resiko di unit layanan RS

3. Melakukan manajemen resiko terhadap hazard potensial


Manajemen resiko terhadapa hazard potensial perlu dilakukan untuk
menghindari timbulnya hazard tersebut

4. Melakukan upaya pencegahan terhadap kecelakaan kerja melalui


penataan sistem kerja yang sehat
Penataan sistem kerja yang sehat perlu dikembangkan, pengkajian
beban kerja secara berkala harus dilakukan untuk emnghindari
kecelakaan kerja akibat beban kerja berlebih. Modifikasi jam kerja

14
dilakukan untuk melakukan efisiensi dan efektivitas dalam aktivitas
pelayanan dengan tetap memperhatikan jam pelayanan efektif

5. Menyediakan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri


yang mudah terjangkau
Mengantisipasi kejadian bencana diperlukan kesiapan penempatan
alat pelindung diri yang mudah terjangkau

6. Melakukan pemeriksaan petugas secara berkala

15
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang


mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana,
instruksi, pedoman, standard, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan. Pengendalian
merupakan metode atau alat melakukan kontrol terhadap input proses dan
output pelayanan agar tetap sesuai dengan arah yang ditetapkan.
Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan-kegiatan
dapat terrcapai secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan
sesuai dengan tujuan, rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman
pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk-
bentuk pengawasan dan pengendalian pelayanan pkrs adalah sebagai
berikut:

1. Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan merupakan alat untuk pengawasan dan
pengendalian kegiatan pelayanan adapun bentuk-bentuk pencatatan
dan pelaporan adalah sebagai berikut:
a. Formulir edukasi terintegrasi
b. Laporan kegiatan
c. Laporan semesteran
d. Laporan tahunan
2. Kegiatan pertemuan / rapat koordinasi
Pertemuan dilakukan secara berkala adapun bentuk pertemuan/
rapat koordinasi adalah sebagai berikut:
a. Rapat bulanan
Rapat bulanan dilakukan setiap minggu pertama setiap bulan
dengan tujuan evaluasi kegiatan bulan lalu dan melakukan
perencanaan untuk bulan berjalan. Rapat bulanan ini dihadiri
oleh kepala instalasi PKRS, koordinator PKRS dan staf
pengelola PKRS. Pada rapat ini juga dilakukan evaluasi kinerja
individu sebagai bagian dari sistem pengendalian.

16
b. Rapat semesteran
Rapat semesteran dilakukan setiap 6 bulan dengan tujuan
evaluasi kegiatan PKRS secara menyeluruh berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi.rapat semesteran dihadiri oleh Wakil
direktur pelayanan, pengelola PKRS, kepala unit kerja dan
penanggungjawab PKRS disetiap unit kerja. Hasil rapat evaluasi
ini adalah mengukur pencapaian evaluasi kinerja PKRS secara
menyeluruh dalam periode 6 bulan.
c. Rapat tahunan
Rapat tahunan dilakukan dengan tujuan evaluasi kinerja PKRS
tahun berjalan, kegiatan ini penting untuk mengukur sejauh
mana perencanaan tahunan yang telah direncanakan
sebelumnya telah terealisasi.
3. Uji petik dan telusur / supervisi
Sebagai bagian dari pengawasan dan pengendalian terutama pada
program edukasi pasien dan keluarga dilakukan uji petik dan telusur
melalui metode open medical record review (OMRR) dan close medical
record review (CMRR). OMRR dilakukan dengan telusur rekam medis
pada pasien yang sedang dilakukan perawatan sedangkan CMRR
adalah metode uji petik untuk mengetahui apakah kegiatan edukasi
dilakukan atau tidak pada dokumen rekam medis pasien yang telah
pulang.

INDIKATOR MUTU PELAYANAN DAN STANDAR MUTU


Indikator keberhasilan yang menjadi tujuan pelayanan PKRS:
1. Terselenggaranya kegiatan edukasi pasien dan keluarga, edukasi staf,
edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar secara terstruktur
dengan indikator:
a. Cakupan edukasi pasien dan keluarga 80%
b. Cakupan edukasi staf 80%
c. Cakupan edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar 12
kegiatan pertahun

17
2. Terwujudnya rumah sakit yang mempromosikan tempat kerja yang
sehat dengan indikator:
a. Cakupan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) unit kerja
minimal 80%
b. Advokasi kebijakan RS berwawasan kesehatan minimal 5
kegiatan / tahun
c. Terselenggaranya peringatan hari besar kesehatan minimal 5
kegiatan hari besar kesehatan
d. Angka kesakitan karyawan maksimal 5 % / tahun
3. Terselenggaranya upaya peningkatan kualitas pelayanan RS berbasis
bukti melalui upaya promosi kesehatan klinis secara berkelanjutan
dengan indikator:
a. Terselenggaranya pengukuran output pelayanan melalui
hospital impact media minimal 3 kali / tahun
b. Terselenggaranya penelitian tentang promosi kesehatan klinis
minimal 1 kali per tahun
c. Bersama-sama unit lainnya melakukan upaya kegiatan
peningkatan mutu layanan minimal 5 kali pertahun

18
BAB IX
PENUTUP

Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari pelayanan rumah


sakit sebagaimana amanat Undang-Undang RS nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit yang menyatakan bahwa RS harus melakukan upaya
kesehatan perseorangan secara paripurna. Oleh karena itu standar rumah
sakit yang mempromosikan kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan
dari standar pelayanan minimal RS yang bertujuan untuk memberdayakan
seluruh masyarakat RS untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan
status kesehatannya secara aktif.

Pedoman pelayanan promosi kesehatan bertujuan untuk memberikan


acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan
pelayanan promosi kesehatan di rumah sakit yang tepat bagi klien/pasien,
staf dan masyarakat sekitar RS sesuai tuntutan dan kebutuhan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Pedoman pelayanan
ini perlu dilakukan review minimal 2 tahun sekali untuk mengetahui
relevansi pedoman pelayanan yang dibuat dengan kebutuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagi manajemen RS
pedoman ini merupakan dokumen mutu tatalaksana pelayanan sedangkan
bagi pengguna jas RS pedoman ini dapat menjadi bukti jaminan tehadap
pelayanan yang diberikan oleh RS.

DIREKTUR

ARWITA MULYAWATI.,
NIP 19531205 198203 2 001

19

Anda mungkin juga menyukai