Anda di halaman 1dari 4

TUBERCULOSIS (TB PARU)

No. Revisi : Halaman :


No. Dokumen :
RUMAH SAKIT MATA 00 1/2
MAKASSAR

Ditetapkan :
Plt. Direktur Utama

PANDUAN PRAKTIK Tanggal Terbit :


KLINIS
dr. Mujaddid, M.Kes.(MMR)
NIP. 196505261998031003

Pengertian Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman


Mycobacterium tuberculosis (MTb). Sebagian besar kuman
MTb menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya

Anamnesis Terdapat gejala utama Batuk berdahak selama 2 minggu atau


lebih, batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu : dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1
bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk seringkali bukan
merupakan gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak
harus selalu selama 2 minggu atau lebih. Selain gejala tersebut,
perlu dipertimbangkan pemeriksaan pada orang dengan faktor
risiko seperti kontak erat dengan pasien TB, tinggal di daerah
padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan
orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko
menimbulkan paparan infeksi paru.

Pemeriksaan Fisik Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta
daerah apeks lobus inferior (S6) berupa suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pada pleuritis
tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan
pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak
terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis
tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher, kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”

Pemeriksaan 1. Pemeriksaan TCM (Tes cepat molekuler) dengan


Penunjang metode Xpert MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk
penegakan diagnosis, namun tidak dapat dimanfaatkan
untuk evaluasi hasil pengobatan.
2. Dahak miksroskopis langsung dengan mengumpulkan
dua contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa dahak
sewaktu dan pagi. Pemeriksaan dahak digunakan untuk
menentukan potensi penularan dan menilai keberhasilan
pengobatan (evaluasi) dilakukan akhir bulan ke-2
pengobatan dan akhir bulan ke-5 pengobatan.
3. Laboratorium: anti HIV. Bila perlu dilakukan
pemeriksaan Darah Rutin 2, ureum, creatinine, enzim
transaminase, gula darah sewaktu, HbsAg.
4. Radiologi: Foto thoraks pada awal diagnose dan akhir
pengobatan.
5. Pemeriksaan lain: analisis cairan pleura, atau
pemeriksaan histopatologi jaringan pada kasus yang
dicurigai TB ekstra paru.
6. Pemeriksaan uji kepekaan obat. Uji kepekaan obat
bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi
M.tb terhadap OAT. Dilakukan bila terdapat indikasi

Diagnosa Kerja Tuberkolosa paru terkonfirmasi bakteriologi / histopatologi/


klinis

Diagnosa Banding 1. Jika BTA negatif masih mungkin pneumonia,


tumor/keganasan paru, jamur paru, penyakit paru akibat
kerja
2. Jika BTA positif masih mungkin mycobacterium Other
Than Tuberculosa (MoTT)

Terapi 1. Oksigenasi
2. Perbaikan keadaan umum
3. Pemberian obat simtomatis (sesuai keadaan pasien)
4. OAT lini pertama :
a. Rifampisin (R)
b. b. Isoniazid (H)
c. c. Pyrazinamid (Z)
d. d. Etambutol (E)
e. e. Streptomycin (S)
5. Pemberian Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan
kategori penderita dengan dosis dibawah ini :
a. OAT kategori I : 2 RHZE/4R3H3
b. OAT kategori II :
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau 2 (HRZE)S/
(HRZE)/5(HR)E.

Tabel dosis

Edukasi 1. Etika batuk: tidak buang dahak sembarangan


2. Istirahat dengan nutrisi yang adekuat
3. Minum obat teratur, tidak boleh putus

Prognosis Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor


penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang
tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat

Kompetensi Spesialis Paru : 4

Indikator Medis EVALUASI TUBERCULOSIS

Kriteria pasien pulang Komplikasi dan efek samping telah teratasi


rawat inap

Kepustakaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 67 tahun


2016 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)
PDPI. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis Di
Indonesia
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai