1
Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Aeramo
pada tanggal :02 Maret 2019
DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH AERAMO
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUHAN.........................................................................4
BAB II TATA HUBUNGAN KERJA.............................................................8
BAB III URAIAN JABATAN PANITIA PKRS...............................................10
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN......................................................14
BAB V POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI.......................................27
BAB VI STANDAR FASILITAS..................................................................28
BAB VII RAPAT/PELAPORAN..................................................................30
BAB VIII PENUTUP.................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG
4
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan di masyarakat
melalui promosi kesehatan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Pasien,mengembangkan perilaku kesehatan, mengembangkan
perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.
b. Bagi Keluarga, membantu mempercepat proses penyembuhan
pasien, keluarga tidak terserang atau tertular penyakit, membantu
agar tidak menularkan penyakit ke orang lain.
c. Bagi Rumah Sakit, meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit,
meningkatkan citra rumah sakit,meningkatkan angka hunian
rumah sakit Board Occupancy Rate (BOR ).
C. RUANG LINGKUP
Pedoman ini memberikan panduan bagi petugas kesehatan di Rumah
Sakit Daerah Aeramo dalam melaksanakan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit. aktivitas yang berhubungan dengan promosi
kesehatan,pencegahan penyakit dan pencapaian tujuan kesehatan,
dengan kegiatan :
1. Penyuluhan kesehatan masyarakat
2. Berperan aktif dalam promosi kesehatan sesuai program
pemerintah.
D. SASARAN
Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah masyarakat rumah
sakit, yang dikelompokkan menjadi kelompok orang sakit (pasien),
kelompok orang yang sehat (keluarga pasien dan pengunjung rumah
sakit),dan petugas rumah sakit.
E. BATASAN OPERASIONAL
5
Batasan operasional dari promosi kesehatan rumah sakit meliputi :
Ruang lingkup interen rumah sakit yang meliputi :
1. ruang peralatan,klinik, admisi, dan ruang ICU
2. Ruang lingkup di luar rumah sakit yang meliputi, Faskes Rujukan,
Asuransi BPJS tentang pelayanan kesehatan yang membuat
kerjasama dengan Rumah Sakit daerah Aeramo.
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang -undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang –undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 44 tentang
Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 44 tahun
2018 tentang Petunjuk teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
29/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
6
7
BAB II
TATA HUBUNGAN KERJA
MEDIS
MEDIS
RAWAT JALAN
RAWAT INAP
RAWAT INAP
PANITIA PKRS RAWAT JALAN
PPI
FARMASI RAWAT JALAN
IBS
REHAB MEDIK
DIKLIT
PPI
GIZI
REKAM
IPSMEDIS
RADIOLOCI
8
Penjelasan:
1. Panitia PKRS berkoordinasi dengan medis dalam pemberian edukasi mengenai penyakit dan
keperawatan yang diperlukan oleh pasien.
2. Panitia PKRS berkoordinasi dengan instalasi rawat inap dan rawat jalan dalam pemberian edukasi
mengenai keperawatan yang diperlukan oleh pasien.
3. Panitia PKRS berkoordinasi dengan PPI dalam rangka pencegahan infeksi nosokomial, rasionalisasi
antibiotik dan pencegahan infeksi di RS.
4. Panitia PKRS berkoordinasi dengan rehab medik, radiologi dalam pemberian edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai pemeriksaan penunjang serta tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.
5. Panitia PKRS bekerja sama dengan rekam medik dalam penyediaan form pemberian edukasi kepada
pasien dan keluarga
6. Panitia PKRS bekerja sama dengan farmasi dalam pemberian edukasi tentang fungsi obat, cara
pemberian obat, efek samping obat kepada pasien dan keluarga.
7. Panitia PKRS bekerja sama dengan diklit dalam rangka meningkatkan SD tenaga kesehatan
8. Panitia PKRS bekerja sama dengan IPS dalam ketersediaan sarana dan prasarana . Panitia PKRS bekerja
sama dengan diklit dalam memberikan edukasi kepada pasien
9. dan keluarga sebelum, selama dan sesudah dilakukan tindakan operasi
10. Panitia PKRS bekerja sama dengan gizi dalam pemenuhan nutrisi kepada pasien.
9
BAB III
A. Ketua PKRS
Uraian tugas:
1. Menyusun dan merencanakan pelaksanaan kegiatan program
kerja PKRS.
2. Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan
operasional PKRS secara efektif, efesien dan bermutu.
3. Bertanggungjawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja
terkait.
4. Memberikan pembinaan terhadap anggota PKRS.
5. Membuat daftar inspeksi ke semua unit terkait.
6. Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota PKRS
untuk membahas dan menginformasikan hal hal penting yang
berkaitan dengan PKRS.
7. Menghadiri pertemuan manajeman, bila dibutuhkan.
8. Menjalin kerjasama antar unit terkait.
9. Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki
cara kerja dan pedoman kerja yang aman dan efektif.
10. Mengkoordinasikan pelaksanaan promosi baik di dalam gedung
maupun di luar gedung RS Daerah Aeramo.
11. Melakukan strategi promosi kesehatan yang meliputi :
pemberdayaan melalui pelayanan konseling.
B. Sekretaris
1. Mendokumentasikan semua pelaksanaan program kegiatan PKRS
2. Menyusun jadwal kegiatan PKRS
3. Menyiapkan tempat dan perlengkapan yang diperlukan untuk
PKRS
4. Membuat notulen pada setiap kegiatan.
5. Menyusun dokumen perencanaan dan evaluasi PKRS
10
6. Membuat laporan hasil kegiatan PKRS.
C. Anggota
Uraian tugas Medis
1. Melaksanakan semua kegiatan PKRS
2. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di
unit kerja masing masing
3. Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit
kerja masing masing
4. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja
masing masing
5. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua.
11
1. Melaksanakan semua kegiatan PKRS di unit kerja masing masing
2. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di
unit kerja masing masing
3. Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit
kerja masing masing
4. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja
masing masing
5. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua.
12
Uraian tugas Instalasi Gizi:
1. Melaksanakan kegiatan PKRS tentang gizi yang diperlukan
pasien
2. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan
3. Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan
4. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua.
5. Membantu jalannya proses kegiatan PKRS sampai dengan
selesai.
13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
14
5. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang manajemen
nyeri
6. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang diet dan
nutrisi yang memadai
7. Untuk penyakit penyakit tertentu seperti contohnya kelainan pada
musculoskeletal dan patah tulang, pasien dan keluarga
mendapatkan pendidikan tentang teknik rehabilitasi.
8. Setelah mendapatkan pendidikan pasien dilakukan verifikasi
bahwa pasien telah menerima dan memahami pendidikan yang
diberikan.
D. Tahapan Edukasi
1. Tahap Pengumpulan informasi Pasien (assessmen pasien)
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tama petugas menilai
kebutuhan edukasi pasien dan keluarga pasien berdasarkan
formulir assesmen kebutuhan edukasi. Hal-hal yang harus
diperhatikan :
15
a. Keyakinan dan nilaiBnilai pasien dan keluarga.
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan.
c. Hambatan emosional dan motivasi
d. Keterbatasan fisik dan kognitif.
e. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
2. Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif tergantung
pada hasil assesmen, yaitu:
a. Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya
senang maka proses komunikasi edukasinya bisa langsung
dijelaskan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan
edukasinya.
b. Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara) maka proses komunikasi edukasinya dapat
disampaikan dengan menggunakan leaflet atau brosur yang
diberikan kepada pasien dan keluarga dan menjelaskannya
kepada mereka.
c. Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau
depresi) maka proses komunikasi edukasinya juga dapat
disampaikan kepada keluarga dengan menggunakan leaflet,
diskusi dan atau demonstrasi, menyarankan pasien untuk
membacanya jika kondisi sudah stabil. (pabila pasien tidak
mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi petugas di
unit masing masing.
d. Kendala bahasa, maka segera menghubungi petugas *umas
dan Pemasaran. Petugas Humas dan Pemasaran akan
menghubungi pihak yang terkait/ penerjemah.
e. Khusus pada pasien anak anak, maka edukasi ditujukan
pada keluarga.
16
3. Tahap verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga
mengenai kejelasan dan pemahaman materi edukasi yang
diberikan.
a. Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi
baik dan senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.
b. Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka
verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan
kepada keluarganya dengan pertanyaan yang sama,
yaitu”Apakah bapak/bu bisa memahami materi edukasi yang
kami berikan Untuk pasien yang mengalami hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasi dapat
dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarga
mengenai sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan melalui leaflet, diskusi dan
demontrasi. Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau
datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
17
E. Mekanisme Pemberian edukasi
Mengacu pada Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 004 tahun 2012 tentang Petunjuk teknis Promosi Kesehatan
Republik Indonesia, maka mekanisme pemberian edukasi kepada
pasien dan keluargan, dapat dilakukan dengan
1. Konseling di tempat tidur
Konseling di tempat tidur (Bed Side Conseling) dilakukan
terhadap pasien rawat inap yang belum dapat atau masih sulit
meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring.
Petugas pemberi asuhan memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga dengan mendatangi pasien demi pasien dan melakukan
pelayanan konseling disamping tempat tidur pasien. Dalam
memberikan konseling, petugas dapat membawa alat/media
komunikasi yang mudah dibawa seperti leflet, atau memberikan
edukasi dengan cara berdiskusi dan demonstrasi.
2. Konseling berkelompok
Konseling berkelompok dapat dilakukan pada pasien yang
mampu meninggalkan tempat tidurnya atau berada di bangsal
perawatan. Dalam melakukan konseling berkelompok, petugas
pemberi asuhan dapat menggunakan media komunikasi berupa
poster, leaflet, LCD proyektor atau standing baner.
3. Pemanfaatan Ruang tunggu.
Ruang tunggu ini dapat dimanfaatkan oleh Petugas pemberi
asuhan untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Dalam hal ini dapat menggunakan alat peraga komunikasi
berupa boks berisi selebaran atau leaflet yang boleh diambil
secara gratis. Selain itu juga tersedia televisi yang menayangkan
tentang Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Pendidikan Pasien
dan Keluarga.
Rumah Sakit Daerah Aeramo memfasilitasi kebutuhan pasien
tersebut dengan mengadakan pendidikan dan pengarahan
18
kepada mereka untuk terlibatkan dalam klub maupun jejaring
rumah sakit diantaranya Klub Senam Sehat, kerjasama dengan
dokter PPK 1(Klub Prolanis), kerjasama dengan BPJS, kerjasama
dengan dinas kesehatan terkait .Pendidikan pasien dan keluarga
dengan topik terkait dengan pelayanan pasien yaitu hak dan
kewajiban pasien, penyakit dan prognosanya, penggunaan obat,
penggunaan peralatan medis, diet, manajemen nyeri, teknik
rehabilitasi dan lain lain.
H. Penggunaan obat
Menyiapkan pasien untuk mendapatkan pengobatan yang aman dan
memonitor efek dari pengobatan, bertujuan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat dan menjaga keamanan pemakaian obat.
Pengetahuan ini diberikan pada semua pasien yang mendapatkan
pengobatan. Pemberi edukasi tentang obat dilakukan oleh perawat
dan atau apoteker. Prosedur pemberian edukasi oleh perawat
meliputi:
1. Berikan informasi tentang nama obat
2. Berikan penjelasan kepada pasien untuk mengenali perbedaan
karakteristik dari pengobatan dengan tepat
3. Berikan informasi tentang nama obat
4. Berikan penjelasan tentang tujuan dan reaksi setiap obat
5. Berikan penjelasan kepada pasien tentang penggunaan obat yang
tepat (dosis, lokasi/ cara pemakaian obat, lama pemberian obat)
19
6. Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan pengobatan
7. Instruksikan pasien untuk mengikuti prosedur sebelum
pengobatan dengan tepat
8. Berikan penjelasan kepada pasien tenang kriteria memilih obat
pengganti, dosis dan waktu dengan benar
9. Berikan penjelasan kepada pasien akibat yang akan terjadi jika
menghentikan pengobatan
10. Berikan penjelasan kepada pasien tentang efek samping yang
mungkin terjadi dari masing masing obat
11. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala jika dosis berlebih
ataupun kurang
12. Berikan penjelasan tentang interaksi obat dan makanan yang
mungkin terjadi
13. Berikan penjelasan tentang bagaimana cara menyimpan obat
dengan tepat
14. Berikan penjelasan tentang perawatan alat bantu yang
digunakan dalam pemberian obat
15. Berikan informasi peringatan kepada pasien tentang bahaya
menggunakan obat kadaluarsa
16. Berikan informasi peringatan kepada pasien untuk tidak
memberikan obat yang diresepkan kepada orang lain
17. Berikan informasi tentang penggantian obat
18. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan anggota
Panitia kesehatan lain dan libatkan keluarga<orang terdekat
20
semua pasien yang menggunakan peralatan medis. &angkah yang
dilakukan :
1. Memberikan informasi tentang peralatan medis yang digunakan
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan penggunaan peralatan
medis
3. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana
penggunaan peralatan medis yang tepat
4. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam menggunakan peralatan
medis tersebut
5. Memberikan penjelasan kepada pasien akibat yang akan terjadi
jika menghentikan pengunaan peralatan medis sebelum selesai
program
6. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang efek samping yang
mungkin terjadi dari pemakaian peralatan medis
7. Membrikan penguatan terhadap informasi yang diberikan anggota
Panitia kesehatan lain
8. Libatkan keluarga/orang terdekat
F. Diet
Menyiapkan pasien untuk mengikuti diet yang dianjurkan dengan
benar. tujuanya yaitu untuk menyiapkan pasien agar mau bekerja
sama dalam program diet yang ditetapkan. Dilakukan pada pasien
yang diprogramkan diet. &angkah yang dilakukan:
1. Mengkaji pengetahuan pasien saat ini tentang diet yang
dianjurkan
2. emberikan penjelasan tentang diet yang ditentukan
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya diet
4. Memberikan penjelasan tentang berapa lama diet harus dilakukan
5. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana
membuat agenda makan secara tepat
21
6. Memberikan instruksi kepada pasien untuk mengikuti diet yang
dianjurkan dan menghindari makanan yang merupakan
pantangan dari pelaksanaan diet.
7. Memberikan penjelasan tentang interaksi obat dan makanan yang
mungkin akan terjadi
8. Membantu pasien untuk mengakomodasi pilihan makanan dalam
diet yang ditentukan
9. Membantu pasien dalam melakukan penggantian bahan makanan
untuk mendapatkan resep favorit sesuai dengan diet yang
dianjurkan
10. Melakukan observasi kemampuan pasien memilih makanan
sesuai dengan diet yang telah ditentukan
11. Memberikan secara tertulis jenis makan pasien
12. Memberikan penguatan terhadap informasi yang diberikan oleh
panitia kesehatan lain
13. Konseling gizi pasien ke ahli gizi
14. Ikut melibatkan keluarga pasien
G. Manajemen nyeri
Menyiapkan pasien dan keluarga tentang strategi mengurangi nyeri
atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh
pasien. Dengan tujuan memfasilitasi pasien untuk tindakan
pengurangan nyeri. Dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri.
&angkah yang dilakukan :
1. Melakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk
lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi
kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi
2. Mengamati perilaku non verbal yang menunjukkan
ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan komunikasi
efektif
22
3. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat diterima
tentang pengalaman nyeri dan merasa menerima respon pasien
terhadap nyeri
4. Melakukan identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup
5. Mengevaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu
dan keluarga mengalami nyeri kronik atau yang menimbulkan
ketidakmampuan
6. Mengevaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran
kontrol paska nyeri yang dapat digunakan
7. Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan untuk mengkaji
kenyamanan pasien dan merencanakan monitoring tindakan
8. Memberi informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
9. Mengajarkan kepada pasien untuk mengontrol faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien mengalami
ketidaknyamanan (misal: temperature ruangan, cahaya,
kebisingan)
10. Mengajarkan pada pasien bagaimana mengurangi atau
menghilangkan faktor yang menjadi presipitasi atau meningkatkan
pengalaman nyeri (misal: ketakutan, kelemahan, monoton, dan
rendahnya pengetahuan)
11. Memilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal:
farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk
memfasilitasi penurun nyeri
12. Mengajarkan kepada pasien untuk mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri ketika memilih strategi penurun nyeri
13. Menganjurkan pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan
intervensi segera
14. Mengajarkan teknik penggunaan non farmakologi (misal:
biofeedback, relaksasi, distraksi, terapi musik, terapi aktivitas,
terapi dingin/panas, dan pijatan)
23
15. Menjelaskan tentang penggunaan analgetik untuk penurun nyeri
yang optimall dan memastikan pasien mendapatkan analgesik
yang tepat
16. Menggunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri meningkat
17. Melakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan pasien,
catat perubahan pada rekam medik.
18. Mengevaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang
dilakukan dengan pengkajian terus menerus terhadap pengalaman
nyeri
19. Memodifikasi pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien
20. Mendorong istirahat yang adekuat<tidur untuk memfasilitasi
penurunan nyeri
21. Menganjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri,
sesuai keperluan pembelajaran akan terlaksana apabila
memperhatikan metode yang digunakan untuk mendidik pasien
dan keluarga. Rumah sakit menyediakan media sebagai
pembelajaran pasien dan keluarga seperti leaflet,LCD, notebook,
alat peraga pendidikan, soundsystem dll. Setelah pendidikan
pasien dan keluarga dilakukan, perlu dilakukan verifikasi untuk
memastikan pasien dan keluarga menerima dan memahami
pendidikan yang diberikan.Tenaga kesehatan profesional yang
memberi pelayanan pasien berkolaborasi dalam memberikan
pendidikan. Rumah sakit menyediakan pendidikan untuk
menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan dan proses pelayanan. -ujuannya untuk mengatur
sistem pendidikan yang diberikan kepada pasien dan keluarga oleh
berbagai macam profesi yang ada dirumah sakit.
24
dari bahan materi ini adalah peralatan peralatan dan materi
materi yang digunakan pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan pengajaran.
2. Diskusi
3. Pendidikan dapat diberikan dengan cara diskusi (verbal),
pendidik memberikan pendidikan dan penyuluhan secara
langsung.
4. Demonstrasi Pendidikan dilakukan dengan cara alat peraga atau
memperagakan langsung. isalnya demonstrasi tehnik pemberian
metode kanguru, cara perawatan luka, cara menggunakan
injeksi insulin, dan lain lain.
I. Edukasi Kolaboratif
Edukasi Kolaboratif yaitu pemberian informasi dan pendidikan
kesehatan yang merupakan proses dari bentuk kerjasama untuk
pasien dan keluarga yang dilakukan oleh tenaga medis,
keperawatan, gizi, dan farmasi. Pemberian edukasi kolaboratif yaitu
pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga yang membutuhkan
informasi dan edukasi lebih dari satu subunit PKRS yaitu pelayanan
medis (Dokter Penanggung jawab Pelayanan atau Dokter jaga),
keperawatan (perawat dan bidan), gizi, rehabilitasi medis, farmasi,
pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit (PKRS),
customer Service (CS), atau layanan Pelanggan (admnistrasi dan
Rekam medis. Perlunya dilakukan edukasi kolaboratif ini agar
perawatan pada pasien bisa komprehensif. )dukasi kolaboratif
diberikan ketika pasien membutuhkan edukasi sesuai dengan
kebutuhannya ( sesuai penyakitnya). Sebagai contoh pada pasien
dengan penyakit diabetes , perlu adanya edukasi oleh perawat
tentang cara perawatan luka diabetik, penyuntikan insulin, oleh gizi
diberikan edukasi tentang diet diabetes sesuai kalori, dokter
memberi edukasi tentang
prognosa dan komplikasi penyakit DM , farmasi memberikan
edukasi tentang prinsip kerja obat diabet. Edukator memiliki
25
pengetahuan tentang materi yang akan diedukasikan, memiliki rasa
empati dan keterampilan berkomunikasi secara efektif. Dalam hal
ini, edukator harus berkompetensi di bidangnya.
26
BAB V
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI
Educator Kualifikasi
Formal Non Formal
Dokter S1 Pendidikan Dokter Pelatihan Komunikasi efektif
Perawat S1 Keperawatan Pelatihan Komunikasi efektif
Diploma III Keperawatan
Bidan Diploma III Kebidanan Pelatihan Komunikasi efektif
Educator Bidang Khusus
a Radiologi Diploma III Radiologi Pelatihan Komunikasi efektif
Diploma III Keperawatan
b Farmasi Apoteker/asisten apotekerPelatihan Komunikasi efektif
c Rehabilitasi medisDiploma IV fisioterapi Pelatihan Komunikasi efektif
d Gizi SI Gizi/ Diploma III GiziPelatihan Komunikasi efektif
e Laboratorium Diploma III Kesehatan Pelatihan Komunikasi efektif
f Pencegahan dan S1 Pendidikan Dokter, S1
pengendalian infeksi
Keperawatan,Diploma IIIPelatihan Komunikasi efektif
Keperawatan
BAB VI
27
STANDAR FASILITAS
NO NAMA BARANG
28
12 Map jepit
13 STAPLES DAN Isi staples
14 Klip
15 Poss it/pembatas
16 Lakband bening dan hitam
17 Bolpen
18 Pensil
19 Tip-X
20 Penggaris
21 Kertas A4 Folio
22 Map kertas
23 Flash disk
23 MIX
25 Camera
26 Sound
27 Buku Tulis
28 Buku folio
29 Note book
30 Map plastik
31 Spidol Hitam kecil
32 Spidol merah kecil
33 White board
34 Telepon
35 Vas bunga
36 Amplop kecil dan besar
37 Dispenser
38 Galon
39 Kulkas
40 Kelambu
41 Jamdinding
42 Rak sepatu
43 Pengharum ruangan
29
BAB VII
RAPAT/PELAPORAN
A. RAPAT
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa
orang yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama untuk
membicarakan atau memecahkan suatu masalah tertentu.
Pertemuan dipimpin oleh Ketua Panitia PKRS dan dihadiri oleh
Anggota PKRS, rapat bersama Diklit, Binfung dan Humas. Hasil
pertemuan ditulis oleh notulen rapat dan peserta yang hadir wajib
mengisi daftar hadir yang disediakan. Rapat diadakan oleh Panitia
PKRS setiap akan melaksanakan kegiatan yang sudah terprogram
satu bulan sekaliatau bila diperlukan.
1. Rapat Rutin
2. Rapat Insidentil
Adalah rapat yang sifatnya insidentil dan diadakan oleh Panitia
PKRS untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan yang
mungkin timbul
B. PELAPORAN
30
Hasil dari kegiatan pelaksanaan PKRS dipertanggung jawabkan
kepada Kepala Rumah Sakit setiap selesai kegiatan, dan membuat
evaluasi kegiatan laporan tiap tiga bulan.
BAB VIII
31
PENUTUP
32