BUNUH DIRI
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, karena berkat rahmat dan
karuniaNYA penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berkenaan dengan
judul t “EUTHANASIA”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terima kasih tersebut
ditujukan kepada:
1. Ibu Maria Goreti Nau
2. Rekan- rekan program ATU
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna,
untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak
untuk perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.
LENGKOSAMBI,
Mei,2020
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ........................................................................................ 1
C. Manfaat ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Brain Death
1. Pengertian ............................................................................ 3
2. Kriteria Diagnostik Mati Otak ................................................. 5
B. Euthanasia
1. Pengertian .............................................................................. 5
2. Euthanasia di Indonesia .......................................................... 6
3. Jenis- jenis Euthanasia ............................................................. 7
4. Syarat Dilakukannya Euthanasia ............................................. 8
5. Aspek- aspek dalam Euthanasia ............................................... 9
C. Kelalaian
1. Pengertian ............................................................................... 12
2. Bentuk Kelalaian .................................................................... 13
D. Malpraktek
1. Pengertian .............................................................................. 13
2. Unsur Malpraktek ................................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................... 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 19
B. Saran ............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, akan mengalami siklus kehidupan
yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia dengan
berbagai permasalahannya, serta diakhiri dengan kematian. Dari proses siklus
kehidupan tersebut, kematian merupakan salah satu yang masih mengandung
misteri besar dan ilmu pengetahuan belum berhasil menguaknya. Untuk dapat
menentukan kematian seseorang sebagai individu diperlukan kriteria diagnostik
yang benar berdasarkan konsep diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Kematian sebagai akhir dari rangkaian kehidupan adalah merupakan hak dari
Tuhan. Tak seorangpun yang berhak menundanya sedetikpun, termasuk
mempercepat waktu kematian. Tetapi bagaimana dengan hak pasien untuk mati
guna menghentikan penderitaannya. Hal itulah yang masih menjadi pembahasan
hangat di Indonesia.
Hak pasien untuk mati, yang seringkali dikenal dengan istilah euthanasia,
sudah kerap dibicarakan oleh para ahli. Namun masalah ini akan terus menjadi
bahan perdebatan, terutama jika terjadi kasus-kasus menarik.
Untuk itulah masalah skenario pertama mengenai kasus euthanasia sangat
menarik untuk dibahas.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar mengenai Brain Death, Euthanasia dan aspek
etika dan hukum dalam kasus tersebut.
2. Untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga dan tenaga
kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran masing- masing profesi yaitu perawat dan
tenaga kesehatan lainnya dalam menghadapi masalah Euthanasia jika dikaitkan
dengan etika dan hukum keperawatan.
4. Untuk mengetahui siapa yang memegang peranan penting dalam pengambilan
keputusan untuk kasus Euthanasia.
5. Untuk mencari dan menentukan solusi yang akan dilakukan dan siapa yang akan
memutuskan dalam penangan kasus Euthanasia.
C. Manfaat
Mampu menerapkan dan melaksanakan peran sebagai perawat dan apa saja yang
seharusnya dilakukan oleh seorang perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam
pengambilan keputusan mengenai masalah Euthanasia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BRAIN DEATH
1. PENGERTIAN
B. EUTHANASIA
1. PENGERTIAN
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang berarti indah,
bagus, terhormat atau gracefully and with dignity dan Thanatos yang berarti
mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan
baik. Sedangkan secara harafiah, euthanasia tidak dapat diartikan sebagai
pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.
Menurut Philo (50-20 SM), euthanasia berarti mati dengan tenang dan
baik, sedangkan Suetonis penulis Romawi dalam bukunya Vita Caesarum
mengatakan bahwa euthanasia berarti “mati cepat tanpa derita”.
Masalah euthanasia biasanya dikaitkan dengan masalah bunuh diri.
Dalam hukum pidana, masalah bunuh diri yang perlu dibahas adalah apakah
seseorang yang mencoba bunuh diri atau membantu orang lain untuk
melakukan bunuh diri itu dapat dipidana, karena dianggap telah melakukan
kejahatan.
Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat, seseorang yang gagal
melakukan bunuh diri dapat dipidana. Juga di Israel, perbuatan percobaan
bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam pidana. Pernah
ada amandemen agar larangan ini dicabut, tetapi Prof.Amos Shapira
berpendapat bahwa dengan konsep perbuatan percobaan bunuh diri sebagai
tindakan yang tidak terlarang, merupakan gerakan kearah diakuinya „hak
untuk mati‟.
Dilihat dari segi agama Samawi, euthanasia dan bunuh diri merupakan
perbuatan yang terlarang. Sebab masalah kehidupan dan kematian seseorang
itu berasal dari Sang Pencipta yaitu Tuhan. Jadi, perbuatan yang menjurus
kepada tindakan penghentian hidup yang berasal dari Tuhan merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, oleh karenanya tidak
dibenarkan.
2. EUTHANASIA DI INDONESIA
Apakah hak untuk mati dikenal di Indonesia? Indonesia melalui pasal
344 KUHP jelas tidak mengenal hak untuk mati dengan bantuan orang lain.
Banyak orang berpendapat bahwa hak untuk mati adalah hak azasi manusia,
hak yang mengalir dari “hak untuk menentukan diri sendiri” (the right of self
determination/TROS) sehingga penolakan atas pengakuan terhadap hak atas
mati, adalah pelanggaran terhadap hak azasi manusia yang tidak dapat
disimpangi oleh siapapun dan menuntut penghargaan serta pengertian yang
penuh pada pelaksanaannya.
Kode Etik Kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia dalam tiga arti:
1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan,
buat yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan
memberi obat penenang.
3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri maupun keluarganya.
C. KELALAIAN
1. PENGERTIAN
2. UNSUR MALPRAKTEK
Menurut kepustakaan hukum pidana yang dimaksud Medical
Malpractice yang mengandung unsur-unsur:
a. Neglegent Medical Care, dalam arti kealpaan besar.
b. Standard of care / standard profession yang menjadi ukuran sebagai
petunjuk menurut ilmu pengetahuan dalam menjalankan profesi.
c. Tidak ada accident, risk in treatment, error in judgement sebagai resiko
medik.
d. Adanya informed consent yang terkait dengan medical record.
e. Medical liability baik yang bersifat strict liability, vicarious liability,
corporate liability.
Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika:
a. Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum
dikalangan profesi kedokteran.
b. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi.
c. Melakukan kealpaan yang berat atau memberikan pelayanan yang tidak
hati- hati.
d. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum. (Hanafiah
& Amir: 1999)
Berkaitan dengan malpraktik ketentuan pidana baik berupa ketidaksengajaan
(professional misconducts ataupun akibat lupa / kelalaian) sebagai berikut:
a. Menyebabkan mati atau luka karena kelalaian (pasal 359 KUHP, pasal 360
KUHP, pasal 361 KUHP).
b. Penganiayaan (pasal 351 KUHP) untuk tindakan medis tanpa persetujuan
dari pasien (Informed Consent).
c. Aborsi (pasal 341 KUHP, pasal 342 KUHP, pasal 346 KUHP, pasal 347
KUHP, pasal 348 KUHP, pasal 349 KUHP).
d. Euthanasia (pasal 344 KUHP, pasal 345 KUHP). e. Keterangan palsu (pasal 267-
268 KUHP)
BAB III
PEMBAHASAN
SKENARIO I
Seorang ibu Ny.T, umur 36 tahun, diantar oleh tenaga kesehatan ke RS. C, klien
melahirkan anak pertama, ibu dilakukan tindakan operasi ceaser oleh dokter. Pada saat
operasi tiba-tiba TD menurun, dokter memberikan obat untuk meningkatkan TD, tapi
kondisi klien malah sebaliknya, kesadaran menurun, keadaan umum memburuk dan
akhirnya klien dirawat di ruangan ICU, bayi klien selamat. Saat ini sudah lebih 1 bulan
klien di ICU dengan diagnosa Braindeath. Keluarga tidak sanggup membayar biaya
perawatan dan keluarga meminta tindakan euthanasia saja.
PERTANYAAN:
1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga, tenaga kesehatan dan dokter
dalam kasus ini?
2. Bagaimana peran masing-masing profesi jika dikaitkan dengan etik dan hukum
dalam kasus tersebut?
3. Siapa yang memegang peranan penting?
4. Apa solusi yang akan dilakukan dan siapa yang berhak mamutuskannya?
Berikan alasan!
JAWABAN:
1. Hal yang seharusnya dilakukan oleh:
Keluarga
Tindakan euthanasia yang diminta oleh keluarga adalah hak pasien dan
keluarga, tetapi sebaiknya pasien atau keluarga tidak meminta tindakan
euthanasia tersebut.
Tenaga kesehatan dan Dokter
Menolak permintaan pasien atau keluarga terhadap tindakan euthanasia
tersebut.
Dari segi agama kematian adalah semata-mata hak dari Tuhan,
sehingga manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak
mempunyai hak untuk menentukan kematiannya.
Dari segi hukum mengenai masalah ini berbeda-beda di tiap
negara dan seringkali berubah seiring dengan perubahan norma-
norma budaya, di beberapa negara euthanasia di anggap legal,
sedangkan di negara lain di anggap melanggar hukum. Di negara
maju seperti Amerika Serikat, Belanda di akui hak untuk mati
walaupun tidak mutlak. Dalam keadaan tertentu euthanasia
diperbolehkan untuk dilakukan di Amerika S erikat, namun di
Indonesia masalah euthanasia tetap di larang.
Pertanyaan:
1. Apakah ada unsur kelalaian dalam kasus euthanasia?
2. Apakah ada tindakan malpraktek?
3. Bagaimana tindakan yang professional?
Jawaban:
- Tidak ada unsur kelalaian dan malpraktek karena karena selama operasi
berlangsung sudah sesuai dengan standar operasional prosedur SC, tenaga
kesehatan sudah melakukan tindakan medis yang benar pada saat kondisi pasien
menurun dengan memberikan obat untuk menaikkan tekanan darah. Tetapi kondisi
pasien tidak juga membaik dan akhirnya pasien di kirim ke ICU.
- Dalam kasus ini perawat mempunyai peran dalam memberikan asuhan
keperawatan. Peran advokat (pelindung) serta sebagai counselor yaitu membela dan
melindungi pasien tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman
kematian.
- Perawat diharapkan mampu memberikan pengarahan dan penjelasan kepada
keluarga pasien bahwa pasien berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang optimal dan tidak melakukan euthanasia.
- Perawat hendaknya menyarankan kepada keluarga untuk mencari alternative
jalan keluar dalam hal mencari sumber biaya yang lain seperti melalui BAZDA,
DINAS SOSIAL, JAMKESDA, JAMKESMAS dll.
- Perawat berusaha menjadi jembatan penghubung diantara dokter, tenaga
kesehatan lain dan keluarga sehingga keluarga akan mendapatkan informasi
yang sejelas- jelasnya tentang kondisi pasien, seberapa besar kemungkinan
untuk sembuh dan berapa besar biaya yang telah dan akan dikeluarkan.
- Perawat memberikan pertimbangan- pertimbangan yang positif pada keluarga
dalam hal pengambilan keputusan untuk membawa pulang pasien Ny. T atau
dilakukannya euthanasia pasif.
- Perawat tetap memberikan perawatan pada pasien, pemenuhan kebutuhan dasar
pasien selama perawatan di ICU.
- Membantu keluarga dalam hal permohonan atau peringanan biaya perawatan
Rumah Sakit.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Euthanasia merupakan menghilangkan nyawa orang atas permintaan dirinya
sendiri. Aturan mengenai masalah ini berbeda- beda di tiap- tiap Negara dan
seringkali berubah seiring dengan perubahan norma- norma budaya. Di beberapa
Negara euthanasia dianggap legal tetapi di Indonesia tindakan euthanasia tetap
dilarang karena tidak ada dasar hukum yang jelas. Sebagaiman tercantum dalam
pasal KUHP 338, pasal 340, pasal 344, pasal 355 dan pasal 359. Sehingga pada
kasus Ny. T euthanasia tidak dibenarkan.
Euthanasia ini ditentang untuk dilakukan atas dasar etika, agama, moral dan
legal dan juga pandangan bahwa apabila dilegalisir euthanasia dapat
disalahgunakan.
- Sebagai perawat berperan dalam memberikan advokasi. serta sebagai counselor
yaitu membela dan melindungi pasien tersebut untuk hidup dan menyelamatkan
jiwanya dari ancaman kematian. Perawat diharapkan mampu memberikan
pengarahan dan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien berhak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan tidak melakukan
euthanasia. Menyarankan kepada keluarga untuk mencari alternative jalan keluar
dalam hal mencari sumber biaya yang lain, menjadi jembatan penghubung
diantara dokter, tenaga kesehatan lain dan keluarga sehingga keluarga akan
mendapatkan informasi yang sejelas- jelasnya tentang kondisi pasien, seberapa
besar kemungkinan untuk sembuh dan berapa besar biaya yang telah dan akan
dikeluarkan. Memberikan pertimbangan- pertimbangan yang positif pada
keluarga dalam hal pengambilan keputusan untuk membawa pulang pasien Ny.
T atau dilakukannya euthanasia pasif. Perawat tetap memberikan perawatan
pada pasien, pemenuhan kebutuhan dasar pasien selama perawatan di ICU. Dan
membantu keluarga dalam hal permohonan atau peringanan biaya perawatan
Rumah Sakit.
B. SARAN
1. Bagi keluarga
Keluarga sebaiknya memikirkan kembali keputusan untuk mengajukan
euthanasia. Dan permasalahan biaya agar mencari alternatif keringanan biaya melalui
Jamkesmas, Jamkesda dll.
3. Bagi Pemerintah
Apabila hukum di Indonesia kelak mau menjadikan persoalan euthanasia
sebagai salah satu materi pembahasan, semoga teap diperhatikan dan
dipertimbangkan sisi nilai etika, social maupun moral.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Jusuf dan Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 3.
Suyono, Handi. 2008. Brain Death (Kematian Otak). Departemen Fisiologi dan
Surabaya.Tersedia:http://www.emedicine.medscaape.com/article/1177999-
Yunan, Nagat. 2000. Fisiologi Medis dan Sistem Saraf Pusat. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta