Anda di halaman 1dari 136

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330577631

Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja

Book · May 2018

CITATIONS READS

4 6,205

2 authors:

Latifah Nur Ahyani Rr. Dwi Astuti


Universitas Muria Kudus Universitas Muria Kudus
3 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    7 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

psikoedukasi View project

APPLICATION DISCOVERY LEARNING ASSISTED BY MANIPULATIVE DEMONSTRATIVE TOOLS TO INCREASE STUDENTS MATHEMATIC PROBLEM SOLVING ABILITY View
project

All content following this page was uploaded by Latifah Nur Ahyani on 24 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Badan Penerbit
Universitas Muria Kudus

LATIFAH NUR AHYANI, S.Psi, MA, Psikolog


Rr. DWI ASTUTI, M. Psi., Psikolog

1
Badan Penerbit
Universitas Muria Kudus

LATIFAH NUR AHYANI, S.Psi, MA, Psikolog


Rr. DWI ASTUTI, M. Psi., Psikolog

Nama :
NIM :

1
BUKU AJAR
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
ANAK DAN REMAJA

Penulis : Latifah Nur Ahyani, S.Psi, MA, Psikolog


Rr. DWI ASTUTI, M. Psi., Psikolog
Desain Sampul : Jayanti Putri P., S.Pd. M.Pd.
Desain Layout : Ridwan Budi Pramono, S.Psi, MA

BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS

1
BUKU AJAR
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA

Penulis:
Latifah Nur Ahyani, S. Psi., M.A, Psikolog
Rr. Dwi Astuti, M.Psi. Psikolog

Desain Sampul
Jayanti Putri Purwaningrum, S.Pd., M.Pd

Desain Layout
Ridwan Budi Pramono, S. Psi., M.A.

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang


Diterbitkan pertama kali oleh Badan Penerbit Universitas Muria Kudus
Kudus, Mei 2018

Perpustakaan Nasional, Katalog dalam Terbitan (KDT)


BUKU AJAR
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA

Latifah Nur Ahyani, S. Psi., M.A.


Rr. Dwi Astuti, M.Psi. Psikolog

Universitas Muria Kudus


133 hlm; 29,2 cm x 20,6 cm
ISBN 9 789021 180761

Badan Penerbit Universitas Muria Kudus


Kampus UMK Gondangmanis Bae PO BOX 53 Kudus
Tlp. (0291) 438229, Fax. (0291) 437198

2
PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas ridloNya, penulis dapat


menyelesaikan buku ajar Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Pendekatan dalam buku ajar ini lebih berisi pengetahuan dasar Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja seperti Perkembangan fisik
psikomotorik, perkembangan kognitif, perkembangan afeksi emosi dan
perkembangan sosial moral.
Buku ini terselesaikan berkat dorongan dan bantuan banyak pihak.
Untuk itu diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tentu saja, buku ajar ini jauh dari sempurna. Bagaimanapun hal ini
merupakan awal untuk kemajuan ke depan. Semoga bermanfaat dan
memberikan sumbangan bagi kemajuan pendidikan Psikologi khususnya
dan kemajuan bangsa dan negara pada umumnya.

Kudus, Mei 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

Prakata ............................................................................................... 2
Daftar isi .............................................................................................. 4
Pendahuluan ....................................................................................... 6
Deskripsi ............................................................................................. 6
Manfaat ............................................................................................... 6
Capaian Pembelajaran ....................................................................... 6
BAB I. PERKEMBANGAN MASA BAYI .............................................. 7
A. Pendahuluan ............................................................................. 7
B. Perkembangan Masa Bayi ....................................................... 9
Latihan /Tugas .......................................................................... 44
Rangkuman .............................................................................. 45
C. Penutup .................................................................................... 45
Evaluasi ..................................................................................... 45
Tindak Lanjut ............................................................................ 47
Daftar Pustaka .......................................................................... 48
BAB II. PERKEMBANGAN MASA KANAK KANAK
A. Pendahuluan ............................................................................ 49
B. Perkembangan Masa Kanak Kanak ......................................... 51
Latihan /Tugas ......................................................................... 75
Rangkuman .............................................................................. 76
C. Penutup .................................................................................... 76
Evaluasi .................................................................................... 77
Tindak Lanjut ............................................................................ 78
Daftar Pustaka .......................................................................... 79
BAB III. PERKEMBANGAN MASA REMAJA
A. Pendahuluan ............................................................................ 80
B. Perkembangan Masa Remaja ................................................... 81
Latihan /Tugas ......................................................................... 126

4
Rangkuman .............................................................................. 127
C. Penutup .................................................................................... 128
Evaluasi .................................................................................... 128
Tindak Lanjut ............................................................................ 130
Daftar Pustaka .................................................................................... 131

5
PENDAHULUAN
DESKRIPSI

Mata kuliah psikologi perkembangan anak dan remaja akan


membahas tentang pengertian perkembangan, tugas perkembangan pada
masa anak, dukungan dan hambatan perkembangan masa anak dan
remaja, keterlambatan perkembangan yang terjadi pada masa anak dan
remaja. Selain itu juga membahas bagaimana cara mengidentifikasi dan
menganalisa keterlambatan perkembangan dan faktor yang
mempengaruhi pada masa anak dan remaja. Pembahasan terakhir lebih
ditekankan pada tahap perkembangan individu akan selalu sama namun
waktu, situasi dan kondisi berbeda pada setiap individu.

MANFAAT

Mahasiswa memahami perkembangan anak dan remaja secara optimal

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat menjelaskan konsep


Psikologi Perkembangan pada anak dan remaja, serta mampu
mengidentifikasi dan menganalisa keterlambatan perkembangan dan
faktor yang mempengaruhi pada masa anak hingga remaja dan
mahasiswa mampu menjawab pertanyaan dan menyelesaikan kasus yang
diberikan oleh dosen.

6
BAB I
PERKEMBANGAN
MASA BAYI

A. PENDAHULUAN

DESKRIPSI
(URAIAN TENTANG PERKEMBANGAN MASA BAYI)

Pokok bahasan perkembangan masa bayi akan membahas tentang


pengertian perkembangan, tugas perkembangan pada masa bayi,
dukungan dan hambatan perkembangan masa bayi, keterlambatan
perkembangan yang terjadi pada masa bayi. Selain itu juga membahas
bagaimana cara mengidentifikasi dan menganalisa keterlambatan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi pada masa bayi (0-2 th).
Pembahasan terakhir lebih ditekankan pada tahap perkembangan individu
akan selalu sama namun waktu, situasi dan kondisi berbeda pada setiap
individu.

MANFAAT
Mahasiswa memahami perkembangan masa bayi secara optimal

7
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat:


1. Menjelaskan konsep Psikologi Perkembangan pada masa bayi,
serta mampu mengidentifikasi dan menganalisa keterlambatan
perkembangan dan faktor yang mempengaruhi pada masa bayi (0-
2 th)
2. Menjawab pertanyaan dan menyelesaikan kasus yang diberikan
oleh dosen.

8
B. PERKEMBANGAN MASA BAYI
A. Masa Bayi Neonatal
Ciri-ciri Masa Bayi Neonatal / bayi yang baru lahir:
a. Masa bayi neonatal merupakan periode yang tersingkat dari semua
periode perkembangan dimulai dari kelahiran dan berakhir saat bayi
menjelang dua minggu.

Pembagian Masa Bayi Neonatal


1. Periode partunate
(Mulai saat kelahiran sampai antara lima belas dan tiga puluh menit
sesudah kelahiran). Periode ini bermula dari keluarnya janin dari rahim
ibu dan berakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat. Sampai hal ini
selesai dilakukan, bayi masih merupakan pascamatur, yaitu
lingkungan di luar tubuh ibu.
2. Periode neonate
(Dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir
minggu kedua dari kehidupan pascamatur). Sekarang bayi adalah
individu yang terpisah, mandiri dan tidak lagi merupakan parasit.
Selama periode ini bayi harus mengadakan penyesuaian pada
lingkungan baru di luar tubuh ibu.

b. Masa bayi neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian yang


radikal.
Penyesuaian terhadap perubahan lokasi yang sangat tiba-tiba dan
menyeluruh dari lingkungan dalam ke lingkungan luar.
c. Masa bayi neonatal merupakan masa terhentinya perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan pesat yang terjadi selama periode
pranatal tiba-tiba terhenti pada kelahiran dan terjadi sedikit
kemunduran seperti berkurangnya berat badan dan kecenderungan
menjadi kurang sehat.

9
d. Masa bayi neonatal merupakan pendahuluan dari perkembangan
selanjutnya.
e. Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya.
Secara fisik: sulitnya mengadakan penyesuaian diri secara radikal
yang penting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda
Secara psikologi: saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang
berarti bagi bayi.
Penyesuaian Pokok yang Dilakukan
Bayi Neonatal
a. Perubahan suhu
b. Bernapas, kalau tali pusar diputus, bayi mulai harus bernapas sendiri
c. Mengisap dan menelan, bayi harus memperoleh makanan dengan
jalan mengisap dan menelan, tidak lagi memperolehnya melalui tali
pusar
d. Pembuangan, alat-alat pembuangan bayi mulai berfungsi segera
setelah dilahirkan, sebelumnya pembuangan dilakukan melalui tali
pusar

Kesulitan Penyesuaian Diri Bayi

Pada kehidupan pascanatal ditunjukkan dengan adanya


1. Penurunan berat badan.
2. Perilaku yang tidak teratur dan,
3. Kematian bayi.

10
Kondisi yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Bayi pada
Kehidupan Pascanatal

1. Lingkungan pranatal
Lingkungan pranatal yang sehat akan memberi penyesuaian diri yang
baik pada kehidupan pascanatal
2. Lamanya periode kehamilan
Bayi yang belum cukup umur / premature biasanya mengalami
komplikasi dalam penyesuaian diri dengan lingkungan pascanatal, ini
dapat mempengaruhi penyesuaian mendatang
3. Jenis persalinan (normal atau tidak)
Bayi yang dilahirkan secara spontan akan lebih cepat dan lebih
berhasil menyesuaikan diri pada lingkungan pascanatal daripada bayi
yang kelahirannya cukup sulit sehingga harus menggunakan alat atau
pembedahan caesar
4. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan
a. Seberapa jauh ibu terpengaruh oleh obat-obat selama proses
persalinan
b. Mudah atau sulitnya bayi dapat bernapas, apabila terjadi gangguan
dalam penyediaan oksigen untuk otak sebelum dan selama
persalinan anoxia, maka bayi akan mati atau akan menderita
kerusakan otak sementara atau selamanya
5. Perawatan pascanatal
a. Banyaknya perhatian yang diperoleh bayi untuk meyakinkan bahwa
kebutuhannya akan dipenuhi dan dalam yang relative cepat
b. Banyaknya rangsangan yang diperoleh dari waktu ke waktu sejak
dilahirkan
c. Derajat kepercayaan diri orang tua, terutama ibu dalam memenuhi
kebutuhan bayi

11
6. Sikap orang tua
Jika sikap orang tua kurang menyenangkan dan tercermin dalam
perlakuan terhadap bayi maka akan menghalangi keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan pascanatal. Sebaliknya orang tua
yang sikapnya menyenangkan dalam memperlakukan bayi akan
mendorong penyesuaian yang baik

Bahaya pada Bayi Neonatal

1. Bahaya fisik, berhubungan dengan lingkungan pranatal yang tidak


baik, persalinan yang sulit, kelahiran bayi kembar, kelahiran premature
dan postmatur, kondisi yang menyebabkan kematian bayi
2. Bahaya psikologis
 Kepercayaan tradisional mengenai kelahiran, seperti persalinan
yang sulit akan menghasilkan anak yang sulit dihadapi dan
perilakunya cenderung menyimpang
 Sikap kurang menyenangkan yang tercermin dalam cara orang tua
memperlakukan bayi neonat

12
Sumber : www.sayangianak.com

MASA BAYI

Masa bayi disebut sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan
psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan
pertumbuhan selanjutnya. Masa bayi berlangsung dalam 2 tahun pertama
dari periode pascanatal.
Ciri-ciri masa bayi :
a. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya, karena pola
perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk.

13
FREUD → Penyesuaian diri yang kurang baik di masa dewasa
berpangkal pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang
kurang baik.
ERICKSON → Masa kanak-kanak merupakan kancah manusia untuk
mulai berfungsi sebagai manusia, tempat di mana kebaikan dan
keburukan berkembang dengan lambat tetapi pasti dan tempat di
mana sifat-sifat itu menjadi terasa, cara bayi diperlakukan akan
mempengaruhi apakah ia akan mengembangkan dasar percaya atau
dasar tidak percaya, memandang dunia sebagai suatu yang aman dan
dapat dipercaya atau sebagai ancaman, tidak dapat diramal dan tidak
selalu tepat.
4 alasan yang menyebabkan dasar-dasar yang diletakkan pada
masa bayi penting :
1. Sifat-sifat yang buruk tidak berkurang dengan bertambahnya
usia anak, sebaliknya pola-pola yang terbentuk pada permulaan
kehidupan cenderung mapan.
2. Apabila pola perilaku yang kurang baik dan sifat yang buruk
mulai berkembang maka semakin cepat hal itu diperbaiki akan
semakin mudah bagi anak.
3. Dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi kebiasaan melalui
pengulangan, dasar-dasar itu akan selamanya mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan social.
4. Faktor belajar dan pengalaman memiliki peranan yang penting
dalam perkembangan, jika hal itu dapat diarahkan dan
dikendalikan maka memungkinkan terjadi penyesuaian pribadi
dan social yang baik.

b. Masa bayi adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan


pesat
Pertumbuhan dan perubahan intelegensi berjalan sejajar dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik. Ketika bayi berjalan, berbicara,
berlari, menggoyang goyangkan mainan yang dapat berbuyi, terseyum

14
dan mengerutkan dahi, maka disaat itu juga perubahan perubahan di
dalam otaknya sedang berlangsung.
c. Masa bayi adalah masa berkurangnya ketergantungan
d. Masa bayi adalah masa meningkatnya individualitas.
e. Masa bayi adalah permulaan sosialisasi. Marry Ainsworth (Santrock,
1995) berpendapat bahwa dalam keterikatan yang aman (secure
attachment), bayi menggunakan pengasuh, biasanya ibu, sebagai
suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya.
Ainsworth yakin bahwa keterikatan yang aman dalam satu tahun
pertama kehidupan memberi suatu landasan yang penting bagi
perkembangan psikologis dikemudian hari di dalam kehidupan bayi.
Ainsworth yakin bahwa bayi yang tidak mengalami secure attachment
dapat diklasifikasikan sebagai bayi yang mudah cemas dan
menghindar (anxious-avoidant) atau mudah cemas dan menolak
(anxious-resistant).
f. Masa bayi adalah permulaan berkembangnya penggolongan peran
seks
g. Masa bayi adalah masa yang menarik
h. Masa bayi merupakan permulaan kreativitas
i. Masa bayi adalah masa berbahaya. Adanya sindrom kematian bayi
secara tiba-tiba (sudden infant death syndrome (SIDS), yakni suatu
kondisi yang terjadi ketika seorang bayi berhenti bernafas, biasanya
saat malam hari, dan secara tiba tiba meninggal tanpa sebab yang
jelas. Sekitar 13 persen kematian bayi disebabkan oleh SIDS, bagi
bayi yang berusia antara 10 hari setelah kelahiran dan 1 tahun, SIDS
merupakan penyebab kematian yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan faktor lain. Walaupun tidak diketahui secara pasti apa yang
menyebabkan SIDS, bayi bayi yang meninggal oleh kondisi ini
memperlihatkan kerapuhan biologis sebelumnya dalam
perkembangan mereka, yang meliputi peristiwa kelahiran prematur,
rendahnya berat lahir, rendahnya skala Apgar, dan masalah masalah

15
permafasan (Barness & Gilbert-Barness, 1992; Buck,dkk, 1989;
Woolsey,1992).
Bahaya fisik : penyakit, kecelakaan
Bahaya psikologis : apabila diletakkan dasar-dasar yang buruk pada
masa ini maka pola perilaku, minat dan sikap mulai terbentuk pada
masa ini.

Tugas dalam Perkembangan Masa Bayi :


- Belajar berjalan
- Memakan makanan padat
- Mulai mengendalikan alat-alat pembuangan,
mencapai stabilitas fisiologis yang baik
(irama lapar dan tidur)
- Mempelajari dasar-dasar bicara
- Berhubungan secara emosional dengan
orang tua dan saudara kandung
Berhasil atau gagalnya pelaksanaan tugas
perkembangan ini tergantung pada kesempatan,
bantuan serta bimbingan yang diperoleh.

16
Perkembangan Masa Bayi

sumber : www.eriaselviana.com

a. Perkembangan Fisik

1. Berat
Pada usia empat bulan, berat badan bayi biasanya bertambah dua kali
lipat. Pada usia satu tahun berat bayi rata – rata tiga kali beratpada
waktu lahir atau sekitar 21 pon. Pada usia dua tahun rata – rata berat
bayi adalah 25 pon.

17
2. Tinggi
Pada usia empat bulan, ukuran bayi antara 23 dan 24 inci, pada usia
satu tahun antara 28 dan 30 inci, dan pada usia dua tahun antara 32
dan 34 incii
3. Proporsi Fisik
Pertumbuhan kkepala berkurang dalam masa bayi, sedangkan
pertumbuhan badan dan tungkai meningkat.
4. Tulang
Jumlah tulang meningkat selama masa bayi. Pengerasan tulang
diawali sejak tahun pertama, tapi belum selesai sampai masa puber.
Ubun –ubun atau daerah otak yang lunak pada 50% bayi yang baru
lahir telah tertutup pada usia delapan bulan, dan hampir semua bayi
telah tertutup pada usia dua tahun.
5. Otot dan Lemak
Urat otot sudah ada pada usia lahhir tetapi dalam bentuk yang belum
berkembang. Urat otot itu berkembang secara lambat pada masa bayi
dan lemah. Sebaliknya jaringan lemak berkembang pesat, sebagian
karena tingginy akadar lemak di dalam susuyang merupakan bahan
makanan pokok bayi.
6. Bagian Tubuh
Selama tahun kedua, ketika proporsi tubuh berubah, bayi mulai
memperlihatkan kecenderungan bagunan tubuh yang karakteristik.
Tiga bangunan tubuh yang paling lazim adalah ektomorfik yang
cenderung panjang dan langsing, endomorfik yang cenderung bulat
dan gemuk dan mesomorfikyang cenderung berat keras, dan empat
persegi panjang.
7. Gigi
Rata – rata bayi mepunyai empat hingga enam gigi susu pada usia
satu tahun dan enam belas pada usia dua tahun. Gigi yang pertama
muncul adalah gigi depan sedangkan yang ter akhir adalah gigi
raham. Empat gigi terakhir biasanya baru muncul pada tahun pertama
masa kanak – kanak.

18
8. Susunan Saraf
Pada waktu lahir, berat otak adalah seperdelapan berat total bayi.
Pertumbuhan berat otak paling peset pada usia dua tahun. Otak kecil
yang berperan penting untuk menjaga keseimbangan dan
pengendalian tubuh, bertambah beratnya tiga kali satu tahun setelah
kelahiran. Ini berlaku juga untuk otak besar. Sel –sel yang belum
matang pada waktu kelahiran, terus berkembang sesudah kelahir
tetapi secara relative beberapa sel baru terbentuk.
9. Perkembangan Organ Perasa
Pada usia tiga bulan, otot mata sudah cukup terkoordinasi untuk
memungkinkan bayi bisa melihat sesuatu secara jelas dan nyata dan
sel – sel kerucut sudah berkembang baik untuk memungkinkan
mereka melihat warna. Pendengaran berkembang pesat pada waktu
ini, pengecapan dan penciuman yang berkembang baik pada waktu
kelahiran, terus membaik pada masa bayi. Bayi sangat tanggap
terhadap semua rangsangan kullit karena tekstur kulit mereka yang
tipis dan semua organ perasa yang berhhubungan dengan peraba,
tekanan, rasa sakit dan suhu berkembang dengan baik.

b. Perkembangan Keterampilan Motorik

b.
S ecara garis besarnya, urutan perkembangan keterampilan
motorik ini mengikuti dua prinsip. Prinsip cephalocaudal (dari
kepala keekor), menunjukkan urutan perkembangan dari atas ke bawah,
seperti gerakan – gerakan kepala, mata, koordinasi otot –otot bagian atas
berfungsi lebih efektif dari pada otot – otot bagian bawah. Prinsip
proximodistal (dari dekat kejauh), menunjukkan perkembangan
keterampilan motorik, dimana bagian tengah badan lebih dahulu
terampilan sebelum bagian-bagian disekelilingnya atau bagian yang lebih
jauh, seperti gerakan menjangkau benda di mana bahu dan siku bergerak
sebelum pergerakan lengan tangan dan jari – jari tangan. Setelah itu baru

19
perubahan yang bersifat missal kegerakan yang khusus terbatas
sampai pada penggunaan jari –jari sesuai denga fungsinya.

Reflek- reflek utama pada bayi yang baru lahir


1) Reflek Pernafasan. 7) Refleks Moro.
2) Reflek Menghisap. 8) Reflek Memegang.
3) Reflek Mencari. 9) Reflek Penguatan Leher.
4) Reflek Menelan. 10) Reflek Babinski.
5) Reflek Mengedip. 11) Reflek Melangkah.
6) Reflek Biji Mata. 12) Reflek Berenang

Secara garis besarnya ke-12 reflek tersebut dapat dibagi menjadi dua
1. Refleks survival adalah refleks yang secara nyata untuk memenuhi
kebutuhan fisik bayi,terutama dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya.
2. Refleks primitif adalah refleks yang tidak secara nyata berguna bagi
pemenuhan kebutuhan fisik, walaupun mungkin merupakan tingkah
laku refleks yang penting pada tahap awal evolusi manusia.

20
Keterampilan motorik kasar

Keterampilan motorik kasar, meliputi keterampilan otot-otot besar


lengan, kaki dan batang tubuh seperti berjalan dan melompat. Sebelum
tingkah laku refleks menghilang, bayi sudah dapat melakukan beberapa
gerakan tubuh yang lebih terkendali dan disengaja.

Keterampilan Motorik Kasar meliputi :


Usia 1 bulan, mengangkat dagu sambil tengkurap
Usia 2 bulan, mengangkat dada sambil tengkurap
Usia 4 bulan, duduk dengan bantuan
Usia 7 bulan, duduk tanpa bantuan
Usia 8 bulan, berdiri dengan bantuan
Usia 9 bulan, berdiri dengan berpegang pada perabot
Usia 10 bulan, merangkak
Usia 11 bulan, berjalan dengan bimbingan
Usia 12 bulan, berusaha berdiri sendiri
Usia 13 bulan, naik tangga
Usia 14 bulan, berdiri sendiri
Usia 15 bulan, berjalan
Usia 18 bulan, naik turun tangga tanpa bantuan
Usia 24 bulan, dapat lari dan berjalan mundur

Sumber : www.isbahhabibi.com

20
Keterampilan Motorik Halus

Keterampilan motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada


diseluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Bayi dilahirkan
dengan dilengkapi seperangkat komponen penting yang kelak akan
menjadi gerakan-gerakan lengan, tangan dan jari yang terkoordinir
dengan baik.

Usia 1 bulan, menggenggam tangannya.


Usia 3 bulan, kedua tangannya saling menyatu atau
menyentuh.
Usia 4 bulan, melihat benda tapi tidak dapat menyentuh.
Usia 5 bulan, mengambil benda kecil (kubus) dengan
kelima jarinya.
Usia 8 bulan, memegang kubus di masing –
masing tangannya.
Usia 9 bulan, menyempurnakan gerakan menjumput.
Usia 10 bulan, memasukkan kubus ke dalam wadah.
Usia 12 bulan – 16 bulan, mencorat – coret
walapun belum bisa memegang alat tulis dengan benar.

21
b. Perkembangan Kognitif

T
eori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori
yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-
objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial
seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan
objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaannya, untuk memahami sebab terjadinya perubahan dalam
objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget berpendapat bahawa anak memainkan peranan aktif dalam
menyusun pengetahuannya mengenai realiti. Walaupun proses berfikir
dalam konsepsi anak mengenai realiti telah dimodifikasi oleh pengalaman
dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperanan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang diperolehnya melalui pengalaman,
serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah dipunyai olehnya.
Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara merespon
berbagai-bagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola
sistematis daripada tindakan, fikiran, dan strategi pemecahan masalah
yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi pelbagai
tentangan dan jenis situasi.
Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang
digunakan oleh Piaget untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan
individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif.
Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling
melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.

22
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke
dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi
adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui
empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait
dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Pada masa bayi
berada pada Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi
dari lahir hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini, perkembangan mental
ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan
mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Pada
tahapan ini anak menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik untuk
mengenal lingkungannya. Diawali dengan modifikasi refleks yang
semakin lebih efisien dan terarah, dilanjutkan dengan reaksi
pengulangan gerakan yang menarik pada tubuhnya dan keadaan atau
objek yang menarik, koordinasi reaksi dengan cara menggabungkan
beberapa skema untuk memperoleh sesuatu, reaksi pengulangan untuk
memperoleh hal-hal yang baru, serta permulaan berpikir dengan adanya
ketetapan objek. Pada masa sensorimotor, berkembang pengertian
bahwa dirinya terpisah dan berbeda dengan lingkungannya. Anak
berusaha mengkoordinasikan tindakannya dan berusaha memperoleh
pengalaman melalui eksplorasi dengan indera dan gerak motorik. Jadi,
perkembangan skema kognitif anak dilakukan melalui gerakan refleks,
motorik, dan aktivitas indera. Selanjutnya, anak juga mulai mampu
mempersepsi ketetapan objek.

23
Piaget Membagi Tahap Sensorimotor dalam
Enam Periode, Yaitu:

Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)

Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini


berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada
periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak
disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada
adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.

Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)

Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-


kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan
mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat
diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam
kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada
periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia
mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam benda yang
dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai
berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti
benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan
kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja
bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk
menumbuhkan konsep benda. Menurut Valett (1974), menyatakan bahwa
nak mampu melihat tanpa kesulitan dapat memegang benda dari suatu
jarak tertentu, Merupakan proses psycho physical yang mengintegrasikan
kekuatan gravitasi, conceptual ideation, spatial perceptual orientation dan
fungsi bahasa. Anak perlu dilatih dengan nayak pengalaman visual.

24
Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4
– 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi
objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah
laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya
sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah.
Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-
kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan
mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler
sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada
sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat
dan tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan
sebagai suatu “pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.

Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)

Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana


dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk
mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia
ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah
laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya
(permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat
mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai
mempunyaikonsep tentang ruang.

Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)

Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak


memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara

25
mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang
tidak dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba
dengan Trial and Error untuk menemukan cara yang baru guna
memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba
mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih
mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-
benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut
Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan
kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini
pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang
keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-
benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara
serentak.

Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)

Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi


sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara
baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga
dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak
berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi
refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan
suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan
dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju,
refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-
objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar
akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal
bila benda itu tidak kelihatan lagi.

26
Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
a) Berfikir melalui perbuatan (gerak)
b) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks
sampai ia dapat berjalan dan bicara.
c) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d) Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.

c. Perkembangan Emosi

Dewasa ini, di samping diakui adanya kemungkinan perbedaan


genetik dalam emosionalitas, berbagai bukti menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan juga ikut berpengaruh terhadap perbedaan itu. Perbedaan
emosionalitas pada bayi yang baru lahir sebagian dianggap sebagai
akibat perbedaan stres yang dialami oleh ibu mereka selama masa
kehamilan. Juga didapatkan bukti, bahwa anak anak yang dibesarkan di
dalam lingkungan yang ribut dan penuh tekanan terus menerus untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua yang terlalu tinggi dapat
berkembang menjadi orang yang tegang, gugup dan tinggi
emosionalitasnya.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada
bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah
keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat. Ekspresi emosional
pada bayi diketahui serupa dengan ekspresi pada orang dewasa.
Umumnya bayi mengungkapkan afeksinya dengan memeluk, menepuk,
dan menncium barang atau orang yang dicintainya.

27
Yang menjadi obyek cinta bagi mereka adalah setiap orang yang
mengajaknya bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya, orang yang
memperlihatkan afektinya, mainan dan hewan kesayangan keluarga.
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional menjadi
kurang menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan.
Sebagai contoh, anak yang lebih muda memperlihatkan ketidaksenangan
semata mata hanya dengan menjerit dan menangis. Kemudian reaksi
mereka semakin bertambah yang meliputi perlawanan, melemparkan
benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar dan bersembunyi. Dengan
bertambahnya umur maka reaksi yang berwujud bahasa meningkat,
sedangkan reaksi gerak otot berkurang.
Pola dari berbagai macam emosi dapat diramalkan. Sebagai
contoh, reaksi ledakan marah (temper tantrum) mencapai puncaknya pada
usia antara 2 hingga 4 tahun dan kemudian diganti dengan pola ekspresi
kemarahan yang lebih matang, seperti cemberut dan sikap bengal.
Keberhasilan emosi di dalam memenuhi kebutuhan anak akan
mempengaruhi variasi pola emosi. Jika ledakan marah berhasil memenuhi
kebutuhan anak akan perhatian dan memberikan apa yang mereka
inginkan, mereka tidak hanya akan terus menggunakan perilaku tersebut
untuk mencapai tujuan, tetapi juga akan menambah intensitas ledakan
marah, sehingga penilaian mereka terhadap ledakan marah akan
meningkat sebagai cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan perjanjian yang disengaja antar manusia.


Sistematis mengenai susunan bahasa yaitu hubungan antara berpikir dan
berbahasa, antara ekspresi dan fungsi untuk melukiskan dalam bahasa.
Menurut Buhler ada tiga macam factor yang menentukan dalam teori
bahasa yaitu : Appell berarti bahwa bila ingin menyatakan sesuatu harus
ada orang lain untuk dapat dicapai oleh pertanyaan tadi, Ausdruck berarti
memberikan renspon kepada apa yan di pertanyakan tadi, Darstellung

28
yaitu aspek kemampuan untuk melukiskan sesuatu, meletakkan atau
mengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang lain, dapat
memformulasikan ide-ide. Belajar bahasa yang dilakukan anak melalui
imitasi, belajar model, dan belajar dengan reinforcemen. Biasanya bayi
belajar bahasa dengan ibunya, ibu mempunyai kecenderungan untuk
menerima kalimat yang salah menurut tata bahasa, asal isinya di pahami
oleh ibunya, anak semakin lama makin dapat menciptakan struktur verbal
baru karena interaksi dengan berbagai objek, karena apa yang dilihat dan
dilakukan, di cobanya untuk dinyatakan dengan kata-kata.

Menurut William Stern & Clara Stern bayi usia 0 – 2 tahun tiga masa
perkembangan bahasa yaitu masa pendahuluan, masa pertama dan masa
kedua :
a) Masa pendahuluan (6 bulan – 1 tahun), anak mengeluarkan bunyi tak
sengaja, tak berarti. Akhirnya mengeluarkan bunyi tertentu. Mula –
mula bunyi tunggal, tersusun huruf hidup, mati bibir sehingga terbentuk
kata mama papa. Kata tersebut diulanga lalu diberi arti oleh orang
dewasa melalui bimbingan perbaikan sehingga bahasa. Seandainya
tidak dibimbing maka anak tak bisa bercakap. Oleh karena itu tak baik
kalau kita bersikap gagu dalam membimbing sebab akibatnya bisa
fatal.
b) Masa pertama (1 tahun – 1 tahun 6 bulan), anak sudah mengucapkan
sepatah kata yang merupakan kalimat lengkap (single word sentence).
Contoh Mim (Ibu saya minum), Makan (Ibu saya makan).
c) Masa kedua (1 tahun 6 bulan – 2 tahun), anak sudah timbul kesadaran
bahwa setiap benda mempunyai nama. Anak haus kekayaan bahasa,
anak mulai bertanya Apa Itu? Mula – mula nama benda, nama
pekerjaan, nama sifat.

29
Bentuk-bentuk Komunikasi

1. Menangis

Untuk mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya setiap


manusia mempergunakan bahasa tangis. Tangis pertama berguna untuk
memungkinkan anak dapat nafas karena anak mulai nafas sendiri. Melatih
bahasa tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya. Tangisan bayi berangsur-angsur berbeda sehingga pada
minggu ketiga atau keempat dapat di ketahui apa maksud tangis bayi
melalui nada, intensitas, dan gerakan-gerakan badan yang mengiringi.
Misalnya bila sakit : di ungkapkan dengan tangisan keras yang
melengking dengan rintihan dan rengekan. Menangis karena sakit perut
disertai dengan jeritan aneh yang tinggi nadanya berganti-ganti dengan
otot kaki yang tegang dan tarikan-tarikan kaki. Menangis mempunyai
tujuan lain yang bermanfaat: menandakan apakah bayi sehat dan normal
atau ada kesalahan. Misalnya: tangisan nada tinggi dengan intesitas
lemah dan terus menerus seringkali berarti bahwa bayi menderita kurang
gizi atau kerusakan otak.

2. Berceloteh

Ocehan menunjukkan rasa senang dan kepuasan. Ocehan


sebagian besar terjadi pada bayi usia enam bulan. Van Ginneken (1917)
(dalam buku “Roman Van een kleuter”) yaitu bahwa suara-suara pertma
yang di keluarkan adalah huruf-huruf hidup atau vocal (a, I, u, e, o) dan
menurut Buhler yaitu huruf-huruf mati atau konsonan-konsona pertama
yang di ucapkan (b, p, n, k, g, r). Tahun pertama anak mengucapkan kata-
kata “mama” : mama lebih dahulu dapat diucapkan daripada “papa”.

30
3. Isyarat

Isyarat bukan sebagai pelengkap pembicara yang di lakukan oleh


kebanyakan anak yang lebih tua, remaja, dan orang dewasa. Misalnya :
dengan mengulurkan tangan dan tersenyum bayi dapat menyampaikan
gagasan bahwa ia ingin di gendong.

4. Ungkapan-ungkapan Emosi

Misalnya kalau bayi merasa senang, ia menenangkan badannya,


merambatkan lengan dan kaki, tersenyum dan menyuarakan bunyi-bunyi
seperti bentuk tertawa. Ungkapan emosi bermanfaat karena dua alasan :
pertama karena bayi belum mempelajari pengendalian emosi, maka emosi
apa yang mereka alami melalui ungkapan-ungkapan wajah dan badan.
Kedua : bayi lebih mudah mengerti orang lain melalui ungkapan wajah
dari pada melalui kata-kata.
Seiring dengan perkembangan kemampuan serta kematangan
jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi
tersebut makin meningkat dan meluas, anak memiliki keinginan yang kuat
untuk berbicara karena belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam
sosialisasi, dan dalam memperoleh kemandirian.
Antara pengertian bahasa dan berbicara ada perbedaan yang
signifikan diantara keduanya. Bahasa mencakup segala bentuk
komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa
isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni.
Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang
paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak
dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut meningkat seiring dengan
meningkatnya usia anak.
Belajar berbicara dipengaruhi cara anak mendengarkan yaitu
mendengarkan radio dan televisi, dan mendengarkan orang yang

31
berbicara dengan lambat dan jelas kepada anak serta menggunakan kata-
kata yang dapat di mengerti. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan
perkembangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses
belajar. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh
menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi dengan
lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi
di lingkungannya.
Pada mulanya, pembicaraan anak-anak bersifat egosentris dalam
arti bicara tentang dirinya sendiri, berkisar pada minat, keluarga dan
miliknya.menjelang akhir awal kanak-kanak mulai bicara sifat social bicara
tentang orang lain disamping dirinya sendiri. Akan tetapi pembicaraan
tidak bersifat social karena isinya lebih mengarah pada kritik kepada orang
lain dalam bentuk pengaduan atau keluhan.
Perkembangan bahasa yang semakin meningkat dianggap
sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Dengan demikian anak-anak
telah mengalami sejumlah nama-nama dan hubungan antara symbol-
simbol. Pada masa ini penguasaan kosa kata anak juga meningkat pesat.
Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan makin bagus,
menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan
pendapatnya dengan kalimat majemuk. Schaerlaekens(1977),
membedakan perkembangan bahasa pada masa awal anak-anak ini atas
tiga yaitu : periode pralingual (kalimat satu-satu), periode lingual awal
(kalimat 2 kata) dari 1 hingga 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat
3 kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan
kecakapan verbal) (Monks, Knors & Haditono,2001).
Segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan
scseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang
lain disebut juga bahasa. Oleh karena itu, perkembangan bahasa dimulai
dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan
bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1
tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai srat
anak mengucapkan kata kata yang, pertama. Yang merupakan saat paling

32
menabjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase
besar, yaitu:

Fase Satu Kata

Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan


pikiran yang kompleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau
temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bag: anak
dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga
berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan
memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu
dalam konteks apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut
muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama
yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu
barulah disusul dengan kata kerja.

Fase Lebih dari Satu


Kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada
fase ini anak sudah dapat mcmbuat kalimat sederhana yang terdiri dari
dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan
predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata
bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan
tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa
yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya
sendiri. Mulailah mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara
lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara
sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya
sendiri yang sederhana.

33
Fase Ketiga Fase
Diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua
setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai
lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak buKan saja
menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai
mampu mengucapkan kata dcmi kata sesuai dengan jenisnya, terutama
dalam pcmakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu
mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu
mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan
berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat
mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, member! tahu dan bentuk-
bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
Penelitian Mar’at (1982) di kota bandung terhadap 30 anak balita
mengenai perkembangan bahasa menunujukkan bahwa anak-anak juga
mengikuti tingkatan perkembangan bahasa sebagaimana yang disebutkan
oleh Schaerlaenkens tersebut, yakni pada periode pra lingual anak-anak
ini sudah dapat membuat kalimat satu kata, dan pada periode lingual awal
menjadi 2 kata. Pada periode differensi terbentuk kalimat 3 kata.
Penelitian lain oleh Reni Akbar Hawadi(2001), ternyata bahwa 46,67 %
anak mampu membaca pada usia 5 tahun, 34,44 % pada usia 6 tahun,
dan hanya 4,49 % pada usia 7 tahun.
Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak-anak pra sekolah
ini, dapat digunakan indeks perkembangan bahasa yang dikembangkan
oleh Roger Brown(1973), yang dikenal dengan Mean Length of Utterance
(MLU), yaitu sebuah indeks perkembangan bahasa yang didasarkan atas
jumlah kata dalam kalimat. Dengan menggunakan MLU ini, Brown
mengidentifikasi 5 tahap perkembangan bahasa anak.

34
Tahap-tahap Perkembangan Bahasa

Kalimat
Tahap Usia/bulan MLU Karakteristik
khas
“Dada
Perbendaharaan kata terdiri mama”
atas kata benda dan kata “Dada papa”
1 12-26 1-2
kerja, dengan sedikit kata “Anjing
sifat dan kata bantu besar”

Kalimat-kalimat anak lebih


“boneka
kompleks, kata majemuk
tidur”
terbentuk, mereka
11 27-30 2-2,5 “mereka
menggunakan preposisi
cantik” “susu
kata kerja tak beraturan,
habis”
tensisi, bentuk jamak
Muncul pertanyaan-
pertanyaan “ya- tidak”,
“ayah
“siapa, apa, dimana”, kata-
pulang”
111 31-34 2,5-3 kata negative(tidak) dan
“susi nggak
kata-kata
mau susu”
imperative(perintah
permohonan) digunakan.
Perbendaharaan kata “itu mobil
meningkat, penggunakan yang ibu beli
1v 35-40 3-3,75 tata bahasa lebih konsisten, untukku”
mengkaitkan kalimat 1 “kukira itu
dalam yang lain merah”
Kalimat lebih kompleks “Aku ke
3,75-
v 41-46 dengan menggabungkan 2 rumah Bob
50
atau lebih kalimat, kalimat- dan makan

35
kalimat sederhana dan es krim”
hubungan-hubungan “Aku mau
proposisi terkoordinasi kelinci
karena lucu”

Pada mulanya bahasa anak-anak bersifat egosentris ( bentuk


bahasa yang lebih menonjolkan diri sendiri, berkisar pada minat, keluarga,
dan miliknya sendiri). Menjelang akhir masa anak-anak awal, percakapan
anak-anak berangsur –angsur berkembang manjadi bahasa social.
Bahasa social dipergunakan untuk berhubungan, bertukar pikiran dan
mempengaruhi orang lain. Ketika bahasa anak berubah dari bahasa yang
bersifat egosentris ke bahasa social, maka terjadi penyatuan antara
bahasa dan pikiran. Penyatuan antara bahasa dan pikiran ini sangat
penting bagi pembentukan struktur mental atau kognitif anak.

Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan


mempergunakan bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat,
ekspresi wajah. sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya
disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari.
Sebagaimana fungsi bahasa Iain, bahasa tubuh juga merupakan
ungkapan komunikasi anak yang paling nyata, karena merupakan
ekspresi perasaan serta keinginan mereka terhadap orang lain, misalnya
terhadap orang tua (ayah dan ibu) saudara dan orang lain yang dapat
memenuhi atau mengerti akan pikiran anak. Melalui bahasa tubuh anak,
orang tua dapat mempelajari apakah anaknya menangis karena lapar,
sakit, kesepian atau bosan pada waktu tertentu.

36
Bicara

Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif.


Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan
mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal
tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu
baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti
maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan
membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling
efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk komunikasi yang lain yang
dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena bagi anak bicara
tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk
mencapai tujuannya, misalnya:
 Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan (Dengan berbicara anak
mudah untuk mcnjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa
harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau
ekspresi wajahnya)
 Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain (melalui
keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian orang
lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan
yang diajukan kepada orang tua misalnya apabila anak dilarang
mengucapkan kata-kata yang tidak pantas.)
 Sebagai alat untuk membina hubungan social (Dengan
keterampilan berkomunikasi anak-anak Iebih mudah diterima oleh
kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kescmpatan Icbih
banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin dari suatu
kelompok)
 Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri (Dari pernyataan
orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan
pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah
dikatakannya.)

37
 Untuk dapat mcmpengaruhi pikiran dan perasaan orang lain(Anak
yang suka,berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu
yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan
anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya dan
sebaliknya)
 Untuk mempengaruhi perilaku orang lain(Dengan kemampuan
berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat
mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku
kurang baik menjadi teman yang bersopan santun)

Potensi Anak Berbicara Didukung oleh


Beberapa Hal

1. Kematangan alat berbicara


Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat
berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan
Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara
2. Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat bergantung pada pertumbuhan dan
kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimulai sejak anak
berusia antara 12-18 bulan, yang disebut teachable moment dari
perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap
untuk belajar dan bicara yang sesungguhnya.
3. Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu -agar dapat
melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan
kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model tersebut
dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau saudara, dari
radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang
bicaranya jelas dan berarti.

38
4. Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara
akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak
dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya: Pada
gilirannya anak kurang memperoleh motivasi untuk belajar berbicara
yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
5. Motivasi untuk belajar dan berlatih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat
penting bagi anak karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk
memanfaatkan potensi anak.
6. Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan
potensinya.

Gangguan dalam Perkembangan


Bahasa

Anak cengeng
Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan
gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut
dapai berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan
kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan
ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota keluarga lain.
Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh
karena itu peranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut,
salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak.
Perkembangan emosi anak sangat dipengarugi oleh pola asuh orang tua,
sebagai orang tua dapat memberikan perhatian, menjalin kedekatan dengan
anak. Hasil penelitian Goldberg (1995) mengungkapkan bahwa kelekatan
orang tua dengan anak, juga sangat mempengaruhi kondisi emosional
anak saat dewasa. ketika anak merasakan kenyamanan, ketenangan,
merasakan orang tua dapat memahami anak, maka anak akan tumbuh

39
menjadi individu yang memiliki emosi matang, relatif stabil dan kontrol diri
baik (Goldberg, Muir, & Kerr, 1995)

Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain


Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang tua
atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabkan kurangnya
perbendaharaan kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang
tua sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata
yang belum dikenal oleh .anak. Bagi keluarga yang mcnggunakan dua
bahasa (bilingual) anak akan. lebih banyak mengalami kesulitan untuk
memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal
dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari
penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar
dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan
bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.

e. Perkembangan Sosial

Perilaku sosial bayi mengikuti pola yang cukup bisa diramalkan


meskipun dapat terjadi perbedaan – perbedaan karena keadaan
kesehatan atau keadaan emosianal atau kondisi lingkungan. Pada usia 6
bulan, saat itu timbul senyuman yang sungguh – sungguh atau senyuman
terhadap seseorang dan ini dianggap sebagai permulaan dari sosialisasi.
Reaksi sosial pertama ditunjukan kepada orang dewasa sedangkan reaksi
sosial kepada bayi lain timbul kemudian.
Selama tahun pertama masa bayi, bayi berada dalam keadaan
seimbang yang membuat ia ramah, mudah dirawat dan menyenamgkan.
Sekitar pertengahan tahun ke dua, keseimbangan berubah menjadi
ketidakseimbangan sehingga bayi menjadi rewel, tidak kooperatif dan sulit
dihadapi. Sebelum masa bayi berakhir keseimbangan kembali lagi dan
bayi kembali memperlihatkan perilaku yang menyenangkan.

40
Perkembangan sosial disertai dengan timbulnya minat bermain
sang bayi. Dalam bermain bayi tidak dapt diatur – atur, ia bermmain kapan
saja dan dengan cara apa pun, tanpa persiapan atau pembatasan –
pembatasan dalam cara bermain. Sepanjang masa bayi permainan lebih
merupakan bentuk permainan sendiri dan tidak bersifat sosial.
Pada usia 6 bulan sampai 1 tahun, bayi bermain dengan dirinya
antara lain tangan, kaki, lidah dan suaranya sendiri. Pada usia 1 sampai 2
tahun bayi, bayi mencoba meniru kelakuan orang lain disekitar mereka,
seperti membaca majalah, menyapu lantai, dan menulis dengan pencil
atau krayon.

f. Perkembangan Moral

Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral untuk berperilaku


sesuai nilai-nilai luhur dalam masyarakat belum dikenalnya. Intervensi
terprogram melalui pendidikan, serta lingkungan sosial budaya,
mempengaruhi perkembangan struktur kepribadian bermuatan moral.
Perbedaan perilaku moral individu sebagian adalah dampak
pengalaman dan pelajaran dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan
memberi ganjaran dan hukuman. Ini memacu proses belajar dan
perkembangan moral secara berkondisi. Struktur kepribadian
Psiko analisa
(freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral. Dimulai
dengan sistem ID, selaku aspek biologis yang irrasional dan tak disadari.
Diikuti aspek psikologis yaitu sub sistem ego yang rasional dan sadar.
Kemudian pembentukan superego sebagai aspek sosial yang berisi sistem
nilai dan moral masyarakat.
Ketiga subsistem kepribadian tersebut
mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku individu. Ketidakserasian
antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri,
merasa tak puas dan cemas serta bersikap atau berperilaku menyimpang.

41
Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan moral
akan berpuncak pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan
watak/perilaku bermoral seseorang. Moral pada anak dapat dilatih dan di
bangun oleh orang tua, yang dapat melalui pembiasaan, maupun pola asuh.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Eisenberg (2001) bahwa orang tua
yang dengan pola asuh yang kasar dan menbuat anak tidak nyaman akan
mengakibatkan anak tumbuh dengan emosi sulit di kendalikan, selain itu
memunculkan kontrol perilaku yang kurang.

Ada sejumlah faktor penting yang


mempengaruhi perkembangan moral anak
(Hurlock, 1990)


1. Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan
salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan
pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.

2. Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak
seperti yang diharapkan dan melanggar aturan.

3. Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk
mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat,
keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
Menurut Piaget bayi berada dalam tahapan perkembangan moral yang
disebut moralitas dengan paksaan yang merupakan tahap pertama dari tiga
tahapan perkembangan moral. Tahapan ini berakhir sampai usia tujuh tahun
dan ditandai oleh kepatuhan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran
atau penilaian.
Pada tahap ini bayi harus melakukan reaksi – reaksi khusus yang
benar terhadap berbagai situasi tertentu dirumah dan di sekelilingnya. Bayi
harus belajar apa yang benar dan apa yang salah. Hadiah berupa pujian dan
perhatian diberikan kalau apa yang dilakukan benar daripada menghukum

42
kalau perilaku salah. Ini tidak berarti bahwa hukuman tidak boleh digunakan.
Hukuman harus digunakan karena mempunyai nilai mendidik. Kalau tangan
dipukul karena melakukan sesuatu yang dilarang, maka pukulan menandakan
bahwa tindakan salah dan tidak boleh diulangi.

Menurut J. Bull perkembangan moral


dibagi menjadi 4 yaitu

a. Tahap anomi : ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah


suatu potensi yang siap dikembangkan dalam lingkungan.

b. Tahap heteronomy : dimana morral yang berpotensial dipacu
berkembang orang lain atau otoritas melalui aturan dan
kedisiplinan.

c. Tahap sosionomi : dimana moral berkembang ditengah sebaya
atau dalam masyarakat, mereka lebih menaati aturan kelompok
dari pada aturan otoritas.

d. Tahap otonomi
 : moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati
serta kemampuan bebasnya untuk berperilaku tanpa tekanan
lingkungan.


43
Latihan / Tugas
1. Lakukan observasi perkembangan masa bayi
2. Identifikasi perkembangan pada masa bayi
3. Analisa keterlambatan perkembangan pada masa bayi
4. Analisa faktor yang mempengaruhi perkembangan pada masa bayi

Semua hasil review (1-3) diketik dengan font Calibri 12/Times New
Roman 12/Arial 14 dengan spasi 1.5 pada kertas ukuran kuarto
Siapkan Slide PPT tayangan dari makalah review yang anda buat
maksimal 20 slide. Slide dibuat semenarik mungkin sehingga dapat
menggambarkan keseluruhan hasil identifikasi dan analisa.

44
Rangkuman

Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena


merupakan dasar periode kehidupan yang sesungguhnya
karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola
ekspresi emosi terbentuk. Aspek-aspek yang
berkembang pada masa bayi. yaitu : fisik,motorik, kognitif,
afeksi, bahasa, sosial, moral. Lingkungan sangat berperan
sekali dalam perkembangan bayi. Oleh karena itu orang
tua sebagai lingkungan pertama harus bisa memberikan
kasih sayang yang tulus dan mengurus bayi dengan
sebaik mungkin supaya perkembangan bayi tidak
terganggu dan bisa sempuran karena bayi sangat tidak
berdaya dan lemah.

1. Sebut dan jelaskan perkembangan bahasa pada bayi!


2. Sebut dan jelaskan perkembangan kognitif pada masa bayi
menurut Piaget!

45
Kunci Jawaban

1. Menurut William Stern & Clara Stern bayi usia 0 – 2 tahun tiga masa
perkembangan bahasa yaitu masa pendahuluan, masa pertama dan
masa kedua:
Masa pendahuluan (6 bulan – 1 tahun), anak mengeluarkan bunyi tak
sengaja, tak berarti. Akhirnya mengeluarkan bunyi tertentu. Mula –
mula bunyi tunggal, tersusun huruf hidup, mati bibir sehingga
terbentuk kata mama papa. Kata tersebut diulanga lalu diberi arti oleh
orang dewasa melalui bimbingan perbaikan sehingga bahasa.
Seandainya tidak dibimbing maka anak tak bisa bercakap. Oleh
karena itu tak baik kalau kita bersikap gagu dalam membimbing sebab
akibatnya bisa fatal.
Masa pertama (1 tahun – 1 tahun 6 bulan), anak sudah mengucapkan
sepatah kata yang merupakan kalimat lengkap (single word sentence).
Contoh Mim (Ibu saya minum), Makan (Ibu saya makan).
Masa kedua (1 tahun 6 bulan – 2 tahun), anak sudah timbul
kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama. Anak haus
kekayaan bahasa, anak mulai bertanya Apa Itu? Mula – mula nama
benda, nama pekerjaan, nama sifat.

2. Menurut Piaget bayi usia 0 – 2 tahun mengalami perkembangan


kognitif tahap sensorimotor. Pada tahap ini anak dapat membedakan
diri sendiri dengan setiap objek. Mengenal diri sebagai pelaku
kegiatan dan mulai menarik seutas tali untuk menggerakkan sebuah
mobil atau menggoncangkan mainan supaya bersuara.
Tahap sesorimotor ini terbagi atas beberapa sub-tahapan yaitu :
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam
minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.

46
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu
sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia
empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan
koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya
kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua
belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama
dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama
dengan tahapan awal kreativitas.

Tindak Lanjut

Setelah mengikuti pokok bahasan ini, mahasiswa dapat


lebih mempelajari perkembangan masa bayi dengan mencari
jurnal-jurnal penelitian terkait agar dapat mengetahui lebih
lanjut hubungan perkembangan masa bayi dengan aspek-
aspek lain yang lebih luas.

47
DAFTAR PUSTAKA

Eisenberg,N., Gershoff,E. T, Fabes, R. A. Shepard, S. A., Cumberland, A.


J., Losoya, S. H., Guthrie, I. K., & Murphy, B. C. (2001). Mothers’
Emotional Expressivity And Children’s Behavior Problems And
Competance: Mediation Through Children’s Regulation.
Developmental Psychology, 37, 475-490.
Goldberg, Muir, & Kerr, 1995., Attacment Theory: Social, developental,
and chinical perspectives. Hillsdale, NJ: Analitic Press.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Irwanto, dkk. 1989. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia
Mar’at, S. 1982. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya :
Bandung
Monks,F.J.dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Rochmah, Elfi Y. 2005. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: STAIN
Ponorogo Press
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Anak. Jakarta.: Erlangga
Soeparwoto, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang : Universitas
Negeri Semarang
Simandjuntak, B & Pasaribu I.L. 1984. Pengantar Psikologi
Perkembangan. Bandung: Tarsito.
Valett, Robert E., 1974. The Remediation of Lesrning Disabilities. A
Handbook of Psychoeducational Resource Progame. 2and
Edition. Frearon Publisher

48
BAB II
PERKEMBANGAN
MASA KANAK-KANAK

A. PENDAHULUAN

DESKRIPSI : (URAIAN TENTANG PERKEMBANGAN MASA KANAK


KANAK)

Pokok bahasan perkembangan masa kanak kanak akan


membahas tentang pengertian perkembangan, tugas perkembangan pada
masa kanak kanak, dukungan dan hambatan perkembangan masa kanak
kanak, keterlambatan perkembangan yang terjadi pada masa kanak
kanak. Selain itu juga membahas bagaimana cara mengidentifikasi dan
menganalisa keterlambatan perkembangan dan faktor yang
mempengaruhi pada masa kanak kanak (2 th – sebelum pubertas).
Pembahasan terakhir lebih ditekankan pada tahap perkembangan individu
akan selalu sama namun waktu, situasi dan kondisi berbeda pada setiap
individu.
MANFAAT

Mahasiswa memahami perkembangan masa kanak kanak secara


optimal.

49
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat menjelaskan konsep


Psikologi Perkembangan pada masa kanak kanak, serta mampu
mengidentifikasi dan menganalisa keterlambatan perkembangan dan
faktor yang mempengaruhi pada masa kanak kanak (2th – sebelum
pubertas) dan mahasiswa mampu menjawab pertanyaan dan
menyelesaikan kasus yang diberikan oleh dosen.

50
A. PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK

1. Masa Kanak-Kanak Awal


Periode awal kanak-kanak berlangsung dari umur 2 sampai 6 tahun
dan periode akhir dari 6 sampai tiba saatnya anak matang secara seksual.
Dengan demikian, awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa
bayi, usia dimana ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti
dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar usia masuk
sekolah dasar.

Ciri-Ciri Masa Kanak-kanak


Awal

a. Usia yang mengandung masalah atau usia sulit.


Alasan mengapa masalah perilaku lebih sering terjadi di awal masa ini
ialah karena mereka sedang dalam proses pengembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umunya
kurang berhasil. Masa ini seringkali bandel, keras kepala, tidak
menurut dan melawan.
b. Usia bermain
Penyelidikan tentang permainan anak menunjukkan bahwa bermain
dengan mainan mencapai puncaknya pada masa ini, kemudian mulai
menurun pada saat anak mencapai usia sekolah. Hal ini tentu saja
tidak berarti bahwa minat untuk bermain dengan mainan segera
berhenti, karena di saat ia sendiri maka ia tetap membutuhkan mainan
itu.
c. Usia prasekolah dan belajar kelompok
Awal masa kanak-kanak, baik di rumah maupun lingkungan
prasekolah, merupakan masa persiapan. Pada masa ini anak-anak
mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi
kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian
diri pada waktu mereka masuk kelas satu.

51
d. Usia menjelajah dan bertanya
Salah satu cara yang umum dalam menjelajah lingkungan adalah
dengan bertanya.
e. Usia meniru dan usia kreatif
Yang paling menonjol adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang
lain. Meskipun demikian, anak lebih menunjukkan kreativitas dalam
bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan dengan masa-masa
lain dalam kehidupannya.

Perkembangan Yang Terjadi Pada Periode Ini

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan


perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh,
baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, memungkinkan anak dapat lebih
mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap
lingkungannya dengan tanpa bantuan orang tuanya.
Anak anak bertambah tinggi rata rata 2,5 inci dan bertambah berat
antara 5-7 pon pertahun selama masa awal anak anak. Meskipun
demikian, pola pertumbuhan bervariasi secara individual.
Perbandingan tubuh. Perbandingan tubuh sangat berubah dan
penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil tetapi dagu tampak
lebih jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan pada bagian-bagian
tubuh berangsur berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut,
dengan perut yang rata (tidak buncit), dada yang lebih bidang dan bahu
lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih
lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
Postur tubuh. Ada yang posturnya gemuk lembek (endomorfik), ada
yang kuat berotot (mesomorfik) dan ada lagi yang relatif kurus
(ektomorfik).

52
Kebiasaan fisiologis. Nafsu makan anak sering diwarnai dengan
perkembangan minat terhadap makanan yang disukai dan yang tidak
disukai. Jumlah tidur yang dibutuhkan sehari-hari berbeda, tergantung
pada berbagai faktor tertentu, misal banyaknya latihan di siang hari dan
macam kegiatan yang dilakukan. Pada usia 3 atau 4 tahun anak sudah
harus dapat mengendalikan kantung kemih meski belum sempurna,
sehingga sekalipun merasa lelah dan mengalami ketegangan emosi,
anak-anak akan tetap tidak mengompol.

Sumber: www.Khumairoh.com

2. Perkembangan Motorik

Ketrampilan motorik kasar meningkat secara dramatis selama


masa awal anak anak. Anak anak menjadi lebih berani ketika keterampilan
motorik kasar mereka meningkat. Kehidupan anak anak sangat aktif, lebih
aktif daripada titik lain mana pun pada siklus kehidupan. Ketrampilan

53
motorik halus juga meningkat secara substansial selama masa awal anak
anak.
Adapun Penguasaan Keterampilan yang Umum pada
Masa Ini Adalah:

Keterampilan Tangan

Keterampilan berpakaian dan makan sendiri yang dimulai pada


masa bayi, disempurnakan pada awal masa ini. Kemajuan terbesar dalam
keterampilan berpakaian, menyisir rambut dan mandi pada umumnya
antara usia 1,5 dan 3,5 tahun. Antara usia 5 dan 6 tahun, sebagian besar
anak-anak sudah pandai melempar dan menangkap bola. Mereka dapat
menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, membuat kue-kue
dan menjahit. Dengan krayon, pensil dan cat anak-anak dapat mewarnai
gambar, menggambar atau mengecat gambarnya sendiri dan dapat
menggambar orang.

Keterampilan Kaki

Sekali anak dapat belajar berjalan, ia mengalihkan perhatian untuk


mempelajari gerkan-gerakan yang menggunakan kaki. Pada usia antara 3
dan 4 tahun ia mulai naik sepeda roda tiga. Pada usia 5 atau 6 tahun ia
belajar melompat dan berlari cepat. Mereka juga sudah dapat memanjat,
lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau
pagar, sepatu roda, menari dan sebagainya.

54
Sumber: www.Sayangianak.com

3. Perkembangan Kognitif

P ada masa ini, anak mulai memperhatikan hal-hal kecil yang


tadinya tidak diperhatikan. Dengan demikian, anak-anak tidak
lagi bingung kalau menghadapi benda-benda, situasi atau orang-orang
yang memilki unsur-unsur yang sama. Piaget menamakan tahap berpikir
praoperasional, suatu tahap yang berlangsung dari usia 2 atau 3 tahun
sampai 7 atau 8 tahun.

Piaget membagi perkembangan kognitif tahap praoperasi dalam dua


bagian:
a. Umur 2-4 tahun dicirikan oleh perkembangan pemikiran simbolis.
b. Umur 4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan intuitif.

55
Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau
symbolic function, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk
mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol (bahasa,
gambar, tanda/isyarat, benda, gesture atau peristiwa) untuk
melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata atau peristiwa.
Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi atau
berfantasi tentang berbagai hal. Adapun kemampuan anak berimajinasi
dengan menggunakan peristiwa adalah tampak dalam permainannya
bermain peran seperti sekolah-sekolahan, perang-perangan, dan lain
sebagainya.
Pada akhir periode ini ditandai dengan pemikiran intuitif, yaitu
persepsi langsung akan dunia luar tanpa dinalar terlebih dahulu. Begitu
seorang anak berhadapan dengan suatu hal, ia mendapatkan
gagasan/gambaran dan langsung digunakan. Maka, intuisi merupakan
pemikiran imajinasi atau sensasi langsung tanpa dipikir terlebih dahulu.
Karakteristik anak anak pada tahap praoperasional adalah mereka
menanyakan serentetan pertanyaan. Pertanyaan mereka memberi
petunjuk akan perkembangan mental mereka dan mencerminkan rasa
ingin tahu intelektual. Pertanyaan ini menandai munculnya minat anak
anak akan penalaran dan penggambaran mengapa sesuatu seperti itu.
Perkembangan kognitif dan Bahasa anak anak tidak berkembang
dalam suatu situasi social yang hampa. Lev Vygotsky (1896 – 1934)
menyampaikan konsep penting tentang Zona Perkembangan Proximal
(Zone of Proximal Development) dimana tugas tugas yang terlalu sulit
untuk dikuasai sendiri oleh anak anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan
bimbingan dan bantuan dari orang orang dewasa atau anak anak yang
lebih terampil. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan
masalah yang dicapai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri.
Batas yang lebih tinggi ialah level tanggungjawab tambahan yang dapat
diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu.
Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya tentang

56
pentingnya pengaruh social terhadap perkembangan kognitif dan peran
pengejaran terhadap perkembangan anak. (Steward, 1994)

4. Perkembangan Bahasa

Peningkatan dalam Keterampilan Berbicara

Awal masa kanak-kanak umunya merupakan saat berkembang


pesatnya penguasaan tugas pokok dalam belajar berbicara, yaitu
menambah kosa kata, menguasai pengucapan kata-kata dan
menggabungkan kata-kata menjadi kalimat.

Isi Pembicaraan

Pada mulanya, pembicaraan anak-anak bersifat egosentris dalam


arti ia terutama bicara tentang dirinya sendiri, berkisar pada minat,
keluarga dan miliknya. Menjelang akhir awal masa kanak-kanak
mulailah pembicaraan yang bersifat sosial dan anak berbicara tentang
orang lain di samping dirinya sendiri.

Jumlah Bicara

Awal masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol,


karena sekali anak dapat berbicara dengan mudah, ia tak putus-
putusnya bicara. Sebaliknya, ada anak-anak lain yang relatif diam, yang
tergolong pendiam.

57
5. Perkembangan Emosi

Emosi yang umum pada pada awal masa kanak-kanak


adalah:

Amarah

Penyebabnya adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak


tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Ia
mengungkapkan rasa marah dengan ledakan marah yang ditandai
menangis, berteriak, menggertak, menendang, atau memukul.

Takut

Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik,


kemudian berlari, menghindar dan bersembunyi, menangis dan
menghindari situasi yang menakutkan. Hal-hal yang menimbulkan rasa
takut yang umum adalah pengalaman yang kurang menyenangkan,
seperti cerita-cerita, gambar, acara radio,televisi dan sebagainya.

Cemburu

Anak menjadi cemburu jika ia mengira bahwa minat dan perhatian


orang tua beralih kepada orang lain, misalnya adiknya yang baru lahir.
Anak mengungkapkan kecemburuannya dengan mengompol, pura-pura
sakit, nakal dan sebagainya yang semuanya itu bertujuan untuk menarik
perhatian.

58
Ingin Tahu

Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensorimotorik,


kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukuman ia bereaksi
dengan bertanya.

Iri Hati

Hal ini diungkapkan dengan berbagai cara, dan yang paling umum
adalah mengeluh tentang benda miliknya, dengan mengungkapkan
keinginan untuk memiliki barang seperti dimiliki orang lain. Atau dengan
mengambil benda orang lain yang menimbulkan iri hatinya tersebut.

Gembira

Ia mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan


tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau
orang yang membuatnya bahagia.

Sedih

Anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis atau


kehilangan selera makan, maupun kegiatan lain yang biasa ia lakukan.
Anak biasanya merasa sedih jika ia kehilangan seseorang atau sesuatu
yang dianggap berarti bagi dirinya.

Kasih Sayang

Ia mengungkapkan kasih sayang dengan fisik, misalnya memeluk,


menepuk dan mencium objek kasih sayangnya.

59
6. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-


psikologis keluarganya. Jika di lingkungan keluarga tercipta suasana yang
harmonis, saling memperhatikan, saling membantu dalam menyelesaikan
tugas keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga dan konsisten
dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memilki kemampuan atau
penyelesaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.
Pola perilaku sosial pada anak antara lain: meniru, persaingan,
kerja sama, simpati (kadang-kadang timbul sebelum usia 3 tahun), empati
(mengerti perasaan dan emosi orang lain dan membayangkan dirinya
pada kondisi orang lain).
Sedangkan perilaku tidak sosial antara lain: negativisme (melawan
otoritas orang dewasa, perlawanan fisik berubah menjadi perlawaanan
verbal dan pura-pura tidak mendengar atau tidak mengerti), agresif (dari
bentuk serangan fisik berubah menjadi serangan verbal atau
memaki/menyalahkan orang lain), perilaku berkuasa, mementingkan diri
sendiri, merusak, pertentangan seks (sering kali laki-laki berperilaku
agresif yang melawan anak perempuan), prasangka (prasangka sosial
timbul pertama-tama dari prasangka agama atau sosial ekonomi, tetapi
lebih lambat dari prasangka seks).

7. Perkembangan Moral

Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam


tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual
anak yang belum dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip
abstrak tentang benar dan salah. Ia hanya belajar tentang bagaimana
bertindak tanpa mengetahui alasannya (mengapa).

60
Awal masa kanak-kanak ditandai dengan apa yang oleh Piaget
disebut “moralitas dengan paksaan”. Dalam tahap ini, anak secara
otomatis mengikuti peraturan tanpa berpikir ataupun menilai, ia
menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai mahakuasa. Anak
sebaiknya cenderung dilatih untuk berdisiplin. Disiplin merupakan cara
masyarakat mengajarkan kepada anak-anak berperilaku moral sesuai
yang diterima kelompoknya. Tujuannya adalah memberitahukan kepada
anak tentang perilaku mana yang baik dan mana yang buruk dan
mendorongnya untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ada.
Selama awal masa kanak-kanak yang harus ditekankan adalah
aspek pendidikan dari disiplin sedangkan hukuman hanya diberikan jika
terbukti dia mengerti apa yang diharapkan dan terlebih lagi kalau ia
sengaja melanggar harapan tersebut. Dan jika sudah berperilaku baik,
maka untuk lebih meningkatkan keinginan untuk berperilaku baik maka
anak diberi hadiah (reward).

2. Masa Kanak-Kanak Akhir


Perkembangan yang terjadi pada periode ini:

1. Perkembangan Fisik

Perbandingan Tubuh

Mekipun kepala masih besar dibandingkan dengan bagian tubuh


lainnya, beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang
dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata,
bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk.
Badan memanjang dan menjadi lebih langsing, leher lebih panjang, dada
melebar, lengan dan tungkai memanjang, tangan dan kaki dengan lambat
tumbuh membesar.

61
Gigi

Pada permulaan pubertas, umunya seorang anak sudah


mempunyai 22 gigi tetap. Keempat gigi terakhir yang disebut gigi
kebijaksanaan muncul selama masa remaja.

2. Perkembangan Motorik

Selama masa pertengahan dan akhir anak anak, perkembangan


motorik anak anak menjadi lebih halus dan terkoordinasi. Anak anak
memperoleh kendali lebih besar atas tubuhnya.
Meningkatnya myelin sistem syaraf pusat tercermin dalam
membaiknya ketrampilan-ketrampilan motorik halus. Meningkatnya
perkembangan motorik halus tercermin dalam ketrampilan ketrampilan
menulis tangan.
Anak laki laki biasanya lebih baik pada ketrampilan motorik kasar, anak
perempuan lebih baik pada ketrampilan motorik halus.
Beberapa ketrampilan mulai dipelajari dan dikuasi
pada masa anak anak, diantaranya adalah :

 Keterampilan menolong diri sendiri

Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari


ketrampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu melakukan
segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Pada masa ini anak harus sudah
bisa makan, berpakaian, mandi dan merawat diri. Ketika anak mencapai
usia sekolah, penguasaan ketrampilan tersebut harus dapat membuat
anak mampu merawat diri sendiri dengan tingkat ketrampilan dan
kecepatan seperti orang dewasa.

62
 Keterampilan menolong orang lain

Untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di dalam


keluarga, sekolah, dan masyarakat, anak harus menjadi anggota yang
kooperatif. Untuk mendapatkan penerimaan kelompok tersebut,
diperlukan ketrampilan tertentu. Keterampilan menurut kategori ini
berkaitan dengan menolong orang lain. Di rumah mencakup
membersihkan tempat tidur, membersihkan debu dan menyapu .
Di sekolah mencakup mengosongkan tempat sampah dan
membersihkan papan tulis, dan di dalam kelompok bermain mencakup
menolong membuat rumah-rumahan dan lain sebagainya.

 Keterampilan sekolah

Pada tahun permulaan di sekolah, sebagian besar kegiatan anak


melibatkan ketrampilan motorik. Anak mengembangkan berbagai
keterampilan yang diperlukan untuk menulis, menggambar, melukis,
menari, mewarnai dengan krayon, dan pekerjaan tangan dengan
menggunakan kayu. Semakin banyak dan semakin baik ketrampilan yang
dimiliki, semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan dan
semakin baik prestasi sekolahnya, baik dalam prestasi akademis maupun
dalam prestasi yang bukan akademis.

 Keterampilan bermain

Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk dapat


menghibur diri di luar kelompok sebaya, anak harus mempelajari berbagai
ketrampilan. Anak lebih belajar berbagai keterampilan seperti melempar
dan menangkap bola, naik sepeda,dan lain sebagainya.

63
3. Perkembangan Kognitif

Pada usia ini anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual


atau melaksanakn tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
(membaca, menulis dan menghitung). Periode ini ditandai dengan tiga
kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengelompokkan, menyusun
atau menghubungkan /menghitung angka atau bilangan. Disamping itu,
pada akhir masa ini, anak sudah memiliki kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) yang sederhana.

Piaget mengatakan bahwa pada masa kanak kanak akhir berada


pada Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang
berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini anak dapat
melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh
pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau
konkrit. Pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas
mengkonservasi angka melalui tiga macam proses operasi, yaitu
Sumber : www.sayangianak.com

a). negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang


terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara
keduanya;
b). resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal
balik; serta
c). identitas dalam mengenali benda-benda yang ada. Dengan
demikian, pada tahap ini anak sudah mampu berpikir konkret dalam
memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu
mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui
pengalaman sendiri dan lebih objektif.

64
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul
antara usia tujuh sampai sebelas tahun dan mempunyai ciri berupa
penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

 Pengurutan

Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau


ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

 Klasifikasi

Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi


serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik
lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan).

 Decentering

Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu


permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak
akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.

 Reversibility

Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat


diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan

65
cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.

 Konservasi

Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda


adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek
atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan
ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi cangkir lain.

 Penghilangan Sifat Egosentrisme

Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain


(bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai
contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan
boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak
dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

4. Perkembangan Bahasa

Usia SD merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan


mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Dengan dikuasainya
keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak
sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis.

66
 Kata-kata populer dan kata-kata makian

Anak belajar kata-kata popular dan kata-kata makian dari anak-


anak yang lebih besar di lingkungan tetangga. Dengan menggunakan
kata-kata tersebut anak merasa dewasa dan mereka segera mengetahui
bahwa penggunanan kata tersebut mempunyai nilai perhatian yang lebih
besar.

5. Perkembangan Emosi

Pada umumnya, masa kanak-kanak akhir merupakan periode yang


relatif tenang yang berlangsung sampai mulanya masa puber ini
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, peranan yang harus dilakukan
anak yang lebih besar sudah terumus dengan jelas. Kedua, permainan
dan olah raga merupakan bentuk pelampiasan emosi yang tertahan,
terakhir dengan meningkatnya keterampilan yang dikuasai dan dilakukan
oleh anak, mereka tidak banyak mengalami kekecewaan dalam usahanya
untuk menyelesaiakn berbagai macam tugas dibandingkan usia
sebelumnya.

6. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada periode ini ditandai dengan adanya


perluasan hubungan, disamping dengan keluarga, anak anak mulai
membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group), sehingga
ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Menurut suatu
investigasi, waktu yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh,
mengajar, berbicara dan bermain dengan anak anak mereka yang berusia

67
5 hingga 12 tahun kurang dari setengah waktu yang dihabiskan ketika ana
kanak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980).
Perkembangan sosial pada masa ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial dan dapat juga dikatakan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan dengan norma kelompok, tradisi dan moral. Selama
masa pertengahan dan akhir anak kanak, beberapa kendali dialihkan dari
orang tua kepada anak, walaupun prosesnya bertahap dan merupakan
coregulation (koregulasi, aturan yang dibuat secara bersama sama)
daripada dikendalikan oleh anak saja atau oleh orang tua saja (Maccoby,
1984). Selain itu kelekatan orang tua dengan anak yang baik akan
memunculkan dampak positif untuk fase perkembangan sosial anak di
masa selanjutnya. Saat orang tua mampu mencurahkan perhatian, kasih
sayang, pada anak, maka anak akan merasa nyaman, tenang dan
terpenuhinya fase trust, maka anak akan percaya pada orang di
sekitarnya, mempercayai jika didinya diterima oleh lingkungannya
sehingga hal tersebut menjadi dasar awal kemampuan anak untuk dapat
menjalin hubungan sosial dengan orang lain (Bowlby, 1988., Perry, 1995.,
Karl Morse&wiley, 1997)

Aspek-aspek penting yang dipelajari anak dari


proses sosialisasi adalah:
a. Belajar mematuhi peraturan kelompok.
b. Belajar setia kawan.
c. Belajar tidak bergantung pada orang dewasa.
d. Belajar bekerjasama.
e. Mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungan.
f. Belajar menerima tanggung jawab.
g. Belajar bersaing dengan orang lain secara sehat.
h. Mempelajari olah raga dan permainan kelompok.

68
Selama masa pertengahan dan akhir anak anak, anak anak
meluangkan banyak waktunya dalam berinteraksi dengan teman sebaya.
Dalam suatu investigasi, diketahui anak anak berinteraksi dengan teman
teman sebaya 10 persen dari waktu siang mereka pada usia 2 tahun, 20
persen pada usia 4 tahun, dan lebih dari 40 persen antara usia 7 dan 11
tahun (Barker & Wright, 1951).
Anak anak sering berpikir apa yang menyebabkan seorang anak
lebih populer. Anak anak yang memberi paling banyak bantuan
(reinforcements) seringkali populer. Menjadi diri sendiri, gembira,
memperlihatkan antusiasme (semangat) dan perhatian kepada orang lain,
serta percaya diri, tetapi tidak sombong, adalah ciri ciri yang membantu
anak dalam pencarian popularitas diantara teman sebaya (Hartup, 1983).
Ada dua tipe anak yang tidak populer di mata teman teman sebaya
mereka, anak yang diabaikan dan anak yang ditolak (Albrecht &
Silbereisen, 1992; Coie, 1993; Coie & Koeppl, 1990; Roedel & Bendixen,
1992). Anak anak yang diabaikan (neglected children) menerima sedikit
perhatian dari teman-teman sebaya mereka, tetapi tidak berarti mereka
tidak disukai oleh teman teman sebaya mereka. Anak anak yang ditolak
(rejected children) adalah anak anak yang tidak disukai oleh teman teman
sebaya mereka. Mereka cenderung lebih bersifat mengganggu dan agresif
dibandingkan anak anak yang diabaikan.

Kasus sosial yang saat ini merupakan faktor risiko bagi anak anak
hingga kemudian dimasa remaja adalah bullying (Bender & Losel, 2011;
Brunstein-Klomek, Marrocco, Kleinman, Schonfeld, & Gould, 2007;
Ivarsson, Broberg, Arvidsson, & Gillberg, 2005;. Nansel et al, 2001).
Masalah bullying telah dibingkai dalam perspektif ekologi sosial yang
mempertimbangkan bagaimana fenomena ini berbentuk tidak hanya oleh
karakteristik individu tetapi juga oleh sistem kontekstual sekolah,
kelompok sebaya, hubungan guru-murid, hubungan orang tua-anak,

69
orangtua hubungan sekolah, lingkungan, dan budaya atau masyarakat
(Bronfenbrenner, 1979; Swearer, Espelage, Vaillancourt, & Hymel, 2010).

Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu
pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang
menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut bully boy
atau bully girl) berupa stress (yang muncul dalam bentuk gangguan fisik
atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan,
rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya). Apalagi Bully biasanya
berlangsung dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga sangat mungkin
mempengaruhi korban secara psikis. Sebenarnya selain perasaan-
perasaan di atas, seorang korban Bully juga merasa marah dan kesal
dengan kejadian yang menimpa mereka. Ada juga perasaan marah, malu
dan kecewa pada diri sendiri karena “membiarkan” kejadian tersebut
mereka alami. Namun mereka tak kuasa “menyelesaikan” hal tersebut,
termasuk tidak berani untuk melaporkan pelaku pada orang dewasa
karena takut dicap penakut, tukang ngadu, atau bahkan disalahkan.
Dengan penekanan bahwa bully dilakukan oleh anak usia sekolah, perlu
dicatat bahwa salah satu karakteristik anak usia sekolah adalah adanya
egosentrisme (segala sesuatu terpusat pada dirinya) yang masih dominan.
Sehingga ketika suatu kejadian menimpa dirinya, anak masih
menganggap bahwa semua itu adalah karena dirinya.

Metode yang tepat diperlukan untuk mencegah perilaku bullying.


Bullying menunjukkan dampak yang hebat dan berlangsung dalam kurun
waktu yang panjang. Pelaku menunjukkan risiko peningkatan kenakalan,
kekerasan, dan agresi (Bender & Losel, 2011;. Ivarsson et al, 2005), dan
korban menunjukkan lebih banyak kesulitan dalam penyesuaian sosial
dan emosional (Nansel et al, 2001). Selain itu, kedua pelaku dan korban
tampaknya memiliki peningkatan risiko untuk depresi, ide bunuh bunuh

70
diri, dan usaha bunuh diri (Brunstein-Klomek et al., 2007). Hasil penelitian
membuktikan bahwa terdapat sekitar 88 persen dalam kondisi terintimidasi
(Hawkins, Pepler, & Craig, 2001).
Tanggapan dari teman teman untuk perilaku bullying, seperti
mengabaikan atau menolak, mampu meningkatkan atau menurunkan
frekuensi perilaku bully (Arnett, 2010; Salmivalli, Voeten, &
Poskiparta,2011). Hal ini memungkinkan teman teman sebagai kelompok
pencegah terhadap tindakan intimidasi (Salmivalli et al., 2011). Pembela,
atau pengamat yang aktif, dapat mengambil banyak tindakan untuk
menghentikan intimidasi. Ini termasuk melakukan upaya aktif siswa untuk
menghentikan atau siswa melaporkan kejadian tersebut atau meminta
bantuan guru atau orang dewasa lainnya; atau mendukung, menghibur,
menghibur, atau berpihak pada siswa yang diintimidasi (Espelage et al.,
2012; Pozzoli & Gini, 2010; Salmivalli et al., 1997).

Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan salah


satunya adalah dengan menciptakan lingkungan sekolah
yang ramah anak. Berdasarkan hasil penelitian Ahyani dan
Astuti (2017) menunjukkan ketika seorang guru memiliki
empati, regulasi emosi dan self efficacy yang tinggi maka
kecenderungan untuk melakukan bullying terhadap siswa
rendah.

7. Perkembangan Moral

Menurut Piaget pada masa ini pengertian anak tentang baik dan
buruk, tentang keadilan, menjadi lebih beragam dan lentur. Dalam hal
penilaian baik-buruk ia mulai mempertimbangkan dampak dari situasi
khusus. Ia mulai memahami bahwa penilaian tentang baik dan buruk

71
dapat berubah, tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku
itu. Piaget percaya bahwa ana kanak kecil ditandai oleh moralitas
heteronom, tetapi pada usia 10 tahun mereka beralih ke suatu tahap yang
lebih tinggi yang disebut moralitas otonom. Menurut Piaget, anak anak
yang lebih tua memperhitungkan maksud maksud individu, percaya bahwa
aturan dapat berubah, dan sadar bahwa hukuman tidak selalu menyertai
suatu perbuatan yang salah.
Pada usia ini anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua
atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu anak
sudah dapat mengelompokkan setiap bentuk perilaku dengan konsep
benar-salah. Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral
didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara
bertahap. Kohlberg percaya terdapat tiga tingkat perkembangan moral,
yang masing masing ditandai oleh dua tahap. Konsep kunci untuk
memahami perkembangan moral, khususnya teori kohlberg adalah
internalisasi, yaitu perubahan perkembangan dari perilaku yang
dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara
internal.

Tingkat satu : Penalaran Prakonvensional


Penalaran Prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah
dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak
memperlihatkan internalisasi nilai nilai moral – penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.

Tahap 1

Orientasi hukuman dan ketaatan. Pada tahap ini, penalaran moral


didasarkan atas hukuman. Anak anak taat karena orang dewasa menuntut
mereka untuk taat.

72
Tahap 2

Individualisme dan tujuan. Pada tahap ini, penalaran moral


didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri. Anak anak taat
bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik
adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa
yang dianggap menghasilkan hadiah.

Tingkat dua : Penalaran Konvensional


Penalaran konvensional adalah tingkat kedua dalam teori moral
Kohlberg. Pada tingkat ini, internalisasi individual ialah menengah.
Seseorang menaati standar standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak
menaati standar standar orang lain (eksternal), seperti orang tua atau
aturan aturan masyarakat.

Tahap 2

Norma – norma interpresonal. Pada tahap ini, seseorang


menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain
sebagai landasan pertimbangan pertimbangan moral. Anak anak sering
mengadopsi standar standar moral orangtuanya, sambil mengharapkan
dihargai oleh orangtuanya sebagai seorang ”perempuan yang baik” atau
laki-laki yang baik”.

Tahap 3

Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan pertimbangan


didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan dan
kewajiban.

73
Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dalam teori
perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar benar
diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar standar orang lain.
Seseorang mengenal tindakan tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan
pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.

Tahap 5

Hak hak masyarakat Vs Hak hak individual. Pada tahap ini,


seseorang memahami bahwa nilai nilai dan aturan aturan adalah bersifat
relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.
Seseorang menyadari bahwa hukum penting bagi masyarakat, tetapi juga
mengetahui bahwa hukum dapat diubah. Seseorang percaya bahwa
beberapa nilai, seperti kebebasan, lebih penting daripada hukum.

Tahap 6

Prinsip prinsip etis universal. Pada tahap ini, seseorang telah


mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak hak
manusia yang universal. Bila menghadapi konflik antara hukum dan suara
hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu
mungkin melibatkan resiko pribadi.

Kohlberg percaya bahwa ketiga tingkap dan keenam tahap


tersebut terjadi dalam suatu urutan dan berkaitan dengan usia. Sebelum
usia 9 tahun, kebanyakan anak anak berpikir tentang dilema moral
dengan cara yang prakonvensional, pada awal masa remaja, mereka
berpikir dengan cara cara yang lebih konvensional, dan pada awal masa
dewasa, sejumlah kecil orang berpikir dengan cara cara yang
pascakonvensional.

74
Latihan / Tugas

1. Lakukan observasi perkembangan masa kanak kanak


2. Identifikasi perkembangan pada masa kanak kanak
3. Analisa keterlambatan perkembangan pada masa kanak kanak
4. Analisa faktor yang mempengaruhi perkembangan pada masa kanak
kanak

Semua hasil review (1-3) diketik dengan font Calibri 12/Times New Roman
12/Arial 14 dengan spasi 1.5 pada kertas ukuran kuarto
Siapkan Slide PPT tayangan dari makalah review yang anda buat
maksimal 20 slide. Slide dibuat semenarik mungkin sehingga dapat
menggambarkan keseluruhan hasil identifikasi dan analisa.

75
RANGKUMAN
Salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak
telah mengalami perkembagan dengan baik adalah memulai
apa yang disebut dengan tugas-tugas perkembangan atau
Development Task. Tugas perkembangan masa anak adalah
belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat,
belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis
kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai
stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang
sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar
untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan
orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar
membedakan baik dan buruk.

1. Sebut dan jelaskan apa saja yang dipejari anak dalam proses
sosialisasi !
2. Sebut dan jelaskan perkembangan kognitif pada masa awal kanak
kanak menurut Piaget !

76
Kunci Jawaban

1. Aspek-aspek penting yang dipelajari anak dari proses sosialisasi


adalah:
a. Belajar mematuhi peraturan kelompok.
b. Belajar setia kawan.
c. Belajar tidak bergantung pada orang dewasa.
d. Belajar bekerjasama.
e. Mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungan.
f. Belajar menerima tanggung jawab.
g. Belajar bersaing dengan orang lain secara sehat.
h. Mempelajari olah raga dan permainan kelompok.
2. Piaget menamakan tahap berpikir praoperasional, suatu tahap yang
berlangsung dari usia 2 atau 3 tahun sampai 7 atau 8 tahun.
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap praoperasi dalam dua
bagian:
a. Umur 2-4 tahun dicirikan oleh perkembangan pemikiran simbolis.
b. Umur 4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan intuitif.
Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau
symbolic function, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk
mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol
(bahasa, gambar, tanda/isyarat, benda, gesture atau peristiwa) untuk
melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata atau peristiwa.
Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi atau
berfantasi tentang berbagai hal. Adapun kemampuan anak berimajinasi
dengan menggunakan peristiwa adalah tampak dalam permainannya
bermain peran seperti sekolah-sekolahan, perang-perangan, dan lain
sebagainya.
Pada akhir periode ini ditandai dengan pemikiran intuitif, yaitu
persepsi langsung akan dunia luar tanpa dinalar terlebih dahulu. Begitu
seorang anak berhadapan dengan suatu hal, ia mendapatkan

77
gagasan/gambaran dan langsung digunakan. Maka, intuisi merupakan
pemikiran imajinasi atau sensasi langsung tanpa dipikir terlebih dahulu.

Tindak Lanjut

Setelah mengikuti pokok bahasan ini, mahasiswa dapat lebih


mempelajari perkembangan masa kanak kanak dengan mencari jurnal-
jurnal penelitian terkait agar dapat mengetahui lebih lanjut hubungan
perkembangan masa kanak kanak dengan aspek-aspek lain yang lebih
luas

78
DAFTAR PUSATAKA
Bowlby, 1988., A Secure Base, Clinical Application of Attacement Theory.
London: Routledge.
Hurlock B. Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta. Erlangga;
Jahja Yurdik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Kencana;
Karl-Morse, R., & Wiley,M.,1997. Ghosts from Nursery: Tracing the Root
of Violance. New York: The Atlantic Press.

Muhmila M., Hardisana., dan Indria Dini. 2010. Psikologi Umum dan Anak:
AKBID YPSDMI GARUT;
Perry, B.D., Pollaerd,R.A,Barker,W.L.,Struges,C.,Vigilante,D.,&
Blakley,T.L. 1995., Continous Heartratebmonitoring in maltreated
children (Abstract). Annual Meeting of AmericanAcademic of
Child and Adolescent Psychiatry, New Reserch.
Soemanto Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Malang: Penerbit Rineka
Cipta;
Zulkifli.Drs. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja
Rosdakarya.

79
BAB III
PERKEMBANGAN
MASA REMAJA

A. PENDAHULUAN

DESKRIPSI
(URAIAN TENTANG PERKEMBANGAN MASA REMAJA)

Pokok bahasan perkembangan masa remaja akan membahas


tentang pengertian perkembangan, tugas perkembangan pada masa
remaja, dukungan dan hambatan perkembangan masa remaja,
keterlambatan perkembangan yang terjadi pada masa remaja. Selain itu
juga membahas bagaimana cara mengidentifikasi dan menganalisa
keterlambatan perkembangan dan faktor yang mempengaruhi pada masa
remaja. Pembahasan terakhir lebih ditekankan pada tahap perkembangan
individu akan selalu sama namun waktu, situasi dan kondisi berbeda pada
setiap individu.
MANFAAT
Mahasiswa memahami perkembangan masa remaja secara optimal
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat menjelaskan konsep
Psikologi Perkembangan pada masa remaja, serta mampu
mengidentifikasi dan menganalisa keterlambatan perkembangan dan
faktor yang mempengaruhi pada masa remaja dan mahasiswa mampu
menjawab pertanyaan dan menyelesaikan kasus yang diberikan oleh
dosen.

80
B. MASA REMAJA

Selama rentang kehidupan manusia, terjadi banyak pertumbuhan


dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari
semua fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling
penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para
orang tua, pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk
menerangkan dan melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani
para remaja ini. Lalu ada apakah di masa remaja ini? Seberapa besarkah
pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar
pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut?

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang
jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan
dewasa atau tua.

Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada


usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah
12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (Santrock, 2003) usia remaja berada
pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan
para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi
berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal
juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang
diperpendek.

81
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa
adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional.

Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli tentang


masa remaja :

• Freud
Menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup
seksual yang mempunyai bentuk yang definitif. Charlotte Buhler
menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi. Spranger
memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan
perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.

• Hofmann
Menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-
sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.

 G. Stanley Hall
Menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan
topan).
Erickson
Masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang
menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja
yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity
achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss,
1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari
identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.

82
Harold Alberty (1957)
Mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode
dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak
berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa.
Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat
kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of
time.

Masa Remaja
Pada masa ini terjadi perubahan yang cepat. Disebut jiga masa puber.
Ciri-ciri masa remaja yaitu:
1. Perubahan emosional secara cepat
2. Perubahan yang cepat secara fisik
3. Terjadi perubahan dalam keterkaitan terhadap sesuatu

Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya
kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada
wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya ke
kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu
dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka.

83
Menurut Kartono (1990), dibagi tiga yaitu :

4. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat


pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat
anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau
dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola
kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa
sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

5. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi


pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian
dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai
tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.
Bermula dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal
maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa
Percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk
melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu
pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah
mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan
sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan
menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

84
Karakteristik Masa Remaja
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik
secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan
problema atau masalah tertentu bagi si remaja. Apabila tidak disertai
dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan
dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.

Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki


karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode
perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting.

Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki


dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada
masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap
perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan
fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut
individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat
pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minat yang baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari yang terjadi


sebelumnya tetapi peralihan dari tahap perkembangan ke tahap
perkembangan berikutnya. Menurut Osterrieth “struktur psikis anak remaja
berasal dari masa kanak-kanak dan banyak ciri yang umum dianggap
sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak”.
Dalam periode peralihan status individu tidak jelas dan terdapat keraguan
akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan seorang
anak-anak atau seorang dewasa. Status remaja yang tidak jelas ini

85
menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Perubahan sikap dan perilaku dalam periode remaja sejajar


dengan tingkat perubahan fisik. 4 perubahan yang sama yang bersifat
universal : 1) meningginya emosi : yang intensitasnya bergantung pada
perubahan fisik dan psikologisnya. Karena perubahan emosi lebih cepat
pada masa awal remaja dan meningginya emosi lebih menonjol pada
masa remaja akhir. 2) perubahan tubuh, minat, dan peran yang
diharapkan kelompok social. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul
tampaknya lebih sulit diselesaikan dibanding masalah sebelumnya.
Remaja masih merasa di timbun masalah sampai ia dapat menyelesaikan
dengan kepuasannya sendiri. 3) dengan berubahnya minat dan perilaku
maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa anak-anak di anggap
penting sekarang masa remaja tidak penting lagi. 4) mereka menginginkan
dan menuntut kebebasan, tapi mereka sering takut bertanggung jawab
akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat
mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh
anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat 2 alasan bagi kesulitan
itu : 1) sepanjang masa kana-kanak, masalah anak-anak sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah. 2) karena para remaja merasa
diri mandiri, menolak bantuan orang tua dan guru. Karena
ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut
cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa

86
penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Menurut
Anna freud “ banyak kegagalan yang sering kali disertai akibat yang tragis,
bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena kenyataan bahwa
tuntutan yang diajukan kepadanya justru pada saat semua tenaganya
telah dihabiskan untuk mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh
pertumbuhan dan perkembangan seksual”.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Seorang remaja lambat laun mendambakan identitas diri dan tidak


puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal
seperti sebelumnya. Salah satu cara untuk mengangkat diri sendiri
sebagai individu adalah dengan menggunakan symbol status dengan
bentuk mobil, pakaian, dan pemilikan barang-barang lain yang mudah
terlihat. Dengan cara remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar
dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia
mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan


ketakutan.

Tanggapan stereotip Remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,


yang tidak dapat dipercaya dan cenderung rusak serta berperilaku
merusak menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja muda yang takut bertanggung jawab dan
tidak bersikap simpatik kepada perilaku remaja yang normal. Stereotip
juga mempengaruhi konsep dan sikap diri pada dirinya sendiri.

87
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic.

Cita-cita yang tidak realistic menimbulkan meningginya emosi.


Semakin tidak realistic cita-citanya maka semakin ia menjadi marah.
Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya
atau jika ia tidak berhasil dalam mencapai tujuan yang ditetapkannya
sendiri. Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman
social dan meningkatnya kemampuan untuk berfikir rasional, remaja yang
lebih besar memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman dan
kehidupan pada umumnya secara realistic. Remaja tidak terlampau
mengalami banyak kekecewaan.

h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa.

Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap


dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja
dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka
merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan
perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa
seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan
hubungan seksual.

Ciri-ciri lain remaja yang di jelaskan lebih rinci :

1. Perkembangan Fisik

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan


erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini
berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis
yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan memproduksi dorongan

88
pertumbuhan yang cepat, yang membawa tubuh mendekati tinggi dan
berat dewasanya dalam sekitar dua tahun. Dorongan pertumbuhan terjadi
lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan bahwa wanita
lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian
kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran
menstruasi dan pada pria ditandai oleh produksi semen. Hormon-hormon
utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan
estrogen pada wanita, zat-zat yang juga dihubungkan dengan penampilan
ciri-ciri seksual sekunder : rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara
yang mendalam pada pria; rambut tubuh dan kelamin, pembesaran
payudara, dan pinggul lebih lebar pada wanita. Perubahan fisik dapat
berhubungan dengan penyesuaian psikologis; beberapa studi
menganjurkan bahwa individu yang menjadi dewasa di usia dini lebih baik
dalam menyesuaikan diri daripada rekan-rekan mereka yang menjadi
dewasa lebih lambat.

2. Perkembangan Kognitif

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka


cakrawala kognitif dan cakrawala sosial yang baru. Pemikiran mereka
semakin abstrak, logis, dan idealistis; lebih mampu menguji pemikiran diri
sendiri, pemikiran orang lain dan apa yang orang lain dan apa yang
oranglain pikirkan tentang mereka. Perkembangan anak sangat
dipengaruhi oleh stimulus yang di berikan pada anak tersebut, semakin
banyak anak mendapatkan stimulus, semakin banyak anak belejar hal
baru dan mengakibatkan semakin kuat juga sinapsis neuron yang ada di
dalam otak anak, hal tersebut dapat merangsang anak tumbuh dengan
kemampuan yang jauh lebih baik dan optimal (Bertental&Champos, 1987.,
Karl Morse&wiley, 1997)

89
Pemikiran operasional formal
Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal (formal
operational stage), berlangsung antara usia 11-15 tahun. Pemikiran
operasional formal lebih abstrak, idealistis, dan logis daripada pemikiran
operasional konkret. Piaget yakin bahwa remaja semakin mampu
menggunakan pemikiran deduktif hipotesis yaitu konsep operasional
formal piaget, yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan
kognitif untuk mengembangkan hipotesis, atau dugaan terbaik, mengenai
cara memecahkan masalah, seperti persamaan aljabar. Kemudian mereka
menarik kesimpulan secara sistematis, atau menyimpulkan pola mana
yang diterapkan dalam memecahkan masalah. Jadi, pada tahap ini anak
sudah mampu meninjau masalah dari berbagai sudut pandang dan
mempertimbangkan alternatif atau kemungkinan dalam memecahkan
masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan sejumlah
informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam
abstraksi, memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di masa
depan. Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut,
diharapkan orang tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan
kognitif dan intelektual anak dengan tepat sesuai dengan usia
perkembangan kognitifnya. Peserta didik usia SD/MI, misalnya, berada
pada tahap konkret operasional. Untuk mengembangkan kemampuan
koginitifnya, terutama pembentukan pengertian dan konsep, dilakukan
dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran.

90
Kognisi sosial
Perubahan-perubahan yang mengesankan dalam kognisi sosial
menjadi ciri perkembangan remaja. Remaja mengembangkan suatu
egosentrisme khusus, mulai berpikir rentang kehidupan tidak ubahnya
seperti cara para ahli teori kepribadian berpikir tentang kepribadian, dan
memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara canggih. Pemikiran
remaja bersifat egosentris. David Elkind (1976) yakin bahwa egosentrisme
remaja (adolescent egosentrism) memiliki dua bagian: penonton khayalan
dan dongeng pribadi. Penonton khayalan (imaginary audience) ialah
keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana
halnya dengan dirinya sendiri.
Dongeng pribadi ialah bagian dari egosentrisme remaja yang
meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Perasaan unik pribadi
remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti
bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Misalnya : seorang anak
perempuan remaja menganggap bahwa ibunya tidak mungkin dapat
merasakan sakit yang dia rasakan karena pacarnya memutuskan
hubungan dengannya.

Pengambilan keputusan
Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan.
Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan
dibanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten
daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak
menjamin kemampuan itu akan diterapkan, karena dalam kehidupan
nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak
peluang untuk mempraktekkan dan memdiskusikan keputusan yang
realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada
remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah

91
orientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untuk memberi
mereka pilihan-pilihan yang memadai.

3. Perkembangan Seksual

Perkembangan awal kemasakan seksual secara biologis dapat


terjadi pada usia 10 tahun hingga 14 tahun. Hal tersebut diiringin
perubahan yang terjadi terkait hormonal maupun secara fisik (Tanner
1967). Selain itu proses perubahan hormonal pada remaja juga
mengakibatkan meningkatnya interaksi sosial remaja dengan lawan jenis,
serta lebih merani memunculkan ekspresi psikoseksual pada lawan
jenisnya (Udry, 1988). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas
bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks
masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan
pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Pada umumnya anak
mengalami ketertarikan dengan lawan jenis di usia 10 sampai dengan 12
tahun, kemudian mereka mengalami pengalaman fantasi seksual dengan
lawan jenis 1 tahun berikutnya (Brancorf., et all., in press., Rosario et all.,
1996)

Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah meningkat di


antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen remaja
di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah
melakukan hubungan seks. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam
aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada, atau tahu tentang,
metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular Seksual
(PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit
kelamin kian meningkat.

92
4. Perkembangan Emosional

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-


kanak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan
mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Umumnya,
masa ini berlangsung sekitar umur 13-18 tahun, yaitu masa anak duduk di
bangku sekolah menegah. Masa ini biasanya di rasakan sebagai masa
sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga, atau lingkungan.
Berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa,
status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkunganya.
Conny Semiawan (1989) mengibaratkan : terlalu besar untuk serbet
terlalu kecil untuk taplak meja karna sudahbukan anak-anak lagi, tetapi
juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar,
emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.
Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman,tidak tenang, dan
khawatir kesepian.
Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah
masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan
luas yang terjadi sewaktu pubertas. Psikolog Amerika kelahiran Jerman
Erik Erikson memandang perkembangan sebagai proses psikososial yang
terjadi seumur hidup.

Permasalahan Remaja
Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :

1. Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.

Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang


cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal
yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan
harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture)

93
dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga,
perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ
reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika
tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan
perilaku seksual.

2. Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.

Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan


kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak
mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual,
terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi
intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja,
terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan
mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan
dan sarana dan pra sarana, menyebabkan remaja kesulitan untuk
menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi
sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting
untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun
dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan
berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap
kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif
dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan
aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.

3. Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas


dan keagamaan.

Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan


sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan
diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari
peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai

94
isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat
diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan
merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema
perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya,
namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk
dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya
remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi
adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat
menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan
orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan
organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa
remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan
khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus
tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa
remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan
menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja
akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan
lingkungannya.

4. Problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan


emosional.

Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri


(self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika
remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis
identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk
sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang
sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan
belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan
pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan
bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif.

95
Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan
emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema
remaja lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari
berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua
pihak.

PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA AWAL

Terdapat perbedaan pendapat dari para ahli mengenai batasan


usia masa remaja. Bigot, Kohnstam dan Palland , ahli-ahli psikologi
berkebangsaan Belanda menentukan rentang usia masa pubertas antara
usia 15-18 tahun dan remaja merupakan rentang usia seseorang dari 18-
20 tahun. Arthur T. Jersild , dkk, ketika membicarakan tentang remaja,
mereka menyatakan bahwa masa remaja berkisar antara usia 11 hinga
awal dua puluhan tahun. Elizabeth B. Hurlock menulis bahwa jika dibagi
berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan pola perilaku yang tampak
khas bagi usia-usia tertentu, maka rentang kehidupan remaja awal antara
13 atau 14 tahun hingga 17 tahun dan remaja akhir antara 17 hingga 21
tahun. Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini, ditetapkan bahwa
masa remaja awal merupakan rentang usia antara 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia 17 hingga 18 tahun.
Masa remaja awal bertumpang tindih dengan masa puber, karena
masa puber mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-
tahun awal masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja awal tidak jauh
berbeda dengan masa puber. Sejumlah ciri khas yang terjadi pada masa
remaja awal yang membedakannya dengan rentang kehidupan sebelum
dan sesudahnya, antara lain:

96
a. Ketidakstabilan emosi

Granville Stanley Hall menyebut masa remaja awal sebagai masa


di mana individu memiliki perasaan yang sangat peka. Remaja mengalami
badai perasaan dan emosi, sehingga Stanley mengistilahkannya dengan
storm and stress. Misalnya, kita sering menjumpai sikap dan perilaku
remaja yang suatu waktu sangat bergairah dalam bekerja, tiba-tiba
menjadi lesu, kegembiraan yang bertukar dengan perasaan sedih, rasa
yakin yang berganti dengan keraguan dalam waktu singkat. Termasuk
dalam hal ini adalah ketidaktentuan cita-cita.

b. Ketertarikan pada lawan jenis

Perkembangan organ-organ seks, baik primer maupun skunder


yang telah matang mendorong remaja untuk melakukan pendekatan
dengan lawan jenis, maka muncullah hasrat untuk memenuhi dorongan
tersebut, sehingga seringkali dinilai masyarakat sebagai penentangan
terhadap norma kesusilaan. Dari keadaan tersebut, seringkali timbul
masalah antara orangtua dengan orang dewasa. Misalnya, di sejumlah
daerah, perilaku pelecehan seksual yang mengarah pada hamil di luar
nikah dilakukan oleh remaja usia belasan tahun.

c. Mulai sempurnanya kecerdasan

Alfred Binet, seorang pelopor tes kecerdasan berkebangsaan


Perancis menyatakan bahwa pada usia 12 tahun, kemampuan anak-anak
dalam mengerti informasi abstrak mulai sempurna. Akibatnya, pada masa
remaja awal seringkali menolak pendapat tak masuk akal dari orang-orang

97
dewasa. Misalnya, remaja akan meragukan bahkan menentang pendapat
orangtua yang melarangnya pulang malam jika orangtua menggunakan
hantu yang berkeliaran di malam hari sebagai alasannya.

d. Kesulitan dalam menentukan status

Perlakuan yang diberikan oleh orang dewasa terhadap remaja awal


sering berubah-ubah. Kadang kita jumpai orang dewasa mengalami
keraguan dalam memberi tanggung jawab kepada remaja dengan dalih
bahwa mereka masih kanak-kanak. Misalnya, dalam hal tanggung jawab
pekerjaan rumah tangga. Namun, pada lain kesempatan, ketika remaja
membuat kesalahan, mereka seringkali mendapat teguran bahwa mereka
sudah dewasa. Akibatnya, remaja awal mengalami kebingunan dalam
bersikap dan berperilaku terhadap orang-orang dewasa, sehingga mereka
bertindak semaunya sendiri.

e. Mengalami masa yang kritis

Masa remaja awal dikatakan sebagai masa yang kritis disebabkan


dalam masa ini remaja dihadapkan pada persoalan apakah mereka dapat
menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak. Keadaan remaja
yang dapat menghadapi masalahnya dengan baik, menjadi modal dasar
bagi mereka dalam menghadapi masalah di masa selanjutnya bahkan
hingga dewasa. Sebaliknya, ketidakmampuan menghadapi masalah di
masa remaja awal akan membuat mereka mengalami ketergantungan
dengan orang lain. Misalnya, remaja yang mampu menghadapi dan
memecahkan masalahnya biasanya menjadi orang yang lebih mandiri
karena tertanam kepercayaan diri di dalam dirinya sejak dini. Sementara
remaja yang kurang mampu menghadapi masalah-masalahnya,
cenderung lebih bergantung pada orang lain.

98
PERUBAHAN FISIK PADA MASA REMAJA AWAL
(PUBER)

Selama pertumbuhan pesat masa remaja awal, termasuk di dalamnya


masa puber, terjadi 4 perubahan fisik penting, yakni :

1. Perubahan ukuran tubuh

Perubahan fisik pada masa puber, yaitu perubahan pada tinggi dan
berat badan. Anak-anak perempuan rata-rata mengalami peningkatan
tinggi per tahun sebelum haid 7,5 cm. Setelah haid, tingkat pertumbuhan
menurun kira-kira 2,5 cm per tahun dan berhenti sekitar usia 18 tahun.
Pada anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tubuh
dimulai rata-rata usia 12,8 tahun dan berakhir pada usia 15,3 tahun
dengan puncaknya pada usia 14 tahun. Setelah itu, terjadi perlambatan
pertumbuhan hingga usia 20-21 tahun.
Sementara pertambahan berat badan tidak hanya karena munculnya
lemak, tetapi juga karena tulang dan jaringan otot bertambah besar.
Peningkatan pertambahan berat badan pada anak perempuan terjadi
sesaat sebeljum dan sesudah haid, setelah itu terjadi perlambatan. Bagi
anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi setahun atau 2 tahun
setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia 16 tahun,
setelah itu pertambahan berat badan melambat.

2. Perubahan proporsi tubuh

Daerah-daerah tubuh tertentu yang mulanya terlampau kecil,


sekarang menjadi membesar karena kematangan lebih cepat dari daerah-
daerah tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan.
Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu,
ukuran pinggang berkembang. Tungkai kaki memanjang dan keadaan ini

99
bertahan hingga sekitar usia 15 tahun. Lengan mulai memanjang.
Pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga
tampak terlalu panjang.

3. Perubahan pada ciri-ciri seks primer

Perubahan fisik berikutnya adalah pertumbuhan dan


perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks. Pada pria,
gonad atau testes, yang terletak di dalam scrotum atau sac, di luar tubuh,
pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Kemudian
terjadi pertumbuhan pesat selama 1 atau 2 tahun, setelah itu
pertumbuhan menurun. Testes sudah berkembang penuh pada usia 20
atau 21 tahun. Segera setelah pertumbuhan pesat testes terjadi, maka
pertumbuhan penis meningkat pesat. Mula-mula adalah panjangnya,
kemudian berangsur-angsur besarnya.
Sementara pada wanita, semua organ reproduksi wanita tumbuh selama
masa puber. Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram,
pada usia 16 tahun sekitar 43 gram. Tuba falopi, telur-telur dan vagina
juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme
reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid, yaitu
pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara
berala. Haid terjadi kira-kira setiap 28 hari hingga perempuan mencapai
masa menopause, yakni pada akhir usia 40 tahunan atau awal 50
tahunan.

4. Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder

Ciri seks sekunder tidak berhubungan dengan reproduksi secara


langsung. Dengan berkembangnya ciri-ciri seks sekunder, penampilan
anak laki-laki dan anak perempuan semakin berbeda. Ciri-ciri seks
sekunder yang dimaksud adalah:

100
Laki-laki Perempuan
1. Rambut kemaluan timbul sekitar 1 tahun setelah testes dan penis
mulai membesar.
2. Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul setelah hampir selesainya
pertumbuhan rambut kemaluan, demikian pula rambut tubuh.
3. Perubahan pertumbuhan rambut ini terjadi lebih gelap, lebih kasar,
lebih subur dan agak keriting.
4. Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah
kulit.
5. Kulit mejadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori
meluas.
6. Payudara mulai berkembang.
7. Puting susu membesar dan menonjol. Dengan berkembangnya
kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan bulat.
8. Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin
membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan
jerawat.
9. Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara berkembang.
Bulu ketiak dan bulu wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut
kecuali rambut wajah menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan
agak keriting.
10. Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk
lengan, tungkai kaki dan bahu. Kulit menjadi lebih kasar, lebih
tebal, agak pucat dan pori-pori bertambah besar.
11. Mula-mula suara menjadi serak, kemudian tinggi suara menurun,
volumenya meningkat hingga mencapai nada yang lebih dalam.
12. Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, sehingga
menyebabkan munculnya jerawat.

101
13. Benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria tumbuh sekitar
usia 12-14 tahun. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan
kemudian menurun baik jumlahnya maupun besarnya.
14. Otot semakin besar dan kuat, sehingga memberikan bentuk pada
bahu, lengan dan tungkai kaki.
15. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS PADA MASA


REMAJA AWAL

Seiring terjadinya perubahan fisik individu pada masa remaja awal, maka
berkembang pula kemampuan psikologisnya. Perkembangan psikologis ini
ditinjau dari berbagai segi, di antaranya:

1. Perkembangan Kemampuan
Berpikir (Kognitif)

Jean Piaget (1896-1980), seorang ahli psikologi berkebangsaan


Swiss, merumuskan teori tentang perkembangan kognitif manusia.
Menurutnya, manusia mengalami sejumlah tahap perkembangan kognitif ,
yaitu:
a. Periode sensomotorik (0-2 tahun) yang ditandai dengan kemampuan
melakukan gerakan-gerakan refleks seperti menghisap, meraih,
menggenggam, menggoyang-goyangkan badan, gerakan seperti
memukul dan menendang sesuatu merupakan tahap pertama yang
akan membawa anak ke arah penguasaan pengetahuan mengenai
dunia luar.
b. Periode praoperasional (2-7 tahun) yang ditandai dengan penguasaan
bahasa yang sistematis, permainan simbolis (mampu bermain pura-
pura misalnya korek api dibayangkan sebagai mobil), imitasi tingkah
laku maupun bayangan dalam mental.

102
c. Periode operasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai dengan
kemampuan melakukan aktifitas logis tertentu, tetapi hanya dalam
situasi yang konkrit. Jika dihadapkan pada suatu masalah secara
verbal ataupun abstrak, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka
dia belum mampu menyelesaikannya dengan baik.
d. Periode operasional formal (mulai umur 11 tahun) yang ditandai
dengan kemampuan berpikir secara sistematis dan mencakup
pemikiran logika yang kompleks.
Hal ini mengandung arti bahwa remaja awal termasuk dalam tahap
operasional formal di mana mereka mampu menerima dan mengolah
informasi abstrak dari lingkunganya dan telah dapat menilai benar atau
salahnya pendapat-pendapat orangtua atau orang dewasa lainnya .
Misalnya, remaja awal akan menentang pendapat orangtua yang
menyatakan bahwa gerhana bulan atau matahari terjadi karena bulan dan
matahari tersebut dimakan monster. Hal ini dikarenakan, remaja awal
telah memahami mekanisme gerhana yang diajarkan di sekolah.

2. Perkembangan Sikap dan


Emosi Remaja Awal

Secara umum, sikap diartikan sebagai kesediaan individu untuk


bereaksi terhadap suatu hal . Lebih rinci, sikap diartikan sebagai
kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki seseorang dalam
memberikan reaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi
maupun kondisi di sekitarnya. Sementara perasaan meliputi rasa senang-
tidak senang, benci-sayang, suka-tidak suka yang relatif cepat berubah.
Timbulnya sikap dan emosi individu merupakan produk pengamatan dan
pengalaman dari lingkungannya.
Pada masa remaja awal, sikap positif terhadap teman sebaya mulai
berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya sikap solider (setia
kawan), karena adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama. Simpati

103
dan merasakan perasaan orang lain (empati) mulai berkembang pada
usia remaja awal. Remaja awal berusaha bersikap sesuai dengan
kebiasaan dalam kelompoknya, dengan kata lain mereka mulai
menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya, termasuk dalam hal
berpakaian. Hal ini dilakukan agar mereka diterima dan tidak dikucilkan
oleh kelompok sebayanya.
Bentuk-bentuk emosi yang sering tampak pada masa remaja awal,
antara lain adalah marah, malu, takut, cemas (anxiety), cemburu
(jealoucy), iri hati (envy), sedih, gembira, kasih-sayang dan ingin tahu.
Dalam hal emosi negatif, umumnya remaja belum dapat
mengendalikannya dengan baik, sehingga emosi ini lebih menguasai
tingkah laku mereka.
3. Perkembangan Minat dan
Cita-cita Remaja Awal

Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari


campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu. Sedangkan cita-cita merupakan perwujudan dari minat yang
berkaitan dengan pandangan masa depan. Bentuk minat atau cita-cita
remaja awal terwujud dalam berbagai kategori, antara lain:

a. Minat pribadi dan sosial

Minat ini merupakan yang paling kuat dimiliki oleh remaja awal.
Minat pribadi timbul karena remaja menyadari bahwa penerimaan sosial
sangat dipengaruhi oleh kesan yang ditampakkan remaja kepada
lingkungan sekitarnya. Hal-hal yang bersifat pribadi seperti tampang,
bentuk tubuh, pakaian atau perhiasan sangat diminatinya, karena erat
kaitannya dengan keberhasilan dalam pergaulan. Keadaan ini dapat
dimengerti, karena masa remaja awal merupakan masa di mana mereka
mulai mengambil bagian dalam kehidupan sosial. Misalnya, bagi remaja

104
putri cenderung berminat mengenakan tren pakaian terbaru untuk
menunjukkan prestise ataupun sebagai penyesuaian terhadap lingkungan
pergaulannya.

b. Minat terhadap rekreasi

Umumnya minat ini sangat kuat terjadi pada masa remaja awal. Namun,
sejumlah remaja awal mengarahkan minat rekreasi ini pada
pengembangan hobi, terutama olahraga. Dalam hal ini, terjadi perbedaan
yang mencolok atas apa yang diminati oleh kedua kelompok jenis kelamin.
Misalnya, bagi remaja pria lebih menyukai kegiatan rekreatif yang bersifat
maskulin dan membutuhkan energi fisik, seperti sepak bola, badminton,
basket dan yang lainnya. Sementara bagi remaja wanita lebih menyukai
kegiatan rekreatif yang bersifat feminin, seperti renang, senam dan
sebagainya.

c. Minat terhadap agama

Topik-topik agama di mana ketika masa kanak-kanak diterima begitu saja,


maka pada masa remaja awal mulai didalami secara kritis. Remaja mulai
mendiskusikan topik-topik agama bersama teman sebaya. Namun,
terkadang remaja lebih melihat segi praktis dan realita dari ajaran agama.
Mereka membandingkan antara apa yang ideal (secara teori) dengan apa
yang tampak nyata, sehingga apa yang dahulu dipercayainya sebagai hal
yang benar, pada masa remaja awal mulai diragukan. Misalnya, para
remaja awal sering mempertanyakan tentang dosa dan neraka, pahala
dan surga, karena hal-hal ini bersifat abstrak. Mereka juga meragukan doa
mereka ketika doa tersebut tidak terkabul. Akibatnya, minat terhadap
agama dapat melemah dan praktek keagamaan (ibadah) sering
ditinggalkan.

105
d. Minat terhadap sekolah dan karier

Pada masa remaja awal minat ini dipengaruhi oleh minat orangtua dan
kelompok pergaulannya. Artinya, jika orangtua atau kelompok
pergaulannya berorientasi pada kerja, maka remaja cenderung lebih
meminati sekolah-sekolah kejuruan yang mengedepankan keterampilan
kerja. Sementara jika orangtua atau kelompok pergaulan lebih berorientasi
pada pendidikan, maka remaja cenderung lebih meminati pencarian
pengetahuan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
Namun demikian, minat sekolah dan karier pada masa remaja awal
cenderung berubah-ubah. Dalam hal ini Eli Ginzberg membagi periode
pemilihan karier atas tiga periode , yaitu:
- Periode pemilihan fantasi (fantacy choices), yakni ketika anak-anak
berusia kurang dari 11 tahun, di mana mereka menganggap karier
hanya sebatas fantasi.
- Periode pemilihan sementara (tentative choices), yakni ketika remaja
berusia antara 11-17 tahun, di mana pemikiran tentang karier sering
berubah-ubah.
- Periode pemilihan realistis (realistic choices), yakni ketika individu
berusia 17 hingga masa dewasa, di mana seseorang menentukan
pilihan, meski masih terbuka kemungkinan untuk mengembangkan
pilihan tersebut lebih lanjut.

4. Perkembangan Moral

Menjelang usia 13 tahun, yakni masa remaja awal, setiap tindakan


dinilai dalam pengertian mempertahankan kesan baik dalam pandangan
orang lain. Menurut tahapan moralitas Kohlberg, tingkat ini termasuk
tingkat moralitas konvensional . Pada tingkat ini, kriteria perilaku baik dan
buruk berorientasi pada persetujuan orang lain atas perilaku yang mereka

106
lakukan. Misalnya, ketika remaja minum-minuman keras dan hal ini
menimbulkan reaksi negatif (ketidaksetujuan) dari orang-orang di
sekitarnya, berarti perilaku ini merupakan hal yang tidak baik.

5. Perkembangan Sosial

Dalam tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson ,


krisis psikososial yang dialami oleh masa remaja awal adalah identitas
versus kebingungan. Artinya, di satu sisi remaja awal berjuang untuk
menemukan siapa dirinya melalui proses coba-coba peran. Sementara di
sisi lain remaja awal seringkali menolak nilai-nilai identitas yang
disarankan oleh orangtua maupun pengaruh dari kelompok sebayanya,
sehingga memunculkan kebingungan atau kekacauan identitas. Dalam hal
pencarian identitas, para remaja awal cenderung menggunakan cara
modelling terhadap orang-orang yang mereka idolakan. Misalnya, bagi
remaja pria yang mengidolakan pemain sepak bola, mereka akan meniru
gaya rambut mereka, perilaku, bahkan memakai pakaian tim yang
dikenakan.

AKIBAT PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA MASA


REMAJA AWAL (PUBER)

Perubahan fisik pada masa remaja awal, khususnya masa puber,


mempengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun internal,
sehingga mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja.

1. Akibat terhadap kondisi fisik

Perubahan pada masa puber membawa pengaruh terhadap kondisi fisik,


di antaranya adalah:
a. Pertumbuhan yang pesat pada tubuh cenderung disertai kelelahan,
kelesuan dan gejala-gejala buruk lainnya.

107
b. Sering terjadi gangguan percernaan dan nafsu makan kurang baik
akibat perubahan kelenjar, ukuran dan posisi organ-organ internal.
c. Sering terjadi anemia sebagai akibat kebiasaan makan yang tidak
menentu.
d. Selama awal periode haid, anak perempuan sering mengalami sakit
kepala, sakit punggung, kejang dan sakit perut yang diiringi pingsan,
muntah-muntah, gangguan kulit, pembengkakan tungkai dan
pergelangan kaki, sehingga timbul rasa lelah, tertekan dan mudah
marah.

2. Akibat terhadap kondisi psikologis (sikap dan perilaku)

Perubahan fisik anak pada masa puber membawa pengaruh terhadap


sikap dan perilaku, namun hal ini lebih disebabkan karena perubahan
perlakuan sosial terhadap anak. Akibat yang dimaksud antara lain:
a. ingin menyendiri
Anak biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai
kegiatan keluarga. Anak puber kerap melamun, mengadakan
eksperimen seks melalui masturbasi (proses memperoleh kepuasan
seks tanpa berhubungan kelamin). Gejala menarik diri ini mencakup
ketidakinginan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Munculnya rasa bosan
Anak puber bosan dengan kegiatan-kegiatan yang sebelumnya
digemarinya, termasuk pada tugas-tugas sekolah dan kegiatan
lainnya. Akibatnya, anak sedikit beraktivitas, sehingga mengalami
penurunan prestasi.
c. Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola
koordinasi gerakan dan anak akan merasa kikuk dan janggal selama

108
beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan
membaik secara bertahap.
d. Antagonisme sosial
Anak puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan
menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan
diungkapkan dalam kritik dan komentar-komentar yang merendahkan.
e. Emosi yang meninggi
Pada masa ini, anak merasa khawatir, gelisah dan cepat marah.
Dengan semakin matangnya keadaan fisik anak, ketegangan ini
lambat laun berkurang dan anak mulai mampu mengendalikan diri.
f. Menurunnya kepercayaan diri
Anak remaja menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan
karena daya tahan fisik menurun dan karena kritik dari orang-orang di
sekitarnya.
g. Berpenampilan terlalu sederhana
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan anak
menjadi sangat sederhana dalam hal penampilan, karena takut orang
lain akan memperhatikan perubahan-perubahan yang dialaminya dan
memberi komentar buruk.

KEMATANGAN YANG MENYIMPANG

Yang dimaksud dengan kematangan yang menyimpang adalah


terlalu cepat atau lambatnya anak mengalami kematangan. Anak yang
kematangan seksualnya lebih cepat daripada kelompat seks seusianya
dinamakan matang lebih awal. Sedangkan anak yang kematangannya
seksualnya lebih lambat dari kelompok seks seusianya dinamakan matang
lebih lambat.
Bagi anak laki-laki, matang lebih awal menguntungkan, karena
anak memperoleh status dan martabat dalam kelompok teman-temannya.

109
Sebagian pemimpin kelompok anak laki-laki adalah yang matang lebih
awal dan hal ini juga menambah martabat di mata anak perempuan.
Sementara anak laki-laki yang matang terlambat cenderung gelisah,
tegang, memberontak dan menarik perhatian. Anak kurang populer di
antara teman-teman dan orang-orang dewasa dan jarang dipilih sebagai
pemimpin.
Bagi anak perempuan, matang lebih awal kurang menguntungkan.
Anak perempuan yang matang lebih awal berperilaku lebih dewasa dan
lebih berpengalaman. Namun penampilan dan tindakannya dapat
berlebihan dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Anak perempuan yang matang terlambat tidak mengalami
gangguan psikologis seperti yang dialami anak laki-laki, karena
perempuan tidak terlalu terlibat dalam perilaku mencari status. Namun
demikian, anak perempuan yang matang terlambat berperilaku malu-malu
dan enggan.
Anak yang cepat matang mengalami kekakuan dan kejanggalan
dalam perilaku karena cepatnya laju pertumbuhan, membuat anak tidak
mempunyai waktu untuk menguasai pengendalian gerak tubuhnya.
Perubahan yang dialami anak yang cepat matang terlalu cepat, sehingga
melemahkan tenaga. Anak menjadi lesu dan prestasi cenderung menurun.
Anak yang cepat matang juga memiliki emosi lebih tinggi.
Sebaliknya, perubahan tubuh pada anak yang lambat matangnya,
berjalan sangat lambat, sehingga anak memiliki cukup waktu untuk belajar
pengendalian gerak tubuh dan anak tersebut tidak menunjukkan kekakuan
atau kecanggungan dalam berperilaku. Anak yang lambat matang sering
dihantui ketakutan bahwa ia tidak akan pernah menjadi dewasa. Anak
yang lambat matang cenderung diperlakukan seperti anak kecil baik oleh
orang-orang dewasa maupun teman-teman sebayanya.

110
BAHAYA PADA MASA REMAJA AWAL (PUBER)

Terdapat bahaya-bahaya yang terjadi pada masa remaja awal,


khususnya masa puber. Bahaya pada masa puber memunculkan akibat
jangka panjang. Bahaya-bahaya ini meliputi bahaya-bahaya fisik maupun
psikologis. Berikut penjelasannya.

1. Bahaya fisik

Bahaya fisik yang terjadi pada masa puber lebih disebabkan karena
kondisi fisiologis di dalam tubuh, di antaranya adalah:
a. Kekurangan hormon pertumbuhan
Kurangnya jumlah hormon pertumbuhan pada akhir masa kanak-
kanak dan awal masa puber menyebabkan anak menjadi lebih kecil
dari rata-rata pada waktu ia matang.
b. Kekurangan hormon gonad
Kurangnya hormon gonad untuk mengendalikan hormon pertumbuhan
dapat menyebabkan masa pertumbuhan anggota badan yang
berlangsung terlalu lama, sehingga individu lebih besar dari rata-rata
normal. Kurangnya hormon gonad juga mempengaruhi perkembangan
normal organ-organ seks dan ciri-ciri seks sekunder, sehingga postur
individu lebih kekanak-kanakan.
c. Kelebihan hormon gonad
Ketidakseimbangan berfungsinya kelenjar pituitary dan gonad, dapat
menyebabkan produksi hormon gonad yang berlebihan. Hal ini dapat
menyebabkan datangnya puber pada usia dini, yakni usia 5-6 tahun.
Puber terlalu awal dikenal dengan puberty precox. Meskipun anak
tersebut matang secara seksual dalam arti bahwa organ-organ seks
sudah mulai berfungsi, tetapi bentuknya masih kecil dan ciri-ciri

111
sekunder belum berkembang seperti anak yang matang pada usia
normal.

2. Bahaya psikologis

Terdapat bahaya psikologis pada masa puber yang membawa akibat


jangka panjang. Bahaya psikologis yang dimaksud adalah:
a. Konsep diri yang kurang baik
Konsep diri yang kurang baik tampak pada perilaku anak, yaitu anak
menarik diri, sedikit melibatkan diri dalam kegiatan atau pembicaraan
kelompok, menjadi agresif dan bersikap bertahan, membalas dendam
perlakuan yang dianggap tidak adil. Perilaku anak puber yang
demikian anak memunculkan reaksi sosial yang kurang baik.
Penyebab perkembangan konsep diri yang kurang baik selama masa
puber dapat berasal dari alasan pribadi meliputi bentuk dan
penampilan tubuh ataupun berasal dari alasan lingkungan, yakni
kondisi lingkungan sekitar anak.
b. Prestasi rendah
Kecepatan pertumbuhan fisik, cenderung memperlemah tenaga anak.
Ini mengakibatkan keseganan untuk bekerja dan bosan pada setiap
kegiatan yang melibatkan usaha individu, termasuk pada
penyelesaian tugas-tugas sekolah. Hal ini berdampak pada
menurunnya prestasi.
c. Kurangnya persiapan menghadapi perubahan masa puber
Kurangnya persiapan anak dalam menghadapi masa puber, terutama
pada anak yang matangnya lebih awal dan lebih lambat, akan
mendorong anak untuk berpikir bahwa ada sesuatu yang salah pada
diri mereka. Perbedaan dengan teman-teman sebayanya
memunculkan kegelisahan pada anak-anak, sehingga memunculkan
rasa rendah diri.

112
d. Kurang bisa menerima perubahan tubuh
Salah satu tugas perkembangan masa puber adalah menerima
kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan. Hanya sedikit
anak puber yang mampu menerima kenyataan ini, sehingga mereka
tidak puas dengan penampilannya.

PERKEMBANGAN REMAJA AKHIR


(18-22 TAHUN)

Remaja akhir adalah tahap untuk mencapai kedewasaan karena


pada masa ini kebanyakan remaja telah mampu menentukan suatu kode
moral dan relatif merasa senang dengan hubungan seksual. Walaupun
masih sering timbul keraguan tentang dirinya, perkembangan kognitifnya
akan terus berkembang dengan cara berpikir secara logis dan prihatin
akan masa depan.
Remaja akhir mempunyai keyakinan yang sangat kuat sehingga
setelah mengetahui apa yang diharapkannya maka dengan semangat dan
kemampuan yang dimilikinya akan terus dikerahkan untuk mencapai hasil
yang diinginkannya. Akan tetapi masih ada sebagian remaja pada masa
remaja akhir ini belum dapat menyelesaikan tugasnya secara sempurna,
terutama remaja yang mengalami perlakuan yang menyimpang dari
lingkungannya baik dari segi fisiologis, fsikis, psikologis, dan nutrisi.
Rentangan usia yang biasanya terjadi dalam masa ini (untuk
remaja Indonesia) adalah antara 17 tahun sampai 21 tahun bagi wanita,
dan 18 samapi 22 tahun buat pria. Dalam rentangan masa itu terjadi
proses penyempurnaan pertumbuhan phisik dan perkembangan aspek-
aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa sebelumnya. Arahnya
adalah kesempurnaan kematangan. Pada akhir masa ini pertumbuhan

113
phisik dan perkembangan aspek-aspek psikis dan sosial terus terjadi
hingga masa dewasa awal.
Sepanjang garis masa remaja akhir, mereka secara gradual
menjadi pria muda secara penuh atau "young men" atau menjadi wanita
muda secara utuh (young women) dan istilah "teenagers" biasanya tidak
lagi mereka sandang. Masa perkembangan dewasa muda atau remaja
akhir ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran
yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi. Mereka
bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi. Karena
itu. Mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan
kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai
keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan
keberhasilan itu. Ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka
di mata orang lain.

Ciri-ciri pokok penting masa remaja akhir


Dalam masa ini dan dengan jelas membedakannya dengan remaja
awal, mengenai pola sikap, pola perasaan, pola pikir dan pola perilaku.
Nampak ciri-ciri tersebut adalah :
a. Stabilitas Mulai Timbul dan
Meningkat

Para young men dan young women ini menunjukkan ada dan
meningkatnya kestabilan dalam aspek-aspek phisik dan psikis.
Pertumbuhan jasmani yang sempurna bentuknya, membedakannya
dengan parohan awal masa remaja awal. Dalam masa remaja akhir ini
terjadi keseimbangan tubuh dan anggota badan, panjang dan besar yang
berimbang. Demikian pula stabil dalam minat-minatnya; pemilihan
sekolah, jabatan, pakaian, pergaulan dengan sesama atau pun lain jenis.
Demikian pula soal sikap dan cara pandang mereka. Stabilitas itu
mengandung pengertian bahwa mereka relatif tetap atau mantap dan
tidak mudah berubah pendirian akibat adanya rayuan atau propaganda.

114
Akibat positip dari keadaan ini, adalah si remaja akhir lebih "well adjusted",
lebih dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian dalam dalam banyak
aspek kehidupannya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang
lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’
malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin
sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural,
politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila kondisinya
kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan
konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya.
Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di
sekitarnya.
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang
dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya
pada masa remaja umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan.
Pada permulaan periode anak mengalami perubahan-perubahan jasmani
yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau
suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan
yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku.
Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan
phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak,
ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis
yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya
anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa
disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga
berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri
darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi
lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi
pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung.
(Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).

115
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa
remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta,
persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini
biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain
dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama
moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian
pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki
keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri
dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang
sudah hampir masuk dewasa.Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap,
dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat
‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap
orang/pihak lain yang

c.
b. Menghadapi Masalahnya
Secara Lebih Matang

Masalah-masalah "wajar" yang dihadapi remaja pada masa ini


relatif sama dengan masalah yang dihadapi pada remaja awal.
Perbedaannya terletak pada cara mereka menghadapi masalah yang
dimaksud. Kalau dalam masa remaja awal mereka menghadapinya
dengan sikap bingung dan perilaku yang tidak efektif, maka dalam masa
remaja akhir ini mereka menghadapinya dengan lebih matang.
Kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-
masalah yang dihadapi; baik dengan cara sendiri-sendiri maupun dengan
diskusi-diskusi dengan teman-teman sebaya mereka. Langkah-langkah
pemecahan masalah itu, mengarahkan remaja akhir pada tingkah laku
yang lebih "well adjusted", lebih dapat menyesuaikan diri dalam banyak
situasi lingkungan dan situasi perasaan-perasaan sendiri.
Adanya usaha-usaha pemecahan masalah secara lebih matang
dan realistis itu merupakan produk dari kemampuan pikir remaja akhir
yang telah lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap pandangan yang lebih

116
realistis. Akibat selanjutnya adalah diperolehnya perasaan yang lebih
tenang.

Masalah-masalah Remaja

Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan


tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah
yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan
situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi,
penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang
tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian,
kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru,
adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban
dibebankan oleh orangtua.
Elkind dan Postman (Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang
fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan
perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-
anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial
yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang
menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak
secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut
menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-
obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan
yang kronis.

117
Teori perkembangan remaja akhir atau dewasa awal

Teori adalah suatu sistem pengertian atau konseptualisasi yang


diorganisasikan secara logis, dan diperoleh melalui jalan atau pendekatan
yang sistematis.
Adapun teori-teori yang menyangkut tentang remaja akhir atau
dewasa awal dari para ahli sangat beragam polanya akan tetapi secara
sederhana dapat disebutkan di sini antara lain:
1. Teori perkembangan mental menurut turner dan helms
2. Teori perkembangan karier menurut Donald super
3. Teori-teori kepuasan kerja menurut pra ahli psikologi industri
4. Teori perkembangan keagamaan menurut James fowler
5. Teori kepribadian menurut Bernice

Teori perkembangan mental menurut Turner dan Helms

Para ahli psikologi seperti Turner dan Helms (1994)


mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental yaitu:
1) Dimensi perkembangan mental kualitatif
Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan mental yang
dicapai seorang remaja akhir atau dewasa muda perlu dipertimbangkan
dengan taraf mental yang dicapai individu yang berada pada tahap
remaja. Walaupun menurut Piaget, bahwa remaja akhir atau dewasa
muda sama-sama berada pada tahap operasi formal, dimana pada tahap
ini menurut Piaget individu sudah melampaui dunia nyata, mengalami
pengalaman kongkrit dan berfikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai
bagian dari pemikiran yang lebih abstrak dan mengembangkan gambaran
keadaan yang ideal. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-
kemungkinan bagi masa depan, kemudian dalam memecahkan masalah
remaja awal ini lebih sistematis mengembangkan hipotesis tentang

118
mengapa sesuatu itu terjadi. Yang membedakan adalah bagaimana
kemampuan individu dalam memecahkan masalah.
Bagi remaja awal kadang kala mereka mengalami hambatan
terutama cara memahami suatu persoalan masih bersifat harfiah artinya
individu memahami suatu yang tersurat dalam tulisan dan belum
memahami sesuatu yang tersirat dalam masalah tersebut.
Sementara itu, menurut turner dan helms (1995), remaja akhir atau
dewasa awal itu tidak hanya mencapai taraf operasional formal melainkan
telah memasuki penalaran post formal, kemampuan ini ditandai dengan
pemikiran yang bersifat dialektikal yaitu kemampuan untuk memahami,
menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan dan
pemikiran-pemikiran yang saling kontradiktif sehingga individu mampu
menyintensiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Menurut Gisela
labouvie ( dalam turner dan helms 1995 )setuju kalau operasi formal tepat
untuk remaja awal, sedangkan remaja akhir atau dewasa awal mampu
memahami masalah-masalah yang bersifat paradoks sehingga diperoleh
pemikiran-pemikiran baru.
2) Dimensi mental
Biasanya menurut turner dan helms untuk mengetahui
kemampuan mental secara kuantitatif di perlukan suatu pengukuran yang
menggunakan skala angka-angka secara eksak atau pasti.

Teori perkembangan karier menurut Donald Super

Menurut Donald super, perkembangan pemilihan karier di bagi


menjadi 5 tahap yaitu 1) kristalisasi 2) spesifikasi 3) implementasi 4)
stabilisasi 5) konsolidasi.
a. Pada tahap kristalisasi individu berusaha mencari berbagai bekal
pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan formal dan non
formal untuk persiapan masa depan hidupnya. Kegiatan tersebut

119
dilakukannya dengan penuh semangat menyala-nyala tetapi ia
sendiri belum mengetahui akan hakekat dengan sesuatu yang
dicarinya .
Tentang tanda-tanda masa ini E spranger menyebutkannya ada 3
aktivitas yaitu :
1. penemuan aku
2. pertumbuhan pedoman hidup
3. masuknya pada kegiatan masyarakat.
b. Pada tahap spesifikasi individu sudah dapat mengetahui kondisi
dirinya, ia sudah dapat membuat rencana kehidupan serta sudah
dapat memilih dan menentukan jalan hidup yang hendak dipilih . Hal
ini nampak ketika individu memasuki program pendidikan SMA ke
program studi universitas, misalnya : studi hukum, ekonomi dan
psikologi. Masa ini ditempuh pada usia 18-25 tahun.
c. Pada tahap implementasi individu mulai menerapkan pengetahuan
dan ketrampilan yang diperoleh pada masa sebelumnya, secara
nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang keahlian
atau profesinya misalnya, setelah individu menyelesaikan pendidikan
di perguruan tinggi, ia akan menjadi seorang ahli seperti sarjana
hukum ekonom dan psikologi.
d. Pada tahap stabilisasi individu menekuni bidang profesinya sampai
benar-benar ahli di bidangnya sehingga individu dapat mencapai
prestasi puncak. Tahap ini ditandai dengan prestasi individu
menduduki posisi penting misalnya, sebagai dekan, rektor dan lain-
lain. Dengan demikian individu bukan hanya ahli dalam bidang
profesinya, melainkan juga mengatur suatu organisasi atau lembaga
masyarakat.
e. Pada tahap konsolidasi individu mulai memikirkan kembali sesuatu
yang telah dilakukan selama ini baik yang berhasil maupun yang
gagal. Lebih dari itu individu mulai mengintegrasikan seluruh
pengalamannya ke dalam aspek kepribadiannya agar ia dapat
melangkah ke masa depan lebih baik. Masa ini tercapai pada usia

120
diatas 50 tahun. Dalam hal ini upaya menyatukan berbagai
pengalaman di masa-masa sebelumnya diarahkan agar individu
semakin menyadari makna kehidupannya sehingga ia dapat lebih arif
dan bijaksana. Kebijaksanaan dirinya tampak dalam setiap
keputusan yang di ambil yaitu menekankan unsur nilai keadilan,
kejujuran, kebenaran berdasarkan hati nuraninya yang tulus .

Teori-teori kepuasan kerja menurut para ahli psikologi industri

Untuk menjelaskan tentang kepuasan kerja ini para ahli psikologi


bidang industri mengemukakan beberapa teori yaitu : 1) teori kesenjangan
2) teori keadilan 3) teori 4 faktor.
1. Teori Kesenjangan
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja seseorang sangat
dipengaruhi oleh sejauh mana hitungan antara apa yang diharapkan dan
kenyataan yang dirasakan contoh: seseorang lulusan dari SMA atau STM
sederajat ketika pertama kali bekerja di sebuah perusahaan, ia berharap
memperoleh penghasilan perbulan sebesar Rp1.000.000 ternyata impian
tersebut menjadi kenyataan, ia di terima di perusahaan itu dengan gaji
Rp1.500.000.
2. Teori Keadilan
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja seseorang sangat
dipengaruhi oleh terpenuhi tidaknya rasa keadilan yang di terima dalam
kenyataan, elemen teori ini meliputi: input, output dan perbandingan
antara orang satu dengan yang lain.
Yang dimaksud input adalah segala sesuatu yang berharga yang
dirasakan oleh karyawan sebagai sumbangan terhadap suatu pekerjaan
misalnya : pendidikan, pengalaman kerja dan lain-lain.
Yang dimaksud output adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh
karyawan sebagai hasil dari pekerjaannya misalnya : gaji, upah dan lain-
lain.

121
Yang dimaksud dengan perbandingan dengan orang lain yakni setiap
individu akan membandingkan rasio input-output dirinya dengan orang
lain, bila perbandingan itu tidak seimbang maka individu tersebut merasa
tidak puas.
Yang dimaksud dengan teori empat faktor, secara umum as’ad
menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja bagi
seorang individu yaitu faktor fisiologis, psikologis, sosial dan finansial.

Teori perkembangan agama menurut james fowler


Agama merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja.
Sebagian orang berpendapat bahwa agama bisa mengendalikan tingkah
laku anak yang beranjak dewasa sehingga ia tidak melakukan hal-hal
yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan
masyarakat. Untuk itu akan di bahas tentang perkembangan keagamaan,
menurut fowler ada 6 tahap.
a. keyakinan proyek intuitif
Menurut kohlberg masa pra operasional yaitu dimana anak terbuka
terhadap berbagai kemungkinan yang baru. Mereka beranggapan bahwa
antara fantasi dan keyakinan terjadi secara bersamaan. Sebagai anak-
anak, mereka berusaha memahami kekuatan yang mengontrol kehidupan
dunia. Mereka sering membuat khayalan-khayalan, bentuk-bentuk
khayalan yang muncul yakni bagaimana gambaran tentang neraca, surga
dan Tuhan, yang pernah diceritakan oleh orang tunya. Apabila mereka
membicarakan Tuhan dalam pikiran mereka tergambar adanya keharusan
seseorang untuk patuh agar memperoleh ganjaran dan hukuman bagi
yang tidak patuh.
b. keyakinan terhadap hal-hal mistik
Anak-anak sudah mampu berpikir lebih logis dan mulai
mengembangkan suatu pandangan yang bersifat universal, namun masih
dipengaruhi keyakinan dari masyarakat dan keluarga. Meskipun demikian

122
mereka dapat memahami bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan yang
dapat mengatasi masalah hidupnya. Mereka juga yakin bahwa Tuhan
bersifat adil, oleh karena itu Tuhan akan memberi ganjaran yang setimpal
terhadap setiap perbuatan .
c. keyakinan sintesis- konvensional
Keyakinan ini terjadi pada usia 10-13 tahun yang diyakini sebagai
masa transisi dari anak-anak menuju remaja awal. Kohlberg menyatakan
bahwa secara kognitif remaja mulai memasuki tahap perkembangan
operasi formal , mereka tidak lagi menerima apa yang dikatakan atau
dipelajari secara mentah-mentah karena mereka sudah mampu berpikir
kritis. Dalam diri remaja tumbuh keyakinan untuk tunduk dan patuh
terhadap yang diyakini dalam hatinya. Namun, mereka belum mampu
menganalisis alternatif ideologi agama secara tepat. Akibatnya mereka
tidak mampu mencapai tahap yang lebih tinggi.
d. keyakinan refleksi ke dalam diri sendiri
Masa ini terjadi pada masa transisi antara masa dewasa dan
remaja. Menurut fowler, bahwasanya individu mampu mengambil dan
melakukan tanggung jawab secara penuh terhadap apa yang diyakininya
atau kepercayaannya yang terlepas dari pengaruh orang lain atau
kelompok masyarakat. Hal ini dilakukan karena mereka sadar dan merasa
tahu secara sungguh-sungguh bahwa keyakinan itu sangat berarti dalam
hidupnya bahkan harus dipertahankan sampai akhir hayatnya.
e. keyakinan konjungtif
Menurut fowler, sebagian orang dewasa menengah telah memasuki
tahap ini, mereka bersikap kritis yaitu mampu menganalisis pandangan-
pandangan dalam ajaran yang dianggap saling bertentangan. Kadang-
kadang antara logika dan ajaran agama saling bertentangan. Meski
demikian, individu yang bersikap positif akan berupaya memenuhi hasrat
murni yang paling dalam dengan makin mendalami imannya. Sehingga ia
dapat memahami sesuatu sebagai rahmat dan melihat peristiwa sebagai
kepastian kehendak Tuhan .

123
f. keyakinan universal
Tahap ini dianggap sebagai tahap yang paling tinggi. Keyakinan ini
berkaitan dengan sistem keyakinan trasendental yang melampaui seluruh
ajaran agama atau kepercayaan di dunia orang yang telah mencapai
tahap ini tidak memiliki pandangan yang sempit, yaitu hanya terbatas
pada ajaran agamanya saja, dimana segala hal yang bersifat paradoks
dan menimbulkan pertentangan telah dihapuskan yang ada hanyalah
kesederajatan, keselarasan, dan kesamaan antara manusia dihadapan
Tuhan

Teori perkembangan kepribadian menurut Bernice


Dalam teori ini, menurut Bernice dikatakan bahwa peristiwa-
peristiwa kehidupan baik yang menyenangkan ataupun yang
mengecewakan akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan
kepribadian seorang individu. Peristiwa itu tentu erat kaitannya dengan
tahap perkembangan hidup seseorang. Peristiwa yang menyenangkan
dan membahagiakan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan
pembentukan konsep diri, harga diri dan kepercayaan diri yang positif.
Dengan demikian, hal ini akan membentuk kepribadian seseorang
menjadi lebih baik. Sebaliknya, peristiwa yang traumatis seperti
kegagalan, cenderung akan menurunkan aspek-aspek kepribadian seperti
konsep diri, harga dari, percaya diri. Teori ini mempunyai kesamaan
dengan teori yang dikemukakan oleh Abraham maslow, bahwasannya
prinsip pembentukan dan perkembangan kepribadian individu didasari
motivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, jika dalam
setiap perkembangan, kebutuhannya terpenuhi maka akan dapat
membentuk kepribadian yang baik. Adapun jenis-jenis kebutuhan yang
dikemukakan oleh Abraham maslow yaitu : kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, kebutuhan
aktualisasi diri.

124
Kasus Remaja Akhir

Penyalahgunaan Narkotika
Fungsi utama narkotika dalam segi medis adalah sebagai analgetik
untuk mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan
dirumah sakit untuk orang yang mendirita sakit beraty (misalkan kangker)
dengan rekomendasi dokter atau diberikan kepada orang-orang yang
akan menjalani operasi. Disamping itu, narkotika juga menimbulkan efek
yang disebut halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah atau rasa
nyaman. Dengan timbul efek halusinasi inilah yang menyebabkan
sekelompok masyarakat terutama kalangan remaja ingin menggunakan
narkotika meskipun tidak sedang menderita sakit. Hal itulah yang
mengakibatkan penyalahgunaan obat (narkotika). Bahaya penggunaan
narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan adanya adiksi atau
ketergantungan.
Adiksi adalah keracunan obat yang bersifat kronik atau periodic
sehingga penderita kehilangan control terhadap dirinya dan menimbulkan
kerugian terhadap dirinya sendiri dan masyarakat. Beberapa jenis
tanaman bahan narkotika dan obat bius antara lain candu atau opium,
morfin, alcohol, kokain, ganja atau mariyuana, kafein, LSD (Lasergic Adid
Diethy Lamide) dan tembakau.

125
Latihan / Tugas

1. Lakukan observasi perkembangan masa remaja


2. Identifikasi perkembangan pada masa remaja
3. Analisa keterlambatan perkembangan pada masa remaja
4. Analisa faktor yang mempengaruhi perkembangan pada masa remaja

Semua hasil review (1-3) diketik dengan font Calibri 12/Times New Roman
12/Arial 14 dengan spasi 1.5 pada kertas ukuran kuarto
Siapkan Slide PPT tayangan dari makalah review yang anda buat
maksimal 20 slide. Slide dibuat semenarik mungkin sehingga dapat
menggambarkan keseluruhan hasil identifikasi dan analisa.

126
RANGKUMAN

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-


kanak dan masa dewasa. Jadi disini sudah tak lazim dibilang
kanak-kanak lagi dan mulai beranjak pada masa dewasa.
Masa remaja dapat dibedakan menjadi 3 masa yaitu masa
remaja awal, masaa remaja tengah, dan masa remaja akhir
dengan batasan usia untuk masa remaja awal (12-15 th), masa
remaja tengah (15-18 th), dan masa remaja akhir (18-21 th).
Masing-masing pada tahap masa remaja mempunyai
karakteristik tersendiri. Khususnya untuk masa remaja tengah,
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan
tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran
akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja
mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan
perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.
Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja
awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada
diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan
kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap
tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini
remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya.

127
1. Sebut dan jelaskan problem kepribadian yang dialami remaja !
2. Sebut dan jelaskan perkembangan kognitif pada masa awal remaja
menurut Piaget !

128
Kunci Jawaban

1. Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self
identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi.
Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin
saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan
keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional
yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi
sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi
orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian
seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
2. Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal (formal operational
stage), berlangsung antara usia 11-15 tahun. Pemikiran operasional
formal lebih abstrak, idealistis, dan logis daripada pemikiran
operasional konkret. Piaget yakin bahwa remaja semakin mampu
menggunakan pemikiran deduktif hipotesis yaitu konsep operasional
formal piaget, yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan
kognitif untuk mengembangkan hipotesis, atau dugaan terbaik,
mengenai cara memecahkan masalah, seperti persamaan aljabar.
Kemudian mereka menarik kesimpulan secara sistematis, atau
menyimpulkan pola mana yang diterapkan dalam memecahkan
masalah. Jadi, pada tahap ini anak sudah mampu meninjau masalah
dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif atau
kemungkinan dalam memecahkan masalah, bernalar berdasarkan
hipotesis, menggabungkan sejumlah informasi secara sistematis,
menggunakan rasio dan logika dalam abstraksi, memahami arti
simbolik, dan membuat perkiraan di masa depan. Dengan mengetahui

129
tahap perkembangan kognitif tersebut, diharapkan orang tua dan guru
dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan intelektual anak
dengan tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya. Peserta
didik usia SD/MI, misalnya, berada pada tahap konkret operasional.
Untuk mengembangkan kemampuan koginitifnya, terutama
pembentukan pengertian dan konsep, dilakukan dengan
menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran.

Tindak Lanjut

Setelah mengikuti pokok bahasan ini, mahasiswa dapat lebih mempelajari


perkembangan masa remaja dengan mencari jurnal-jurnal penelitian
terkait agar dapat mengetahui lebih lanjut hubungan perkembangan masa
remaja dengan aspek-aspek lain yang lebih luas

130
DAFTAR PUSATAKA
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan
Peserta Didik . Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2006.
Brancorft. J, Herbenick, D., & Reynolds. M., (In Press). Mastrubasion as a
marker an sexual development. Brancorft (end). Sexual
Development Bollmington. IN: Indiana University Press.
Bertental. B., & Champos,J., 1987. New Direction in Study of Early
Exsperience Child Development, 58, 1089-1096.
Freud, S. The Standart edition of the Complete Psychological Works Of
Sigmun Freud. London : Hogarth,1953-1962. 21 Vols.
Hurlock, Elizabeth B. 1953. Psikologi perkembangan, edisi kelima.
Jakarta, Erlangga.
Jahja Yurdik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Kencana;
Muhmila M., Hardisana., dan Indria Dini. 2010. Psikologi Umum dan Anak:
AKBID YPSDMI GARUT;
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak, edisi ketujuh, jilid 2.
Jakarta , Erlangga.
Samsu Yusuf LN.1998.Model bimbigan dan konseling dengan pendekatan
ekologis disertasi.Bandung: Paska sarjana IKIP Bandung.
Tanner, J.M,.1967. Pub. Mc Laren (Ed). Advancesin
ReproductivePhysiology (Vol.II). New York: Academic Press.
Thornburg, H. D. Peers: Three distinct groups. Adolescence,1971,6,59-76
Soemanto Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Malang: Penerbit Rineka
Cipta;
Udry, J.R.,1988Biological Predesposition and Social Control in Adolensce
Sexual Behavior.American Sociological Review, 53, 709-722.
Zulkifli.Drs. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja
Rosdakarya.

131
132
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai