Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
“Peran Dan Fungsi Bidan Dalam Pemberdayaan Masyarakat”

OLEH :

NAMA : LARAS HANDAYANI


NIM : P0 5140 316 021

Dosen Pengampuh Matakuliah


EPTI YORITA, SST. MPH

POLITEHNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


PROVINSI BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN
T.A 2019/2020
Bidan Sebagai Motivator, Fasilitator, dan Katalisator dalam Pemberdayaan Masyarakat
a. Peran fasilitator
Peran utama fasilitator adalah menjadi pemandu proses, ia selalu mencoba proses yang
terbuka, inklusif dan adil sehingga setiap individu berpartisipasi secara seimbang.
Fasilitator juga menciptakan ruang aman dimana semua pihak bisa sungguh - sungguh
berpartisipasi. Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan,
mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses
saling belajar dalam kelompok.
b. Peran motivator
Peran motivator adalah peran untuk menyadarkan dan mendorong kelompok untuk
mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
c. Katalisator
Katalisator adalah orang-orang yang menjadikan segalanya terlaksana, karakteristik.
Seorang katalisator antara lain : intuitif, komunikatif, bersemangat, berbakat, kreatif,
menginisiatifkan, bertanggung jawab, murah hati dan berpengaruh. Seorang katalisator
akan membantu anggota tim lain untuk saling mendukung dan memberi semangat. Dalam
peran bidan ini dapat dengan melakukan aktivitas sebagai penghubung antara kelompok
pendampingan dengan lembaga di luar kelompok maupun lembaga tekhnis lainnya, baik
tehnis pelayanan permodalan maupun pelayanan keterampilan berusaha dalam rangka
pengembangan jaringan.

Kasus :
Disebuah desa terpencil disuatu daerah terdapat sebuah perkampungan kumuh yang jauh
dari akses kesehatan yang layak, disana masyarakat hanya bertumpu pada satu petugas kesehatan
yang ada disana yakni bidan desa, desa tersebut terkenal dengan daerah pemukiman yang
kumuh, tidak memiliki akses pengairan yang baik, akses air bersih yang cukup dan pengolahan
system pembuangan untuk seluruh warga yang tinggal didaerah itu, sehingga tak terpungkiri
wabah penyakit seperti diare, penyakit kulit, cacingan, tifus, dan demam berdarah kerap menjadi
masalah pada warga desa itu. Mayoritas masyarakat desa itu bekerja sebagai petani, dan rata –
rata anak – anak bersekolah hanya sampai dibangku SMA.
Tingkat kesadaran warga desa terhadap kebersihan lingkungan sangatlah rendah,
meskipun demikian tidak membuat semangat sang bidan desa untuk membangun daerah itu
menjadi lebih baik. Berbagai upaya selalu dilakukan oleh sang bidan, sebagai motivator bidan
selalu giat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan seperti mengajak
warga desa bergotoyong royong melalui himbauan kepala desa yang ada didaerah itu demi
terciptanya lingkungan yang sehat. Meskipun demikian, masyarakat masih saja belum
menganggap itu sebagsi sesuatu yang benar – benar penting dan harus segera dilakukan. Hingga
suatu ketika, terjadi wabah penyakit demam berdarah didesa itu, hal ini didapati oleh bidan
dalam kurun waktu 1 minggu terakhir, sudah ada sekitar 20 orang anak – anak yang mengalami
demam berdarah, hal ini diduga oleh sang bidan akibat dari banyaknya genangan air diselokan
yang kotor dan akibat lingkungan yang tidak bersih. Bukan hanya dugaan sang bidan, benar saja
salah seorang warga melapor kepada sang bidan bahwasaannya keluarganya sudah terkena
wabah demam berdarah, dan hal ini menurutnya sudah harus ditindak lanjuti. Mendengar hal itu,
sang bidan langsung mengajak salah satu warga tersebut kerumah kepala desa untuk
membicarakannya, sembari bidan akan melaporkan kegiatan ini kepada pihak puskesmas
didaerah tersebut untuk mendapatkan tindak lanjut.
Setelah berdiskusi dengan kepala desa dan salah satu warga setempat, sebagai seorang
katalisator, bidan menjembatani pemecahan masalah yang terjadi didesa ini terhadap petugas
kesehatan setempat. Setelah melakukan pelaporan kepada petugas kesehatan setempat, bidan dan
seluruh perangkat desa mengajak seluruh warga desa untuk bersama – sama melakukan
musyawarah desa demi menyelesaikan persoalan yang terjadi didesa tersebut. Selanjutnya bidan
melakukan pendampingan terhadap pemecahan masalah yang terjadi didaerah tersebut sebagai
bentuk peranan bidan sebagai fasilitator didesa itu, bidan bersama warga mencoba menemukan
penyebab dari masalah demam berdarah yang terjadi didaerah itu. Hingga pada akhirnya
masyarakat menyadari bahwasannya lingkungan yang sehat itu sangat penting untuk mencegah
berbagai wabah penyakit terkhususnya demam berdarah yang diakibatkan oleh lingkungan yang
kotor dan banyaknya genangan air got yang menjadi tempat bersarangnya jentik nyamuk demam
berdarah.
Menindaklanjuti hal tersebut, bidan bersama warga dan perangkat desa yang ada disana
akan meningkatkan kegiatan gotong royong rutin membersihkan selokan, membuat bang sampah
pada setiap blok rumah untuk mecegah terjadi penumpukan sampah. Bidan bersama perangkat
desa akan segera berdiskusi kepada petugas kesehatan setempat untuk membangun
POSKESDES bersama masyarakat, agar masyarakat dapat mengakses kesehatan dengan lebih
cepat. Selain itu bidan dan petugas kesehatan disana akan menggalakkan promosi kesehatan
mengenai pola hidup sehat dan melakukan pemberian obat pemberantas jentik nyamuk untuk
setiap rumah – rumah warga.

Anda mungkin juga menyukai