Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KEGIATAN

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (MANDIRI)

Judul

PELATIHAN DAN PENYULUHAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK


DAN ANORGANIK BAGI IBU RUMAH DI KELURAHAN
TONROKASSI, KECAMATAN TAMALATEA,
KABUPATEN JENEPONTO

Tim Pengabdi:

NURMILASARI USMAN K11115036


FITRIANI K11115532
SARINA K11115056

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ........................................................................................ii


Daftar Isi ............................................................................................................iii
Kata Pengantar............................................................................................ .....iv
Ringkasan.................................................................................................... ......v
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Tujuan Kegiatan ......................................................................................2
C. Manfaat Kegiatan ....................................................................................3
Bab II Tinjauan Pustaka.............................................................................. ....4
Bab III Gambaran Umum Lokasi
A. Keadaan Geografis ..................................................................................12
B. Keadaan Demografis ...............................................................................13
C. Keadaan Sosial/Ekonomi ........................................................................15
D. Status Kesehatan .....................................................................................16
Bab IV Hasil Pelaksanaan Kegiatan
A. Jenis dan Tema Kegiatan ........................................................................18
B. Target dan Sasaran Kegiatan ...................................................................18
C. Waktu dan Tempat Kegiatan ...................................................................18
D. Materi Kegiatan .......................................................................................18
E. Jumlah Dana ............................................................................................19
F. Hasil Kegiatan .........................................................................................20
Bab V Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................26
B. Saran ........................................................................................................26
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhana Wata’ala atas segala limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pengabdian
masyarakat ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan ini, Alhamdulillah tidak ada hambatan yang
kami hadapi. Namun kami sangat menyadari bahwa karena pertolongan-Nya
akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Serta kelancaran dalam penyusunan
laporan ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan supervisor dan
teman-teman sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Semoga laporan ini dapat memberikan gambaran terkait penyuluhan
kesehatan yang telah kami lakukan di Kelurahan Tonrokassi, Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto, yaitu penyuluhan terkait Sampah organik dan
anorganik pada ibu-ibu rumah tangga. Kami sadar bahwa dalam penulisan laporan
ini dan penyajian materi masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kepada para pembaca kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan laporan selanjutnya.

Makassar, Agustus 2017

Penyusun

iv
RINGKASAN

Sampah adalah sisa dari hasil kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau
suatu bahan maupun yang sudah tidak terpakai lagi dan ingin dibuang oleh
manusia. Di berbagai Negara khususnya di Indonesia permasalahan sampah
masih menjadi permasalah utama yang sulit untuk diselesaikan karena
masyarakat belum sadar mengenai bahaya yang dapat ditimbulkan dengan
adanya sampah. Penyebab atau faktor lain yang menjadi penyebab sampah
masih menjadi permasalahan utama yaitu kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan agar tetap
bersih sementara taraf hidup masyarakat semakin meningkat. Salah satu
upaya untuk menanggulangi sampah yaitu dengan melakukan pengolahan
sampah baik secara organik maupun anorganik. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu – ibu
mengenai pengolahan sampah yang baik setelah dilakukan pemilahan antara
sampah organik dan anorganik yang ada di sekitar Desa Tonrokassi,
Jeneponto. Kegiatan penyuluhan pengolahan sampah dilakukan dalam bentuk
penyuluhan dengan pemberian materi, diskusi antar pemateri dengan peserta.
Peserta penyuluhan yakni sebanyak 21 peserta perempuan. Hasil yang
diperoleh yakni rata-rata skor peserta penyuluhan pada saat pre-test yakni
sebesar 5,2% dan pada post-test sebesar 6,3%. Namun, berdasarkan analisis
uji Wilcoxon, terlihat bahwa nilai p = 0,078 > 0,05 yang artinya Ho
(Hipotesis Nol) diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara
pengetahuan responden tentang pengolahan sampah sebelum penyuluhan
dengan pengetahuan responden tentang pengolahan sampah sesudah
penyuluhan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan peserta penyuluhan mengenai pengolahan sampah
namun peningkatan yang terjadi tidak signifikan. Oleh karena itu, diperlukan

v
adanya peran serta masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
sekitar dari sampah, serta perlunya pengadaan tempat sampah yang terpisah.

Kata Kunci : Pengolahan, Sampah, Tonrokassi

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan lingkungan hidup (environmental education) adalah suatu
proses untuk membangun seluruh umat manusia di dunia yang sadar dan
peduli terhadap lingkungan dan segala masalah yang berkaitan dengannya.
Permasalahan tersebut tidak terlepas dari masyarakat yang memiliki
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen
untuk bekerja sama untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan
saat ini dan mencegah timbulnya masalah baru. Pendidikan lingkungan hidup
juga memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang
diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan.
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan
Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas
Lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak tersebut,
pada pasal 6 dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha berkewajiban
untuk berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan,
mencegah dan menaggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Terkait
dengan ketentuan tersebut, dalam UU NO. 18 Tahun 2008 secara eksplisit
juga dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban dalam
pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan sampah pasal 12 dinyatakan,
setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara
berwawasan lingkungan
Tingginya eskalasi urbanisasi, menjadikan pemerintah daerah dituntut
untuk meningkatkan pelayanan yang maksimal dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Salah satu pelayanannya adalah penanggulangan
kebersihan lingkungan pemukiman. Akibat tuntutan serta aspek pelayanan
yang harus disediakan menjadikan pemerintah daerah harus lebih serius
terhadap masalah persampahan. Persoalan sampah tidak henti - hentinya
untuk dibahas, karena berkaitan dengan pola hidup serta budaya masyarakat
itu sendiri. Olehnya penanggulangan sampah bukan hanya urusan pemerintah
semata akan tetapi penanganannya membutuhkan partisipasi masyarakat
secara luas.
Pencemaran lingkungan yang semakin meningkat disebabkan oleh
berbagai hal, seperti bertambahnya populasi manusia yang mengakibatkan
meningkatnya jumlah sampah yang dibuang. Hal ini diperburuk dengan
kurang memadainya tempat dan lokasi pembuangan sampah, kurangnya
kesadaran dan kemauan masyarakat dalam mengelola dan membuang
sampah, masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat sampah,
serta keengganan masyarakat memanfaatkan kembali sampah, karena sampah
dianggap sebagai sesuatu yang kotor dan harus dibuang ataupun gengsi.
Berbagai hal tersebut menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan yang
berdampak negatif bagi masyarakat.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan lingkungan
menjadi kotor dan menyebabkan pendangkalan sungai yang mengakibatkan
timbulnya banjir. Selain itu, sampah dapat mengakibatkan meningkatnya
penyebaran penyakit, bau menyengat dan lainlain sehingga mengganggu
kenyamanan dan kesehatan.
Jika masalah persampahan tidak ditangani sebagaimana mestinya, maka
dapat menimbulkan berbagai masalah, sampai pada resiko bagi kesehatan
manusia serta makhluk lainnya. Pengelolaan persampahan yang baik
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup pengumpulan,
pengangkutan, pengelolaan dan pembuangannya. Setiap kegiatan tersebut
berkaitan antara satu dengan lainnya dan saling berhubungan timbal balik.
Permasalahan ini bukan hanya akan menjadi masalah jangka pendek, tetapi
akan menjadi masalah jangka panjang, sehingga perlu disentuh dengan
kebijakan pemerintah daerah, dengan demikian maka penangannya akan
lebih terintegrasi dengan hasil maksimal.

viii
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari kegiatan ini adalah agar masyarakat dapat
mengetahui cara mengolah sampah organik dan anorganik menjadi barang
yang berguna.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai cara
memisahkan antara sampah organik dan anorganik.
b. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai cara mengolah
sampah organik.
c. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai cara mendaur
ulang sampah anorganik.

C. Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah :
1. Lingkungan di daerah sekitar menjadi bersih dan sehat.
2. Masyarakat dapat mengetahui jenis sampah dan mengolah sampah
berdasarkan jenisnya.
3. Dapat membantu perekonomian masyarakat.

ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sampah
Secara umum masyarakat mengenal sampah sebagai sesuatu benda yang
dihasilkan dari berbagai benda yang telah digunakan dan tidak diperlukan lagi
oleh manusia. Pengertian sampah dalam modul Materi Training Untuk Tingkat
Staf Teknis Proyek PLP Sektor Persampahan : 1986 Bab II menjelaskan bahwa
Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari
bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun bukan logam
yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar.
Sedangkan pengertian Limbah adalah suatu benda yang saat itu dianggap
tidak berguna lagi, kehadirannya tidak diinginkan dan tidak disenangi, harus
segera disingkirkan, merupakan benda buangan yang timbul dari lingkungan
masyarakat normal.
Berdasarkan rumusan pengertian dan pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa Sampah ialah semua jenis benda atau barang
bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal
dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah
dan udara sehingga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup manusia.
B. Macam-Macam Sampah
1. Sampah Organik
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,
perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam
proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa
tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-
bahan non-hayati, baik berupa produk sinterik maupun hasil proses

1
teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik ialah sampah
yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati baik berupa produk sinterik
maupun hasil prosses teknology pengelolahan bahan tambang atau sumber
daya alam dan tidak dapat diuraikan oleh alam.
Dari sekian limbah rumah tangga ada yang sangat berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan manusia yaitu sampah anorganik yang
keberadaannya kadang dianggap kecil. Dari hasil kajian pustakamaka
menunjukan bahwa sampah menurut jenisnya terbagi menjadi: Garbage
(sisa pengelolaan atau sisa makanan yang mudah membusuk), Rubbish
(bahan atau limbah yang tidak mudah membusuk), Ashes (sejenis abu hasil
dari proses pembakaran seperti pembakaran kayu, batubara maupun abu
dari hasil industry), Dead animal (segala jenis bangkai yang membusuk
seperti bangkai kuda, sapi, kucing tikus dan lain-lain), Street sweeping
(segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan karena
perbuatan orang yang tidak bertanggungjawab) dan Industrial waste
(benda-benda padat sisa dari industri yang tidak terpakai atau dibuang).
Tim Penulis PM (2008) mengatakan bahwa sampah anorganik
(sampah kering), yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti
plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan
gelas minuman, kaleng, dan sebagainya. Sampah jenis ini tidak dapat
terdegradasi secara alami oleh alam. Walaupun demikian, sampah ini dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan
produk lainnya sehingga apabila diolah lebih lanjut dapat menghasilkan
keuntungan. Selain dijual sampah anorganik dapat diolah menjadi barang
hiasan rumah tangga, peralatan rumah tangga, dan bahan dalam pembuatan
karya seni rupa. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual dan diolah
menjadi produk baru adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol
dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran,
HVS, maupun karton.

2
C. Penyakit akibat sampah
1. Penyakit Akibat Lalat
a. Disentri
Penyakit infeksi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus,
bakteri dan protozoa. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal
sebagai disentri basiler yang disebabkan oleh bakteri shigella,
sedangkan infeksi yang disebab-kan oleh protozoa dikenal sebagai
disentri amuba. Adapun yang dimaksud dengan penyakit infeksi
saluran pencernaan yang dapat menyebabkan diare adalah buang air
besar dengan tinja yang berbentuk cair atau lunak dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
b. Kolera
Transmisi langsung dari orang ke orang sangat kecil kemungkinannya
karena dosis infeksi kolera tinggi. Juga transmisi melalui lalat secara
epidemiologik tidak memainkan peranan penting. Secara teoritis, lalat dapat
mengontaminasi makanan di mana Vibrio berkembang biak sampai jumlah
dosis infektif tetapi belum ada bukti dan laporan terjadinya wabah kolera
yang berkaitan dengan transmisi oleh lalat.
2. Penyakit Akibat Nyamuk
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan mengakibatkan spectrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara yang paling ringan, demam dengue (DD),
DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock
syndrome (DSS) ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae.albopictus yang
terinfeksi. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue
dan dapat mengakibatkan kematian. Telur, larva, dan pupa nyamuk Aedes
aegypti tumbuh dan berkembang di dalam air.
Membuang sampah di tempat sampah yang terbuka termasuk ke
dalam kategori membuang sampah yang tidak baik. Hal itu dikarenakan
tempat sampah yang terbuka dapat berpotensi menjadi tempat
bersarangnya nyamuk Aedes sp. Selain itu, masyarakat lebih cenderung

3
memperhatikan kebersihan halaman depan rumah saja, halaman belakang
rumah seringkali luput dari perhatian, terlihat dari ditemukannya beberapa
kaleng bekas cat dan pot tanaman yang tidak terpakai di halaman belakang
rumah. Tanpa disadari barang-barang bekas tersebut dapat berpotensi
menjadi sarang nyamuk DBD jika terisi air saat musim penghujan.
Genangan yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini
berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang disebut
kontainer atau tempat penampungan air (TPA) bukan genangan air di
tanah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi peletakan telur
nyamuk Aedes sp antara lain jenis TPA, warna TPA, letak TPA, air, suhu,
kelembaban, dan kondisi lingkungan setempat. Identifikasi TPA dapat
digunakan untuk keperluan pemberantasan penyakit DBD.
3. Penyakit Akibat Tikus
Leptospirosis adalah salah satu penyakit infeksi yang terabaikan
atau Neglected Infectious Diseases (NIDs) yaitu penyakit infeksi yang
endemis pada masyarakat miskin atau populasi petani dan pekerja yang
berhubungan dengan air dan tanah. Mikroorganisme penyebab
leptospirosis adalah bakteri patogen yang termasuk genus Leptospira.
Genus Leptospira terdiri dari 2 spesies yaitu L. interrogans yang
merupakan bakteri patogen dan L. biflexa adalah saprofitik. Spesies L.
interrogans adalah spesies yang dapat menginfeksi manusia dan hewan.
Walaupun penularan leptospirosis dari tikus ke manusia dapat melalui
kontak langsung dengan jaringan tikus yang terinfeksi bakteri Leptospira
sp., namun penularan yang sering terjadi melalui kontak dengan air atau
tanah lembab yang terkontaminasi oleh urin tikus terinfeksi.
Hasil univariat menunjukkan rumah warga sebagian besar tidak
menyimpan sampah organik di dalam rumah akan tetapi kondisi tempat
sampah sebagian besar dalam kondisi terbuka. Tidak adanya sampah
organik di dalam rumah berdasarkan hasil uji chi square tidak
menunjukkan adanya hubungan terhadap kejadian leptospirosis, hal ini
dikarenakan sampah organik yang tidak disimpan dalam rumah tidak akan

4
mengundang tikus untuk masuk dalam rumah, sedangkan kondisi sampah
yang terbuka menunjukkan ada hubungan terhadap kejadian leptospirosis.
Sampah yang terbuka mempunyai resiko 16,3 kali lebih besar dalam
penyebaran leptospirosis. Adanya kumpulan sampah di sekitar rumah akan
menjadi tempat yang disenangi tikus. Keberadaan sampah terutama
sampah sisa-sisa makanan yang diletakkan di tempat sampah yang tidak
memenuhi syarat (tertutup) akan mengundang kehadiran tikus. Kondisi
sanitasi yang jelek seperti adanya kumpulan sampah dan kehadiran tikus
merupakan variabel determinan kasus leptospirosis. Tumpukan sampah
akan menjadi tempat bersarang dan mencari makan tikus.9 Penelitian ini
sesuai dengan penelitian Tri Ramadhani yang menunjukkan ada hubungan
antara kondisi sampah yang tidak layak (terbuka) terhadap kejadian
leptospirosis (p = 0,045) dengan OR=3,556; 95% CI=0,968-13,07.19.
D. Bagan Pengolahan Sampah

Berdasarkan bagan atau gambar tentang pengelolaan sampah diatas yang


terdapat di salah satu daerah dapat diketahui bahwa masyarakat sudah
melakukan pemilahan sampah rumah tangga yang terdiri dari sampah organik
dan sampah anorganik. Sampah organik diolah menjadi kompos yang

5
selanjutnya dapat dijual ataupun digunakan sebagai pengganti pupuk.
Sedangkan sampah anorganik yang terdiri dari plastik, kertas, logam kaca
serta bungkus kemasan dibuang ditempat atau wadah yang berbeda, selain itu
sampah anorganik juga diolah menjadi kerajinan. Baik sampah organik
ataupun anorganik keduanya membantu perekonomian masyarakat setempat
sehingga masyarakat pun memperoleh lingkungan yang bersih, sehat dan
indah.

E. Tujuan Pengolahan Sampah


Sistem pengelolaan sampah adalah mencegah timbulan dan memanfaatkan
sampah secara maksimal serta menekan dampak negatif sekecil-kecilnya dari
aktifitas pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan
sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan,
pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media
berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi
medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus
dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau
(tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang
lainnya.

F. Cara Pengolahan Sampah


1. Cara pengolahan sampah organik
Sampah organik rumah tangga adalah sampah yang mudah terurai,
seperti sisa-sisa makanan dan sayuran. Cara pengolahan dimasukkan ke
dalam tong plastik atau gentong tanah liat yang terlebih dahulu diberi alas
(arang/koral/potongan genteng) dan dilapisi sekam padi. Di dalamnnya
ditambahkan inukulen yang berupa campuran bekatul, gula dan ragi serta
ditambahkan kompos yang sudah jadi sebagai pemicu composting.
Diisikan sekitar sepertiga tinggi gentong. Setiap memasukkan sampah
harus diaduk agar proses aerasi terjadi dengan baik. Untuk skala rumah

6
tangga (4 - 6 orang) 1 gentong dapat penuh 2 sampai dengan 4 bulan.
Sedangkan kompos dapat dipanen setelah 2 minggu sampai 1 bulan.
Sampah organik diluar rumah seperti dedaunan, rumput, sisa makanan
ternak.
Cara pengolahan, dibuatkan tempat yang terlindung, pada
prinsipnya pengolahannya sama dengan cara pengolahan sampah rumah
tangga. Bagian dasar tempat diberi kontoran ternak dicampur dengan
kompos yang sudah jadi, baru di atasnya ditimbun sampah. Setiap hari
sampah harus dibolak balik dan disiram dengan air untuk menjaga
kelembabannya. Kompos dapat dipanen sekitar dua bulan.

2. Cara pengolahan sampah anorganik


a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya
Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah
organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan
anorganik disetiap rumah.
b. Pemanfaatan Kembali
Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas: 1). Pemanfaatan
sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah yang mudah
membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan
untuk melestarikan fungsi kawasan wisata. 2). Pemanfaatan sampah
anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan
kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku
dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali
secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas,
plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam
kemasan.
c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir
Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang
benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar ± 10%.
Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah
bagi pengelola kawasan, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk

7
lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini
dihadapi oleh banyak pemerintah daerah.

8
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN

A. Keadaan Geografis
Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Sulawesi Selatan dengan 11 kecamatan. Tingkat kepadatan penduduk
Kecamatan Tamalatea pada tahun 2015 sekitar 720 jiwa per km2. Ditinjau
menurut desa/kelurahan, maka kepadatan penduduk tertinggi adalah di
Kelurahan Tamanroya yaitu 1.742 jiwa per km2, menyusul Kelurahan
Tonrokassi sekitar 1.119 jiwa per km2, dan Desa Bontosunggu sekitar 1.098
jiwa per km2. Selanjutnya desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk paling
rendah adalah di Kelurahan Tonrokassi Timur. Kelurahan Tonrokassi
merupakan salah satu wilayah kerja dari puskesmas Tamalatea. Keadaan
geografis Kelurahan Tonrokassi sebagian besar merupakan daerah perkebunan
serta pesisir pantai. Kelurahan Tonrokassi terletak ± 13 km dari ibukota
kabupaten dan terdiri dari 8 Lingkungan, yaitu Ci’nong Barat, Ci’nong Timur,
Ora-Orasa, Se’rukang, Su’lurang, Taipa Kalongkong, Bossolo, dan
Paranglambere.

Gambar 1. Peta Kelurahan Tonrokassi

9
Secara umum, keadaan iklim di kabupaten Jeneponto beriklim tropis,
begitupun dengan Kelurahan Tonrokassi.

B. Keadaan Demografis
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Lurah Kelurahan
Tonrokassi, yang dimana data yang didapat yaitu penduduk berjumlah 5.406
jiwa dan memiliki 1.785 Kepala Keluarga dan menempati 1.216 rumah yang
tersebar di 8 lingkungan yang terdapat dalam wilayah administrasi Kelurahan
Tonrokassi dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Tiap
Lingkungan Kelurahan Tonrokassi, Kecamatan Tamalatea,
Kabupaten Jeneponto

Jenis Kelamin
Nama Lingkungan Total
Laki-Laki Perempuan
Ci’nong Timur 246 208 454
Ci’nong Barat 503 355 858
Ora-orasa 246 208 454
Bossolo 335 332 667
Parang Lambere 467 447 914
Sulurang 457 547 1.004
Taipakalongkong 295 185 480
Se’rukang 289 286 575
Total 2.838 2.568 5.406
Sumber: Data Sekunder, 2015

Berdasarkan tabel 1 yang didapatkan dari data sekunder, Kelurahan


Tonrokassi terdiri dari 5.406 jiwa penduduk laki-laki dan 2.838 jiwa penduduk
perempuan dengan total keseluruhan 2.568 jiwa.

10
Adapun data cakupan rumah tangga berdasarkan jumlah rumah dan
jumlah kepala keluarga di Kelurahan Tonrokassi Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto adalah sebagai berikut.

Tabel 2
Distribusi Cakupan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Rumah dan
Jumlah Kepala Keluarga Kelurahan Tonrokassi
Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto
Jumlah Kepala
Nama Lingkungan Jumlah Rumah
Keluarga
Ci’nong Timur 126 178
Ci’nong Barat 213 297
Ora-orasa 214 249
Bossolo 83 198
Parang Lambere 156 275
Sulurang 209 262
Taipakalongkong 98 141
Se’rukang 117 185
Total 1.216 1.785
Sumber: Data Sekunder, 2015

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa di Kelurahan Tonrokassi


Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto terdapat 1.216 rumah tangga
dengan jumlah kepala keluarga sebayak 1.785 kepala keluarga.

C. Keadaan Ekonomi dan Sosial/Budaya


1. Mata Pencaharian

11
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagian besar mata
pencaharian penduduk Kelurahan Tonrokassi adalah bekerja sebagai
petani, pencari rumput laut, dan pembuat gula merah.

2. Tingkat Pendidikan
Pada tingkat pendidikan memberikan sebuah gambaran pontensi
sumber daya manusia serta pengetahuan pendudukan di Kelurahan
Tonrokassi yang dapat dikategorikan sebagai tingkat pendidikan rendah
yang di mana penduduk di Kelurahan Tonrokassi paling banyak hanya
tamatan SD.

12
3. Keadaan Sosial/Budaya
Sejak dahulu hingga sekarang di Kelurahan Tonrokassi sebutan
Karaeng sudah sangat melekat pada penduduk setempat. Sebutan karaeng
dapat menjadi suatu penghargaan tersendiri bagi penduduk di Kelurahan
Tonrokassi. Karaeng nama yang diberikan kepada seseorang yang
dianggap kuat dan terpercaya dalam masyarakat.
Penduduk Kelurahan Tonrokassi sebagian besar bersuku Bugis
Makassar sehingga dalam percakapan sehari-hari meraka menggunakan
bahasa Makassar dengan dialek Konjo. Mereka masih mempertahankan
adat-istiadat seperti pernikahan. Ciri khas dari Kelurahan Tonrokassi
apabila terdapat penduduk yang akan melakukan pesta pernikahan maka
penduduk yang diundang membawa bahan makanan pokok seperti beras
yang kemudian ditukarkan dengan kue.
Adapun ciri khas lain yang dimiliki oleh penduduk Kelurahan
Tonrokassi pada saat akan memasuki Bulan Ramadhan yakni dengan
memanjatkan doa bersama dengan menghidangkan makanan istimewa di
keluarga masing-masing yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai
adat baca-baca. Keadaan sosial ekonomi dan budaya sangat berpengaruh
terhadap kehidupan dan kesehatan suatu kelompok masyarakat. Oleh
karena itu, faktor sosial ekonomi sangat penting untuk diperhatikan demi
meningkatkan status derajat kesehatan.

D. Status Kesehatan
Dari segi kesehatan, berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari
puskesmas Tamalatea terdapat 10 penyakit yang paling banyak terjadi di
Kecamatan Tamalatea yakni batuk, nasofaringitis akut, hipertensi, sefalgia,
gastroenteritis dan kolitis noninfektif, myalgia, dermatitis alergi, demam,
ISPA dan perawatan medik. Masyarakat Kelurahan Tonrokassi yang ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan biasanya akan berkunjung ke
puskesmas pembantu (Pustu) yang merupakan bagian dari Puskesmas

13
Tamalatea dan beroperasi sesuai dengan hari kerja. Masyarakat Kelurahan
Tonrokassi sangat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Pemanfaatan Puskesmas dan Pustu oleh masyarakat sangat baik,
apalagi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas terdiri dari dokter, bidan,
perawat hingga farmasi dan pada Pustu juga terdapat Bidan. Jarak dari
Pustu dengan pemukiman penduduk cukup dekat serta pelayanan yang
baik ditempat tersebut.
Selain Pustu, di Kelurahan Tonrokassi juga terdapat 3 Posyandu, yaitu
Bulogading Lingkungan Bulo-bulo, Posyandu Mawar Merah Lingkungan
Kulanga dan Posyandu Melati Lingkungan Kalukuang. Setiap sekali
sebulan Posyandu selalu ramai dengan ibu-ibu yang ingin menimbang dan
melakukan imunisasi pada bayi-bayi yang dilakukan oleh bidan
Puskesmas. Masyarakat Kelurahan Tonrokassi sangat sadar untuk
membawa anak mereka ke Posyandu. Hal itu memperlihatkan ibu-ibu
sudah sadar akan kesehatan anak mereka.

14
BAB IV
HASIL KEGIATAN

A. Jenis dan Tema Kegiatan


Kegiatan yang telah dilakukan adalah pelatihan dan penyuluhan
pengolahan sampah organik dan anorganik. Adapun tema pada kegiatan ini
yaitu “ Pemanfaatan Sampah menjadi barang berguna”.

B. Target dan Sasaran Kegiatan


Sasaran dari pelatihan ini yakni para Ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan
Tonrokassi, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto dengan jumlah yang
pada pelatihan sebanyak . Seluruh Ibu-ibu rumah tangga dapat mengetahui
perbedaan sampah organik dan sampah anorganik serta dapat membuat sebuah
karya kerajinan seperti pada pelatihan yang diberikan.

C. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan pelatihan dan penyuluhan pengolahan sampah dilakukan 2 kali
yakni pada tanggal 2 Agustus 2017 Pukul 14.00 sampai 15.00 WITA bertempat
di rumah Ketua Majelis ta’lim Ci’nong barat Karaeng Rannung, pada tanggal 3
Agustus 2017 Pukul 14.00 sampai 15.00 WITA bertempat di rumah kepala
lingkungan Paralambere.

D. Pelaksana Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dilaksanakan oleh mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 sebagai peserta pada mata
kuliah Pengalaman Belajar Lapangan, posko 6, Kelurahan Tonrokassi di
lingkungan Ci’nong Barat dan lingkungan Paralambere. Nama-nama pelaksana
pada kegiatan pelatihan kesehatan ini dapat dilihat pada lampiran 1.

15
E. Materi Kegiatan
Materi yang telah dibawakan pada kegiatan ini adalah Cara pengolahan
sampah oorganik dan anorganik. Uraiannya sebagai berikut:
Adapun materi yang telah dibawakan yaitu:
1. Pengertian Sampah
2. Macam-macam sampah
3. Penyakit akibat sampah
4. Tujuan pengolahan sampah
5. Bagan pengolahan sampah
6. Daur ulang sampah
7. Pelatihan cara pengolahan sampah menjadi barang berguna
Metode yang digunakan pada kegiatan pelatihan dan penyuluhan cara
pengolahan sampah organik dan anorganik yang dilakukan di rumah Ketua
Majelis ta’lim Ci’nong barat Karaeng Rannung dan rumah kepala lingkungan
Paralambere yaitu:
1. Ceramah
Kegiatan pelatihan ini diawali dengan ceramah yang dilakukan oleh
Fitriani. Dalam ceramah ini disampaikan materi mengenai materi tentang
sampah dan bagaimana memanfaatkan sampah menjadi barang berguna
dengan menggunakan media powerpoint dilengkapi dengan presentasi
menggunakan LCD.
2. Tanya Jawab
Tanya jawab dilakukan setelah pemberian materi. Peserta pelatihan
bertanya secara langsung pada pemateri, dan kemudian pemateri menjawab
langsung setiap pertanyaan peserta pelatihan.
3. Praktek pengolahan sampah anorganik
Setelah pemberian materi, dilakukan praktek pembuatan kerajinan
tangan salah satunya pembuatan bunga hias dari sampah botol oleh
Nurmilasari Usman kemudian diikuti oleh peserta pelatihan. Peserta
diarahkan dengan mengikuti tiap tahap-tahapan pembuatan kerajinan dari

16
sampah botol. Setiap peserta melakukan praktek pembuatan kerajinan bunga
hias dari sampah botol dan didampingi oleh mahasiswa PBL.

F. Jumlah Dana
Pemasukan didapatkan dari kontribusi mahasiswa. Penghitungan nilai
partisipasi terdapat pada lampiran 7.

G. Hasil Kegiatan
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada penyuluhan CTPS
adalah sebagai berikut.
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penyuluhan
Pengolahan Sampah di Kelurahan Tonrokassi
Tahun 2017
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 0 0,0
Perempuan 21 100
Total 21 100,0
Sumber: Data Primer PBL II, 2017
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 21 responden, sebanyak 100%
responden berjenis kelamin Perempuan.
Distribusi pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan
pengolahan sampah organic dan anorganik berdasarkan pertanyaan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Pengolahan Sampah di Kelurahan Tonrokassi
Tahun 2017
Skor Pengetahuan N Min Maks Mean±SD P-Value

Sebelum 21 2 10 5,2±1,8 0,078


Sesudah 21 2 10 6,3±2,4
Sumber: Data Primer PBL II, 2017

17
Berdasarkan tabel hasil analisis uji Wilcoxon, terlihat bahwa tidak ada
perbedaan skor pengetahuan sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Hal
ini dipengaruhi dari usia serta beberapa masalah kesehatan seperti rabun mata.
Selain itu, beberapa dari responden tidak memahami penjelasan dengan
menggunakan bahasa Indonesia sehingga pemateri pun kesulitan dalam
menyampaikan materi.
Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Responden Sebelum Penyuluhan
Pengolahan Sampah di Kelurahan Tonrokassi
Tahun 2017
Pre-test Post-test
Uraian Benar Salah Benar Salah
N % N % N % n %
Limbah organic
berasal dari sisa 14 66,7 7 33,3 16 76,2 5 23,8
mahluk hdup
Plastik, kaca, karet
9 42,9 12 57,1 16 76,2 5 23,8
tidak dapat terurai
B3 mudah meledak
17 81,0 4 19,0 14 66,7 7 33,3
dan beracun
Sifat limbah
11 52,4 10 47,6 9 42,9 12 57,1
anorganik
Yang termasuk limbah
16 76,2 5 23,8 11 52,4 10 47,6
anorganik
Kotoran kayu dapat
dibuat menjadi 6 28,6 15 71,4 12 57,1 9 42,9
kompos
Limbah dari
tumbuhan dapat
7 33,3 14 66,7 14 66,7 7 33,3
dimanfaatkan sebagai
kompos
Botol termasuk
15 71,4 6 28,6 9 42,9 12 57,1
limbah
cacing adalah hewan
13 61,9 8 38,1 17 81,0 4 19,0
penyebab diare
Tikus adalah hewan
penyebab 8 38,1 13 61,9 16 76,2 5 23,8
leptospirosisi
Sumber: Data Primer PBL II, 2017

18
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan yang dijadikan parameter
untuk mengukur pengetahuan mengenai pengolahan sampah, pertanyaan yang
paling banyak dijawab benar oleh responden pada pre-test adalah pertanyaan
ke-3, yaitu 80,0% dan pada post-test ialah pertanyaan ke-9, yaitu 81,0%.
Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden
adalah pertanyaan ke-6 yaitu 71,4% (pre-test) dan pertanyaan 4 dan 8 yaitu
57,1% (post-test).
Penyuluhan pengolahan sampah dilakukan sebanyak dua kali. Penyuluhan
pertama kali dilakukan pada hari Rabu tanggal 3 Agustus 2017 bertempat di
rumah Ketua Majelis ta’lim Ci’nong barat Karaeng Rannung. Penyuluhan ini
dimulai pada Pukul 14.00 sampai 15.00 WITA Kegiatan penyuluhan ini diikuti
oleh 14 orang peserta terdiri dari Ibu-ibu rumah tangga desa Ci’nong.
Penyuluhan pengolahan sampah yang kedua dilakukan pada hari Kamis
tanggal 4 Agustus 2017 di rumah kepala lingkungan Paralambere. Penyuluhan
ini dimulai pada pukul 14.00 WITA dan berakhir pada pukul 15.00 WITA.
Kegiatan penyuluhan ini diikuti oleh 7 orang peserta terdiri Ibu-ibu di
lingkungan Paralambere dan Se’rukang.
Konsep penyuluhan ini adalah pelatihan yang dilakukan setelah pemberian
materi tentang sampah. Hal ini dilakukan agar Ibu-ibu di lingkungan tersebut
dapat memahami secara langsung salah satu cara teknik pengolhan sampah
yang mudah dan murah. Selain itu, Mahasiswa juga memberikan tantangan
kepada para Ibu-ibu yang mampu membuat kerajinan sampah terindah dengan
memanfaatkan sampah-sampah disekitar. kategori kerajinan ini dilihat dari 3
kerajinan terbaik.
Alat bantu yang digunakan pada penyuluhan ini adalah LCD, kemudian
menggunakan pre-test dan post-test untuk mengukur sejauh mana tingkat
pengetahuan Ibu-ibu tentang pengolahan sampah. Teknik penyuluhan yang
digunakan bersifat ceramah dan praktik. Kegiatan diawali dengan membagikan
pre-test. Setelah mengisi pre-test, diberikan materi yaitu pengolahan sampah.
Indikator keberhasilan atau alat ukur keberhasilan yang digunakan saat
penyuluhan adalah pembagian pre-test sebelum pemaparan materi dan post-test

19
setelah pemaparan materi. Untuk mengukurnya digunakan metode scoring atau
pemberian angka dari setiap jawaban yang dipilih.
Pelaksanaan pre-post test pada kegiatan ini tidak dilakukan dengan
maksud membandingkan pengetahuan responden yang berada pada tingkatan
kelas yang berbeda. Pelaksanaan pre-post test dimaksudkan untuk melihat
sejauh mana pengetahuan responden mengenai cara pengolahan sampah.
Adapun hasil yang diperoleh yakni beberapa responden memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang pada materi tentang sampah baik sebelum maupun
setelah penyuluhan berlangsung. Hal ini terlihat bahwa pada pre-test maupun
post-test terdapat responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hal ini
terjadi akibat dari usia responden yang sudah tua dan ketidaktahuan responden
membaca. Adapun Responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
mengenai pengolahn sampah karena usia yang masih muda dan beberapa
istilah telah diketahui sebelumnya.
Setelah melakukan pemaparan materi, kami melakukan pelatihan
pembuatan kerajinan bunga dari botol air mineral dan kantong plastik bekas.
Pelatihan ini dilakukan agar Ibu-ibu yang mengikuti penyuluhan mendapatkan
pengetahuan baru tentang manfaat botol air mineral yang biasanya masyarakat
Jeneponto menggunakannya sebagai pengikat rumput dapat dibuat menjadi
kerajinan bunga serta kantong plastic bekas.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tidak ada peningkatan pemahaman Ibu-ibu mengenai cara memisahkan
antaraa sampah organic dan sampah anorganik
2. Tidak adanya peningkatan pengetahuan Ibu-ibu mengenai cara mengolah
sampah.
3. Terjadi Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai cara mendaur ulang
sampah.

B. Saran
1. Diperlukan adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan sekitar.
2. Diperlukan adanya fasilitas khusus tempat sampah umum yang memisahkan
antara sampah organic dan anorganik

21
DAFTAR PUSTAKA

Sari Puspita, Martini, Praba Ginanjar. 2012. Hubungan Kepadatan Jentik Aedes
Sp Dan Praktik Psn Dengan Kejadian Dbd Di Sekolah Tingkat Dasar
Di Kota Semarang. Semarang. JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 413 –
422.

Nugroho Arief. 2015. Analisis Faktor Lingkungan dalam Kejadian Leptospirosis


di Kabupaten Tulungagung. Tulungagung. Balai Besar Litbang
Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga. BALABA Vol.11 No.2,
Desember 2015: 73-80.

Marliani Novi. 2014. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik)


Sebagai Bentuk Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup.
Universitas Indraprasta. Jurnal Formatif 4(2): 124-132, 2014 ISSN:
2088-351X.

Rahayu Asih. 2010. Cholera. Surabaya. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya


Kusuma Surabaya.

Canra Aryu. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor
Risiko Penularan. Semarang. Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 –119.

22
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Pelaksana Kegiatan


Pelaksanan kegiatan penyuluhan ini adalah mahasiswa Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) angkatan 2015, dengan rincian jobdesk sebagai berikut:
Pemateri : 1. Fitriani
2. Nurmilasari Usman
Pendamping : 1. Widya Bunga Rampa
2. Lispin Rambung
3. Khaerunnissa
4. Alisha Salsabila
5. Sarina
Dokumentasi : Abdul Malik Halik

23
Lampiran 2. Susunan Acara Penyuluhan

No. Kegiatan Waktu


1. Pemberangkatan menuju lokasi 12.30-13.00
2. Persiapan oleh pihak pelaksana 13.00-13.30
3. Pembukaan 14.00-14.10
4. Perkenalan 14.10-14.15
5. Pre test 14.15-14.30
6. Pemberian Materi 14.30-14.45
7. Post Test 14.45-15.00
8. Pelatihan pengolahan sampah 15.00-15.30
9. Penutup & Pemberian snack 15.30-15.35
10. Foto bersama 15.35-15.40

24
Lampiran 3. Materi Kegiatan

25
26
27
28
Lampiran 4. Tingkat Pengetahuan Responden
1. Hasil Pre Test

Presentasi hasil
Pre Test
100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Hasil Post Test

Presentasi hasil
Post Test
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

29
Lampiran 5. Absensi Peserta Kegiatan

DAFTAR HADIR PENYULUHAN PENGOLAHAN SAMPAH PBL II

POSKO 6 KELURAHAN TONROKASSI KEC.TAMALATEA

KABUPATEN JENEPONTO

TAHUN 2017

Lingkungan Ci’nong
NO NAMA ALAMAT
1. IRMHA CI’NONG
2. BASMAWATI CI’NONG
3. MARIANA CI’NONG
4. KARMILA CI’NONG
5. NURHAYANI CI’NONG
6. DG.BALI CI’NONG
7. YADA CI’NONG
8. SUNNIATI CI’NONG
9. MAMUSUNG CI’NONG
10. RAHMIATI CI’NONG

DAFTAR HADIR PENYULUHAN PENGOLAHAN SAMPAH PBL II

POSKO 6 KELURAHAN TONROKASSI KEC.TAMALATEA

KABUPATEN JENEPONTO

TAHUN 2017

Lingkungan Paralambere

NO NAMA ALAMAT

30
1. DARMAWATI PARALAMBERE
2. ROHANI PARALAMBERE
3. NORMA PARALAMBERE
4. SAMBE PARALAMBERE
5. MINASARI PARALAMBERE
6. INTANG PARALAMBERE
7. RAHMAWATI SE’RUKANG
8. SUBAEDA SE’RUKANG
9. ANI PARALAMBERE
10. KARTIKA SE’RUKANG
11 HAWANI PARALAMBERE

31
DAFTAR HADIR
PELAKSANA KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

Hari/Tanggal : Rabu, 03 Agustus 2017


Tempat : Rumah Ketuua Majelis Ta’lim Ci’nong

No. Nama NIM Keterangan


1. Abdul Malik Halik K11115302 

2. Alisha Salsabila K11115333 

3. Nurmilasari Usman K11115036 

4. Widya Bunga Rampa K11115038 

5. Lispin Rambung K11115039 

6. Khaerunnisa K11115012 

7. Sarina K11115056 

8. Fitriani K11115532 

DAFTAR HADIR

PELAKSANA KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

Hari/Tanggal : Kamis, 04 Agustus 2017


Tempat : Rumah Kepala Lingkungan Paralambere

No. Nama NIM Keterangan


1. Abdul Malik Halik K11115302 

2. Alisha Salsabila K11115333 

32
3. Nurmilasari Usman K11115036 

4. Widya Bunga Rampa K11115038 

5. Lispin Rambung K11115039 

6. Khaerunnisa K11115012 

7. Sarina K11115056 

8. Fitriani K11115532 

Lampiran 6. Surat Perizinan Pelaksanaan Kegiatan

33
Lampiran 7. Laporan Keuangan

Pelaksanaan Kegiatan Rincian Penggunaan Dana


No. Tgl Uraian Waktu Peserta JOK* Uraian Penggunaan Lain-
Swadaya Pemda/Mitra Mhs Jumlah
Kegiatan (Jam) (Orang) (WxP) Dana lain
Penyuluhan
Sampah di
Rumah ketua
1 02/8 3 10 30 Tenaga kerja 30 JOK 0 30
majelis
Ta’im
Ci’nong
Komsumsi 50 50
Air minum 15 15
Penyuluhan
Sampah di
Rumah
2 03/8 3 11 33 Tenaga kerja 33 JOK 0 33
Kepala
Lingkungan
Paralambere

1
Komsumsi 50 50
Air minum 15 15
Jumlah 6 21 63 Jumlah 0 130 168
*) JOK = Jam-Orang-Kegiatan = Waktu x Jumlah Peserta **) JOK = Nilai partisipasi tenaga
Nilai 1 (satu) JOK lokal adalah Rp. 1.000,-

2
Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan

Pre Test Gambaran Pengetahuan Ibu-ibu tentang pengolahan sampah

3
Pemberian Materi tentang pengolahan sampah

Pelatihan pembuatan kerajinan dari sampah botol air mineral dan

4
kantong plastik bekas

Post test gambaran pengetahuan Ibu-ibu tentang pengolahan sampah

Anda mungkin juga menyukai