Anda di halaman 1dari 9

PENGOLAHAN AIR SUNGAI BATANGHARI MENJADI AIR BERSIH PDAM TIRTA MAYANG

September 18, 2016

PENGOLAHAN AIR SUNGAI BATANGHARI MENJADI AIR BERSIH

PDAM TIRTA MAYANG

Description: logo unja new

Nama : SUGENG TRIWAHYUDI

NIM : RRA1C113014

M.K : KIMIA LINGKUNGAN

PENDIDIKAN KIMIA

PMIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2016

BatangHari (atau Sungai Hari) adalah sungai terpanjang di pulau Sumatera sekitar 800 km. Mata airnya
berasal dari Gunung Rasan (2585 m), dan yang menjadi hulu dari Batang Hari ini adalah sampai kepada
Danau Di atas, yang sekarang masuk kepada wilayah Kabupaten Solok, provinsi Sumatera Barat, dan
mengalir keselatan sampai kedaerah Sungai Pagu, sebelum berbelok kearah timur. Aliran dari sungai ini
melalui beberapa daerah yang ada di provinsi Sumatera Barat dan provinsi Jambi, seperti Kabupaten
Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten BatangHari, Kota
Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebelum lepas keperairan timur
sumatera dekat MuaraSabak.

Description: D:\sugeng\fdhd.jpg

Gambar 1.1 Sungai Batanghari sebagai bahan baku air bersih

Description: D:\sugeng\bh 34.JPG

Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, masak, dan
lainnya. Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah penting. Namun, mengingat bahwa tidak
semua kawasan mendapatkan air bersih, maka perlu adanya pemerataan distribusi air bersih bagi
masyarakat.

Kriteria air bersih biasanya meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam usaha
menyediakan air bersih, biasanya BUMN di Indonesia yang berkaitan dengan hal ini adalah PDAM –
(Perusahaan Dagang Air Minum). Kadang ada yang menyindirnya sebagai Perusahaan Dagang Air Mandi,
karena terkadang air yang didistribusikan tidak memenuhi kriteria air minum,

Penyelenggaraan penyediaan air minum perpipaan di Kota Jambi dimulai sejak zaman Pemerintah Hindia
Belanda Tahun 1928. Staadfonds atau Pemerintah Kota pada waktu itu mendirikan waterleiding bedrijf
dengan kapasitas 7 liter/ detik, selanjutnya dengan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Tingkat II
Jambi No. 25/X/1974 tanggal 27 Maret 1974 ditetapkan menjadi Perusahaan Daerah Air Minum.

Gambar 1.2 PDAM Kota Jambi

Description: D:\sugeng\20160517_110631.jpg

Tahun 1975 – 1976, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Benteng (1928) yang dibangun dengan kapasitas 7
liter/ detik ditingkatkan secara bertahap dari kapasitas 26 liter/ detik hingga 42 liter/ detik. Tahun 1978 –
1983, Proyek Lima Kota yang dibiayai dari pinjaman Bank Dunia membangun sistem penyediaan air
minum di Kota Jambi, salah satu kegiatan proyek tersebut membangun IPA Broni dengan kapasitas 300
liter/ detik dan mulai dioperasikan Tahun 1982, dan membangun IPA Jambi Seberang dengan kapasitas
10 liter/ detik, sejak saat itu IPA Benteng dihentikan operasinya, karena kelebihan produksi dari IPA Broni
disamping kondisi teknis IPA Benteng yang sudah rusak.

Tahun 1989 – 1993, Proyek Sumatera Secondary Cities Urban Development Project(SSC-UDP) yang
didanai dari pinjaman RDI dan sebagian hibah APBN, ditujukan untuk mengoperasikan kembali IPA
Benteng dan mengembangkan jaringan distribusi. Tahun 1997 – 1998, Proyek kerjasama/ kemitraan
PDAM dengan Pihak Swasta mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum di Wilayah Barat Kota Jambi
khususnya Kecamatan Telanaipura dan Kotabaru dengan membangun IPA Aur Duri kapasitas 100 liter/
detik dan jaringan pipa induk distribusi. Tahun 1997 – 2000, Proyek Sumatera Urban Development Sector
Project (SUDSP) merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas IPA Broni menjadi 600 liter/ detik, dan
pembangunan Reservoir kapasitas 750 m3 yang berlokasi di Jl. M. Kukuh Kecamatan Kota Baru. Tahun
2005, Pembangunan Booster Pump Kapasitas 10 liter/ detik yang berlokasi di Tanjung Pasir Jambi Kota
Seberang ditujukan untuk memperbaiki pendistribusian air kepada pelanggan di Kecamatan Danau Teluk
dan Kecamatan Pelayangan.

Tahun 2006, pembangunan Pipa Induk di Jambi Kota Seberang dan Kotabaru (daerah Mayang Mengurai)
melalui bantuan proyek APBD 2006 Kota Jambi Jambi ditujukan untuk meningkatkan kinerja dan
mengembangkan pelayanan air minum. Tahun 2007, Pembangunan Reservoir kapasitas 500 m3 pada
lokasi Mayang Mengurai yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan memperluas jaringan di Wilayah
Kecamatan Kota Baru. Tahun 2009, Pembangunan Reservoir dengan kapasitas 150 M3 Tahun 2013,
Pembangunan Intake Sijinjang dan IPA Tanjung Sari dengan kapasitas 100 liter/detik.

Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi.
Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya penambahan bahan
kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi,
terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk
menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya
memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya. PDAM, biasanya melakukan pengolahan
secara fisika dan kimiawi dalam proses penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air
bersih di daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah.

Sebelum dialirkan kepelanggan, air baku melalui serangkaian proses pengolahan di IPA hingga menjadi
air bersih. Terdapat 5 tahap proses pengolahan sampai menjadi air bersih. Tahapan proses pengolahan
tersebut adalah koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.

Gambar 1.3. Bagan Alir Proses Produksi Air Minum Jambi

Description: D:\sugeng\20160517_094912.jpg
Air Baku Sungai Batanghari

Line Callout 2: Desinfeksi menggunakan gas clor


Text Box: Reservoir

Gambar 1.4 Skema Pengolahan Air Bersih PDAM TIRTA MAYANG


Dari bagan diatas dapat di jelaskan mengenai pengolahan air sungai Batanghari menjadi air bersih yaitu :

A. Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)

Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Sumber air
utamanya diambil dari air sungai Batanghari. Pada bangunan ini terdapat bar screen (penyaring kasar)
yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-
daun, batang pohon, dan sebagainya.

B. Bak Prasedimentasi (optional)

Bak ini digunakan bagi sumber air yang karakteristik turbiditasnya tinggi (kekeruhan yang menyebabkan
air berwarna coklat). Bentuknya hanya berupa bak sederhana, fungsinya untuk pengendapan partikel-
partikel diskrit dan berat seperti pasir, dll. Selanjutnya air dipompa ke bangunan utama pengolahan air
bersih yakni WTP. Pada bak inilah dilakukan penambahan tawas atau AluminiumSulfatdanPolyaluminium
Chloride. Pemberian tawas ini di sesuaikan dengan tingkat kekeruhan dari air sungai Batanghari itu
sendiri yang dipengaruhi oleh intensitas cuaca di hulu sungai hujan sehingga air yang di gunakan sebagai
bahan baku utama konsentrasinya menjadi meningkat ( Bak Koagulator).

Gambar 1.5. Bak Prasedimentasi Produksi Air Minum Jambi

Description: F:\Survay PDAM\IMG20160517100932.jpgDescription: F:\Survay


PDAM\IMG20160517095654.jpg

C. WTP (Water Treatment Plant)

Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa bagian, yakni
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi :

Gambar 1.6. WTP (1.koagulasi, 2.Flokulasi, 3.Sedimentasi


Description: F:\Survay PDAM\IMG20160517100907.jpg

1. Koagulasi

Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid,
karena pada dasarnya air sungai atau air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid
yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk memisahkan air dengan pengotor yang
terlarut didalamnya, analoginya seperti memisahkan air pada susu kedelai. Pada unit ini terjadi rapid
mixing (pengadukan cepat) agar koagulan dapat terlarut merata dalam waktu singkat. Bentuk alat
pengaduknya dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat menggunakan hidrolis (hydrolic jump atau
terjunan) atau mekanis (menggunakan batang pengaduk).

2. Flokulasi

Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah untuk membentuk dan memperbesar flok
(pengotor yang terendapkan). Di sini dibutuhkan lokasi yang alirannya tenang namun tetap ada
pengadukan lambat (slow mixing) supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan efisiensi, biasanya
ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-flok tersebut

3. Sedimentasi

Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh
unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel kolid (biasanya berupa
lumpur) akan lebih besar dari pada berat jenis air. Pada masa kini, unit koagulasi, flokulasi dan
sedimentasi telah ada yang dibuat tergabung yang disebut unit aselator.

Gambar 1.7. proses sedimentasi

Description: D:\sugeng\sedimentasi (2).jpg

4. Filtrasi

Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring dengan media butiran. Media butiran ini
biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica dan kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Cara ini dilakukan
dengan metode gravitasi.

Gambar 1.8. Bak Filtrasi


Description: D:\sugeng\20160517_095530.jpg

Gambar 1.9. Alat Otomatis Jika Filtrasi Tersumbat

Description: F:\Survay PDAM\IMG20160517103301.jpg

5. Desinfeksi

Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada kuman dan bakteri yang hidup, sehingga
ditambahkanlah senyawa kimia yang dapat mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan chlor,
ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yakni reservoir.

Gambar 1.10. Tabung Gas Clor Dan Sistem Penyaluran Gas

Description: F:\Survay PDAM\IMG20160517102821.jpgDescription: F:\Survay


PDAM\IMG20160517102611.jpgDescription: D:\sugeng\tabung klor.jpg

D. Reservoir

Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui
pipa-pipa secara gravitasi. Karena kebanyakan distribusi di Indonesia menggunakan konsep gravitasi,
maka reservoir biasanya diletakkan di tempat dengan posisi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang
menjadi sasaran distribusi, bisa diatas bukit atau gunung.

Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air. Untuk menghemat
biaya pembangunan, unit intake, WTP dan reservoir dapat dibangun dalam satu kawasan dengan
ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa
dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke resevoir. Pada akhirnya, dari reservoir, air bersih
siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.

Gambar 1.12. Mesin Yang Digunakan Untuk Memompa Air Ke Rumah-Rumah Warga

Description: F:\Survay PDAM\IMG20160517103725.jpg

Gambar 1.12. Bak Penampungan Terakhir Untuk Disalurkan Ke Warga

Description: F:\Survay PDAM\IMG20160517103812.jpg


Sekarang ini, perkembangan metode pengolahan air bersih telah banyak berkembang, diantaranya
adalah sistem saringan pasir lambat. Perbedaan utama pada sistem ini dengan sistem konvensional
adalah arah aliran airnya dari bawah ke atas (up flow), tidak menggunakan bahan kimia dan biaya
operasinya yang lebih murah. Pada akhir tahun lalu pun, Pusat Penelitian Fisika LIPI telah berhasil
menciptakan alat untuk mengolah air kotor menjadi air bersih yang layak diminum, sistem ini dirancang
agar mudah dibawa dan dapat dioperasikan tanpa memerlukan sumber listrik.

Anda mungkin juga menyukai