DASAR TEORI
Selanjutnya pada pasal 1 ayat (4) sampai dengan (7) menjelaskan tentang tenaga
Kesehatan Lingkungan terdiri dari tenaga Sanitarian, Entomolog dan Mikrobiolog,
sebagai berikut :
a. Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang
kesehatan dalam rumpun kesehatan lingkungan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan tinggi di bidang kesehatan lingkungan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
b. Tenaga Sanitasi Lingkungan yang selanjutnya disebut dengan sanitarian adalah
tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan kesehatan lingkungan dengan spesialisasi sanitasi lingkungan
yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan dalam upaya di bidang kesehatan
lingkungan.
c. Entomolog Kesehatan adalah adalah tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan kesehatan lingkungan dengan
spesialisasi entomologi kesehatan yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan
dalam upaya di bidang kesehatan lingkungan.
d. Mikrobiolog Kesehatan adalah adalah tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan kesehatan lingkungan dengan
spesialisasi mikrobiologi kesehatan yang diperlukan untuk melaksanakan
kewenangan dalam upaya di bidang kesehatan lingkungan.
Selanjutnya pada bab II, organisasi ayat (1) dan (2) dijelaskan sebagai berikut:
Selanjutnya asas, sifat dan tujuan organisasi dijelaskan pada pasal 6, disebutkan bahwa:
Status, fungsi, dan tujuan organisasi Profesi Kesehatan Lingkungan, dalam pasal
7, 8, dan 9 dijelaskan sebagai berikut : Organisasi Profesi HAKLI bertujuan menggali,
menghimpun, membina, mengembangkan, menyelenggarakan, menapiskan, dan
mengimplementasikan bidang ilmu dan teknologi kesehatan lingkungan dalam
pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Status dan fungsi organisasi profesi HAKLI dijelaskan berikut : HAKLI
merupakan satu-satunya organisasi profesi kesehatan lingkungan di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (2) Undang-undang Nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan dan telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Azasi Manusia Nomor: AHU – 00005.60.10.3014.
1. Visi HAKLI
Mengembangkan dan mengamalkan profesionalimse kesehatan lingkungan untuk
mencapai lingkungan sehat dan kesejahteraan masyarakat
2. Misi HAKLI
Memfasilitasi anggota untuk mengembangkan dan mengamalkan profesionalisme
kesehatan lingkungan.
a. Menyelenggarakan standar kompetensi, standar pelayanan dan legislasi profesidi
bidang kesehatan lingkungan bagi anggotanya
b. Mengembangkan kerjasama kemitraan dengan pemerintah, institusi pendidikan
dan organisasi profesi lainnyaserta lembaga kemasyarakatan terkait
c. Melakukan kontrol sosial di bidang kesehatan Lingkungan
d. Melakukan pembinaan, penyuluhan dan pendidikan kesehatan lingkungan kepada
masyarakat dalam mewujudkan lingkungan hidup yang sehat.
3. Kegiatan Usaha Utama
Dalam mewujudkan Visi dan Misinya, organisasi profesi HAKLI memiliki usaha
utama yang dijelaskan pada pasal 10 sebagai berikut :
a. Menggalang persatuan dan kesatuan semua kompetensi dan potensi professional
anggota.
b. Meningkatkan peranan dan pengabdian anggota kepada masyarakat dalam upaya
pelayanan profesi kesehatan lingkungan.
c. Menyelenggarakan penelitian, pengembangan dan peningkatan kompetensi
profesional anggota di bidang IPTEK kesehatan lingkungan.
d. Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan pemerintah, swasta maupun
organisasi kemasyarakatan di bidang kesehatan lingkungan baik di dalam maupun
di luar negeri guna menunjang perwujudan visi dan misi organisasi.
e. Meningkatkan profesionalitas melalui sertifikasi keahlian khusus di bidang
kesehatan lingkungan.
f. Mengembangkan upaya praktek mandiri di bidang kesehatan lingkungan.
Perkembangan organisasi HAKLI pada 3-4 tahun terakhir telah terbentuk struktur
kepengurusan hamper disetiap Provinsi dan Kabupaten/Kota, mengembangkan program
kerja dan kegiatan-kegiatan dalam mewujudkan visi dan misinya sesuai dengan kondisi
wilayah masing-masing.
Melaksanakan tugas profesi dengan berpegang pada Kode Etik Profesi dan tekad
untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerja sama dengan
profesi kesehatan lain perlu dieratkan dengan kejelasan dalam wewenang dan fungsinya.
Oleh karena tanpa mengindahkan hal-hal disebutkan tadi, maka konsekuensi hukum akan
muncul tatkala terjadi penyimpangan kewenangan atau karena kelalaian. Ketentuan
hukum (Pidana) tidak masuk dalam ranah Pelanggaran Etik Profesi.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hadi Siswanto, MPH, Buku Ajar Etka Profesi, Etika, Sanitarian, Kesehatan Lingkungan dan
Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta, Politeknik Kesehatan Jakarta
II, 2008.
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar, Bandung, PT Refika Aditama,
2001.
Rafael Raga Maran, Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta,
Rineka Cipta 2000.
Jhon P Kotter, James l. Heskett, Corporate Culture and Performance, Person Educatin Asia Pte
Ltd, PT Prenhallindo, 1998.
Ken Blancard, Michael O’connor, Jim Ballard, Managing by Value, Mengelola berdasarkan
Nilai, PT Gramedia Pustaka Utama, 1998.
Badan PPSDM Kesehatan, Diklat Aparatur, 2011, Modul Pelatihan Jabatan fungsional
sanitarian Jenjang Terampil-Pelaksana, Kemenkes RI.
Buku Pedoman Pengajaran Mata Kuliah Dasar- dasar Kesehatan Lingkungan pada PAM SKL,
Pusdiknakes, 1993.
Hadi Siswanto, dkk, 2010, Etika Profesi Sanitarian dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan,
Yogyakarta, Graha Ilmu Press.
Peraturan Menteri Kesehatan RI, N0.13 Tahun 2015, Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas ,file:///C:/Users/acer/Downloads/Documents/PMK-No.-
13-ttgPelayanan-KESLING- di-Puskesmas_3.pdf.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2014, Kurikulum inti DIII Kesehatan Lingkungan, ,
BPPSDM Kesehatan Kemkes RI Jakarta.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2017, Kurikulum dan Modul, Peningkatan Kapasitas
Tenaga Pendidik dalam Penerapan pendidikan Antar Profesi pada
Pelayanan Kesehatan Komunitas, BPPSDM Kesehatan, Kemkes RI,
Jakarta.
Sanitarian’s handbook, Theory and Administratif Practice for Environmental Health. Ben
Freedman, New Orleans, USA, 1977.