Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

PEMERIKSAAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)

PADA ALAT MAKAN

Dosen Pembimbing :

Narwati, S.Si., M.Kes

Drh. Koerniasari, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Dhika Raras Wahyu M (P27833118066)


2. Khofifah Dwi Lestari (P278331180 )
3. Shelli Aprillia Stanza A (P27833118068)
4. Putri Sartika (P27833118075)

KELAS D3-2B

KELOMPOK B SUB I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

PROGRAM STUDI D-III KAMPUS SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan “Laporan PraktikumPraktikum Pemeriksaan Angka
Lempeng Total (Alt) Pada Alat Makan”.

Laporan ini telah penulis susun dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan


bantuan dari beberapa pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan bekerjasama dalam makalah ini.

Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada


kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasannya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapet mengevaluasi makalah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Surabaya, 10April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................2
C. Tujuan ...................................................................................................2
D. Manfaat .................................................................................................2
BAB II DASAR TEORI ....................................................................................3
BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................12
A. Hasil .....................................................................................................12
B. Pembahasan...........................................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................16
A. Kesimpulan ..........................................................................................16
B. Saran ....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................17
LAMPIRAN ........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rendahnya konsentrasi sampel parameter kualitas lingkungan
menyebabkan mudah terjadinyadegradasi, deteriorasi, maupun kontaminasi
dari berbagai sumber baik saat pengambilan sampel, perlakuan sampel di
lapangan, transportasi, penyimpanan, preparasi, maupun analisis di
laboratorium. Pengambilan sampel harus representatif, dengan kata lain
sampel yang diambil harus mewakili kumpulannya. Dengan sampel yang
representatif data hasil pengujian dapat menggambarkan kualitas lingkungan
yang mendekati kondisi sesungguhnya (Hadi, Anwar. 2015 : hal 1).
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia,
jugamerupakan sumber makanan bagi mikroorganisme.Pertumbuhan
mikroorganismedalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang
menguntungkan sepertiperbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna
ataupun daya simpannya.Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam
bahan pangan juga dapatmengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang
tidak diinginkan, sehingga bahanpangan tersebut tidak layak dikonsumsi.
Kejadian ini biasanya terjadi padapembusukan bahan pangan (Siagian,
Albiner. 2002: hal 1)
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan
dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya pada manusia seperti
penyakit dan keracunan.

1. Tujuan dari Sanitasi Makanan:

a. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan.

b. Mencegah wabah penularan penyakit

c. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat

d.Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan.


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sanitasi makanan, terdiri dari 3 faktor yaitu

faktor makanan, faktor manusia, dan faktor peralatan.

a) Faktor makanan

1) Sumber bahan makanan

Sumber bahan makanan dapat diperoleh dari berbagai sumber


baik dari pertanian, peternakan, maupun dari lainnya. Sumber bahan
makanan yang dimaksud harus memenuhi persyaratan sanitasi untuk
mencegah terjadinyakontaminasi ataupun pencemaran

2) Pengangkutan bahan makanan

Pengangkutan bahan makanan dilakukan baik dari sumber ke


pasar maupun dari sumber ke tempat penyimpanan. Pengangkutan bahan
makanan dimaksud harus memenuhi persyaratan sanitasi agar tidak
tercemar atau terkontaminasi dan tidak rusak. Sarana yang dipakai untuk
pengangkutan memiliki alat pendingin dan tertutup.

3) Penyimpanan bahan makanan


Tempat penyimpanan bahan makanan harus memenuhi sanitasi seperti:
(a) Tempat penyimpanan bahan makanan dibuat sedemikian rupa agar
binatang seperti tikus, kecoa, dan serangga lainnya tidak masuk dan
bersarang.
(b) Tempat penyimpanan yang menggunakan rak, harus disediakan
ruang untuk kolong agar mudah membersihkannya.
(c) Suhu udara dalam gudang tidak lembab agat terhindar dari
tumbuhnya jamur.
(d) Memiliki pencahayaan yang cukup.
(e) Dinding bagian bawah dari gudang harus dicat putih agar
mempermudah melihat jejak tikus (jika ada)
4) Pemasaran bahan makanan
Tempat pemasaran atau penjualan bahan makanan harus memenuhi
persyaratan sanitasi antara lain:
(a) Kebersihan
(b) Pencahayaan
(c) Sirkulasi udara
(d) Memiliki alat pendingin
5) Pengolahan bahan makanan
Pengolahan bahan makanan adalah suatu proses yang harus
memenuhi persyaratan sanitasi terutama berkaitan dengan alat
perlengkapan masak dan kebersihan dapur. Selain itu yang perlu menjadi
perhatian adalah:
(a) bahan makanan yang akan diolah jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan, agar habis sekali masak
(b) makanan yang sering dipanaskan akan mengurangi zat gizi yang
terkandung di dalamnya.
6) Penyajian makanan
Penyajian makanan yang sudah mengalami proses pengolahan, harus
memenuhi persyaratan sanitasi yaitu:
(a) bebas dari kontaminasi
(b) bersih dan tertutup
(c) dapat memenuhi selera makan.
7) Penyimpanan makanan
Makanan yang telah diolah, disimpan di tempat yang memenuhi syarat
sanitasi yaitu dalam lemari berventilasi atau dalam lemari atau tempat
pendingin.

b) Faktor manusia

Orang-orang yang bekerja pada kegiatan faktor makanan di atas


harus memenuhi persyaratan sanitasi meliputi:

1) kesehatan dan kebersihan individu

2) tidak menderita penyakit infeksi, dan tidak carrier suatu penyakit.

3) mengikuti program pemeriksaan kesehatan berkala setiap 6 bulan atau 1


tahun sekali.
c) Faktor peralatan

Peralatan yang dipakai baik untuk kegiatan pengemasan maupun


pengolahan makanan m, harus memenuhi perayaratan sanitasi (Salmah,
Sjarifah. 2018: hal 103-106)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hygiene dan sanitasi pada alat makan?
2. Apa yang dimaksud media pertumbuhan bakteri Nutrient Agar?
3. Bagaimana Angka Lempeng Total (ALT) yang diperbolehkan pada alat
makan?
4. Bagaimana cara pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada alat makan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hygiene dan sanitasi pada alat makan.
2. Untuk mengetahui media pertumbuhan bakteri Nutrient Agar.
3. Untuk mengetahuiAngka Lempeng Total (ALT) Angka Lempeng Total
(ALT) yang diperbolehkan pada alat makan.
4. Untuk mengetahui cara pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada alat
makan.

D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa memahami hygiene dan sanitasi pada alat makan.
2. Mahasiswa memahami media pertumbuhan bakteriNutrient Agar.
3. Mahasiswa memahami Angka Lempeng Total (ALT) Angka Lempeng
Total (ALT) yang diperbolehkan pada alat makan.
4. Mahasiswa memahami cara pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada
alat makan.
BAB II
DASAR TEORI

A. Hygiene dan Sanitasi pada Alat Makan


Makanan merupakan suatu hal yangsangat penting didalam
kehidupan manusia,karena makanan berfungsi memberikantenaga atau energi
panas pada tubuh, membangun jaringan-jaringan tubuh yang baru, pengatur
dan pelindung tubuh terhadap penyakit serta sebagai sumber pengganti sel-sel
tua yang usang dimakan usia. Makanan selain harus mengandung nilai gizi
yang cukup juga harus bebas dari sumber pencemar seperti
mikroorganismeyang dapat menjadi penyebab penularanpenyakit apabila
tidak dikelola secarahigienis.
Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat
kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan tehadap hygiene dan sanitasi
peralatan yang digunakan untuk mengolah makanan dan minuman karena
mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial
dalam penyebaranpenyakit.
Faktor manusia dalam hal inipenjamah makanan mempunyai peran
yangsangat besar dalam proses pengolahanmakanan karena penjamah
makanan dapatmemindahkan bakteri Esherichia coli padamakanan apabila
mereka tidak menjagahigiene perorangan, seperti tidak mencucitangan
sebelum memegang makanan.Kebersihan penjamah makanan atau
hygienepenjamah makanan merupakan kuncikeberhasilan dalam pengolahan
makananyang aman dan sehat.Perilaku higienisperorangan yang baik dapat
dicapai apabiladalam diri pekerja tertanam pengertiantentang pentingnya
menjaga kesehatan dankebersihan diri.
Faktor peralatan seperti alat makanmerupakan salah satu faktor
yangmemegang peran penting dalam penularanpenyakit, sebab alat makan
yang tidak bersihdan mengandung mikroorganisme dapatmenularkan
penyakit melalui makanan,sehingga proses pencucian alat makandengan
penerapan metode pencucian yangtepat sangat penting dalam
upayapenuruanan jumlah angka kuman terutamapada alat makan.
Teknik pencucian merupakan faktor yang mempengaruhi bilangan
bakteri ataumikroorganisme pada peralatan makan,teknik pencucian yang
salah dapatmeningkatkan resiko tercemarnya makananoleh bakteri atau
mikrooganisme.Akibatyang ditimbulkan jika konsumen tidakmemiliki daya
tahan tubuh yang cukupadalah dapat menyebabkankeracunan.Peralatan yang
kontak langsungdengan makanan yang siap disajikansesudah pencucian tidak
boleh mengandungangka kuman atau 0 koloni/cm².(Marisdayana Raras,
Puteri S, dan Hesti Yosefin. 2017: 376).
Teknik pencucian piring yang benarmenurut Kemenkes (2009),
melaluibeberapa tahap yaitu pemisahan kotoranatau sisa makan dari peralatan
makan,perendaman, pencucian, pembilasan denganair bersih dan mengalir,
perendaman denganair kaporit, penirisan, perendaman denganair panas 82-
100 ºC, dan pengeringan.Teknik pencucian yang benar akanmemberikan hasil
akhir pencucian yangsehat dan aman.

B. Media Pertumbuhan Bakteri Nutrient Agar


NA (Nutrient Agar) merupakan suatu medium yang berbentuk
padat, NA(Nutrient Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone
denganmenggunakan agar sebagai pemadat, dalam hal ini media yang
digunakan diproduksi oleh Oxoid.ltd., Basingstoke, Hampshire, England,
dengan merekOXOID. kode CM0003. Komposisi NA Kode CM0003 adalah
pepton 5.0,sodium chlorida 5.0, agar 15.0, lab-lemco’ powder 1.0, yeast
extract 2.0.(tertulisdalam kemasan) (Rossita, Aqmarin Septian, Kukuh
Munandar, Sawintri Komaryanti. 2015: 193-194).
Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan
termasukdalam kelompok media semi alami, media semi alami merupakan
media yangterdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa
kimia.Berdasarkankegunaanya media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam
jenis media umum,karena media ini merupakan media yang peling umum
digunakan untukpertumbuhan sebagian besar bakteri.Bedasarkan bentuknya
media ini berbentukpadat, karena mengandung agar sebagai bahan
pemadatnya.Media padat biasanyadigunakan untuk mengamati penampilan
atau morfologi koloni bakteri(Munandar, 2016:84).
Banyaknya persyaratan nutrient mikroorganisme amat beragam,
namunsebagai makhluk hidup mereka mempunyai kebutuhan dasar yang
sama, yaitumeliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh. Bagi
organisme berseltuggal, air amat penting karena merupakan komponen utama
protoplasma sertawahana bagi masuknya nutrient ke dalam sel. Dalam
pembuatan mediumsebaiknya di gunakan air suling, pada medium yang
mengandung pepton danekstrak daging, air dengan kulitas semacam ini dapat
menyebabkan terbetuknyaendapat fosfat dan magnesium fosfat. Berdasarkan
pada sumber karbon yang digunakan, sebagaian besar bakteri memerlukan
sumber energi organik sepertiglukosa atau asam-asam amino. Faktor tumbuh
juga diperlukan dikarenakan didalam faktor tumbuh terdapat komponen
seluler esensial yang tidak dapatdisintesis sendiri oleh suatu organisme dari
sumber dasar karbon dannitrogenya.bagi banyak bakteri kebutuhan berupa
faktor tumbuh sudah dapatdipenuhi oleh ekstark daging (Rossita, Aqmarin
Septian, Kukuh Munandar, Sawintri Komaryanti. 2015: 193-194).
Bahan yang digunakan untuk pembuatan media NA modifikasi
meliputi,daging ayam ras, daging ayam buras, daging kambing gibas dan
daging sapi lokal, dikarenakan bahan-bahan tersebut mudah di dapat dan
harganya relatif murahsehingga guru biologi mendapatkan alternatif
pengunaan media pengganti mediaNA (Nutrient Agar) pabrikan. Media NA
(Nutrient Agar) modifikasi adalah media tanam bakteri yangterbuat dari
ekstrak daging, daging yang di gunakan untuk membuat media iniadalah
daging ayam boiler, ayam buras, kambing gibas, dan sapi lokal. (Rossita,
Aqmarin Septian, Kukuh Munandar, Sawintri Komaryanti. 2015: 193-194).

C. Angka Lempeng Total (ALT) yang Diperbolehkan pada Alat Makan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga bahwa angka
kuman pada alat makan dan minum harus nol (negatif) dan tidak diperoleh
adanya carrier (pembawa kuman pathogen) pada penjamah makanan yang
diperiksa.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga bahwa angka
kuman pada alat makan dan minum harus nol (negatif) dan tidak diperoleh
adanya carrier (pembawa kuman pathogen) pada penjamah makanan yang
diperiksa.

Peraturan lain yang mengatur kebersihan alat makan yaitu


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit berikut persyaratannya:

1. Peralatan Masak
a) Peralatan masak terbuat dari bahan dan desain alat yang mudah
dibersihkan dan tidak boleh melepaskan zat beracun kedalam bahan
pangan (food grade).
b) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor serta tidak boleh
dicampur.
c) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam
yang lazim dijumpai dalam pangan.
d) Peralatan masak seperti talenan dan pisau dibedakan untuk pangan
mentah dan pangan siap saji.
e) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
didesinfeksi dan dikeringkan.
f) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan
disimpan pada rak terlindung dari vektor.

D. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada Alat Makan


Semua alat makan yang mempunyai peluang bersentuhan dengan
makanan harus selalu dijaga dalam keadaan bersih dan tidak ada sisa
makanan yang tertinggal pada bagian-bagian alat makan tersebut. Apabila hal
tersebut dibiarkan, akan memberi kesempatan kuman yang tidak dikehendaki
untuk berkembang biak dan membusukkan makanan. (Winarno, 1993)
Menurut ketentuan Direktur Jenderal PPM & PLP, inspeksi atau uji
sanitasi alat makan atau alat masak perlu dilakukan pada tempat – tempat
pengolahan makanan dan sampel sebaiknya diambil dari lima jenis alat
makan atau alat masak yang ada, yaitu :
1. Sendok
2. Gelas
3. Piring
4. Mangkok
5. Panci, dan lain-lain.

Alat makan yang kurang bersih dapat menyebabkan terjadinya


penularan penyakit. Penyakit tersebut dapat berupa infeksi saluran
pernafasan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar alat makan yang akan
dipakai harus memenuhi syarat kesehatan. (Surasri, 1989)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Metode yang digunakan yaitu metode praktikum. Metode praktikum
merupakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar mahasiswa mendapat
kesempatan untuk menguji dan mengaplikasikan teori dengan menggunakan
fasilitas laboratorium maupun di luar laboratorium ( Rustaman. 2005:135)

A. Waktu dan Tempat Praktikum


1. Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2019
2. Waktu : 08.20 WIB – selesai
3. Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Surabaya

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a) Tabung reaksi 10 buah
b) Erlenmeyer 1 buah
c) Pipet ukur 4 buah
d) Rak tabung reaksi 1 buah
e) Autoklaf 1 buah
f) Pi pump 2 buah
g) Cotton swab 2 buah
h) Botol media transport 2 buah
i) Cool box 1 buah
j) Tool box 1 buah
k) Gunting
l) Jendela swab 1 buah
m) Masker
n) Hanscoon
o) Etiket
p) Spidol permanen
2. Bahan
a) Piring (Mikroba pada piring) 4 buah
b) Garpu (Mikroba pada garpu) 5 buah
c) NaCl 0,9%
d) Nutrient Agar
e) Alkohol 70 %
f) Kapas
g) Aluminium foil
h) Tali rami
i) Lampu spirtus
j) Dry es / Es batu

C. Prosedur Praktikum
1. Mengambil formulir peminjaman alat, peminjaman laboratorium, dan
bahan habis pakai di ruangan administrasi laboratorium.
2. Meminta persetujuan dosen pembimbing sebelum melakukan praktikum.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang telah disetujui oleh dosen pembimbing.
4. Melakukan kegiatan praktikum.
a) Pengambilan Sampel
1) Alat Makan Piring
(a) Sampel diambil dari alat yang siap untuk dipergunakan atau
yang selesai dicuci
(b) Menyiapkan alat dan bahan pengambilan sampel. Untuk alat
yang dibawa ke lapangan diletakkan pada tool box.
(c) Menuju ke tempat pengambilan sampel. Saat berada di tempat
pengambilan sampel, petugas, alat, serta pengambilan sampel
harus steril.
(d) Mengambil sampel pada alat piring terlebih dahulu, dengan
meletakkan jendela swab ukuran 7x7 yang telah steril di atas
piring.
(e) Mencelupkan cotton swab pada botol media transport
kemudian ditiriskan pada dinding botol yang berisi NaCl 10
ml dilakukan secara steril(pada saat membuka tutup botol dan
menutup tutup botol di flambir terlebih dahulu)
(f) Mengusap piring menggunakan cotton swab secara siku silang.
Satu alat piring dilakukan pengusapan sebanyak 3 kali hingga
piring ke lima. Lima buah piring dikatakan satu sampel.

Keterangan : poros usap/ titik awal


Gambar 5) Ilustrasi cara usap siku silang pada piring
(g) Setelah dilakukan pengusapan 3 kali pada satu piring,
kemudian cotton swab dicelupkan kembali pada botol media
transport secara steril, melakukan hal yang sama hingga piring
ke empat.
(h) Memasukkan cotton swab pada botol media transport secara
steril, kemudian kelebihan panjang cotton swab dipotong
menggunakan gunting steril.
(i) Memberi etiket yang berisi kode dan tanggal pengambilan
sampel. Kemudian memasukkan pada cool box.

2) Alat Makan Garpu


(a) Sampel diambil dari alat yang siap untuk dipergunakan atau
yang selesai dicuci
(b) Untuk sampel yang kedua yaitu alat makan garpu, pengusapan
pada alat makan garpu dilakukan secara steril yang diusap
yaitu bagian penusuk garpu saja.
(c) Mencelupkan cotton swab pada botol media transport
kemudian ditiriskan pada dinding botol yang berisi NaCl 10
ml dilakukan secara steril(pada saat membuka tutup botol dan
menutup tutup botol di flambir terlebih dahulu)
(d) Mengusap garpu menggunakan cotton swab bagian depan
maupun bagian belakang garpu secara steril.
(e) Setelah dilakukan pengusapan 3 kali pada satu garpu,
kemudian cotton swab dicelupkan kembali pada botol media
transport secara steril, melakukan hal yang sama hingga piring
ke lima.
(f) Memasukkan cotton swab pada botol media transport secara
steril, kemudian kelebihan panjang cotton swab dipotong
menggunakan gunting steril.
(g) Memberi etiket yang berisi kode dan tanggal pengambilan
sampel. Kemudian memasukkan pada cool box.
(h) Mencatat pada formulir pengambilan sampel.
(1) Data-data sampel dalam formulir meliputi :
(2) Kode Pengambilan Sampel
(3) Nama Pengirim
(4) Alamat Pengirim
(5) Tanggal/ jam pengambilan sampel
(6) Tanggal pengiriman sampel
(7) Jenis sampel
(8) Lokasi pengambilan sampel
(9) Jenis pemeriksaan
(10) Tanda tangan pengirim

b) Pembuatan Media
1) NaCl 0,9%
Media NaCl 0,9% sudah dalam bentuk larutan, maka:
(a) Memipet larutan NaCl 0,9% ke dalam botol media transport 10
ml (untuk sampel)
(b) Memipet larutan NaCl 0,9% ke dalam tabung reaksi sebanyak
9 ml.
2) Nutrient Agar
(a) Menghitung media Nutrient Agar, untuk kebutuhan 10 petridis
(4 petridish untuk sampel piring, 4 petridish untuk sampel
garpu, dan 2 petridish untuk kontrol) berikut perhitungannya,
28 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
1000 𝑚𝑙 150 𝑚𝑙

x= 4,2 gram
c) Pemeriksaan Sampel
1) Sediakan 5 tabung reaksi berisi larutan NaCl 0,9% dalam rak
tabung. Beri tanda 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dan kontrol sebagai kode
pengenceran.
2) Siapkan 5 petridish steril. Lima petridish diberi tanda di bagian
belakangnya, 1 petri diberi tanda “kontrol”
3) Kocok bahan sampel sampai homogen. Ambil 1 ml masukkan
dalam tabung pertama dengan pipet, dibuat sampai homogen
dengan cara sedot buang 3 kali.
4) Pindahkan 1 ml bahan dari tabung pertama (10-1) ke dalam tabung
kedua (10-2) dengan pipet, dibuat sampai homogen.
5) Demikian seterusnya dilakukan sampai tabung ke-4. Pengenceran
yang diperoleh pada ke-5 tabung adalah 10-1, 10-2, 10-3, 10-4sesuai
dengan kode pengenceran yang telah tercantum sebelumnya.
6) Dari masing-masing tabung diatas dimulai dari tabung ke 4,
dengan menggunakan pipet steril diambil 1 ml dimasukkan
kedalam masing-masing petridish steril, sesuai dengan kode
pengenceran yang sama.
7) Kemudian ke dalam masing-masing petridish dituang Nutrient
Agar yang telah dipanaskan dalam waterbath ± 45ºC sebanyak 15-
20 ml. Masing-masing petridish digoyang perlahan-lahan 20 kali
ke arah kiri 20 kali ke arah kanan hingga tercampur merata dan
biarkan hingga dingin dan membeku.
8) Masukkan dalam inkubator 37ºC selama 2 x 24 jam dalam
keadaan terbalik.
9) Pembacaan dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan cara menghitung
jumlah koloni yang tumbuh pada tiap petridish dengan alat koloni
konter.
10) Catat hasilnya dan masukkan dalam rumus :
((Σ koloni – kontrol) x Pengenceran) + n
Σ pengenceran x Σ alat yang diusap x Luas alat yang diusap
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1) Tabel Jumlah Koloni pada Alat Makan Garpu

JUMLAH JUMLAH
NO PENGENCERAN KOLONI
1 10-1 167 koloni
2 10-2 107 koloni
3 10-3 70 koloni
4 10-4 47 koloni
5 Kontrol 5 koloni

2) Tabel Jumlah Koloni pada Alat Makan Piring

JUMLAH JUMLAH
NO PENGENCERAN KOLONI
1 10-1 171 koloni
2 10-2 111 koloni
3 10-3 82 koloni
4 10-4 23 koloni
5 Kontrol 3 koloni

B. Pembahasan

Setelah mengetahui jumlah koloni pada alat makan, maka dihitung


menggunakan rumus :

((Σ koloni – kontrol) x Pengenceran) + n


Σ pengenceran x Σ alat yang diusap x Luas alat yang diusap

1) Perhitungan Angka Lempeng Total pada Alat Makan Garpu


Tabel Perhitungan Angka Lempeng Total pada Alat Makan Garpu

Jumlah Jumlah (Jml Koloni-Kontrol) x


No
Pengenceran Koloni Pengenceran
1 10-1 167 koloni 167-5 = 162 koloni x 10
2 10-2 107 koloni 107-5 = 102 koloni x 100
3 10-3 70 koloni 70-5 = 65 koloni x 1000
4 10-4 47 koloni 47-5 = 42 koloni x 10.000
5 Kontrol 5 koloni
496.820 koloni
JUMLAH
Panjang Garpu = 4,5 cm
Lebar Garpu = 1,9 cm

496.820 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 496.820 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖


= = 3,6 x 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑐𝑚2
4 𝑋 4 𝑋 4,5𝑐𝑚 𝑋 1,9𝑐𝑚 136,8𝑐𝑚 2

2) Perhitungan Angka Lempeng Total pada Alat Makan Piring

Tabel Perhitungan Angka Lempeng Total pada Alat Makan Piring

Jumlah Jumlah (Jml Koloni-Kontrol) x


No
Pengenceran Koloni Pengenceran
1 10-1 171 koloni 171-3 = 168 koloni x 10
2 10-2 111 koloni 111-3 = 108 koloni x 100
3 10-3 82 koloni 82-3 = 79 koloni x 1000
4 10-4 23 koloni -
5 Kontrol 3 koloni
91.480 koloni
JUMLAH
Luas jendela swab alat makan piring = 7cm x 7cm = 49 cm2
91.480 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 91.480 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖
= = 1,5 x 102 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑐𝑚2
3 𝑋 4 𝑋 7 𝑐𝑚 𝑋 7 𝑐𝑚 588𝑐𝑚 2
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan Angka
Lempeng Total (ALT) pada alat makan garpu 3,6 x 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑐𝑚2

sedangkan untuk Angka Lempeng Total (ALT) pada alat makan piring 1,5 x
102 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑐𝑚2. Dari hasil yang telah dihitung maka dapat disimpulkan

Angka Lempeng Total (ALT) pada alat makan garpu dan piring belum sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga bahwa angka
kuman pada alat makan dan minum harus nol.

B. Saran

Tidak hanya makanan yang perlu diperhatikan sanitasinya, namun


penyimpanan alat makan sangat penting untuk diperhatikan. Penyimpanan di
tempat bersih, kering, dan tertutup dapat mengurangi adanya mikroba pada
alat makan.

DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Anwar. 2015. Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: Erlangga
Kemenkes.(2009). Teknik Pencucian Piring. Jakarta: Kementrian KesehatanRI
Kemenkes. 2011
Marisdayana Raras, Puteri S, dan Hesti Yosefin. 2017. Teknik Pencucian Alat
Makan, Personal HygieneTerhadap Kontaminasi Bakteri pada Alat Makan.
Jambi: Jurnal Endurance
Munandar,K. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah. Bandung:
Refika Aditama.

Rossita, Aqmarin Septian, Kukuh Munandar, Sawintri Komaryanti. 2015:


Komparasi Media Na Pabrikan Dengan NaModifikasi Untuk Media
Pertumbuhan BakteriComparison Of Medium Na ManufacturerWith Na
Modifications To The Growth MediumOf The Bacteria. Jember: Seminar
Nasional Biologi, IPA dan Pembelajarannya
Rustaman, N. 2005.Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press
Siagian, Albiner. 2002. Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber
Pencemarannya. Sumatera Utara: Universitas Hasanuddin
Salmah, Sjarifah. 2018. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: CV.
Trans Info Media

Surasri, Siti. 1989. Prinsip Sanitasi Makanan. Pusdiknakes RI, Jakarta.


Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. http://kesmas-unsoed.com/2010/12/laporan-usap-alat-
makanan.html (Diakses Pada 25 April 2019 pukul 14.31 WIB)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai