PENGGANGGU
“Susceptibility Test”
OLEH: KELOMPOK C
1. Tutut Muhimauro P27833316009
2. Cycy Meistria Lurista P27833316015
3. Dewi Agustin P27833316016
4. Yonathan Tio Saputra P27833316018
5. Mahesi Yustika A. P27833316021
6. M.Sulthan Maulana M. P27833316026
7. Ziyadatul Hikmah P27833316027
8. Miftakhur Rohmah P27833316028
9. Suwantiningsih P27833316033
10. Isman Norianza Ali P27833316037
11. Diaz Ramadhani P27833316038
12. Orchita Kusuma Ayu M P27833316039
13. Rizka Savira M. P27833316044
14. M. Syarif A. P27833316049
15. Novia Windyanti P27833316050
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan hidayah-nya,
sehingga laporan praktikum mengenai “Susceptibility Test” ini dapat terselesaikan. Ucapan
terimakasih disampaikan Bapak Ngadino, S.Si., M.Psi selaku dosen mata kuliah PVBP-A
yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini. Tidak lupa juga berterimakasih
kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan.
Laporan ini disusun dengan dasar tugas PVBP-A untuk membuat laporan dan
mengenai uji succeptibility test. Dengan memahami definisi teknik untuk melakukan uji
kerentanan daya tahan racun terhadap tubuh nyamuk Aedes Aegepty, serta mengaplikasikan
teknik untuk uji kerentanan tubuh nyamuk Aedes Aegepty,.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, namun mempunyai harapan yang besar
agar materi yang akan disampaikan dapat bermanfaat, dan memberi wawasan serta
pengetahuan baru bagi pembaca khususnya para mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Surabaya. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................................. iii
Daftar Gambar.................................................................................................................. iv
Daftar Tabel ...................................................................................................................... v
Bab I. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Makalah ..................................................................................................... 2
BAB II. Pembahasan......................................................................................................... 3
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan yaitu :
a. Untuk mengetahui dan mehamami definisi dari uji resistensi nyamuk.
b. Untuk mengetahui dan mehamami bagaimana teknik cara mengaplikasikan uji
resistensi nyamuk.
c. Untuk mengetahui dan mehamami bagaimana kondisi tubuh nyamuk yang
terkena paparan racun uji resistensi.
1.4 Manfaat
Dari beberapa tujuan diatas, terdapat beberapa manfaat dalam pembuatan laporan
yaitu :
a. Sebagai bahan pembelajaran untuk pengendalian vector terutama vector penular
penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes Aegypti.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Resistensi Nyamuk
2.1.1 Pengertian Resistensi Nyamuk
Menurut WHO (1992) dalam (Novita, Kiki. 2016) resistensi terhadap
insektisida adalah kemampuan individu serangga dalam populasi untuk bertahan
hidup terhadap suatu dosis insektisida yang dalam keadaan normal dapat
membunuh spesies serangga tersebut. Resistensi merupakan suatu fenomena
evolusi yang disebabkan oleh seleksi serangga hama yang diberi perlakuan
insektisida secara terus menerus. Secara prinsip mekanisme resistensi ini akan
mencegah insektisida berikatan dengan titik targetnya atau tubuh serangga
menjadi mampu untuk mengurai bahan aktif insektisida sebelum sampai pada
titik sasaran. Jenis atau tingkatan resistensi itu sendiri meliputi tahap rentan,
toleran baru kemudian tahap resisten.
Resistensi insektisida merupakan suatu kenaikan proporsi individu dalam
populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski
terpapar satu atau lebih senyawa insektisida. Peningkatan individu ini terutama
oleh karena matinya individu-individu yang sensitif insektisida sehingga
memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus berkembangbiak dan
meneruskan gen resistensi pada keturunannya (Novita, Kiki. 2016).
Jenis resistensi vektor (nyamuk) terhadap insektisida dapat berupa resistensi
tunggal, resistensi ganda (multiple resistance) atau resistensi silang (cross
resistance). Resistensi tunggal adalah resistensi pada populasi serangga terhadap
satu jenis insektisida sedangkan resistensi ganda (silang) adalah perkembangan
resistensi pada populasi serangga termasuk nyamuk akibat penekanan secara
selektif insektisida lain dengan mekanisme sama/target site sama, tetapi bukan
dari satu kelompok insektisida (WHO, 1992). Menurut Herat (1997) yang dikutip
oleh Sucipto (2015) bahwa status resistensi terhadap serangga, diukur
menggunakan prosedur standar WHO dengan uji Susceptibility, yaitu metode
standar yang tepat untuk mengukur resistensi insektisida khususnya di lapangan.
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasi hasil Letal Concentration (LC50)
atau LC100 adalah :
a. Kematian 99-100 % = Susceptible/Rentan/Peka
b. Kematian 80-98 % = Toleran
c. Kematian <80 % = Resisten
Bahan :
7. Setelah 1 jam kontak dengan racun, hitung kematian nyamuk yang telah kontak
dengan racun.
8. Menghitung suhu dan kelembaban di lingkungan sekitar sesudah kontak dengan
racun menggunakan hygrometer.
9. Setelah itu ulangi lagi proses kontak dengan racun, namun dengan durasi waktu
24 jam kontak dengan racun. Meletakkan tabung succeptibility test diatas nampan
yang berisi air dan mangkok. Hal ini dikarenakan agar, binatang serangga atau
semut tidak dapat memakan air sari gula atau nyamuk.
10. Jika nyamuk sudah kontak selama 24 jam, menghitung nyamuk yang mati dan
catatlah di buku dokumentasi.
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Firda Yanuar P. Et Al. Penentuan Status Resistensi Aedes Aegypti Dengan Metode Susceptibility
Di Kota Cimahi Terhadap Cypermethrin. Jurnal Vektora Vol Iii No 1. Cimahi
Husmawati, Sitta. 2006. Penggunaan Deltamethrin sebagai Pengendalian Ektoparasit
Argulus sp. pada Ikan Maskoki (Carassius auratus L). Surabaya: Universitas
Surabaya.
Novita, Kiki. 2016. Uji Resistensi Malathion dan Sipermethrin Terhadap Nyamuk Aedes
aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Kota Medan Tahun 2016.
Medan : Universitas Sumatera Utara.