PEMBAHASAN
1
Parameter Fisika
a. Suhu
Suhu suatu badan perairan dipengaruhi oleh musim, posisi lintang,
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan
awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh
terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Peningkatan suhu dapat
mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi.
Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air,
seperti O2, CO2, NO2 dan sebagainya.
Parameter Kimia
a. pH
Nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air.
Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hidrogen akan
menunjukkan apakah perairan tersebut bersifat asam atau basa. Selanjutnya, nilai
pH perairan dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis,
respirasi organisme akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut.
Menurut Pohland dan Harper (1985) nilai pH air lindi pada tempat pembuangan
sampah perkotaan berkisar antara 1,5-9,5 (Kurniawan, 2019).
b. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen
yang terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari hasil
fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan proses difusi dari udara.
Faktor yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air adalah jumlah
kehadiran bahan organik, suhu, aktivitas bakteri, kelarutan, fotosintesis dan
kontak dengan udara. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan
2
musiman tergantung pada percampuran (mixing) dan massa air (turbulence),
aktivitas fotosintesis, respirasi, dan keadaan limbah yang masuk ke badan air,
sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan keberadaan unsur-unsur nutrien di
perairan.
c. BOD5
BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) Biochemical Oxygen Demand
adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organik yang terdapat dalam air pada keadaan aerobik yang diinkubasi pada
suhu 20oC selama 5 hari, sehingga sering disebut BOD5. Nilai BOD5 perairan
dapat dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, keberadaan mikroba, serta jenis
dan kandungan bahan organik. Nilai BOD5 ini juga digunakan untuk menduga
jumlah bahan organik di dalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan
diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses biologi.
Kualitas Fisik-Kimia
a. Kualitas udara
Apabila tidak dikelola dengan baik, kegiatan pengoperasian TPA sampah
akan menyebabkan penurunan kualitas udara. Emisi kendaraan bermotor menuju
3
lokasi akan mengeluarkan gas CO2, CO, Sox, HC dan Pb yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas udara. Kegitan operasional pengolahan akhir
sampah yang berdampak terhadap penurunan kualitas udara adalah konsentrasi
dan jenis gas di lokasi landfill selama penimbunan. Gas-gas utama yang
dihasilkan adalah metana dan CO2. Gas metana yang terakumulasi akan
mengakibatkan terjadinya ledakan, sedangkan gas CO2 akan menyebabkan
perubahan suhu lingkungan mikro (Kurniawan, 2011).
Parameter Hayati
a. Flora perairan (Plankton)
Akibat penurunan kualitas air permukaan yang disebabkan oleh air leachate
yang di hasilkan oleh kegiatan pengolahan akhir sampah, parameter utama
Amoniak (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), COD, BOD dan DO akan berdampak
terhadap flora perairan (plankton).
4
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan, maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan
hati-hati. Seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi
Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang diantaranya dalam kriteria regional
dicantumkan:
5
Pemilihan lokasi TPA sebagai langkah awal dalam peningkatan metode
pembuangan akhir sampah, perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi
yang komprehensif (feasibility study dan studi AMDAL). Dikarenakan oleh
sulitnya mendapatkan lahan yang memadai di dalam kota, maka disarankan untuk
memilih lokasi TPA yang dapat digunakan secara regional. Lokasi TPA yang
terlalu jauh (>25 km) dapat menggunakan sistem transfer station.
TPA memerlukan fasilitas berdasarkan komponen sampah yang masuk dan
yang akan dikelola, yang secara umum dibedakan atas jenis dan fungsi fasilitas,
yaitu sebagai berikut:
a. Prasarana jalan
Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan pengoperasian TPA.
Semakin baik kondisi jalan ke TPA, maka akan semakin lancar kegiatan
pengangkutan, sehingga efisiensi keduanya menjadi tinggi.
Dalam hal ini, TPA perlu dilengkapi dengan jalan masuk atau akses yang
menghubungkan TPA dengan jalan umum yang telah tersedia; jalan penghubung
yang menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain dalam wilayah TPA
tersebut; dan jalan operasi/kerja yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut
menuju titik pembongkaran sampah. Pada TPA dengan luas dan kapasitas
pembuangan yang terbatas, biasanya jalan penghubung dapat juga berfungsi
sekaligus sebagai jalan kerja/operasi.
b. Prasaranan drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan dengan
tujuan memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui, air
hujan merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin kecil
rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah, maka akan semakin kecil
pula debit lindi yang dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil
kebutuhan unit pengolahannya. Secara teknik, drainase TPA dimaksudkan untuk
menahan aliran limpasan aliran air hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam
area timbunan sampah. Drainase penahan ini umumnya dibangun di sekeliling
blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah ditutup tanah,
drainase TPA juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan
6
yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu, permukan tanah penutup
harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase.
c. Fasilitas penerimaan
Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah
yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah atau yang
disebut fasilitas pre-processing. Fasilitas pre-processing merupakan tahap awal
pemisahan sampah, mengetahui jenis sampah yang masuk, dan meliputi proses-
proses sebagai berikut: penimbangan untuk mengetahui jumlah sampah yang
masuk, penerimaan dan penyimpanan untuk menentukan area untuk
mengantisipasi jika sampah yang terolah tidak secepat sampah yang datang ke
lokasi.
Pada umumnya, fasilitas ini berupa pos pengendali di pintu masuk TPA.
Pada TPA besar dimana kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari, maka
dianjurkan penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan
pendataan. Sementara TPA kecil bahkan dapat memanfaatkan pos tersebut
sekaligus sebagai kantor TPA sederhana dimana kegiatan administrasi ringan
dapat dijalankan.
7
pemanasan global, terutama gas metana. Oleh karenanya perlu dilakukan
pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke atmosfer.
Untuk itu, perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari
timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Kualitas dan kondisi tanah penutup
TPA juga perlu diperhatikan. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki
rekahan akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan
gas metana dengan cara pembakaran sederhana dapat menurunkan potensinya
dalam pemanasan global.
g. Alat berat
Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer,
excavator, dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda dalam operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan
dan pemadatan sampah. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian.
Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun sampah.
8
Untuk TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator, sementara
TPA yang besar umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut.
h. Penghijauan
Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud, diantaranya
adalah: peningkatan estetika lingkungan, dan sebagai buffer zone untuk
pencegahan bau dan lalat yang berlebihan. Oleh karenya, perencancaan daerah
penghijauan ini perlu mempertimbangkan letak dan jarak kegiatan masyarakat di
sekitarnya (permukiman, jalan raya, dll).
i. Fasilitas penunjang
Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu
pengoperasian TPA yang baik, diantaranya: pemadam kebakaran, mesin pengasap
(mist blower), Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), toilet, dan lain lain.
9
2. Kriteria penyisih
Merupakan kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik, di
antaranya yaitu:
a. Iklim
1) Hujan, intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik.
2) Angin, arah angin dominan tidak menuju ke permukiman dinilai makin
baik.
b. Utilitas: tersedia lebih lengkap dinilai makin baik.
c. Lingkungan Biologis
1) Habitat: kurang bervariasi, dinilai makin baik.
2) Daya dukung: kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai
makin baik.
d. Kondisi tanah
1) Produktifitas tanah: makin tidak produktif dinilai makin baik.
2) Kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih
lama dinilai lebih baik.
3) Ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah penutup yang
cukup,dinilai lebih baik.
4) Status tanah: kepemilikan tanah makin bervariasi dinilai tidak baik.
e. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai makin baik.
f. Batas administrasi: dalam batas administrasi dinilai semakin baik.
g. Kebisingan: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.
h. Bau: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.
i. Estetika: semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik.
j. Ekonomi: semakin rendah biaya satuan pengelolaan sampah (Rp/m3 atau
Rp/ton) dinilai semakin baik.
3. Kriteria penetapan
Kriteria penetapan adalah kriteria yang digunakan oleh instansi yang
berwenang yang menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan
kebijaksanaan instansi setempat yang berwenang dan ketentuan yang berlaku.
10
2.5. Metode Pengolahan Sampah
Metode pengolahan sampah pada Tempat Pembuangan Akhir terbagi
menjadi beberapa metode sebagai berikut:
11
pengumpul lindi dan kolam penampungan, pos pengendalian operasional, fasilitas
pengendalian gas metana, dan alat berat.
12
13