Anda di halaman 1dari 20

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

KELAS : KESEHATAN LINGKUNGAN

1. ASMA J1A118004
2. ABAS J1A118006
3. WA ZUL J1A118007
4. IRMAWATI J1A118011
5. HAYATUN NUFUSI ALHAJAR J1A118018
6. ZENY FEBRIANTI J1A118032
7. RUSNI YANTI J1A118039
8. ILMAYANTI RUKMANA J1A118046

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Epidemiologi
Kesehatan Lingkungan ini yang berjudul “Epidemiologi Kesehatan Lingkungan”
dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini kami melibatkan berbagai pihak agar dapat
membantu memperlancar penyelesaian penulisan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, oleh sebab itu kami
menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat merampungkan penulisan
makalah ini. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan inspirasi bagi pembaca.

Kendari, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1

KATA PENGANTAR ...........................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6

1.3 Manfaat dan Tujuan........................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7

2.1 Definisi Epidemiologi Kesling.......................................................................7

2.2 Sejarah Perkembangan Epidemiologi Kesling...............................................8

2.3 Ruang Lingkup Epidemiologi Kesling.........................................................10

2.4 Kontribusi Epidemiologi Terhadap Kesehatan Lingkungan........................12

2.5 Keterkaitan Epidemiologi Dan Toksikologi Lingkungan............................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

3.1 Kesimpulan...................................................................................................18

3.2 Saran.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi berasal dari kata Epi, Demos & Logos. Epi adalah tentang
penyakit, demos adalah penduduk, dan logos adalah ilmu. Jadi epidemiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), frekuensi
(Jumlah/Angka) dan determinan (Penyebab) penyakit/masalah kesehatan pada
suatu penduduk. Menurut CDC 2002, Last 2001 dan Gordies 2000,
epidemilogi is the mother of public health. Epidemiologi merupakan cabang
ilmu yang membelajari tentang penyebaran penyakit dan faktor yang
menentukan terjadinya penyakit pada manusia. Penyebaran penyakit disini
merupakan penyebaran penyakit menurut sifat orang tempat dan waktu. Selain
itu, epidemiologi juga membahas mengenai dimana dan bagaimana suatu
penyakit dapat menyebar. Yang kemudian akan dihasilkan data mengenai
jumlah penderita dari satu jenis penyakit, jenis kelamin penderita, lokasi
dimana penderita tinggal, bagaimana penyakit itu dapat menginfeksi penderita
dan pada akhirnya kapan penyakit itu sering muncul, pada saat musim hujan,
pancaroba atau pada saat musim kemarau.

Sebagai bagian dari ilmu kesehatan masyarakat epidemiologi pada


awalnya hanya berfokus pada peyakit infeksi dan wabah, namun dekade
terakhir ini telah terjadi transisi kearahpola penyakit-penyakit non-infeksi,
perubahan ini menuntut kajian epidemiologi lebih komprehensif, sehingga
berkembanglah spesifikasi keilmuan dalam bidang epidemiologi.
Epidemiologi lingkungan merupakan spesifikasi bidang keilmuan dalam
epidemiologi. Sepanjang perkembangannya, epidemiologi telah mengalami
transisi, termasuk pada aspek distribusi maupun dari aspek faktor-faktor
penyebab penyakit terkait yang melahirkan masalah epidemiologi baru.
[ CITATION Pit20 \l 14345 ]
Penyebab terjadinya transisi epidemiologi terdiri dari beberapa hal, seperti
perubahan lingkungan, kondisi demografi, status ekonomi, dan perilaku (gaya
hidup) masyarakat. Berbagai komponen lingkungan dapat menjadi faktor
risiko timbulnya suatu penyakit. Sebagaimana teori yang dikemukakan
Hendrik L Blum; bahwa terdapat empat faktor utama penentu derajat
kesehatan masyarakat, pertama lingkungan yang memegang andil paling
besar, kemudian perilaku, layanan kesehatan dan hereditas (riwayat
keturunan) yang memiliki andil paling kecil terhadap status kesehatan. Konsep
ini masih relevan digunakan hingga saat ini, bahkan makin banyak bukti-bukti
ilmiah yang mendukung teori ini.[ CITATION Pit20 \l 14345 ]

Bidang epidemiologi lingkungan merupakan disiplin ilmu yang relatif


baru. Sejak tahun 1960 di Amerika Serikat telah dikenal dengan peristiwa
SILENT SPRING yang dapat meningkatkan kesadaran para ahli kesehatan
masyarakat tentang eratnya hubungan antara bahan berbahaya di lingkungan
dengan kesehatan manusia. Menurut para ahli, yang dilakukan dengan
epidemiologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari temuan epidemiologi
dari sebaran kelainan ada populasi yang mendapat paparan dari sumber bukan
lingkungan kerja dan efek yang ditimbulkan oleh paparan lingkungan tersebut
menyangkut populasi yang lebih besar. Epidemiologi lingkungan untuk masa
sekarang ini fungsinya cukup strategis, karena dapat mengidentifikasi
sejumlah masyarakat yang mempunyai potensi terkena dampak pencemaran
dan perlu dilindungi melalui peraturan dan perundang-undangan yang
dilakukan oleh pemerintah. Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
epidemiologi lingkungan adalah mengidentifikasi masalah lingkungan dengan
memakai pendekatan epidemiologi untuk mempelajari interaksi antara peran
lingkungan dengan terjadinya penyakit yang baru dalam pelaksanaan
epidemiologi ditimbulkan. Metode lingkungan adalah dipakainya penanda
biologis (biological marker) pada proses biologikal monitoring akibat dari
suatu paparan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu epidemiologi kesling?


2. Bagaimana sejarah perkembangan epidemiologi kesling?
3. Apa saja ruang lingkup epidemiologi kesling?
4. Bagaimana kontribusi epidemiologi terhadap kesling?
5. Bagaimana keterkaitan epidemiologi dan toksikologi lingkungan?

1.3 Manfaat dan Tujuan

1. Untuk mengetahui epidemiologi kesling


2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan epidemiologi kesling
3. Untuk mengetahui ruang lingkup epidemiologi kesling
4. Untuk mengetahui kontribusi epidemiologi terhadap kesling
5. Untuk mengetahui keterkaitan epidemiologi dan toksikologi lingkungan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Epidemiologi Kesling

Menurut WHO tahun 1989 Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah


Ilmu yang menganalisa dan mengukur efek-efek kesehatan dari faktor-faktor
lingkungan dan menilai keefektifan strategi-strategi pengawasan. Sedangkan
menurut pengertian lainnya Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah ilmu
dan seni yang mempelajari dan menilai (mengukur dan analisis) kejadian
penyakit atau ganggguan kesehatan dan potensi bahaya faktor penyebab
(bahan, kekuatan, kondisi) akibat perubahan keseimbangan lingkungan serta
menilai upaya-upaya pengendaliannya (Pentaloka Epidemiologi Lingkungan,
Ciloto, 28 Oktober dan 2 November 1991).[ CITATION Mas17 \l 1033 ]

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah studi atau cabang keilmuan


yang mempelajari faktor-faktor lingkungan yg mempengaruhi timbulnya
(kejadian) suatu penyakit dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika
hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki
potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk upaya promotif
lainnya.[ CITATION Mas17 \l 1033 ]

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan atau Epidemiologi Lingkungan


adalah studi atau cabang keilmuan yang mempelajari faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi timbulnya (kejadian) suatu penyakit, dengan
cara mempelajari dan mengukur dinamika hubungan interaktif antara
penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya pada suatu waktu
dan kawasan tertentu, untuk upaya promotif lainnya (Achmadi, 1991).
Kawasan di sini dapat berupa lingkungan kerja, lingkungan pemukiman,
lingkungan tempat-tempat umum dan transportasi pada skala lokal perkotaan
atau pedesaan, lingkungan nasional, regional atau global. Sering kali,
lingkungan nasional seperti halnya perkotaan atau batasan suatu negara sulit
untuk memberikan batas tegas karena sifat kejadian atau fenomena kesehatan
lingkungan pada dasarnya adalah lintas batas dan atau kecamatan atau
kelurahan. Oleh sebab itu, kawasan di sini juga dapat bermakna atau
menggunakan batasan wilayah/kawasan “habitat” manusia, seperti Daerah
Aliran Sungai, Daerah Pegunungan, Daerah Pantai, dan sebagainya.

2.2 Sejarah Perkembangan Epidemiologi Kesling

Perkembangan awal epidemiologi berjalan lambat, penegasan awal


konsep epidemiologi ditandai dengan adanya pemikiran Hipocrates (460-377
SM) pertama kali mencoba menjelaskan penyakit secara rasional. Hipocrates
dalam bukunya mengemukakan sebuah konsep tentang hubungan kejadian
penyakit dengan berbagai faktor diantaranya tempat, penyediaan air bersih,
kondisi iklim, pola makan, dan kondisi perumahan. Hipocrates telah melihat
bahwa distribusi frekuensi penyakit tidaklah merata dan sangat ditentukan
variabel waktu, tempat, atribut orang dan faktor lingkungan. Semua faktor ini
dapat mempengaruhi terjadinya sebuah penyakit meskipun bukan sebagai
determinan utama kejadian penyakit. (Herawanto, 2019)

Hipocrates sebagai orang pertama yang berpikir bahwa terdapat


hubungan anatara keadaan lingkungan dengan kejadian penyakit. Dalam buku
yang ditulisnya, Hipocrates menekankan pentingnya menentukan pengaruh
berbagai faktor lingkungan dan kebiasaan hidup terhadap timbulnya penyakit.
Dengan kata lain Hipocrates telah menghubungkan timbulnya penyakit
denngan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial. Hasil yang
diperoleh dari studi epidemiologi digunakan untuk pencegahan dan
pengobatan penyakit. (Budiarto & Anggraeni, 2015)

Epidemiologi modern dimulai pada abad ke-19, ciri kajian ini ditandai
dengan adanya pengamatan klinik lebih cermat, perhitungan kasus-kasus
dengan tepat dan jelas, dan terdapat hubungan antara kasus dan sifat populasi
yang merupakan tempat terjadinya kasus tersebut. Era epidemiologi modern
ditandai terutama pada jasa John Snow yang sekaligus dianggap sebagai
bapak epidemiologi lapangan. 20 tahun sebelum pengebangan mikroskop,
John Snow tela melakukan studi terkait wabah kolera di Golden Square
London untuk menemukan penyebab penyakit dan mencegah wabah merebak
kembali. John Snow memulai penyeledianya dengan menemkan tempat
penderita tinggal dan menandainya di peta. Model pemetaan tersebut
digunakan untuk menentukan pola penyebaran penyakit. Studi ini
mengungkap hubungan kejadian penyakit kolera dengan sumber air minum
penduduk. (Herawanto, 2019)

Sejak tahun 1960 di Amerika Serikat telah dikenal peristiwa SILENT


SPRING yang dapat meningkatkan kesadaran para ahli kesehatan masyarakat
tentang eratnya hubungan antara bahan berbahaya di lingkungan dengan
kesehatan manusia. Menurut para ahli, yang dilakukan dengan epidemiologi
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari temuan epidemiologi dari sebaran
kelainan ada populasi yang mendapat paparan dari sumber bukan lingkungan
kerja dan efek yang ditimbulkan oleh paparan lingkungan tersebut
menyangkut populasi yang lebih besar. Faktor penting yang perlu
diperhatiakan dalam epidemiologi lingkungan adalah mengidentifikasi
masalah lingkungan dengan memakai pendekatan epidemiologi untuk
mempelajari interaksi antara peran lingkungan dengan terjadinya penyakit
yang ditimbulkan. (Pinontoan, Oksfriani, Sumampouw, & Nelwan, 2019)

Perkembanagn epidemiologi melibatkan banyak pemain kunci untuk


memahami penyakit, cedera akibat penyakit dan kematian akibat penyakit.
Pemahaman ini diperoleh dari prespektif alamiah melalui observasi dan
kajian ilmiah lainya. Perkembangan awal epidemiologi dimulai dari
perubahan studi penyakit, dimana awalnya berpusat pada kaitan penyakit
dengan supranatural, kemudian mengarah pada bukti ilmiah sebagai dasar
penentuan penyebab penyakit. Sehingga dari studi ini berkembang
pendekatan efektif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
permasalahan kesehatan. (Herawanto, 2019)
Pada abad ke 20, terjadi transisi epidemiologi lingkungan, yaitu
perubahan pola penyakit di masyarakat dari penyakit menular atau penyakit
akut menjadi penyakit tidak menular atau penyakit kronis. Perubahan pola
penyakit ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti perubahan gaya hidup
masyarakat, makin majunya tegnologi dalam pengobatan, perubahan gizi di
masyarakat, sanitasi dan tingkat pendidikan masyarakat. Selain itu pada abad
ke-21 banyak masalah menantang terkait epidemiologi, seperti pemanasan
global, pertumbuhan penduduk, serta populasi air, udara dan tanah. Sehingga
para epidemiolog harus memperhatikan pencegahan penyakit. (Ahmad,
Andriani, Arisanti, Wahdi, & Hertanti, 2020)

2.3 Ruang Lingkup Epidemiologi Kesling

A. Kondisi lingkungan. Perubahan kualitas lingkungan berpengaruh terhadap


agen (penyebab penyakit), host (manusia).
B. Variabel epidemiologi ( orang, waktu dan tempat).
1) Orang (person)
Perbedaan sifatt/karakteristik individu secara tidak langsung
memberikan perbedaan sifat/keterpaparan, dipengaruhi oleh :
a. Faktor Genetik seperti : jenis kelamin, ras,data kelahiran, dsb.
b. Faktor Biologik berhubungan dengan kehidupan biologik,seperti :
umur, status gizi, kehamilan, dsb.
c. Faktor Perilaku berpengaruh secara individu, seperti: adat istiadat,
mobilitas, dsb. Faktor Sosial Ekonomi seperti pekerjaan,
statusperkawinan, pendidikan, daerah tempat tinggal.
2) Tempat (place)
Pengetahuan distribusi geografis suatu penyakit berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan
etiologi penyakit. Dalam menganalisa penyakit dengan tempat, perlu
diketahui beberapa hal :
a. Keadaan penduduk setempat dan sifat karakteristiknya.
b. Apakah penyakit berhubungan langsung dengan tempat seperti :
angka kesakitan tinggi pada semua golongan umur.
c. Faktor lingkungan biologis dan sosial ekonomi setempat harus
diperhitungkan.
3) Waktu
Perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya
perubahan faktor-faktor etiologis, yaitu dengan adanya:
a. Faktor penyebab penyakit pada waktu tertentu
b. Perubahan komposisi dan jumlah penduduk menurut waktu
c. Perubahan komposisi lingkungan menurut waktu (lingkungan
fisik,biologi dan sosial ekonomi).
d. Perubahan pola penyakit karena usaha pencegahan dan
penanggulangan serta perubahan lainnya dari waktu ke waktu.
C. Penyakit :
1) Penyakit infeksi/menular : akibat kondisi sanitasi yang buruk dan
lainnya.
2) Penyakit tidak menular : akibat menurunnya (perubahan) kualitas
lingkungan yang timbul sebagai dampak negatif dari aktivitas
pembangunan misalnya pencemaran yang terjadi pada air, tanah dan
udara akibat limbah industri, pertanian, pertambangan/energi,
transportasi, domestik dan sebagainya.
D. Ilmu sosial dan perilaku. Perilaku manusia (higiene perorangan) dan
hubungannya dengan timbulnya kejadian penyakit. mulai dari memelihara
kebersihan sendiri dan lingkungannya. Hal ini dilakukan agar seseorang
untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannnya sendiri
E. Metode (Design) sebagai dasar yang digunakan dalam melakukan kajian
(analisa) untuk menarik kesimpulan baik level pemahaman maupun level
intervensi, misal penggunaan metode-metode statistik (kajian ilmiah) dan
penggunaan konsep Simpul Kesehatan Lingkungan. (Odi R. Pinontoan,
2019).
Adapun teori simpul kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1) Simpul 1. Studi komponen lingkungan penyebab penyakit (agent
penyakit)
Simpul 1 diartikan sebagai sumber agen penyakit yaitu titik yang
menyimpan dan tau menggandakan agen penyakit untuk dikeluarkan
atau diemisikan.
2) Simpul 2. Pengukuran komponen ambient lingkungan
Terdapat lima komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen
penyakit ke manusia, yaitu : udara, air, tanah, binatang/vektor, dan
manusia melalui kontak langsung.
3) Simpul 3. Perilaku pemaparan
Perilaku ini dapat diartikan sebagai frekuensi kontak antara manusia
dengan komponen lingkungan dengan potensi bahaya didalamnya.
4) Simpul 4. Studi gejala (dampak paparan)
Kejadian penyakit ini merupakan autcome atau manifestasi akhir
hubungan interaktif antara manusia dengan lingkungannya taua bila
komponen lingkungan telah menimbulkan dampak.
5) Simpul 5. Variabel supra system
Kejadian penyakit di masyarakat juga sangat ditentukan oleh variabel
supra sistem yang berupa iklim suatu wilayah, suhu, kondisi topografi,
situasi politi, status ekonomi, kebijakan makro dan variabel
pendukung lainnya yang dapat mempengaruhi simpul satu sampai
empat.[ CITATION Pit19 \l 1057 ]

2.4 Kontribusi Epidemiologi Terhadap Kesehatan Lingkungan

Epidemiologi sering dianggap sebagai dasar ilmiah dari praktik kunci


kesehatan masyarakat. Peran epidemiologi ditekankan oleh Institute of
medicine dalam definisi epidemiologi sebagai substansi kesehatan masyarakat
yang merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
terorganisir ditujukan untuk pencegahan penyakit dan promosi kesehatan,
dengan melibatkan banyak disiplin ilmu. Salah satu bidang yang erat
kaitannya dengan pencapaian akhir epidemiologi adalah kajian peran
lingkungan sebagai determinan utama kejadian penyakit. Pemanfaatan studi
epidemiologi dalam mengkaji lebih jauh peran lingkungan terhadap kejadian
penyakit dapat menjadi landasan penyusunan kebijakan pencegahan dan
penanggulangan penyakit di masyarakat. Dari studi epidemiologi ini juga
dapat dipetakan wilayah-wilayah kritis dan populasi beresiko,
penanggulangan penyakit dapat lebih fokus dan sekaligus dapat menjadi
bahan evaluasi untuk perbaikan kualitas lingkungan. Epidemiologi
lingkungan untuk masa sekarang ini fungsinya cukup strategis, karena dapat
mengidentifikasi sejumlah masyarakat yang mempunyai potensi terkena
dampak pencemaran dan perlu dilindungi melalui peraturan dan perundang-
undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah. (Pitriani & Herawanto, 2019)

Dalam Fahmi & Wulandari, (2018), terdapat empat simpul indikator


penyelidikan epidemiologi kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut.

1. Simpul pertama (A) adalah Studi komponen lingkungan pada sumbernya


atau lazim dikenal sebagai Emisi (Emission inventory). Gunanya untuk
menentukan sejauh mana potensi bahaya komponen lingkungan yang
mungkin ditimbulkannya. Misalnya angka prevalensi penderita hepatitis
atau typhoid dalam satu wilayah dapat mencerminkan potensi
penyebaran penyakit yang bersangkutan, jumlah pabrik yang memiliki
limbah; logam berat pada titik buangan, dan lain-lain dapat
menggambarkan potensi masalah kesehatan lingkungan.
2. Simpul kedua (B) adalah Pengukuran komponen pada “ambient” atau
lingkungan. Umumnya komponen lingkungan berada dalam
media/wahana lingkungan, misalnya Studi dengan melakukan monitoring
tingkat pencemaran air, residu pestisida dalam makanan, kadar tetrasiklin
dalam jeruk dan lain-lain. Dari informasi yang diperoleh dapat kita
perkirakan potensi bahaya dari komponen-komponen tersebut Apalagi
bila diketahui tingkat konsumsi rata-rata dari penduduk yang
bersangkutan.
3. Simpul ketiga (C) adalah studi epidemiologi yang sering kita lakukan.
Studi pada simpul ini mempelajari hal-hal setelah agents penyakit
mengadakan interaksi dengan sekelompok penduduk atau dengan kata
lain, setelah komponen lingkungan masuk ke dalam tubuh, di mana
dalam dosis cukup telah timbul keracunan. Contoh, adanya kandungan
Pb dalam darah atau CO dalam darah, menunjukkan tinggi rendahnya
tingkat exposure seseorang terhadap bahan pencemaran. Studi
epidemiologi pada simpul ke-3 ini juga sering disebut parameter biologis
bila sesuatu komponen lingkungan sudah berada pada tubuh manusia.
Parameter yang didapat menunjukkan “tingkat pemajanan” (atau level of
exposure) atau sebut saja derajat kontak yang paling mendekati keadaan
sebenarnya, misalnya adanya penurunan cholinesterase dapat dipakai
sebagai indikasi derajat kontak terhadap pestisida. Contoh lain, adanya
pengukuran kadar Carboxy hemoglobin (CO-Hb), atau DDT dalam
plasma darah, Merkuri, Tetraethyl lead, dan lain-lain. Perlu pula diingat
bahwa nilai-nilai tersebut sering dipengaruhi “intervening variable”,
misalnya gizi, kelainan kongenital, kadar hemoglobin, dan lain-lain.
Dalam kondisi keracunan akut, studi epidemiologi pada simpul ini
dikenal dengan penyelidikan Kasus Luar Biasa (KLB), yang memerlukan
langkah-langkah khusus.
4. Simpul keempat (D) adalah studi gejala penyakit, atau bila komponen
lingkungan telah menimbulkan dampak. Tahap ini ditandai dengan
pengukuran gejala sakit, baik secara klinis atau subklinis. Angka
prevalensi, insidensi dan mortality merupakan ukuran-ukuran studi
epidemiologi simpul D. Namun, umumnya studi dengan menggunakan
simpul indikator D ini, dewasa ini masih memiliki kelemahan bila
terpaksa harus mengambil data sekunder, misalnya di Puskesmas. Hal ini
karena sistem pencatatan dan pelaporan yang masih kurang sempurna.
Sehingga umumnya dilakukan dengan mengambil data primer. Contoh:
pengumpulan prevalensi atau insidensi penyakit saluran nafas di sekitar
pabrik.
Kegunaan epidemiologi saat ini kian luas, tidak hanya sebatas masalah-
masalah penyakit tetapi juga masalah-masalah kesehatan lainnya. Kajian
epidemiologi diharapkan dapat berperan dalam menunjang proses
pembangunan kesehatan masyarakat secara komprehensif. Hal ini mungkin
dilakukan dengan memanfaatkan epidemiologi dalam mengetahui dan
memahami distribusi dan faktor penyebab masalah kesehatan sehingga dapat
mengarahkan pada upaya-upaya intervensi yang diperlukan. Dari waktu ke
waktu peran epidemiologi juga mengalami transisi, (Last JM, 2001)
mengemukakan bahwa epidemiologi dapat berguna dalam hal:

1) Penelitian sejarah untuk menilai apakah kesehatan masyarakat semakin


baik atau lebih buruk
2) Diagnosis komunitas untuk menilai masalah kesehatan yang aktual dan
potensial
3) Menilai efektivitas dan efisiensi pelayanan Kesehatan
4) Menilai risiko individual dan peluang risiko actual
5) Melengkapi gambaran klinik pada penyakit yang berbeda
6) Penilaian bahaya Kesehatan
7) Mencari penyebab penyakit melalui studi case control and cohort
8) Mengevaluasi simptoms dan tanda-tanda penyakit
9) Analisis keputusan klinis

Kemudian peran epidemiologi menjadi lebih luas dalam bidang


kesehatan masyarakat sebagaimana dikemukakan (Bhopal, 2002), yaitu:

1) Menyiapkan informasi penting untuk mendukung perencanaan,


pelaksanaan program, hingga evaluasi berbagai program layanan
kesehatan masyarakat, baik itu pada tingkat pencegahan,
penanggulangan penyakit maupun program lainnya dalam menentukan
skala prioritas terhadap program tersebut
2) Memberikan pemahaman terkait hal yang menjadi penyebab
bertahannya penyakit dalam satu populasi
3) Mencegah dan mengendalikan kejadian penyakit dalam satu populasi
4) Arah kebijakan dan perencanaan kesehatan

2.5 Keterkaitan Epidemiologi Dan Toksikologi Lingkungan

Bahan toksis lingkungan yang berasal dari industri yang mencemari


lingkungan akan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan sebagai
indikator adalah kenaikan morbiditas dan mortalitas. Kejadian tersebut sangat
jelas berkaitan antara bahan polutan dan distribusi penyakit pada lingkungan
industri. pada studi eksplorasi secara rutin dikumpulkan data mortalitas dan
morbiditas pada suatu lingkungan tertentu. studi yang baik diperlukan dalam
suatu desain untuk menguji suatu hipotesis yang spesifik dan diperlukan.

a. Agen lingkungan dan analisis paparan


Metode penelitian epidemiologi pada mulanya merupakan cara untuk
mengetahui distribusi dan penyebaran penyakit infeksi yang dominan.
Pada perkembangannya arti epidemiologi menjadi lebih luas termasuk
semua aspek sehat dan sakit yang berhubungan dengan agen biologi.
Dapat pula semua aspek yang berhubungan dengan efek agen kimia dan
fisik. Dengan demikian maka dikenal agen yang mempunyai kontribusi
terhadap terjadinya penyakit pada manusia adalah bakteri, virus, jamur,
ragi, protozoa, vektor dan non biologi.Istilah "agen"merupakan istilah
yang netral dan sifatnya tidak mempunyai implikasi intrinsik uang
menguntungkan atau merugikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
efek derajat paparan dan karakteristik manusia adalah keadaan geografi,
sosial budayaan dan status imunologinya.
b. Agen kimia
Keberadaan agen kimia di lingkungan dapat berasal dari alam dan industri.
Bahan kimia industri terdiri dari bahan organik dan non organik yang
terdapat pada makanan atau minuman air ,udara, tanah dan medium
lainnya.
c. Agen Fisik
Bagian fisik yang termasuk didalamnya adalah radiasi ionizing dan non
ionizing(ultra violet,sinar infra merah,microwave,frekuensi radio,dan
medan elektromagnetik). Kondisi iklim suhu dan kelembaban Udara
mempunyai peran yang penting secara langsung atau tidak langsung
terhadap kesehatan lingkungan. Untuk analisis efek paparan fisik terhadap
tubuh manusia diperlukan suatu cara pantauan biologi yang merupakan
cara untuk mengetahui tingkat polutan pada jaringan ikat dan cairan tubuh
manusia.
d. Efek agen lingkungan terhadp Kesehatan
Agen fisik dan kimia dihasilkan oleh aktivitas manusia dan mempunyai
berbagai efek pada kesehatan. Paparan oleh faktor lingkungan akan
mengenai host (induk semang) yang pk atau kebal terhadap paparan dan
akan memberikan pula suatu perubahan fungsi atau menyebabkan
perubahan prepatologi. Tahap permulaan untuk mengetahui efek dari Agar
lingkungan adalah dengan pencatatan mortalitas dan morbiditas.
Pendekatan yang dipakai untuk mempelajari efek agen lingkungan adalah
pendekatan retrospeksi. Perubahan jangka pendek dari angka kematian
dipengaruhi oleh agen dan variasi dari host dengan jangka waktu dan
bulan, Minggu dan hari. Untuk agen fisik dan lingkungan dapat
mempengaruhi terjadinya perubahan angka kematian dalam jangka
pendek, seperti pencemaran udara atau kondisi iklim. (Odi R. Pinontoan,
2019).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah studi atau cabang keilmuan


yang mempelajari faktor-faktor lingkungan yg mempengaruhi timbulnya
(kejadian) suatu penyakit dengan cara mempelajari dan mengukur
dinamika hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang
memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk
upaya promotif lainnya
2. Epidemiologi modern dimulai pada abad ke-19, ciri kajian ini ditandai
dengan adanya pengamatan klinik lebih cermat, perhitungan kasus-kasus
dengan tepat dan jelas, dan terdapat hubungan antara kasus dan sifat
populasi yang merupakan tempat terjadinya kasus tersebut. Era
epidemiologi modern ditandai terutama pada jasa John Snow yang
sekaligus dianggap sebagai bapak epidemiologi lapangan. 20 tahun
sebelum pengebangan mikroskop, John Snow tela melakukan studi terkait
wabah kolera di Golden Square London untuk menemukan penyebab
penyakit dan mencegah wabah merebak kembali. John Snow memulai
penyeledianya dengan menemkan tempat penderita tinggal dan
menandainya di peta. Model pemetaan tersebut digunakan untuk
menentukan pola penyebaran penyakit. Studi ini mengungkap hubungan
kejadian penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk.
3. Ruang lingkup epidemiologi, yaitu:
a. Kondisi lingkungan. Perubahan kualitas lingkungan berpengaruh
terhadap agen (penyebab penyakit), host (manusia).
b. Variabel epidemiologi ( orang, waktu dan tempat).
c. Penyakit yaitu (a)Penyakit infeksi/menular : akibat kondisi sanitasi
yang buruk dan lainnya serta (b)Penyakit tidak menular : akibat
menurunnya (perubahan) kualitas lingkungan yang timbul sebagai
dampak negatif dari aktivitas pembangunan.
d. Ilmu sosial dan perilaku. Perilaku manusia (higiene perorangan) dan
hubungannya dengan timbulnya kejadian penyakit.
e. Metode (Design) sebagai dasar yang digunakan dalam melakukan
kajian (analisa) untuk menarik kesimpulan baik level pemahaman
maupun level intervensi, misal penggunaan metode-metode statistik
(kajian ilmiah) dan penggunaan konsep Simpul Kesehatan Lingkungan
4. Kontribusi
5. Keterkaitan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. A., Andriani, C., Arisanti, R. R., Wahdi, A. E., & Hertanti, N. S.
(2020). Buku Teks Epidemiologi Untuk Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Budiarto, E., & Anggraeni, D. (2015). Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Herawanto, P. (2019). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan . Makasar: CV. Nas


Media Pustaka.

Herawanto, P. d. (2019). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Makassar: CV.


Nas Media Pustaka.

Masfufatun Juni, N. (2017). Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Hubungan


Epidemioloogi Dan Faktor Kualitas Lingkungan Rumah Dengan Kejadian
Pneumonia Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu, 6-13.

Odi R. Pinontoan, O. J. (2019). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.


Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Pinontoan, O. R., O. J., Sumampouw, & Nelwan, J. E. (2019). Epidemiologi


Kesehatan Lingkungan . Yogyakarta : Grup Penerbitan CV BUDI
UTAMA.

Pitriani, & Hermawanto. (2019). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Makassar:


Nas Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai