Anda di halaman 1dari 47

DEFRI ARONI, SKM, M.Kes.

Page 1
Defenisi

Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu


Infectious agent (bahan pencemar) dari sumber Infeksi kepada induk semang
yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok
vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu
secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah
diartikan diatas.

Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu
hewan ke hewan lain atau ke manusia (Chandra, 2012).

Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan,


mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya
sehigga tidak membahayakan kehidupan manusia.

Free Powerpoint Templates


Page 2
Metode Pengendalian vektor

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan
atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor
dan binatang pengganggu tersebut.

Menurut WHO (dalam Soemirat, 2009), pengendalian vektor


penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena
berbagai alasan :
a. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti
hampir semua penyakit yang disebabkan oleh virus.
b. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat
tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter
c. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia,
sehingga sulit dikendalikan.
d. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
e. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat
seperti insekta yang bersayap.
Metode Pengendalian vektor

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu


diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pengendalian kimiawi
b. Pengendalian Fisika-Mekanika
c. Pengendalian Biologis
Pemantauan

Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang


relatif baru. Pada awalnya orang berpikir tentang pembasmian
vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit
dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh
karenanya pengendalian vektor saat ini akan ditujukan untuk
mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat
dicapai dengan keadaan sosial-ekonomi yang ada serta keadaan
endemic penyakit yang ada.

Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta


secara kontinu menjadi sangat penting. Pengendalian secara
terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang,
ditunjang dengan pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan
berbagai parameter pemantauan dan pedoman tindakan yang
perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian
luar biasa/wabah.
Pemantauan
Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :
1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat
2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal (serangga parasit penghisap darah golongan
ordo Siphonaptera yang terdapat pada hewan atau manusia)
3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks
container, indeks rumah, dan/atau indeks Breteau. Tindakan khusus diambil
apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan akan terjadi wabah
karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :
a. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase,
kebersihan saluran dan reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah
pembusukan sampah, dan lain-lain.
b. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan
memelihara kebersihan lingkungan masing-masing.
c. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului
dengan uji resistensi insekta terhadap insekta yang akan digunakan.
(Aedes Aegypti, Albopictus)
PENDAHULUAN
• Penyakit DBD adalah menular yang sering menimbulkan
wabah serta menyebabkan kematian pada orang banyak
• Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypt
• Nyamuk tersebut tersebar disekeliling rumah kita
sehingga keluarga serta masyarakat mengandung resiko
tertular penaykit DBD
• Obat setara vaksin untuk penyakit ini belum ada,
sehingga untuk memberantas penyakit ini adalah
dengan membasmi nyamuk Aedes Aegypt.
NYAMUK PENULAR DBD (Aedes
Aegypt)
1. Sirkulasi/Sifat Perkembang-biakan
Namyuk Aedes Aegypt

Nyamuk Dewasa Telur

Pupa Kepompong Jentik-Jentik


LIFE CYCLE OF AEDES MOSQUITO

2-3 days

2-3 days
2 weeks 8-9 days

2-3 days
GROUP: AEDES
Nyamuk Aedes Aegypti &
Perkembangbiakannya.
2. Ciri / Sifat Nyamuk Aedes Aegypt

A. Sifat-sifat Nyamuk Aedes Aegypt :


 Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada
seluruh tubuhnya
 Berkembang biak ditempat penampungan air & barang-
barang yang memungkinkan air tergenang
 Berkembang biak diselokan/got atau kolam air yang
langsung berhubungan dengan tanah
 Biasanya mengigit (menghisap darah) pada pagi hari
hingga sore hari
 Mampu terbang sejauh 100 meter
B. Sifat-sifat Jentik-Jentik Nyamuk Aedes Aegypt :

• Berenang bebas diair


• Mengalami 4 stage (instar 1
s/d3)
• Ada corong udara dgn pecten &
sekelompok bulu2
• Pada waktu istirahat membentuk
sudut pd permukaan air
• Banyak dijumpai pd genangan
air dgn tempat tertentu
(drum,bak,tempayan,kaleng
bekas & pelepah pohon)
C. Sifat-sifat Telur Nyamuk Aedes
Aegypt :

• Diletakkan pada dinding


tempat air atau pd benda2
yg terapung di permukaan
air satu persatu
• Sekali bertelur 300 butir
• 2-3 hari

• Bisa bertahan tanpa air


selama ± 6 bulan.
3. Tempat-tempat Perkembang Biakan
Nyamuk Aedes Aegypti

 Tempat-tempat penampungan air seperti :Bak mandi,


Tempayan Air, Drum, Bak WC
 Barang-barang yang memungkinkan air tergenang
seperti : tempat minum burung, pot tanaman, vas bunga,
ban bekas, plastik, kaleng bekas atau sampah-sampah
yang dibuang sembarangan
Jenis container
CARA PENULARAN PENYAKIT
DBD
• Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti betina
• Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu
menggigit / menghisap darah orang yang TIDAK
sakit tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue.
(orang yang memiliki kekebalan terhadap virus)
• Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak
sakit dapat pergi kemana saja sehingga dapat
menularkan virus tersebut kepada orang lain
ditempat yang ada nyamuk aedes aegypti
• Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan
menyebar keseluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar
liurnya
• Bila nyamuk tersebut menggigit / meghisap darah orang
lain maka virus akan pindah bersama air liur nyamuk
• Bila orang yang ditulari tidak memiliki kekebalan maka ia
akan segera menderita DBD
• Nyamuk Betina Aedes albopictus membawa virus
chikungunya sebagai penyebab penyakit Chikungunya.
• Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus
dengue , seumur hidupnya dapat menularkan kepada
orang lain.
• Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan
sendirinya dalam waktu lebih kurang satu minggu.
GEJALA KLINIS
• Demam akut 2-7 hari,bersifat bifasik
• Manifestasi pendarahan yang biasanya
berupa : petekia, ekimosis atau purpura,
hematermesis atau melena
• Trombositopenia < 150.000 μl.
• Terjadi kebocoran plasma
Tindakan Dini Yang Harus
Dilakukan
• Beri minum sebanyak-banyaknya dengan
air yang sudah dimasak seperti : Air susu,
sari buah, air teh, oralit atau air lainnya
• Kompres
• Berikan obat penurun panas
• Segera berobat ke Puskesmas / Dokter
CARA MENCEGAH DBD
UNTUK MENCEGAH PENYAKIT DBD, NYAMUK
PENULARNYA HARUS DIBERANTAS SEBAB
VAKSIN UNTUK MENCEGAH BELUM ADA.
MEMBERANTAS JENTIK-JENTIK NYAMUK DBD
DI TEMPAT-TEMPAT AIR MENGGENANG.
MELAKSANAKAN KEGIATAN
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN-DBD)
• 3 M : MENGURAS,MENUTUP,
MENGUBUR
• MEMBUBUHKAN LARVASIDA
• MEMELIHARA IKAN
• MENGUSIR NYAMUK : MEMBAKAR
OBAT NYAMUK
MEMASANG kawat kasa ,
MENGGUNAKAN kelambu,
PAKAIAN PANJANG.
MENCEGAH GIGITAN :
MENGOLESKAN REPELANT
• MENYEMPROT RUANGAN
Larvasiding

3M Ikanisasi Obat Nyamuk Semprot


Obat Nyamuk Gosok

plus
Pencahayaan
Ventilasi

Kasa
Biologi dan Perilaku Pinjal
Pinjal adalah serangga yang termasuk ordo
Siphonaptera, Pinjal merupakan serangga parasit
yang umumnya ditemukan pada hewan, namun
terkadang juga pada manusia

• Tubuh pinjal dewasa adalah pipih bilateral,


• Berukuran 1,5-4 mm,
• berwarna kuning terang hingga coklat tua,
• tidak bersayap,
• memiliki 3 pasang tungkai panjang yang digunakan
untuk lari dan melompat, tungkai dan tubuhnya
ditutupi rambut kasar atau rambut-rambut halus,
Biologi dan Perilaku Pinjal
• Kepalanya kecil berbentuk segitiga dengan
sepasang mata dan 3 ruas antena yang berada
pada lekuk antena di belakang antena ada yang
dilengkapi dengan sisir gena dan ada juga yang
tidak,
• Bagian tubuh terdiri dari protoraks, mesotorak
dan metatoraks dan pinjal
• Balam siklus hidupnya mengalami metamorfosa
sempurna.
Peranan Pinjal dalam Bidang
Kesehatan
• Pinjal dapat mengganggu
manusia maupun hewan baik
secara langsung (reaksi
kegatalan pada kulit dan bentuk-
bentuk kelainan kulit lainnya) dan
secara tidak langsung
(menimbulkan beberapa penyakit)
Peranan Pinjal dalam Bidang
Kesehatan
• Contohnya penyakit yang dapat
ditularkan melalui pinjal adalah :
bubonic plaque atau pes yang
disebabkan oleh Pasteurella pestis
atau Xenopsylla cheopis, kecacingan
pada anjing dan kucing dan
kecacingan pada anak-anakyang
bermain dengan anjing dan kucing.
Pengendalian Pinjal
• Pengendalian secara mekanik- fisik
adalah :
– Membersihkan karpet
– Membersihkan alas kandang hewan
peliharaan
– Membersihkan lantai rumah dengan vaccum
cleaner
– Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan
hewan peliharaan
Pengendalian Pinjal
– Memberi nutrisi yang tinggi gizi untuk
meningkatkan daya tahan hewan juga
perlindungan dari kontak hewan piaraan
dengan hewan liar atau tidak terawatt lain
disekitarnya.
– Untuk binatang pengerat seperti tikus adalah
dengan : membuang sampah pada tempat-
tempat yang tertutup, membuat konstruksi
rumah yang rapat tikus (ratprofing
Pengendalian Pinjal
• Pengendalian secara kimia
– Pada hewan peliharaan : penggunaan rotenone atau
pyretherum yang dapat berupa dust, dan penggunaan
malathion dan carboryl dalam bentuk 2-5% debu atau
0,5% semprot.
– Saat ini di pasaran banyak dijual bahan-bahan
pengendalian pinjal untuk hewan peliharaan seperti :
sampo, spray, bahan dipping, sabun foam untuk
mandi, serbuk bedak dan spoton, kerah atau kalung
anti pinjal dan tablet yang dapat ditelan oleh hewan
peliharan
Pengendalian Pinjal
– Pada binatang pengerat seperti tikus :
• Dusting (penaburan bubuk insektisida) pada ling
terowongan dan tempat persembunyian binatang
mengerat
• Penggunaan bumbung bamboo insektisida
• Fumigasi dengan propoxur, permethrin, eyfluthrin,
deltametrin
• Repelen : dielthyl-toluamide (deet)
Peranan Lipas Dibidang
Kesehatan
• Lipas mempunyai perilaku mengeluarkan makanan yang
baru dikunyahnya atau memuntahkan makanan dari
lambungnya, makanan ini berasal dari sisa-sisa
makanan kita bahkan dari kotoran manusia, sehingga
lipas mudah menularkan penyakit (vector mekanis
phatogen) pada manusia.
• Penyakit yang dapat ditularkan oleh lipas adalah :
– Diare yang diakibatkan oleh protozoa : Entamoeba histolytica,
Trichomonas hominus, Giardia intestinalis, Balantidum coli
– Disentri, diare, lepra, pes dan demam typhoid yang diakibatkan
oleh bakteri : Mycobacterium leprae, Pasteurella pestis, Shigella
dysentriae, Shigella paradysentriae, Stapylococcus aureus,
Yersinia pestis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Salmonella typhimurium
Pengendalian Lipas
• Dalam upaya pengendalian lipas pengetahuan
akan bioekologi dan prilaku lipas merupakan hal
penting dimiliki oleh pengendali supaya
mendapatkan hasil yang optimal seperti :
pemeriksaan awal yang menyeluruh terhadap
seluruh wilayah yang hendak diberantas,
pencatatan dan pemetaan hasil pengamatan
seluruh wilayah populasi kecoa. Pengendalian
lipas terdiri dari 4 metode yaitu :
Pengendalian Lipas
1. Sanitasi
• Meniadakan tempat hidup dan meniadakan makanan,
minuman bagi lipas/kecoa
• Menutup semua lubang/celah atau retakan pada gedung-
gedung yang memungkinkan lipas/kecoa untuk masuk
• Sering membersihkan tempat-tempat yang
memungkinkan lipas tinggal seperti tempat cucian,
pemanas, kulkas dll
• Timbunan kertas, karton, kardus atau bahan lainnya harus
segera dibuang
• Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi pada
tempat-tempat tertutup
• Membuang sampah pada tempatnya dan dibuang setiap
hari ke tempat pembuangan akhir
• Memasang kawat kasa pada saluran pembuangan air.
• Menggambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah
dinding, almari, peralatan dengan cara dibakar atau
dihancurkan
Pengendalian Lipas
• Keuntungan metode ini :
– Mudah dilakukan
– Biaya rendah
• Kelemahan metode ini :
– jika tingkat intensitas lipas tinggi metode ini
kurang mendapat hasil yang maksimal
Pengendalian Lipas
2. Penggunaan jebakan/pengumpanan (trapping)
– Pengumpanan atau jebakan sangat efektif dilakukan jika
dibarengi dengan insektisida. Jebakan yang sering dipakai
adalah sticky trap dengan feromon yang dapat menarik lipas
berkumpul.
– Jebakan atau umpan harus diletakkan sedemikian rupa agar
lipas merasa itu bukan jebakan, jika lipas tidak terjebak pada
jebakan pertama maka setelah 2 hari jebakan harus segera
dipindahkan.
– Insektisida yang dapat digunakan pada umpan adalah :
• Trichlorphon dan dichlorvos (umpan siap pakai)
• Abamectin (berbentuk jeli atau bubuk siap pakai)
• Abamectin dan hydroprene (bait station)
• Boric acid (berbentuk pasta siap pakai) atau berbentuk granul
• Fipronil (bait station)
• Hydromethylnon (berbentuk granul atau jeli siap pakai)
Pengendalian Lipas
• Keuntungan menggunakan metode ini adalah :
– Dapat digunakan untuk menentukan daerah-daerah
persembunyian kecoa
– Dapat digunakan untuk menentukan infestasi kecoa
– Dapat digunakan untuk upaya memonitoring keefektipan umpan
– Dapat mendekteksi populasi kecoa
– Tidak mahal
– Nyaman dipakai
– Insektisida yang dipakai sebagai umpan tidak toksik
• Kelemahan metode ini :
– Hanya mampu memberantas lipas dewasa
– Membutuhkan perhatian dan kesabaran
– Membutuhkan ketepatan dalam meletakkan jebakan
Pengendalian Lipas
3. Phisik
Adalah pengendalian dengan menggunakan alat ultrasonic dan
elektromagnetis
4. Kimiawi
Adalah dengan menggunakan insektisida yang dapat berupa :
– Residual (surface spray) : Bendiocarb 50% WP, Chlorpyrifos 30%EC,
Deltamethrin 1% SC, Permethrin 25% WP, Propoxur 20% EC dan Propoxur 80%
WP
– Non residual (Space spray) : Dichlorvos (high pressure aerosol atau fogging),
Pyrethrins dan Piperonyl butoxide (high pressure aerosol atau fogging) dan
Hydroprene (one shot aerosol)
– Dusting (tabor) : Boric acid 1% dust, Bendiocarb 17,3% dust, Permethrin 1%
dust, Propoxur 1% dust, Pyrethrins dengan Rotenon dan Piperronyl butoxide 2%
dust
– Baiting : Trichlorphon dan dichlorvos (umpan siap pakai), Abamectin (berbentuk
jeli atau bubuk siap pakai), Abamectin dan hydroprene (bait station), Boric acid
(berbentuk pasta siap pakai) atau berbentuk granul, Fipronil (bait station),
Hydromethylnon (berbentuk granul atau jeli siap pakai)
– Pengendalian lipas dengan menggunakan insektisida telah dilakukan pada
pertengahan abad 20, apa yang digunakan dijelaskan pada table dibawah ini :
Pengendalian Lipas
• Kelemahan metode ini :
– Insektisida residual meninggalkan bahan residu pada aplikasinya
– Perlu dilakukan pengulangan aplikasi insektisida untuk mendapatkan
hasil yang optimal
– Membutuhkan keterampilan dalam mengkombinasikan bahan-bahan
insektisida dalam pemakaiannya
– Penggunaan insektisida dari jenia minyak harus hati-hati karena dapat
merusak permukaan benda atau tempat yang disemprot dan dapat
menimbulkan kebakaran
– Jenis insektisida yang berbentuk bubuk tidak cocok untuk lokasi yang
basah Dapat menimbulkan resistensi pada lipas
– Harganya mahal
– Harus memperhatikan aturan pakai yang tertera pada labelnya
– Dapat mencemari lingkungan jika botol-botol bekas atau kemasan
insektisida dibuang begitu saja ke lingkungan
– Dapat menimbulkan keracunan pada saat aplikasi
Peranan Vektor dan
Binatang Pengganggu
Terhadap Kesehatan

Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga


yang dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai
vektor-borne diseases merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat
endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya kematian.
Free Powerpoint Templates
Page 47

Anda mungkin juga menyukai