Anda di halaman 1dari 59

Vektor Penyakit Dan Binatang

Penganggu

Pertemuan ke 5 (Lima)
Dasar Kesehatan Lingkungan

Titi Karsita Lingga, ST,M. Kes


VEKTOR PENYAKIT
• Serangga pembawa Penyakit (arthopoda) yang disebabkan oleh
bakteri, ricketsia, virus, protozoa dan cacing, serta menjadi
perantara penularan penyakit tersebut.

• Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui


serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu,
seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah,
Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti
Peranan Vektor
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan
penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa
patogen dari satu inang ke yang lainnya.
Vektor juga merupakan anthropoda yang dapat
menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari
sumber Infeksi kepada host yang rentan.
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit
berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne
diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne
diseases.
Peranan Vektor
• Indeks vektor : Populasi tertentu dari vektor yg
diharapkan tidak menularkan penyakit
• Binatang pengganggu : Binatang yg dapat
mengganggu, menyerang, atupun menularkan
penyakit pada manusia
Jalur Pajanan
a. Dari orang ke orang
b. Melalui udara
c. Melalui makanan dan air
d. Melalui hewan
e. Melalui vektor arthropoda
Faktor-faktor yang terlibat dalam siklus
penularan penyakit melalui vektor
Parasit, dapat berupa plasmodium, helminth,
virus dan bakteri
Host/Inang, sebagai host/inang adalah manusia
Vektor, adalah nyamuk, pinjal dan arthropoda
lain
Lingkungan, lingkungan fisik atau biotik yang
sesuai dengan pertumbuhan parasit, host/inang
dan vektor
PENULARAN PENYAKIT OLEH
VEKTOR
Pencemaran Vektor
Perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, industri dan
pembangunan perumahan yang mengakibarkan berkembang biaknya
vektor penyakit
Sistim penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum
menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container
untuk penyediaan air.
Sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi
syarat sehingga menjadi tempat perindukan vektor
Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat
menjadikan sampah menjadi sarang vektor
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian
vektor penyakit secara kimia beresiko timbulnya keracunan dan
pencemaran lingkungan serta resistensi vektor
Jenis-jenis Vektor :
Vektor Mekanis : serangga/binatang yg
membawa mikroorganisme patogen,
memindahkan langsung tanpa ada perubahan
dari mikroorganisme
Contoh : Lalat, kecoa
Vektor Biologis : serangga yg merupakan tuan
rumah bagi mkiroorganisme patogen yg akan
ditularkan dimana mikroorganisme melanjutkan
siklus hidupnya dlm tubuh serangga.
Vektor Mekanik
• Agen penyakit tidak masuk ke dalam tubuh vektor, hanya
melekat pada bagian-bagian luar tubuh vektor dan
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
• Penyebaran penyakit melalui vektor mekanik disebut juga
Penyebaran Pasif, yaitu pindahnya bibit penyakit yang
dibawa vektor ke bahan-bahan yang digunakan manusia,
umumnya makanan. Contoh: lalat dan kecoa menularkan
disentr
Vektor Biologis

• Di dalam tubuh vektor, agen penyakit memperbanyak diri


atau berkembang dan menjadi infektif.
• Penyebaran penyakit melalui vektor biologis disebut juga
Penyebaran Aktif , dimana agen hidup dan berkembang
biak di dalam tubuh vektor dan jika vektor tersebut
menggigit manusia, maka agen masuk ke dalam tubuh
manusia sehingga timbul penyakit.
Contoh: nyamuk dan tungau
Kelas dan Species dari Arthropoda
yang Penting
Transmisi Arthropoda Bome
Diseases
Inokulasi (Inoculation)
Infestasi (Infestation)
Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Definitive Host dan Intermediate Host
Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo -
Developmental
Inokulasi (Inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari
arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada
kulit atau deposit pada membran mukosa

Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia
kemudian berkembang biak
Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic
Incubation Period

Waktu yang diperlukan untuk


perkembangan agen penyakit dalam tubuh
vektor
Definitive Host dan Intermediate Host

Disebut sebagai host definitif atau intermediate


tergantung dari apakah dalam tubuh vektor atau manusia
terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual
pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus
sexual maka disebut sebagai host definitif, sebagai contoh
parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh
nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host definitive
dan manusia adalah host intermediate.
Propagative, Cyclo – Propagative dan
Cyclo - Developmental
1. bila agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan
siklus dan hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut
propagative seperti plague bacilli pada kutu tikus, dengue
(DBD)
2. bila agen penyakit mengalami perubahan siklus dan
multifikasi dalam tubuh vektor disebut cyclo – propagative
seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles
3. bila agen penyakit mengalami perubahan siklus tetapi tidak
mengalami proses multifikasi dalam tubuh vektor seperti
parasit filarial dalam tubuh nyamuk culex.
o Propagatif : dalam serangga, mikroorganisme
berkembangbiak. Contoh : DBD (Ae. aegypti)
o Cylopropagatif : dalam serangga, mikroorganisme
berkembangbiak dan mengalami perubahan bentuk.
Contoh : Malaria → Oocyste – Ookinate –
Sporozoit
o Cyclodevelopment : dalam serangga,
mikroorganisme tidak berkembangbiak, hanya
mengalami pertumbuhan. Contoh : Filariasis →
dari cacing filaria yg ada di tubuh nyamuk Culex
o Hereditas (keturunan) : mikrorganisme
dipindahkan melalui telur serangga kepada
keturunannya
Nyamuk
Spesies Tempat berkembang biak
Anopheles sp. Tiga kawasan:
* Gunung & kaki gunung: genangan air di kebun, sungai
(An. balabacensis, An. maculatus)
* Pedalaman: sawah, rawa (An. aconitus, A. barbirostris)
* Pantai: genangan berair payau, muara sungai, pantai
berhutan bakau (A. sundaicus, An. subpictus)

Aedes aegypti Genangan air bersih dalam wadah yang tidak kontak dengan
Ae. albopictus tanah: lubang pada batu, daun yang cekung, tonggak
bambu; ataupun wadah buatan manusia: kolam, pot, bak
mandi, kaleng
Culex sp. Genangan air kotor: selokan
Mansonia sp. Genangan air dengan tanaman air
NYAMUK DAN PENYAKIT
PERBEDAAN NYAMUK JANTAN
DAN BETINA

JANTAN BETINA
PALPI ✓ Ujungnya bengkok & ✓ Lurus & tidak
membesar membesar
✓ Ada rambut ✓ Tidak ada
rambut
ANTENA ✓ Rambut lebat ✓ Rambut jarang
Anopheles
Aedes aegypti

Mansonia
Culex
SIKLUS HIDUP NYAMUK Aedes aegypti

Nyamuk dewasa + betina 14


hari

Pupae (1-2 hari) Larvae (5-7 hari) Telur


SIKLUS HIDUP NYAMUK ANOPHLES
SIKLUS HIDUP NYAMUK CULEX
Lalat
Spesies Lalat Penyakit Agen (Patogen)
Phlebotomus Leismaniasis Protozoa:
longipalpis Leishmania donovani,
(Lalat Pasir) L.tropica, L.brasiliense
Simulium sp. River blindness Nematoda (cacing):
(Black fly) (Onkosersiasis) Onchocerca volvulus
Chrysops sp. Filariasis Cacing:
(Horse fly / (Loiasis) Loa loa
Deer fly)
Glossina sp. Tripanosomiasis Trypanosoma sp.
(Lalat Tse (Penyakit tidur
tse) Afrika)
Musca Diare, typhus, Bakteri: E. coli, Salmonella,
domestica disentri, Shigella
(Lalat cacingan Protozoa: Entamoeba
Rumah) (ascariasis) histolytica
Cacing: Ascaris
lumbricoides
LALAT DAN PENYAKIT
SIKLUS HIDUP LALAT
Siklus Hidup Lalat :
• Metamorfosa
lengkap : telur,
larva, pupa dan
dewasa
• Siklus hidupnya 30
hari
• Suhu
mempengaruhi
panjangna lama
waktu hidup lalat
Lalat rumah

Glossina

Phlebotomus

Simulium
Cara berkembang biak dan habitat lalat sangat bervariasi antar
spesies lalat, misal:
☻ Simulium berkembang biak dalam air yang
mengalir deras
☻ Lalat rumah berkembang biak pada kotoran,
sampah dan bahan buangan lainnya
☻ Glossina menyukai daerah dengan tanah yang
keras (padang rumput) atau tanah berpasir, atau
tanah di sekitar sungai/danau yang banyak
ditumbuhi pohon

Cara mengendalikan penyakit yang ditularkan melalui lalat


sangat bergantung pada jenis lalat yang menularkan
Contoh, pengendalian lalat rumah:
- Sanitasi lingkungan
- Hygiene perorangan dan makanan
PENGENDALIAN VEKTOR
Suatu kegiatan untuk menurunkan
kepadatan populasia vektor pada tingkat
yang tidak lagi membahayakan bagai
kesehatn manusia
• Tindakan manajemen lingkungan
merupakan komponen efektif dalam
strategi pengendalian vektor
Tujuan Pengendalian Vektor

1. menurunkan populasi vektor serendah mungkin


secara cepat sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular
vektor di suatu wilayah atau
2. menghindari kontak dengan vektor sehingga
penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.
3. Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh
binatang atau serangga pengganggu
METODE PENGENDALIAN

a. Pengendalian Lingkungan
b. Pengendalian Secara Mekanis
c. Pengendalian Biologis
d. Pengendalian Kimiawi
PENGENDALIAN LINGKUNGAN

• breeding mengubah situs dengan mengeringkan


atau mengisi situs, pembuangan sampah secara
teratur, menjaga tempat penampungan bersih, dan
kebersihan.
Pengendalian secara mekanis
▪ Menggunakan bednets
▪ Perangkap
▪ Penutup makanan
PENGENDALIAN BIOLOGIS

▪ Menggunakan organisme hidup untuk


pengendalian larva, seperti ikan yang makan
larva (misalnya, nila, ikan mas, guppies)
▪ Bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis)
yang menghasilkan racun terhadap larva
▪ Pakis mengambang bebas yang mencegah
pembiakan, dan lain-lain
PENGENDALIAN KIMIAWI
❑ Penggunaan repellents Banyak masyarakat terbiasa
menggunakan berbagai bahan sebagai
repellents.Penggunaan repellents ini efektif dan tidak
berbahaya, mereka dianjurkan untuk menggunakannya
dalam situasi darurat, dan hal ini sebenarnya sudah umum
pada sebagian masyarakat untuk memakai repellents yang
terbukti manfaatnyanya.
❑ Insektisida untuk penyemprotan (IRS, spray, fogging) untuk
vektor dewasa
❑ Larvicides untuk pengendalian larva Data resistensi
terhadap insektisida akan berguna dalam membantu
memastikan insektisida yang akan dipilih.
TINDAKAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

Keberadaan nyamuk dipandang secara geografis


dipengaruhi oleh karakteristik fisik, kimia, dan biologi
yang berbeda
Tindakan manajemen lingkungan menuntut
pemahaman :
• ekologi
•dinamika populasi
•epid peny. yang ditularkan
Konsep ‘Spesies-Sanitasi’

• Tindakan pengendalian malaria, maka


perhatian ditujukan langsung pada nyamuk
Anopheles
• Kegiatan manajemen lingkungan meliputi:
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan
monitoring dalam memodifikasi dan atau
memanipulasi faktor lingkungan dan
interaksinya dengan manusia
Modifikasi Lingkungan

Bentuk manajemen lingkungan dengan melakukan perubahan


secara fisik yang permanen atau tata guna tanah yang bertahan
lama, air, dan vegetasi, bertujuan untuk mencegah, mengurangi
atau menghilangkan habitat vektor tanpa menyebabkan efek
merugikan pada kualitas lingkungan manusia.

Manipulasi Lingkungan
Bentuk manajemen lingkungan berupa aktivitas perencanaan
yang bertujuan menciptakan kondisi secara temporal/tidak
permanen/sementara yang tidak dapat digunakan sebagai
tempat berkembangbiaknya nyamuk di habitatnya
Keuntungan tindakan Pengendalian Vektor
melalui Manajemen Lingkungan
1. Efektif
2. Efek jangka panjang
3. Biaya relatif rendah
4. Bermanfaat secara mutualistis pertanian dengan
kesehatan
5. Seringkali tanpa efek merugikan
6. Tidak perlu proteksi pada petugas
7. Efek multiplier
Kerugian

1. Tingginya modal
2. Lamanya penyelesaian
3. Perlu SDM yang komplek
PENGENDALIAN VEKTOR SECARA
KIMIAWI
Insektisida bagian dari pestisida
Pes (hama) dan cida (membunuh)
Pestisida : mencakup bahan-bahan kimia
yang digunakan untuk mengendalikan
populasi jasad hidup yang merugikan
manusia, tumbuhan dan ternak.
Pestisida: ◼ Ruang Lingkup
- insektisida - type of apply
- fungisida - what to apply
- akarisida - where to apply
- rodentisida
- when to apply
- nematisida
- How to apply
- helmintisida
- termisida - Resistancy
- pencemaran
lingkungan
Insektisida
Insect = serangga
Cide = membunuh
“Bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan populasi serangga hama atau vektor
penyakit
Pengelompokan Insektisida
• Organochlorines (DDT,
• Organophosphat
• Carbamates
Menurut cara masuk Menurut cara kerja
- Melalui Kulit - Racun sistemik
- Melalui Mulut - Racun kontak
- Melalui jalan
napas/spirakel/trakhea
Formulasi dan Penggunaan
Formulasi ditujukan:
- keamanan, penyimpanan, handling,
keefektifan
Penggunaan:
- manual, instruction
Aplikasi

1. Spray
2. Dust
3. Granular
4. Fumigan tanah
5. Baits
6. Sistemik untuk hewan
7. Kombinasi pupuk-insekstisida
8. Aerosol
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA
1. Pencegahan Gigitan Nyamuk
Beberapa cara pencegahan penularan malaria antara lain,
mencegah gigitan nyamuk dengan cara :
• Tidur dalam kelambu (kelambu biasa atau yang
berinsektisida)
• Memasang kawat kasa
• Menggunakan repelen (cream anti nyamuk
• Membakar obat nyamuk
• Pencegahan dengan obat anti malaria (profilaksis)
Pengobatan pencegahan malaria diberikan
kepada kelompok berisiko tertular malaria
seperti:
▪ Pendatang dan perorangan atau
sekelompok orang yang non-imun yang
akan dan sedang di daerah endemis
malaria
▪ Ibu hamil (sasarannya adalah ibu hamil di
daerah endemis malaria).
2. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan dapat mencegah, mengurangi atau
menghilangkan tempat perindukan vektor, antara lain:
▪ Pengeringan
▪ Pengaliran
▪ Pembersihan lumut
▪ Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah perkembangan larva
nyamuk Anopheles sundaicus, yang merupakan vektor utama
malaria di daerah pantai. Larva nyamuk ini suka hidup pada
lumut di lagun-lagun daerah pantai. Dengan pembersihan
lumut ini, maka dapat mencegah perkembangan nyamuk An.
sundaicus
PENGENDALIAN VEKTOR DBD
❑ Tindakan pencegahan penyakit DBD adalah dengan
memutuskan rantai penularan yaitu mencegah gigitan nyamuk
vektor DBD, dengan pemberantasan sarang nyamuk penular
dan membasmi jentik nyamuk di tempat perindukannya.
❑ Tindakan-tindakan pencegahan penyakit DBD adalah sebagai
berikut :
- Kimiawi dengan pengasapan menggunakan insektisida dan
larvasidasi
- Biologi dengan memelihara ikan larvavorus (gambusia
affinisdan ikan adu)
-
- Fisik yang dikenal dengan kegiatan 3 M plus (menguras,
menutus dan mengubur) serta memasang kawat kasa,
ventilasi ruang yang memadai, menggunakan kelambu,
memakai repellent, dan lain-lain.

Ukuran keberhasilan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk


(PSN) antara lain diukur dengan Angka Bebas jentik (ABJ).
Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan DBD dapat
dicegah atau dikurangi. ABJ ini diperoleh dengan kegiatan
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan.
Pengendalian nyamuk Culex
1. Pengendalian secara mekanik
- Mengubur kaleng-kaleng atau tempat- tempat sejenis
yang dapat menampung air hujan
- Membersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan
sebagai sarang nyamuk Culex sp misalnya got dan
potongan bambu.
- Pemasangan kelambu
- Pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan
cahaya lampu dan raket pemukul
2. Pengendalian Secara Biologis
- Penggunaan organisme pemakan pemangsa dan
pemakan nyamuk seperti ikan kepala timah, ikan
mujaer dan ikan niila
- Pembersihan tanaman air dan rawa – rawa
- Menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan
air sebagai tempat perindukan nyamuk
- Letakkan kandang ternak (sapi,kerbau dan babi) jauh
dari rumah sehingga mengurangi jumlah gigitan
nyamuk pada manusia
3. PENGENDALIAN SECARA KIMIA

Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk


pencegahan dan pengendalian infeksi dengue harus
dihindarkan. Selama periode sedikit atau tidak ada
aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber
larva secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan
dengan penggunaan larvasida dalam wadah yang
tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani
dengan cara lain.
Pengendalian Tikus
Beberapa metode pengendalian tikus sebagai
yaitu:
1. Secara mekanik dan sanitasi
2. Memasang traps
3. Memberi Umpan
4. Caution to rodent trapping/safe handlin
Pengendalian Lalat dan Kecoa
Pengendalian kecoa dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida sintesis. Penggunaan insektisida sintesis memang
memiliki beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam
mengoperasikannya, efektifitas yang tinggi, daya kerja yang
cepat, dapat digunakan setiap waktu, serta mudah diperoleh.
Namun penggunaan insektisida yang tidak tepat dan berlebihan
secara terus menerus dapat mengakibatkan terjadinya resistensi
pada serangga terhadap insektisida tersebut.
Beberapa metode dalam pengendalian lalat dan kecoa yaitu:
1. Traps and screen
2. Chemical control
TUGAS KELOMPOK
1. Buat Makalah yang terdiri dari 3 Bab
tentang Pengendalian Vektor dan Setiap
Kelompok terdiri dari 5
Orang....Berdasarkan nomor urut absen
saja
2. Adapun Judul Masing – Masing Kelompok
sebagai berikut :
1. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengangu di
Bandara Udara
2. Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu di
Pelabuhan
3. Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu di
Kawasan Pantai dan Pesisir
4. Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu di
Daerah Tanggap Darurat
5. Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu di
Industri
6. Pengendalian Vektor DBD
7. Pengendalian Vektor Malaria
8. Pengendalian Vektor Filariasis
9. Pengendalian Lalat dan Kecoa
10. Pengendalian Tikus

Anda mungkin juga menyukai