Pajanan Penyakit
Pendah
Vektor
adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau
menularkan suatu agen infeksius dari sumber
infeksi kepada hospes yang rentan (susceptible
host)
• Distribusi
Penyebaran penyakit yang ditularkan vektor menurut
ciri2 orang, tempat dan waktu.
1. Nyamuk
2. Lalat
3. Kutu,
4. Tungau
5. dll
Siklus Hidup Vektor
Peranan Vektor
• Vektor aktif
• Vektor pasif
Secara Ilmiah dpt dibuktikan bhw dalam
tubuh vektor ada agen patogen dan dpt
menularkan agen tsb kpd hospes lain, tetapi
vektor ini tdk aktif mencari mangsanya.
Penyakit Bawaan Vektor
• Pengunaan insektisida
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DBD
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DBD
• Vektornya Anopheles
Epidemiologi
• Pemakaian kelambu
• Pengendalian vektor
FILARIASIS
ETIOLOGI
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan Data
4. Penyebaran Informasi
Surveilans Ada 2:
1. Surveilans Aktif
2. Surveilans Pasif
Alur penyampaian informasi &
umpan balik
PUSAT WHO
PROVINSI
KAB
RS PUSKESMAS
A. Dari dalam
1. Kemampuan berkembang biak
2. Perbandingan Jenis kelamin
3. Sifat mempertahankan diri
B. Dari Luar : suhu, kelembaban, curah
hujan, angin, cahaya dan makanan
C. Faktor Biologi : Predator dan parasit
Peranan Serangga dalam Kesehatan
Sebagai Vektor Penyakit :
1. Vektor mekanik
2. Vektor biologis
- Cara propagatif
berkembangbiak dalam serangga tanpa ada
perubahan bentuk : pes, DBD
- Cara cyclo propagatif
berkembangbiak dan ada perubahan bentuk :
malaria
- Cara cyclo depelopmental
pertumbuhan : filariasis
- Keturunan
PERAN SERANGGA BAGI KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN MANUSIA
1. Agen Langsung
a.Entomofobia (rasa ketakutan) lihat kecoa , Laba-laba
b.Pengganggu ketentraman lalat banyak, kecoa banyak
c.Pengigit dan Penghisap darah semut, nyamuk
d.Sakit Pada indra mata, telingga
e. Envenomizasi (keracunan akibat gigitan atau sengatan
hewan atau serangga yang mengeluarkan racun)
f. Alergi ( suatu reaksi patologis seperti gatal, bersin,
susah nafas akibat adanya suatu senyawa)
g. Myasis (adanya infeksi pada organ atau jaringan tubuh
manusia atau hewan oleh larva – larva lalat)
2. Agen tidak Langsung / Vektor Penyakit
a. Pembawa Mekanik/ Vektor mekanik
Tidak masuk dalam tubuh vektor hanya di luar
tubuh vektor (kaki, sayap) ditularkan lewat
makanan disebut juga penyebaran pasif (diare
lalat)
b. Vektor obligat ( Pembawa dari suatu agen
penyakit tertentu satu – satunya jika tidak ada
vektor tersebut maka agen tidak dapat
menyebabkan penyakit pada host). Contoh
sarcoptes scabiei (tungau) scabies/kudis
c. Inang Antara (Intermediate Hosts)
Serangga akan menjadi tempat pertumbuhan dari
siklus hidup dari parasit. Bila tidak ada inang
antara, parasit tidak dapat tumbuh dalam
menyelesaikan siklus hidupnya
contoh : Anopheles Plasmodium s fase
sporogonik (gametosit Zigot ookinet ookista
sporozoit di kelenjar ludah nyamuk siap mengigit
manusia )
d. Pembawa Phoretik (Phoretic Carries )
siklus hidup dari parasit tidak terjadi di dalam tubuh
vektor/serangga.
Contoh Penyakit Amoebiasis disebabkan oleh
memakan stadium kista E. Histolytica yang dibawa
kecoa
Kegunaan Serangga Penunjang
Ekonomi
1. Banyak jenis serangga berguna di alam
sebagai penyerbuk (polenator) berbagai jenis
tumbuhan berbunga, yang banyak di antara
mereka, bernilai ekonomi tinggi. Misalnya:
lebah madu, kumbang, kupu-kupu, lalat,
nyamuk, dll.
Di USA, banyak peternak lebah madu untuk
disewakan bagi para petani gandum, kapas,
jagung, buah-buahan, dll. Untuk membantu
meningkatkan produktivitas tanaman-tanaman
tsb.
Lebah madu (Apis) dan lalat Lucillia
sebagai polenator
2. Peternakan udang galah, kepiting Tarakan,
dalam skala besar dan diekspor akan
menambah devisa negara, meningkatkan
kemampuan ekonomi, dan kesejahteraan
masyarakat.
3. Hobi mengumpulkan dan memelihara berbagai
jenis kupu-kupu akan mendatangkan
kesenangan dan kebahagiaan tersendiri, dan jika
dijual dalam bentuk sediaan dengan nama-nama
umum dan ilmiahnya akan mendatangkan rezeki
lumayan (contoh di Malaysia).
Kegunaan Serangga sebagai
Makanan dan Sumber Gizi
1. Udang dan kepiting yang diternak dan
dikonsumsi sendiri oleh masyarakat akan
menjadi sumber protein yang baik.
2. Belalang, cengkerik, dll ada yang suka
memakannya, kalau tidak alergi, masyarakat
juga memperoleh sumber protein.
3. Lebah madu dengan produk-produknya juga
merupakan sumber gizi yang sangat bagus
dan lengkap bahan nutriennya.
Kegunaan Serangga Lainnya
1. Sebagai pemangsa (predator) alami berbagai
serangga hama, atau serangga vektor penyakit di
alam sehingga bisa menjadi sahabat manusia untuk
menekan populasi hama atau vektor. Jika
dibudidayakan dan diberdayakan, predator itu bisa
digunakan untuk pengendalian hayati untuk hama
atau vektor.
Produk-produk lebah madu: madu,
bee pollen, propolis, beeswax
2. Produksi bahan-bahan yang sangat berharga
untuk berbagai keperluan obat, industri, dll.
Misalnya lilin lebah yang diproduksi lebah madu.
3. Berbagai kumbang tanah berguna untuk
membantu penggemburan tanah.
4. Ada serangga (Laccifer lacca) yang
memproduksi bahan lak untuk bahan segel
bungkusan di kantor pos atau pengiriman barang.
5. Serangga tertentu ada yang berguna untuk produksi
suatu bahan warna.
6. Serangga ada yang berguna sebagai umpan
sewaktu mengail ikan.
7. Ada serangga, misalnya larva kumbang beras
(Tenebrio molitor) yang berguna untuk pakan unggas
atau ikan hias.
Tenebrio molitor
Daftar Pustaka
� Goddard J. Physician’s guide to arthropods of medical importance. Second
edit. Tokyo: CRC Press, 1996.
� Beaty BJ, Marquardt WC. The biology of disease vectors. University Press of
Colorado: Colorado, 1996.
� Busvine JR. Inscets and hygiene. Third edit. Chapman and Hall. London:
1980.
� Hati AK. Medical entomology. First edit. Calcutta: Allied Book Agency, 1979.
� Service MW. Mosquito ecology. Field sampling methods. London: Applied
Science Pub. Ltd, 1976.
� Pfadt RE (Editor). Fundamentals of applied entomology. Fourth edit.
� Clements AN. The biology of mosquitoes. Vol.1. First edit. London: Chapman
& Hall, 1992.
� Horsfall WR. Mosquitoes. Their bionomics and relations to disease. New
York: Hafner Pub Co., 1972.
� Elzinga RJ. Fundamentals of entomology. New Delhi: Prentice-Hall of India,
1978.
VEKTOR AEDES SP SERTA
PERANANNYA DALAM
KESEHATAN
Kunci Genera Nyamuk Dewasa Aedes
q Perbandingan panjang antara
proboscis dengan palpi + 1/4 - 1/5
proboscis
q Cerci(pada abdomen) menonjol
q Sisik pada sayap Symetris
q Tidak ada pulvili
q Scutelum dengan tiga lobus
q Sisik pada sayap simetris
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti
q Sisik-sisik pada sayap simetris
q Kaki belakang, tengah, dan depan pada
tibia tidak semuanya bergelang putih
q Palpi pada ujungnya berwarna putih
q Proboscis seluruhnya gelap
q Tarsus kaki depan dengan beberapa
gelang putih
q Pada mesonotum terdapat gambar lyre
AEDES AEGYPTI
Ciri-ciri nyamuk Aedes albopictus
q Sisik-sisik pada sayap simetris
q Kaki belakang, tengah, dan depan pada
tibia tidak semuanya bergelang putih
q Palpi pada ujungnya berwarna putih
q Proboscis seluruhnya gelap
q Tarsus kaki depan dengan beberapa
gelang putih
q Pada mesonotum terdapat gambar garis
putih di tengahnya
AEDES ALBOPICTUS
Lingkup Surveilans untuk DBD
1. Surveilans Kasus
2. Surveilans Vektor
3. Surveilans faktor resiko
CARA PENULARAN
VECTOR BORNE DISEASE
8-10 hari
Infektif
Manusia sakit manusia sehat
Viremia
2 hari sebelum/ 4 – 6 hari masa inkubasi
5 hari sesudah panas
PENULAR PENYAKIT DBD
Karakteristik nyamuk :
- Warna hitam dengan belang – belang
putih di seluruh tubuhnya
- Hidup di dalam dan disekitar rumah
- Nyamuk menggigit darah pada pagi hari
sampai sore hari
- Senang bertelur di air jernih
Siklus hidup nyamuk
Bionomik nyamuk
BAGIAN TUBUH & POSISI HINGGAP
AEDES AEGYPTI
KEPALA: Terdapat Alat
Penusuk & Penghisap.
Sepasang Antena indera
PEMUKIMAN
SEKOLAH
RS / PUSKESMAS
100 M
PENGASAPAN
DILAKUKAN 2 SIKLUS,
INTERVAL 1 MINGGU
100 M PENGASAPAN DISERTAI
PSN 3 M PLUS
= KASUS
= KASUS TAMBAHAN
Kurang produktif
Tergantung intensifitas, ketrampilan, dan
kecakapan petugas
Bitting/Landing rate :
Σ Aedes aegypti betina tertangkap umpan orang
Σ penangkap x Σ jam penangkapan
MATURNUWUN
OLEH:
TRIYONO, SKM, M.Sc
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG
� Terdiri dari kepala, thorax dan abdomen
� Kepala: sepasang mata, proboscis
� Thorax: sepasang sayap, abdomen (untuk
identifikasi jenis)
� Tertarik dengan CO2 dari pernapasan manusia
dan bau tubuh manusia
� Both sexes take carbohydrates
� Females:
sugar meals for energy
blood meals for egg development
Mosquitoes
adult diagrame
GAMBAR JENIS NYAMUK CULEX
(umur sampai 63 hari betina, 22 jantan)
Eggs
Adult Larvae
Pupae
� Metamorfosis sempurna
� 1. Telur
di permukaan air, ditengah atau tepi air, di tanaman,
cekungan pohon atau batu
� 150 – 300 telur/female
� letaknya tunggal atau berkelompok
� menetas dalam 24 – 48 jam
� hydrophobic
� 2. Larvae
a. Fase tumbuh dan makan (+ 7 – 20 hari tergantung suhu
lingkungan), panjang + 1 cm, bergerak dengan spiracle
b. Terdiri dari 4 tahap perkembangan (instar I – IV)
c. Makanan: omnivorous
� 1) materi terlarut di air (partikel, bakteri, protozoa, fungi, pollen, etc.)
� 2) predator
� c. Periodicity
� 1) Most are crepuscular or nocturnal
� 2) Boreal mosquitoes are diurnal
CULICINAE
� Culex quinquefasciatus sebagai
vektor filariasis bancrofti tipe urban
(penyakit kaki gajah di daerah
perkotaan) yang disebabkan oleh
cacing filaria Wuchereria bancrofti
� Culex tritaeniorhynchus sebagai
vektor penyakit radang otak yang
disebabkan oleh virus Japanese B.
encephalitis
CULEX MOSQUITO TAKING A BLOOD FEMALE SOUTHERN HOUSE MOSQUITO, CULEX
QUINQUEFASCIATUS SAY, OVIPOSITING AN EGG
MEAL RAFT. PHOTOGRAPH BY SEAN MCCANN.
http://entnemdept.ufl.edu/creatures/aquatic
/southern_house_mosquito.htm
LARVA CULEX PUPA OF THE SOUTHERN HOUSE MOSQUITO,
CULEX QUINQUEFASCIATUS SAY. PHOTOGRAPH
QUINQUEFASCIATUS BY STEPHANIE HILL, UNIVERSITY OF FLORIDA.
1-2 hari
2-5 hari
5-7 hari
3-4 hari
24-30 jam
24 jam
2-4 HR
2 – 3 HR 7-20 HR
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Sp
NyamukAnopheles sp mengalami metamorfosis
sempurna (holometabola) yaitu stadium telur, larva,
pupa dan dewasa selama 7-14 hari. Waktu untuk
masing-masing tahapan dalam siklus hidup tersebut
di daerah tropis lebih pendek di bandingkan di
daerah beriklim dingin. Nyamuk dewasa muncul
dari lingkungan akuatik ke lingkungan teresterial
setelah menyelesaikan daur hidupnya secara
komplit di lingkungan akuatik. Oleh sebab itu,
keberadaan air sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva
dan pupa
a. Stadium Telur
50 – 200 butir
Bentuk seperti perahu punya pelampung
Diletakkan satu persatu di permukaan air
2 – 3 hari jadi larva
b. Stadium Larva
Terdiri dari 4 instar (I – IV)
Di air yang dangkal dan bersih, beroksigen
ada senang matahari dan ada yang tidak senang sinar
matahari.
Senang di aliran air tenang atau tergenang
Tidak punya siphon tetapi punya spirakel untuk bernafas
7 – 20 hari tergantung suhu dll
c. Stadium Pupa
Stadium terakhir di lingk akuatik
Tidak makan
Pembentukan alat tubuh spt alat kelamin,
sayap dan kaki
Berbentuk koma
2 – 4 hari (jantan lebih pendek 1 – 2 jam)
Stadium pupa mempunyai tabung pernapasan
yang disebut respiratory trumpet berbentuk
lebar dan pendek yang berguna untuk
mengambil O2 dari udara
d. Stadium Dewasa
Palpi hampir sama panjang dg proboscis
nyamuk jantan palpi pada bagian apikal
berbentuk gada yang disebut club form
sedangkan betina mengecil
Sayap pada bagian pinggir yaitu costa dan
vena1,ditumbuhi sisik-sisik yang berkelompok
hingga membentuk belang-belang hitam putih
Bagian posterior abdomen agak sedikit lancip
butuh 24 jam untuk pematangan telur
Gambar Stadium Dewasa
Identifikasi nyamuk Anopheles
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki berbecak
Anopheles kochi
1. Persambungan tibia 4. Sternit abdomen II –
tarsus kaki belakang VII ada kumpulan
tidak ada gelang pucat
sisik (sikat) yg gelap
yg lebar
2. Palpus dg 4 cincin pucat
atau lebih
3. Setengah proboscis
bagian ujung pucat
Copyright budisto
Anopheles kochi
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki berbecak
Anopheles sundaicus
1. Persambungan 3. Proboscis
tibia tarsus kaki seluruhnya gelap
belakang tidak ada
gelang pucat yg 4. Tarsus 5 kaki
lebar belakang sebagian
2. Palpus dg 3 cincin atau seluruhnya
pucat gelap
Copyright budisto
Anopheles sundaicus
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki berbecak
Anopheles maculatus
1.Persambungan 3. Proboscis
tibia tarsus kaki seluruhnya gelap
belakang tidak ada
gelang pucat yg 4. Tarsus 5 kaki
lebar belakang pucat
2.Palpus dg 3 cincin
pucat
Copyright budisto
Anopheles maculatus
Costa + urat 1 ada 4 bercak pucat
3 gelang pucat
Tarsus ke 5 kaki
belakang pucat
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki berbecak
Anopheles
balabacensis
1. Persambungan
tibia tarsus
kaki belakang
ada gelang
pucat yg lebar
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki tidak berbecak
Anopheles anularis
1. Tarsus ke 3, 4, dan 5 kaki
belakang pucat
Copyright budisto
Anopheles anularis
3 Anopheles annularis, gelang pucat ujung palpi sama panjang atau lebih pendek
dari gelang gelap dibawahnya (a),Copyright
¼ segmen budisto
ke 2, segmen 3,4,5 tarsi kaki
belakang pucat / putih.
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki tidak berbecak
Anopheles karwari
1. Tarsus ke 5 kaki belakang
pucat
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki tidak berbecak
Anopheles vagus
1. Tarsus ke 5 kaki belakang
gelap
2. Pada ujung proboscis ada
sedikit bagian yang pucat
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki tidak berbecak
Anopheles indefinitus
1. Tarsus ke 5 kaki belakang
gelap
2. Proboscis gelap
3. Gelang pucat sub apical
palpus gelang sub apical
gelap
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki tidak berbecak
Anopheles subpictus
1. Tarsus ke 5 kaki belakang gelap
2. Proboscis gelap
3. Gelang pucat sub apical palpus
≤ 1/3 gelang sub apical gelap
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki tidak berbecak
Anopheles aconitus
1. Tarsus ke 5 kaki belakang
gelap
2. Setengah ujung proboscis
pucat
3. Jumbai pada urat sayap 6
pucat
Copyright budisto
Anopheles aconitus
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
celia : dg kaki tidak berbecak
Anopheles minimus
1.Tarsus ke 5 kaki belakang
gelap
2. Setengah ujung proboscis
bagian bawah pucat
3.Jumbai pada urat sayap 6
tidak pucat
Copyright budisto
Anopheles minimus
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
Anopheles
Copyright budisto
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
Anopheles
Copyright budisto
Barbirostris group
Anopheles barbirostris, Palpi & proboscis tanpa gelang pucat dan strenit
Copyright budisto
abdomen segmen VII dengan sikat/sisik gelap & abdomen dengan kumpulan
Identifikasi nyamuk Anopheles sub genus
Anopheles
Copyright budisto
HABITAT NYAMUK ANOPHELES SP
Habitat vektor merupakan tempat yang
dipergunakan oleh nyamuk Anopheles spp.untuk
berkembang biak dengan memulai proses siklus
hidupnya hingga menjadi nyamuk dewasa.
tempat perindukan vektor dibagi menjadi dua
tipe yaitu tipe permanen (rawa-rawa, sawah non
teknis dengan aliran air gunung, mata air, kolam)
dan tipe temporer (muara sungai tertutup pasir di
pantai, genangan air payau di pantai, genangan
air di dasar sungai waktu musim kemarau,
genangan air hujan dan sawah tadah hujan rawa-
rawa).
EKOLOGI ANOPHELES SP
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik dipengaruhi oleh cuaca dan
iklim. Unsur-unsur iklim diantaranya meliputi:
suhu udara, temperatur air, kelembaban udara,
curah hujan, Angin, cahaya matahari, ketinggian,
arus air, dan kedalaman air.
b. Lingkungan Kimia
Karakteristik lingkungan kimia yang berpengaruh
terhadap kepadatan vektor antara lain adalah
derajat keasaman air (pH), Kadar garam
(salinitas), Oksigen terlarut (DO), dan
karbondioksida bebas (CO2).
c. Lingkungan Biologi
2012 2013
2016 2017
Populasi Kabupaten/Kota
No Kategori
Jumlah % Jumlah %
1 Bebas Malaria 188.319.700 72.0 % 266 52 %
2 Endemis Rendah 63.005.546 24 % 172 33 %
3 Endemis Menengah 5.878.424 2% 37 7%
4 Endemis Tinggi 4,907.104 2% 39 8%
262.110.774 100.0 % 514 100.0 %
Tren Malaria di Indonesia
GERMAS
Tahun 2012 s/d 2017
500,000 92%
90%
450,000 90%
88% 88%
400,000 87% 88%
Kelengkapan Laporan
85%
Kasus Positif
350,000 86%
84%
300,000 84%
250,000 82%
80%
200,000 79% 80%
150,000 78%
417,819
217,025
465,764
422,447
343,527
252,027
218,450
261,217
100,000 76%
50,000 74%
- 72%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Milestone Eliminasi Malaria di Indonesia GERMAS
Semua Indonesia
provinsi mencapai
Semua
kab/kota mencapai eliminasi
mencapai eliminasi
300 eliminasi 2030
kab/kota 2027
mencapai 2025
eliminasi
272/285 kab/kota
2019
mencapai eliminasi
2018
2020 : tidak ada lagi
2017 kab/kota endemis
tinggi
266/265 kab/kota
2016 mencapai eliminasi
247/245 kab/kota
mencapai eliminasi
TERIMAKASIH
Tikus adalah adalah binatang
mengerat (rodensia)
Rodensia komensal hidup
berdampingan dengan aktivitas
manusia
Tikus merupakan hama pertanian,
perusak barang dan binatang
pengganggu
Keberadaan tikus menandakan
lingkungan kumuh..kotor dll.
Bio-ekologi Tikus
• Dunia : Animalia
• Filum : Chordata
• Sub Filum : Vertebrata
• Kelas : Mammalia
• Subklas : Theria
• Ordo : Rodentia
• Sub ordo : Myomorpha
• Famili : Muridae
• Sub Famili : Murinae
• Genus : Bandicota, Rattus dan Mus
KEMENTERIAN KEUANGAN 3
Rattus – rattus diardii (tikus atap/hitam
eropa)
Rattus tanezumi (Tikus rumah Asia)
Rattus exulans (Tikus ladang)
Rattus argentiventer (Tikus sawah)
Rattus tiomanicus (Tikus belukar)
Rattus norvegicus (Tikus got)
Mus muscullus (Mencit)
Bandicota indica ( Wirok besar)
Bandicota bengalensis (Wirok kecil)
Panjang ujung kepala sampai ekor 300 – 400 mm,
panjang ekor 170 – 230 mm, kaki belakang 42 – 47
mm, telinga 18 – 22 mm. Rumus mamae 3 + 3 = 12.
Warna rambut badan atas cokelat kelabu, rambut
bagian perut kelabu. Banyak dijumpai di saluran
air/got di daerah pemukiman kota dan pasar.
2. Bandicota indica (Tikus wirok)
Panjang ujung kepala sampai ekor 400 – 580 mm,
panjang ekor 160 – 315 mm, kaki belakang 47 – 53
mm, telinga 29 – 32 mm. Rumus mamae 3 + 3 = 12.
Warna rambut badan atas dan rambut bagian
perut cokelat hitam. Rambutnya agak jarang dan
rambut dipangkal ekor kaku seperti ijuk. Banyak
dijumpai di daerah berawa, padang alang – alang
dan kadang – kadang di kebun sekitar rumah.
Panjang total ujung kepala sampai ujung ekor 220 – 370
mm, panjang ekor 101 – 180 mm, kaki belakang 20 – 39
mm, telinga 13 – 23 mm. Rumus mamae 2 + 3 = 10.
Warna rambut badan atas cokelat tua dan rambut badan
bawah (perut) cokelat tua kelabu. Tikus ini banyak
dijumpai di rumah ( atap, kamar, dapur) dan gudang.
Kadang – kadang ditemukan pula di kebun sekitar
rumah
4. Tikus Ladang (Rattus exulans)
Panjang ujung kepala sampai ekor 139 – 365 mm,
panjang ekor 108 – 147 mm, kaki belakang 24 – 35 mm,
telingga 11 – 28 mm. Rumus mamae 2 + 2 = 8. Warna
rambut badan atas cokelat kelabu, rambut bagian perut
putih kelabu. Terdapat di semak – semak, kebun/lading
sayur – sayuran dan pinggiran hutan, kadang – kadang
masuk ke rumah
Panjang ujung kepala sampai ekor 245 – 397 mm,
ekor 123 – 225 mm, kaki belakang 24 – 42 mm,
telinga 12 – 29 mm. Rumus mamae 2 + 3 = 10.
Warna rambut badan atas cokelat kelabu, rambut
bagian perut putih krem. Terdapat di semak –
semak dan kebun/lading sayur – sayuran
6. Tikus Sawah (Rattus argentiventer)
Panjang ujung kepala sampai ekor 270 – 370 mm,
ekor 130 – 192 mm, kaki belakang 32 – 39 mm,
telinga 18 – 21 mm. Rumus mamae 3 + 3 = 12.
Warna rambut badan atas cokelat muda
berbintik – bitnik putih, rambut bagian perut
putih atau cokelat pucat. Terdapat di sawah dan
padang alang – alang.
Panjang ujung kepala sampai ekor
kurang dari 175 mm, ekor 81 – 108 mm,
kaki belakang 12 – 18 mm, telinga 8 – 12
mm. Rumus mamae 3 + 2 = 10. Warna
rambut badan atas dan bawah cokelat
kelabu. Terdapat di dalam rumah, dalam
lemari dan tempat penyimpanan barang
lainnya.
Habitat
• Habitat Tikus
→Kelompok tikus Domestik;
→Kelompok tikus Peridomestik;
→Kelompok tikus Silvatik
29.8 35.1
16.5
9 9.6
KEMENTERIAN KEUANGAN 15
Habitat
KEMENTERIAN KEUANGAN 16
Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu
menempati hampir di semua habitat
1. Jenis Domestik (Domestic Species)
Aktivitas di dalam rumah, kantor,gudang dll
ex : R. Tanezumi...Mus musculus
2. Jenis Peridomestik (Peridomestic Species)
Aktivitas tikus ini sebagian besar dilakukan di
luar rumah dan sekitarnya
ex : R. Exulans, R. Norvegicus, R. Argentiventer,
Bandicota indica)
3. Jenis Silvatik (Sylvatic Species)
Tikus jenis ini aktivitasnya jauh dari lingkungan
pemukiman manusia (R. Tiomanicus, R. Niviventer)
1. Kemampuan alat indera
a. Mencium
b. Menyentuh
c. Mendengar
d. Melihat
e. Mengecap ..........> phenylthiocarbamide 3
ppm
2. Kemampuan Fisik
a. Menggali ....> R. Norvegicus (2 – 3 meter)
b. Memanjat
c. Meloncat dan Melompat ...> 0,7 – 1,2 M vertikal
d. Menggerogoti/Mengerat
e. Berenang dan Menyelam
Tikus merupakan binatang peridi, yaitu
binatang berkembangbiak relatif sangat
cepat.
a. Masa bunting 21 – 23 hari
b. Birahi tinggi (1-2 hari)
c. Kemampuan melahirkan tinggi tak
kenal musim
d. Jumlah keturunan besar (3 – 12
ekor)/kelahiran
e. Umur 2 – 3 bulan siap kawin
f. Jantan siap kawin sepanjang tahun
REPRODUKSI
KEMENTERIAN KEUANGAN
1. Lingkungan Abiotik
a. Suhu dan Kelembaban
b. Cahaya
c. Tanah
d. Sarang
c. Curah hujan
2. Lingkungan Biotik
a. Tumbuhan / Vegetasi
b. Predator
c. Parasit dan Patogen
Aktivitas dan Migrasi
Migrasi
→Teritorial ; wilayah yang
dipertahankan
→Home range; daya jelajah
10 – 50 m
30 – 200
m
1.000 – 2.000 m
Catatan:
Rata-rata pergerakan/hari;
1. Tikus Rumah R. tanezumi : 15 m
2. Tikus sawah R. argentiventer : 75
(Sudarmaji, 2018) m
3. Tikus pohon R. tiomanicus : 80
m
Keberhasilan penangkapan (trap success);
A
TS = X 100%
BxC
Keterangan:
TS = Keberhasilan Penangkapan (trap
success)
A = Jumlah tikus tertangkap
B = Jumlah perangkap dipasang
C = Jumlah hari penangkapan
Setiap individu manusia,
binatang dan tumbuhan pasti
terserang paling sedikit satu Ektoparasit merupakan
jenis parasit di dalam atau organisme parasit yang hidup
permukaan tubuhnya pada permukaan luar tubuh
Pada tubuh tikus ditemukan 2 tikus, caplak, tungau, larva
kelompok parasit yaitu, tungau, pinjal, dan kutu.
ektoparasit dan endoparasit. Pinjal merupakan ektoparasit
tikus yang telah dikenal
menularkan penyakit
bersumber tikus seperti pes,
murine typhus, dan cacing
pita
Ukuran 1,5 - 5 mm
Banyak bulu kaku mengarah ke belakang,
Warna coklat muda sampai tua, berkilat,
Tipe mulut menusuk mengisap,
Berkaki panjang terutama kaki belakangnya.
Tubuh pinjal dewasa ; atas kepala, toraks, &
abdomen,
Berbentuk pipih vertikal (laterally compressed),
sehingga lincah berjalan melewati bulu atau
kulit berambut
Banyak bulu kaku mengarah
ke belakang,
Kepal Toraks Abdomen
a la Bulu
Sisir pronotal antepigidial
Alur antena Pigidium
Bulu okular
Garis pleural
Mesotoraks
Tarsus Tibi Bulu Bulu panjang
a postmedian apikal
a.Kepala
• Kepala memanjang ke depan
• Membulat/trapesium, dahi menyempit
(mudah bergerak di antara kulit berambut)
• Kepala terbagi ; frons, dan occiput Kepala pinjal
Mata/oceli Prosternu
m
Baris bulu mata
Antena pinjal
d. Tipe mulut pinjal
Alur
Klipeus Antena
Hipofaring Frons Occiput
Labrum
Palpus
maksila Antena Epifari
} ng
Prement
Palpus Labium
Gelam um Saluran
bir labialis makanan
Epifari Lacinia
ng
Lasinia A B Saluran air
liur
Tipe mulut menusuk mengisap
sepasang palpus maksilla yang agak tumpul di bagian ujungnya,
sepasang gelambir maksila,
sepasang prementum yang terletak di bagian postetior palpus labial,
sepasang maksilla berbentuk seperti pisau (“stipes”),
sepasang labrum kecil,
sepasang lasinia berbentuk pisau,
hipofaring pendek dan
epifaring tunggal membentuk saluran makanan
e.Kaki • Ketiga pasang kaki pinjal
beradaptasi untuk melompat
(vertikal 15 – 20 cm dan sejauh 76
cm).
• Kaki pada pleural thoraks.
• Kaki dengan lempeng koksa lebar
dan trokanter kecil
• Lempeng femur lonjong
• Tibia menyempit ke arah distal
• Tarsus berjumlah 5 dan pada
Kaki pinjal
ujung tarsus terdapat kuku
lengkung
f. Abdomen
Pigidium
Spirak Pigidi
el um
f. Organ
Genitalia
Pinjal jantan klasper kecil segmen ke 9 di Croch
et
belakang pigidium dan organ cirrus atau
aedeagus. Penis
Lempeng Clasp
Organ genitalia jantan terdiri sepasang penis er
Pinjal X. cheopis.
Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 3 -
18 butir.
Seekor pinjal betina X. cheopis mampu bertelur 2 - 6 kali
sebanyak 300 - 400 butir selama hidupnya,
Larva
keluar dari
telur pinjal
Peka terhadap sinar matahari :suhu
360C dan kelembaban rendah larva
cepat mati.
Larva pinjal dan mengalami ganti
kulit 2 kali.
Stadium larva berlangsung selama
9 - 12 hari,
Larva akan membungkus dirinya
dengan bahan-bahan organik yang
ada di sekitarnya untuk
membentuk kokon, Larva pinjal
Larva terbungkus material organik
menjadi pupa atau kepompong.
Suhu 18 – 270C dan kelembaban
udara 60% merupakan kondisi yang
sesuai bagi proses perkembangan
larva menjadi pupa.
Kepompong pinjal berwarna kuning
kecoklatan. Lama stadium ini lebih
kurang 1 minggu.
Stadium ini berakhir setelah pinjal
dewasa muncul dengan merobek Pupa pinjal
bagian tengah kepompong.
Setelah 24 jam, pinjal meninggalkan
kepompong untuk mencari inang.
Daur hidup pinjal tersebut secara
normal berkisar antara 2 - 3 minggu.
Pada kondisi yang kurang sesuai,
seperti suhu tinggi, kelembaban
rendah, daur hidup pinjal akan
membutuhkan waktu yang lebih lama
dan seluruh tahap perkembangannya
mencapai 1 tahun atau dapat lebih.
Pinjal dewasa dapat hidup selama
lebih dari satu tahun, tergantung dari
jenisnya.
Kemunculan pinjal
dari pupa
Lama perkembangan dan daur hidup 4
jenis pinjal
Lama hidup pinjal
Stadium dewasa aktif
Stadium Stadium
larva (hari)
Jenis pinjal telur pupa Total hari
aktif
(hari) (hari) Kenyang Tidak
(hari)
darah Kenyang darah
N. fasciatus 10 114 450 106 95 680
X. cheopis 10 84 182 100 38 376
P. irritans 12 202 239 513 125 966
C. canis 8 142 354 234 58 738
Pinjal yang berperan di bidang kesehatan
• Pulicidae
Ctenocephalides felis
C. canis
Echidnophaga gallineae
Pulex irritans
Xenopsylla spp.
◼ Tungidae
◼ Hystrichopsyllidae
◼ Tunga penetrans
◼ Neopsylla sondaica
◼ Cerathopsyllidae
◼ Nosopsyllus fasciatus
◼ Pygiopsyllidae
◼ Stivalius cognatus
Jenis pinjal di Indonesia dan inangnya
No. Jenis pinjal Jenis tikus/inang lain Lokasi
1 Xenopsylla nesiotes Rattus macleari Jawa
R. tanezumi
R. norvegicus
2 X. cheopis Jawa, Sumatera
R. exulans
Bandicota indica
3 Alaopsylla papuensis Pogonomys loriae Papua
Nesolagobius
4 Nesolagus netscheri Sumatera (Bengkulu, Rimbo Pengadong
collosus
Ceratophyllus
5 Sciurus tenuis altitudinis Sumatera (Gn. Talamau)
agathus
6 C. borneensis S. jentinki Kalimantan (Gn. Murud)
R. lepturus
R. bukit temmincki
7 C. calceatus Jawa, Sumatera
S. notatus
Sciurus n. nigrovittatus
Sciurus t. altitudinis
8 C. idoneus Sumatera (Kerinci, Sungai Kring, Gn. Talamau)
R. orbus
9 C. klossi R. inflatus Sumatera (Kerinci, Sungai Kumbang)
No. Jenis pinjal Jenis tikus/inang lain Lokasi
10 C. sodalis S. nigrovitatus Sumatera (Kerinci, Sungai Kumbang)
Paradoxurus hermaphroditus
11 Paraceras javanicus Jawa (Gn. Gede, Cibodas)
Helictis orientalis
12 Cratynius bartelsi Hylomys suillus suillus Jawa (Bandung, Cibuni)
Mus sp.
13 Stivalius abacetus Papua
Dasyurus sp.
14 S. alticola Mallomys sp. Papua
15 S. anaxilas Mus sp. Papua
16 S. ancisus Petaurus sp. Papua
R. tanezumi
R. rattus jalorensis
R. concolor ephippium
R. bukit treubii
R. bukit temmincki
17 S. cognatus R. lepturus Jawa
R. bartelsii
M. musculus
Ratufa bicolor bicolor
Pachyura murina
H. suillus suillus
a. Pinjal tikus rumah (Xenopsylla cheopis)
Xenopsylla cheopis secara sistematika pinjal
ini termasuk Kingdom Animalia, Filum
Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Siphonaptera,
Famili Pulicidae, Genus Xenopsylla, Spesies X.
cheopis (Noble & Noble, 1989)
Pinjal ini mempunyai sisir pronotal
berjumlah 12, tanpa sisir genal, mata
sangat jelas dan bulu okuler banyak
terdapat di depan mata. Pinjal ini
dominan di daerah pegunungan di
Pulau Jawa. Inang utamanya tikus kebun
(Rattus exulans).
Jenis ini mempunyai dua sisir
pronotal tanpa sisir genal dan mata
sangat jelas. Pinjal ini sangat
dominan di daerah pegunungan
Pulau Jawa, inang utamanya tikus
dada putih (R. niviventer) dan tikus
pohon (R. tiomanicus).
•Indeks pinjal (WHO, 1999)
Vektor Lalat
Mahasiswa mampu
memahami vektor lalat
serta peranannya dalam
kesehatan
CONTENTS
Bionomik
PROJECT TIMELINE
Lalat mulai aktif beraktifitas pada temperatur 15 0C dan aktifitas
optimumnya pada temperatur 21 0C, lalat memerlukan suhu sekitar
35º- 40 0C untuk beristirahat, dan pada temperatur di bawah 10 0C
lalat tidak aktif dan di atas 45 0C terjadi kematian pada lalat.
PAGE NUMBER
temperatur < 10 ºC atau > 49 ºC serta kelembaban yang optimum 90 %.
Dr. Lukman Waris
03
Dr. Lukman Waris
Daur hidup dan
perkembangbiakan
Lalat muda mampu terbang 450-900 meter. Siklus hidup lalat
sangat bervariasi rata-rata 6-28 hari. Umur lalat dewasa 2-3
minggu, kondisi suhu rendah umur lalat dapat mencapai 3 bulan.
Dr. Lukman Waris
PROJECT TIMELINE
• Lalat dapat membawa agen dari sampah atau kotoran kepada makanan mealui
tubuh dan kaki-kakinya lalu menimbulkan penyakit bawaan makanan.
• Bersama cairan yang dikelurkannya dengan makanan yang ia cerna dan masuk
kembali kedalam permukaan makanan tersebut.
• Apabila lalat terlalu banyak makan maka lalat akan membuang kotoran nya di
atas makanan yang dihinggapinya, sehingga makanan menjadi tercemar oleh
telur dan larva lalat ada juga gangguan kenyamanan menganggu kenyamanan
pemandangan seperti rasa jijik, gata-gatal pada kulit, menimbulkan rasa tidak
nyaman sehingga akhirnya napsu makan akan berkurang dan hilang, selain itu
dari segi estitika akan terkesan jorok.
PAGE NUMBER
Dr. Lukman Waris
04 Penyakit yang
disebabkan oleh lalat
Dr. Lukman Waris
Dr. Lukman Waris
Dr. Lukman Waris
Dr. Lukman Waris
• Anthrax Penularan kuman anthrax karena lalat hinggap pada
daging binatang yang mati karena sakit anthrax, kemudian
hinggap pada timbunan kotoran sekitar manusia. Kuman
anthrax lama-kelamaan ikut debu dan terhisap manusia sebagai
lazimnya penularan penyakit anthrax.
• Lepra Kuman lepra yang menempel pada tubuh lalat tercampur
debu dan ikut terhisap udara pernafasan.
• Frambusia (patek) Penularan kuman dari tubuh lalat yang
hinggap pada borok kulit penderita frambusia, hinggap pada
luka kulit terbuka pada orang sehat.
Dr. Lukman Waris
• Penyakit mata jenis trachoma Virus trachoma pindah dari
kotoran mata penderita sakit mata, dipindahkan lalat yang
hinggap pada mata orang sehat.
• Hepatitis (hepatitis A, C, E) pindah pada makanan manusia
melalui lalat.
• Penyakit cacingan (cacing gelang, pita dan tambang) Seperti
penyakit saluran cerna lain, telur cacing dipindahkan lalat dari
kotoran penderita ke makanan manusia sehat.
• TBC: dapat disebarluaskan oleh lalat rumah. Kuman
tuberculosa menempel pada kaki lalat sewaktu hinggap pada
dahak penderita TBC dan bercampur debu dan terhisap
Dr. Lukman Waris
Thank you!
PROJECT TIMELINE
PAGE NUMBER
Write a closing statement or call-to-action here.
Dr. Lukman Waris
Universitas Faletehan
Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM)
Jl. Palamunan No.72, Pelamunan, Kec. Kramatwatu, Serang,
Banten 42616 Telp: (0254) 230 054, Fax: (0254) 230 054 .
info@uf.ac.id. Web: www.uf.ac.id
Mahasiswa mampu
memahami metode
pengendalian dan
pencegahan vektor
PROJECT TIMELINE
Pengertian pengendalian Vector adalah usaha yang dilakukan
untuk menekan hewan pembawa penyakit.
PAGE NUMBER
perantara penularan penyakit.
Dr. Lukman Waris
PROJECT TIMELINE
Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk
menurunkan atau menekan populasi vektor pada tingkat yang
tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
sehingga semua u p a y a y a n g d i l a k u k a n u n t u k m e n e k a n ,
mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai
serendah rendahnya sehigga tidak membahayakan kehidupan
manusia.
PAGE NUMBER
Dr. Lukman Waris
Dr. Lukman Waris
03
Dr. Lukman Waris
Kebijakan Pencegahan dan
Pengendalian Vektor
Kebijakan Pengendalian Vektor
PROJECT TIMELINE
01 Kimia
02 Biologi
03 Radiasi
04 Mekanik
PAGE NUMBER
Dr. Lukman Waris
1. Pengendalian Vektor Menggunakan Senyawa Kimia
Keunggulan yang dimiliki insektisida nabati yaitu: tidak atau hanya sedikit
meninggalkan residu pada komponen lingkungan sehingga lebih aman
daripada insektisida sintetis/kimia, cepat terurai di alam sehingga tidak
menimbulkan resistensi pada sasaran
Dr. Lukman Waris
Insektisida nabati sebenarnya telah lama dikenal misalnya penggunaan
insektisida nabati seperti nikotin yang terkandung dalam bubuk tembakau
(tobacco dust) telah digunakan sebagai insektisida. Nikotin merupakan
racun saraf yang bekerja sebagai antagonis dari reseptor nikotin asetil kolin.
Nikotin juga merupakan insektisida non sistemik dan bekerja sebagai racun
inhalasi dengan sedikit efek sebagai racun perut dan racun kontak
Beberapa Insektisida nabati yang pernah diuji cobakan antara lain : ekstrak
biji mahkota dewa (Phaleria papuana Warb) ekstrak daun zodia (Evodia
suaveolans) ekstrak cabe rawit (Capsicum frutescens L) serai (Andropogen
nardus)
Dr. Lukman Waris
b. Senyawa kimia nonnabati
Dapat berupa derivat-derivat minyak bumi seperti minyak tanah dan minyak
pelumas yang mempunyai daya insektisida. Caranya minyak dituang diatas
permukaan air sehingga terjadi suatu lapisan tipis yang dapat menghambat
pernapasan larva nyamuk
Virus, bakteri, fungi atau protozoa dapat berperan sebagai patogen dengan
cara mengembangkannya sebagai pengendali biologi larva nyamuk di tempat
perindukannya mis bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) sebagai insektisida
racun perut. Saat sporulasi, bakteri menghasilkan kristal protein yang
mengandung senyawa insektisida α-endotoksin yang bekerja merusak sistem
pencernaan serangga
Dr. Lukman Waris
Dua varitas atau subspecies Bt yang efektif digunakan untuk
mengendalikan nyamuk yaitu Bacillus thuringiensis serotype H-14
(Bt. H-14) dan Bacillus sphaericus (Bs) Jamur Metarhizium
anisopliae toksis terhadap larva nyamuk A.aegypti
Radiasi dapat dilakukan pada stadium telur, larva, pupa atau dewasa.
tetapi hasil optimum pada stadium pupa sebab terjadi transformasi/
perkembangan organ muda menjadi organ dewasa.
Misalnya memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, jendela, dan
pintu. Cara yang sudah umum dilakukan adalah Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M yaitu: Menguras Menutup
Menanam/menimbun
Menurut WHO (1997) : manajemen lingkungan paling efektif, termasuk
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan aktivitas monitoring untuk
manipulasi atau modifikasi faktor lingkungan dengan maksud untuk
mencegah atau mengurangi vektor penyakit manusia dan perkembangbiakan
vektor patogen.
PROJECT TIMELINE
PAGE NUMBER
Write a closing statement or call-to-action here.
Dr. Lukman Waris
Universitas Faletehan
Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM)
Jl. Palamunan No.72, Pelamunan, Kec. Kramatwatu, Serang,
Banten 42616 Telp: (0254) 230 054, Fax: (0254) 230 054 .
info@uf.ac.id. Web: www.uf.ac.id
Mahasiswa mampu
memahami dinamika
populasi vektor
TEPAT SASARAN
TEPAT WAKTU
TEPAT INSEKTISIDA
TEPAT CARA
TEPAT DOSIS
Dr. Lukman Waris
NYAMUK (MOSQUITOES)
• NYAMUK DI DUNIA ADA 3100 SPESIES
• DI INDONESIA ADA 457 SPESIES
• 80 SPESIES Anopheles, 82 SPESIES Culex, 125 SPESIES Aedes, 8
SPESIES Mansonia.
• JUMLAH JANTAN DAN BETINA PADA UMUMNYA BERKISAR ( 1 : 1)
• NYAMUK AKAN MELAKUKAN PERKAWINAN BIASANYA PADA WKT
SENJA
• PERKAWINAN HANYA SATU KALI
• NYAMUK JANTAN HANYA MAKAN SARI TUMBUHAN DAN BETINA
MAKAN DARAH UTK PEMASAKAN TELUR (SUMBER PROTEIN)
• TELUR
• JENTIK
• PUPA
• NYAMUK
Armigeres Filaria
6 800
700
5
600
3 400
300
2
200
1
100
0 0
N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J
79 80 81 82 83
Gambar 1b. Fluktuasi kepadatan populasi An. aconitus di kandang dan sekitarnya pada malam hari
800
600
700
500 600
400
400
300
300
200
200
100
100
0 0
N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J
79 80 81 82 83
800
160
700
140
600
500
100
400
80
300
60
40 200
20 100
0 0
J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J
79 80 81 82 83
Curah hujan Dl. Rumah Lr. Rumah Kandang
50
45
40
35
Kepadatan
30
25
20
15
10
5
0
J F M A M J J A S O N D
1955
An. sundaicus An. subpictus
Je para
Gambar 4a. Jumlah An. aconitus (tiap orang/jam) yang menggigit orang di
dalam rumah ada ternak, ternak dikeluarkan dan di dalm rumah tanpa ternak
10
Ternak dikrluarkan
9
8
7
Kepadatan
6
5
4
3
2
1
0
F M A M J J A S O N D J F M A M J J
81 82
• ORGANOKHLORIN
• DDT, BHC, DIELDRIN
• ORGANOFOSFAT
• MALATHION, FENITROTHION, TEMEPHOS
• KARBAMAT
• BENDIOCARB
• PYRETHOID
• DELTAMETHRIN, BIFENTHRIN, PERMETHRIN, ALPHAMETHRIN
Kriteria:
1. Peka : Kematian Nyamuk 99-100%
2. Tolerans : Kematiannyamuk > 80 – 98%
3. Resisten : Kematian Nyamuk < 80%.
Mosquitofish
PROJECT TIMELINE
PAGE NUMBER
Write a closing statement or call-to-action here.
Dr. Lukman Waris
Universitas Faletehan
Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM)
Jl. Palamunan No.72, Pelamunan, Kec. Kramatwatu, Serang,
Banten 42616 Telp: (0254) 230 054, Fax: (0254) 230 054 .
info@uf.ac.id. Web: www.uf.ac.id
Mahasiswa mampu
memahami penggunn
insektisida dalam
pengendalian vektor
PROJECT TIMELINE
01 Kimia
02 Biologi
03 Radiasi
04 Mekanik
PAGE NUMBER
Dr. Lukman Waris
1. Pengendalian Vektor Menggunakan Senyawa Kimia
Keunggulan yang dimiliki insektisida nabati yaitu: tidak atau hanya sedikit
meninggalkan residu pada komponen lingkungan sehingga lebih aman
daripada insektisida sintetis/kimia, cepat terurai di alam sehingga tidak
menimbulkan resistensi pada sasaran
Dr. Lukman Waris
Insektisida nabati sebenarnya telah lama dikenal misalnya penggunaan
insektisida nabati seperti nikotin yang terkandung dalam bubuk tembakau
(tobacco dust) telah digunakan sebagai insektisida. Nikotin merupakan
racun saraf yang bekerja sebagai antagonis dari reseptor nikotin asetil kolin.
Nikotin juga merupakan insektisida non sistemik dan bekerja sebagai racun
inhalasi dengan sedikit efek sebagai racun perut dan racun kontak
Beberapa Insektisida nabati yang pernah diuji cobakan antara lain : ekstrak
biji mahkota dewa (Phaleria papuana Warb) ekstrak daun zodia (Evodia
suaveolans) ekstrak cabe rawit (Capsicum frutescens L) serai (Andropogen
nardus)
Dr. Lukman Waris
b. Senyawa kimia nonnabati
Dapat berupa derivat-derivat minyak bumi seperti minyak tanah dan minyak
pelumas yang mempunyai daya insektisida. Caranya minyak dituang diatas
permukaan air sehingga terjadi suatu lapisan tipis yang dapat menghambat
pernapasan larva nyamuk
• Important to test both insecticides being used for vector control in the
area, and future potential alternatives
• two marked with a yellow dot for use as control tubes, for
exposure of mosquitoes to the oil-treated control papers (i.e.
without insecticide);
• Knockdown counts: 10, 15, 20, 30, 40, 50 and 60. If, after 60 minutes,
the observed KD rate is less than 80%, another count at 80 minutes
should be made of the mosquitoes in the observation tube.
• Observed mortality
• Corrected mortality
Dr. Lukman Waris
Interpretation of results
PROJECT TIMELINE
PAGE NUMBER
Write a closing statement or call-to-action here.
Dr. Lukman Waris